Yeremia 18:4
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
Momen apa yang paling menggelisahkan bagi seorang pendaki gunung? Kehilangan tujuan. Mungkin dia memeriksa peta atau kompasnya baik-baik, tapi mulai bertanya-tanya, "Aneh, rute sudah benar, tapi tujuan tidak juga kelihatan. Keadaan medan malah lebih sukar dari yang diperkirakan... atau sama sekali tidak seperti yang anda bayangkan."
Di Yeremia 18:1-6, Allah menyuruh Yeremia, "Pergilah dengan segera ke rumah seorang penjunan." Seorang penjunan memulai pekerjaannya dengan meraup tanah liat. Tanah liat yang biasa diinjak-injak, dia bawa dan dicuci. Lalu tiba saat sang penjunan mulai melakukan sesuatu. Tanah liat itu ditaruh di atas pelarikan. Dibanting... dipotong... ditekan... dipadatkan... terus... dan terus...
Seperti halnya dalam hidup kita, tiba-tiba kita merasa seperti tersudut dan terpojokkan. Seperti sang pendaki gunung, kita kehilangan motivasi dan tujuan. Alkitab menceritakan peragaan itu kepada Yeremia dengan indah. Tentang kesetiaan Sang Penjunan. Ketekunan-Nya, bahwa Dia terus dan terus mengerjakan kembali tanah liat itu sampai menjadi bejana yang layak. Saat kita berontak dan bentuk kita menjadi buruk, tangan Allah yang sabar tidak pernah berhenti. Lewat semua detail perkara dalam hidup kita, Dia masih memegang kendali dan mengerjakan segala sesuatu dalam rencana-Nya untuk kebaikan kita. Kasih-Nya terlalu besar sehingga Ia terus menerus membentuk kita dengan tangan-Nya sendiri.
Dengan kasih dan anugerah-Nya Ia membentuk anda, menjadi bejana yang indah dan bisa dinikmati oleh banyak orang.
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
Momen apa yang paling menggelisahkan bagi seorang pendaki gunung? Kehilangan tujuan. Mungkin dia memeriksa peta atau kompasnya baik-baik, tapi mulai bertanya-tanya, "Aneh, rute sudah benar, tapi tujuan tidak juga kelihatan. Keadaan medan malah lebih sukar dari yang diperkirakan... atau sama sekali tidak seperti yang anda bayangkan."
Di Yeremia 18:1-6, Allah menyuruh Yeremia, "Pergilah dengan segera ke rumah seorang penjunan." Seorang penjunan memulai pekerjaannya dengan meraup tanah liat. Tanah liat yang biasa diinjak-injak, dia bawa dan dicuci. Lalu tiba saat sang penjunan mulai melakukan sesuatu. Tanah liat itu ditaruh di atas pelarikan. Dibanting... dipotong... ditekan... dipadatkan... terus... dan terus...
Seperti halnya dalam hidup kita, tiba-tiba kita merasa seperti tersudut dan terpojokkan. Seperti sang pendaki gunung, kita kehilangan motivasi dan tujuan. Alkitab menceritakan peragaan itu kepada Yeremia dengan indah. Tentang kesetiaan Sang Penjunan. Ketekunan-Nya, bahwa Dia terus dan terus mengerjakan kembali tanah liat itu sampai menjadi bejana yang layak. Saat kita berontak dan bentuk kita menjadi buruk, tangan Allah yang sabar tidak pernah berhenti. Lewat semua detail perkara dalam hidup kita, Dia masih memegang kendali dan mengerjakan segala sesuatu dalam rencana-Nya untuk kebaikan kita. Kasih-Nya terlalu besar sehingga Ia terus menerus membentuk kita dengan tangan-Nya sendiri.
Dengan kasih dan anugerah-Nya Ia membentuk anda, menjadi bejana yang indah dan bisa dinikmati oleh banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar