Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
Seorang ayah dapat mengingat ketika anak-anaknya masih kecil, mereka akan membual bahwa ayah mereka adalah ayah terkuat di dunia. Mereka sangat yakin akan hal itu. Mereka juga percaya bahwa ayahnya adalah ayah terpintar, tertampan dan lain-lain. Namun ketika anak-anaknya mulai bertumbuh, mereka diperhadapkan dengan kenyataan yang keras bahwa ayahnya bukanlah pahlawan super seperti yang pernah mereka pikir sebelumnya.
Ia bukanlah ayah yang terkuat atau terpintar atau tertampan didunia. Ia hanyalah ayah mereka saja. Ketika anak-anaknya mengasihi dia terlepas dari semua kekurangan-kekurangan dan ketidak-sempurnaannya, ayahnya yakin bahwa ia tidak menghidupkan pengharapan- pengharapan masa kecil mereka dengan menjadi ayah yang sempurna.
Kita semua telah datang ke dunia ini dengan pengharapan untuk dikasihi tanpa syarat. Hanya saja ketika kita mulai bertumbuh, kita mulai menyadari bahwa kita mungkin tidak akan dikasihi dan dipedulikan seperti yang telah kita harapkan karena kasih orang tua kita yang bersyarat. Ketika kenyataan akan keterbatasan manusiawi orang tua menerpa kita, maka ada rasa ketidak-puasan dan kekecewaan yang mengikutinya. Di atas semuanya, kita telah diciptakan untuk dikasihi secara sempurna. Namun jika menempatkan diri kita di posisi orang tua kita, maka kita akan memahami bahwa mereka juga membawa pengharapan-pengharapan masa kecil untuk dikasihi seperti yang kita miliki. Dan seperti halnya kita, mereka juga merasa tidak puas terhadap orang tua mereka dan mereka hanya dapat meneruskan kasih dan penerimaan yang mereka terima pertama kali.
Ketidak-puasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi kita untuk dapat mengenal Allah sebagai Bapa. Sebab sudah merupakan kecenderungan bahwa kita akan berhubungan dengan Allah seperti halnya kita berhubungan dengan bapa duniawi kita. Namun Allah tidak seperti bapa duniawi kita, sebab Matius 5:48 mengatakan bahwa Dia adalah Bapa yang sempurna dan Dia mengasihi kita dengan sempurna.
Jika kita bersedia untuk menanggalkan luka dan ketidak-puasan yang telah kita alami dengan orang tua kita, maka itu akan membawa kebebasan baru untuk menerima kasih yang selalu kita impikan dari Bapa yang sempurna. Jika kita dapat mengampuni orang tua kita untuk semua rasa sakit yang telah mereka timbulkan, dan memandang kepada Allah yang selalu akan memenuhi kebutuhan kita akan kasih. Ia tidak akan membiarkan engkau, Ia tidak akan mengecewakanmu, sebab Ia sempurna dalam segala hal dan Ia mau menjadi Bapamu dengan sempurna.
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
Seorang ayah dapat mengingat ketika anak-anaknya masih kecil, mereka akan membual bahwa ayah mereka adalah ayah terkuat di dunia. Mereka sangat yakin akan hal itu. Mereka juga percaya bahwa ayahnya adalah ayah terpintar, tertampan dan lain-lain. Namun ketika anak-anaknya mulai bertumbuh, mereka diperhadapkan dengan kenyataan yang keras bahwa ayahnya bukanlah pahlawan super seperti yang pernah mereka pikir sebelumnya.
Ia bukanlah ayah yang terkuat atau terpintar atau tertampan didunia. Ia hanyalah ayah mereka saja. Ketika anak-anaknya mengasihi dia terlepas dari semua kekurangan-kekurangan dan ketidak-sempurnaannya, ayahnya yakin bahwa ia tidak menghidupkan pengharapan- pengharapan masa kecil mereka dengan menjadi ayah yang sempurna.
Kita semua telah datang ke dunia ini dengan pengharapan untuk dikasihi tanpa syarat. Hanya saja ketika kita mulai bertumbuh, kita mulai menyadari bahwa kita mungkin tidak akan dikasihi dan dipedulikan seperti yang telah kita harapkan karena kasih orang tua kita yang bersyarat. Ketika kenyataan akan keterbatasan manusiawi orang tua menerpa kita, maka ada rasa ketidak-puasan dan kekecewaan yang mengikutinya. Di atas semuanya, kita telah diciptakan untuk dikasihi secara sempurna. Namun jika menempatkan diri kita di posisi orang tua kita, maka kita akan memahami bahwa mereka juga membawa pengharapan-pengharapan masa kecil untuk dikasihi seperti yang kita miliki. Dan seperti halnya kita, mereka juga merasa tidak puas terhadap orang tua mereka dan mereka hanya dapat meneruskan kasih dan penerimaan yang mereka terima pertama kali.
Ketidak-puasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi kita untuk dapat mengenal Allah sebagai Bapa. Sebab sudah merupakan kecenderungan bahwa kita akan berhubungan dengan Allah seperti halnya kita berhubungan dengan bapa duniawi kita. Namun Allah tidak seperti bapa duniawi kita, sebab Matius 5:48 mengatakan bahwa Dia adalah Bapa yang sempurna dan Dia mengasihi kita dengan sempurna.
Jika kita bersedia untuk menanggalkan luka dan ketidak-puasan yang telah kita alami dengan orang tua kita, maka itu akan membawa kebebasan baru untuk menerima kasih yang selalu kita impikan dari Bapa yang sempurna. Jika kita dapat mengampuni orang tua kita untuk semua rasa sakit yang telah mereka timbulkan, dan memandang kepada Allah yang selalu akan memenuhi kebutuhan kita akan kasih. Ia tidak akan membiarkan engkau, Ia tidak akan mengecewakanmu, sebab Ia sempurna dalam segala hal dan Ia mau menjadi Bapamu dengan sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar