Bacaan: Rm. 8:12-17; Lukas 13:10-17
Kisah Injil menarik untuk direnungkan. Yesus berjumpa dengan seorang perempuan yang sudah 18 tahun sakit sampai bungkuk punggungnya sehingga tidak lagi dapat berdiri dengan tegak. Kata orang keadaan perempuan itu yang demikian dipercaya karena dirasuki roh (kepercayaan Yahudi: sakit, derita identik dengan kutuk dan dosa).
Kata-kata yang keluar dari mulut Yesus saat memanggil dan menyembuhkan perempuan itu membantu kita memahami apa sebenarnya yang dialami perempuan itu, apakah dia kerasukan setan atau tidak, kalau ya, setan macam mana?
“ Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Yesus mau mengatakan bahwa si ibu sungguh-sungguh mengalami sakit jasmani, yang selalu mungkin menimpa siapa saja…Kiranya rasa minder, putus asa; malu harus menanggung cemoohan sebagai pendosa dan orang yang dikutuk, memang bisa saja membuat ibu ini tidak lagi bisa menerima dirinya; tidak lagi percaya pada belas kasih Tuhan..
Dalam perjumpaan saya dengan beberapa orang sakit entah waktu kunjungan ke panti atau rumah sakit, maupun saat mengunjungi keluarga-keluarga yang sakit, cukup sering saya mendapati orang-orang yang putus asa, tidak lagi mau berusaha untuk sembuh. Seorang bapak yang stroke berhenti melanjutkan fisioterapi, padahal sudah ada tanda-tanda akan sembuh; seorang teman yang minta agar menghentikan semua pengobatan karena merasa sia-sia saja….Seorang sahabat menjadi skrupel atau merasa salah berlebihan – karena pernah melakukan sesuatu yang menurutnya jahat – sampai-sampai kurang percaya bahwa Tuhan mengampuni tanpa batas…,asal kita mau.
Ketidakpercayaan, keputusasaan dan rasa salah berlebihan/skrupel adalah tempat-tempat di mana roh jahat itu justru menunjukkan dirinya, merasuki hidup kita. Mari kita hening sejenak, bertanya diri, kapan dan berapa lama sikap-sikap seperti itu pernah menguasai kita; kapan dan berapa lama kita dirasuki oleh roh jahat?
Injil ini menggarisbawahi betul pentinya iman dan keterbukaan hati kepada belaskasihan Tuhan. Kita mesti seperti perempuan yang kerasukan roh selama 18 tahun itu, menyambut kasih dan pengampunan Tuhan dengan gembira dan penuh harapan, berdiri dan bangkit memuliakan Dia, bangkit dari keterpurukan dan kekecewaan kita. Sikap iman inilah yang melengkapi mukjizat penyembuhan atas dirinya. Anugerah kesembuhan ditanggapi dengan iman yang terbuka dan gembira.Tiada yang mustahil bagi orang yang percaya, itu kata pemazmur…
Mari kita berdoa agar Roh Allah yang sungguh merasuki hidup kita, yakni roh keberanian dan kegembiraan. Sebab, sebagaimana dikatakan rasul Paulus, “kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.” (Rm.12:14) Maka hiduplah sebagai sang Anak, yang percaya dan menyerahkan diri pada Bapa yang selalu menjamin bahkan sudah tahu apa yang kita butuhkan…
salam,
fr.ronald,s.x.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar