"Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya."
Mg Paskah VI: Kis 8:5-8.14-17; 1Ptr 3:15-18; Yoh 15:14-21
Pesuruh atau hamba yang baik senantiasa mengerjakan apapun yang diminta atau diperintahkan oleh tuannya, dan memang tugas utama seorang hamba adalah partisipasi dalam tugas dan tanggungjawab tuannya. Pada umumnya seorang hamba juga hanya mampu atau terbatas mengerjakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan keterampilan dan fungsinya, dan diharapkan ia berfungsi secara prima sehingga membahagiakan tuannya. Sebagai umat beriman atau beragama kita adalah hamba-hamba Tuhan, maka diharapkan kita hidup dan bertindak sesuai dengan perintah atau kehendak Tuhan, serta tidak mengikuti keinginan atau selera pribadi melainkan berani meninggalkan nafsu dan keinginan pribadi. Maka marilah kita mawas diri perihal panggilan kita sebagai hamba-hamba Tuhan.
"Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut lagi kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, sebab Aku telah memberitahukan kepadamu segala seuatu yang telah kudengar dari BapaKu" (Yoh 15:14-15)
Sebagai hamba-hamba Tuhan kita juga menjadi sahabat-sahabat Yesus, Hamba Tuhan sejati, yang datang untuk melayani bukan dilayani. Ia telah mendengarkan dan melaksanakan semua perintah Yang mengutusNya serta memberitahukan segala sesuatu yang didengarkanNya dari Yang mengutusNya. Maka sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang ambil bagian dalam ke Hamba-anNya, kita diharapkan sungguh mengenalNya serta kemudian meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Untuk itu marilah kita terus menerus berusaha dengan keras dan rendah hati mengenal Yesus, antara lain dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci.
Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci dapat kita sikapi sebagai sejarah yang sungguh bermakna, maka baiklah sungguh kita baca dan dengarkan. Ingat dan hayati bahwa apa yang tertulis di dalam Kitab Suci ditulis dalam ilham Allah, dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang berguna untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Tim 3:16). Kita dididik dan dibina oleh Sabda Tuhan agar semakin beriman dan mempersmbahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan dengan demikian layak disebut sebagai 'sahabat-sahabat Yesus'. Jika kita sungguh menjadi sahabat Yesus maka kita juga akan hidup dan bertindak dengan rendah hati meneladan kerendahan hatiNya.
Rendah hati adalah sikap dan tindakan yang tidak pernah menonjolknn diri meskipun dirinya terbaik dan senantiasa mentaati atau melaksanakan sepenuhnya aneka janji dan tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Maka marilah kita taati dan laksanakan sepenuhnya aneka tata tertib sekecil dan sesederhana apapun, karena jika kita mampu dan terbiasa mentaati atau melaksanakan tata tertib yang kecil dan sederhana akan lebih mudah mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib yang sulit dan berbelit-belit. Dalam kehidupan dan tugas pekerjaan kita sehari-hari kiranya kita menghadapi aneka tata tertib sederhana, seperti aturan lalu lintas, aturan pakai aneka kemasan obat atau makanan atau sarana-prasarana, dst.. Secara khusus kami mengingatkan pentingnya mentaati tata tertib lalu lintas dan aturan pakai aneka sarana-prasana. Cara kita berlalu lintas atau hidup di jalanan hemat saya merupakan cermin kualitas hidup masyarakat atau bangsa, maka hendaknya tertib berlalu lintas sungguh menjadi kebiasaan cara hidup dan cara bertindak kita. Tak kalah penting adalah mentaati aneka aturan pakai sarana-prasarana yang kita gunakan dalam hidup dan tugas pekerjaan kita sehari-hari.
Semakin sempurna atau tuntas mentaati dan melaksanakan aneka janji dan tata tertib kiranya juga berarti semakin suci dan benar, semakin beriman alias menjadi sahabat-sahabat Tuhan, dan siapapun yang melihat atau bersama dengan kita juga semakin tergerak untuk menjadi sahabat-sahabat Tuhan. Marilah kita hayati semangat hamba atau pelayan yang baik, antara lain senantiasa ceria, gembira, dinamis, tidak pernah marah, bekerja keras, cekatan, tanggap terhadap aneka perintah dan permintaan, sederhana, pasrah, dst.. Untuk itu kiranya kita dapat bercermin pada para hamba atau pelayan rumah tangga atau kantor/tempat kerja yang baik. Ingat dan sadari juga bahwa orang utama dalam paguyuban umat Allah seperti Paus dan para Uskup senantiasa berusaha untuk menjadi 'hamba-hamba yang baik dengan melayani umat Allah dalam kesederhanaan dan kerendahan hati', maka selayknya kita sebagai umat Allah saling mendukung dan membantu dalam penghayatan kehambaan atau pelayanan. Maka selanjutnya marilah kita renungkan nasihat atau peringatan Petrus di bawah ini.
"Lebih baik menderita karena berbuat baik, jika itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat" (1Ptr 3:17)
Tumbuh berkembang menjadi lebih baik memang tak akan terpisahkan dari aneka tantangan, hambatan serta masalah, maka hayatilah aneka tantangan, hambatan serta masalah tersebut sebagai wahana atau jalan untuk tumbuh berkembang lebih baik. Lihat dan cermati perlakuan para petani terhadap biji yang sedang tumbuh atau kecambah: biji yang sedang tumbuh atau kecambah ditutupi dengan sampah atau jerami agar batang kecambah semakin cepat tinggi atau panjang, itulah jati diri hidup sejati, yaitu semakin dihambat semakin bergairah untuk melihat dan menikmati Hidup Sejati, yaitu Allah yang menganugerahi hidup. Tantangan, hambatan serta masalah membangkitkan kreativitas, gairah dan tenaga untuk bertemu dengan Hidup Sejati, Allah sumber kehidupan, keselamatan dan kebahagiaan sejati.
Marilah kita hayati salah satu motto Bp Andrie Wongso, promotor Indonesia, yaitu "Besi batangan kalau digosok terus menerus pasti akan menjadi sebatang jarum tajam, maka milikilah keteguhan hati dalam menghadapi aneka tantangan dan hambatan kehidupan". Anda kiranya dapat membayang berapa waktu lamanya menggosok besi batangan sehingga menjadi sebatang jarum yang tajam, tentu membutuhkan waktu dan tenaga luar biasa, waktu panjang dan kerja keras terus menerus. Dengan kata lain melalui proses panjang yang harus diikuti dengan tekun, cermat dan tepat.
Terlibat atau berpartisipasi dalam suatu proses kehidupan memang butuh kesabaran, kerendahan hati serta matiraga. Untuk itu kiranya rekan-rekan ibu yang sedang atau pernah mengandung anaknya dapat mensharingkan pengalaman hidupnya selama mengandung. Bukankah selama mengandung seorang perempuan tak mungkin hidup seenaknya atau mengikuti selera pribadi dengan harapan atau dambaan agar anak yang sedang dikandungnya pada suatu saat lahir dengan selamat serta sehat? Marilah kita hayati panggilan dan tugas pekerjaan kita masing-masing bagaikan seorang ibu yang sedang mengandung anaknya, sehingga kita menghasilkan buah panggilan yang baik atau hasil kerja yang membahagiakan dan menyelamatkan, tentu saja terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia.
Kepada para penjahat, yang kiranya senantiasa berada di dalam penderitaan, kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri. Marilah kita hayati bahwa kita juga sering berbuat jahat. Tanda penderitaan sebagai buah kejahatan adalah kita semakin menderita, stress dan terancam terus menerus, sedangkan penderitaan yang lahir karena berbuat baik membuat kita semakin bergembira dan bergairah, semakin damai, tenteram dan sejahtera lahir dan batin, jasmani maupun rohani.
"Bernyanyilah bagi Allah, masmurkanlah NamaNya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan. NamaNya ialah Tuhan, beria-rialah dihadapanNya! Bapa bagi para piatu dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah kediamanNya yang kudus" (Mzm 68:4-5)
Ign 29 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar