Dalam aksara Cina, kata "sibuk" berarti "kematian hati" atau " hati yang mati ".
Kesibukan cenderung membuat orang "mati rasa" karena terampas hal yang berharga dalam hidup kita, yakni kepekaan.
Orang yang sibuk bisa kehilangan kepekaan terhadap Tuhan dan sesama. Lebih parah lagi, orang yang sibuk lama kelamaan bisa menjadi egois -- tidak lagi peduli pada manusia di luar dirinya.
Paulus membukakan tentang kondisi manusia akhir zaman kepada Timotius. Kondisi di mana manusia akan "mencintai dirinya sendiri [egois], menjadi hamba uang, membual, menyombongkan diri, menjadi pemfitnah, berontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, dan tidak mempedulikan agama" (2Timotius 3:2)
Sebagai anak Tuhan mari kita latih kepekaan rohani dalam mencermati tanda zaman, agar tidak terjebak dalam kematian hati.
Berhati-hatilah saat kita mulai mengklaim diri sibuk.
Dalam kesibukkan-Nya, Yesus masih bisa berdoa.
Kesibukan cenderung membuat orang "mati rasa" karena terampas hal yang berharga dalam hidup kita, yakni kepekaan.
Orang yang sibuk bisa kehilangan kepekaan terhadap Tuhan dan sesama. Lebih parah lagi, orang yang sibuk lama kelamaan bisa menjadi egois -- tidak lagi peduli pada manusia di luar dirinya.
Paulus membukakan tentang kondisi manusia akhir zaman kepada Timotius. Kondisi di mana manusia akan "mencintai dirinya sendiri [egois], menjadi hamba uang, membual, menyombongkan diri, menjadi pemfitnah, berontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, dan tidak mempedulikan agama" (2Timotius 3:2)
Sebagai anak Tuhan mari kita latih kepekaan rohani dalam mencermati tanda zaman, agar tidak terjebak dalam kematian hati.
Berhati-hatilah saat kita mulai mengklaim diri sibuk.
Dalam kesibukkan-Nya, Yesus masih bisa berdoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar