Amsal 10:19
Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.
Firman Tuhan ini selalu mengingatkan saya untuk bijak dalam berbicara. Beberapa kali saya menyesal telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dikatakan pada saat-saat tertentu. Beda kepentingan, beda status sosial, beda keyakinan, beda pendidikan dan beda pola pikir dapat menimbulkan salah paham.
Saya belajar banyak dari cara Yesus berbicara. Ia kadangkala menolak untuk mengungkapkan kebenaran tentang diri-Nya sendiri, bahkan di saat yang kelihatannya bagi kita merupakan 'kesempatan untuk bersaksi'. Dia tidak selalu mengatakan siapa diriNya. Dia menyuruh beberapa orang yang disembuhkanNya untuk tidak menyebarkan mujizat yang terjadi. Ia tahu waktu yang tepat kapan Ia harus menutup dan membuka mulutNya. Ia tidak perlu menyesal untuk apa yang telah Ia katakan, karena sepanjang waktu Ia bijak dalam menggunakan mulut-Nya.
Sebagai manusia, seringkali kita tidak bijak dalam berkata-kata. Tapi hal tersebut bisa didapat dalam doa dan praktik sehari-hari. Minta kebijakan untuk berdiam diri ketika hal tersebut merupakan hal yang tepat untuk dilakukan. Minta untuk diingatkan bahwa kita tidak perlu mengatakan segala sesuatu dan hanya ada sedikit hal yang perlu dikatakan. Dan di sisi lain mintalah kata-kata yang tepat ketika harus berbicara.
Berhikmatlah dalam berkata-kata! Membangun atau menjatuhkan itu merupakan pilihan Anda.
Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.
Firman Tuhan ini selalu mengingatkan saya untuk bijak dalam berbicara. Beberapa kali saya menyesal telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dikatakan pada saat-saat tertentu. Beda kepentingan, beda status sosial, beda keyakinan, beda pendidikan dan beda pola pikir dapat menimbulkan salah paham.
Saya belajar banyak dari cara Yesus berbicara. Ia kadangkala menolak untuk mengungkapkan kebenaran tentang diri-Nya sendiri, bahkan di saat yang kelihatannya bagi kita merupakan 'kesempatan untuk bersaksi'. Dia tidak selalu mengatakan siapa diriNya. Dia menyuruh beberapa orang yang disembuhkanNya untuk tidak menyebarkan mujizat yang terjadi. Ia tahu waktu yang tepat kapan Ia harus menutup dan membuka mulutNya. Ia tidak perlu menyesal untuk apa yang telah Ia katakan, karena sepanjang waktu Ia bijak dalam menggunakan mulut-Nya.
Sebagai manusia, seringkali kita tidak bijak dalam berkata-kata. Tapi hal tersebut bisa didapat dalam doa dan praktik sehari-hari. Minta kebijakan untuk berdiam diri ketika hal tersebut merupakan hal yang tepat untuk dilakukan. Minta untuk diingatkan bahwa kita tidak perlu mengatakan segala sesuatu dan hanya ada sedikit hal yang perlu dikatakan. Dan di sisi lain mintalah kata-kata yang tepat ketika harus berbicara.
Berhikmatlah dalam berkata-kata! Membangun atau menjatuhkan itu merupakan pilihan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar