Mall dan pusat-pusat perbelanjaan sudah lama dirias dan bahkan sekarang telah ramai oleh khalayak. Hotel-hotel berbintang sudah penuh di-booking untuk long session holiday seperti saat ini; daftar reservasi restaurant dan tempat-tempat hiburan juga sudah terisi semua. Saya ingat ungkapan klasik dari Romawi ini : Carpe Diem!, kurang lebih artinya :”yuk, habiskan..dan jangan lewatkan hari ini..
Rumah kita pun hampir selalu dibuat istimewa menjelang tahun baru; janji sudah banyak dibuat dengan keluarga, teman, kekasih atau orang-orang terdekat supaya bersama-sama menyambut tahun baru. Lantas kalau bukan merencanakan makanan istimewa, kita sudah memilih beberapa hadiah atau tanda cinta bagi orang-orang dekat itu..
Kita tahu, orang Jawa punya perhitungan waktu sendiri. Suku Aztec dengan sangat indah melukiskan perhitungan waktu mereka dalam gambar-gambar. Pun di masa lampau orang-orang Babylonia menetapkan terbitnya Bulan Pertama sebagai Tahun Baru mereka dan masih banyak lagi… Akan tetapi, tetap saja hampir seluruh penghuni bumi ini serempak memberi jedah yang sama untuk hari terakhir di tahun masehi, sama-sama menjadikan perhitungan masehi sebagai perhitungan mereka. Maka, pantas kita mensyukuri universalisme seperti ini. Orang-orang yang bermusuhan, kulit hitam dan putih, Budhis, Kristen atau Islam sama-sama berhenti sebentar menunggu bergantinya waktu yang sama-sama dan sepakat mereka namakan Satu Januari..
Dalam perhitungan waktu, apa dan bagaimanapun itu, kita bisa menemukan kearifan peradaban nenek moyang kita. Waktu perlu dihitung sedemikian rupa sehingga kita bisa melihat hidup kita sebagai keseluruhan yang lengkap, menemukan hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya. Bersama waktu yang dihitung kita menambahkan di dalamnya kualitas-kualitas seperti kanak-kanak, muda dan tua. Saya yakin perhitungan waktu demikian dibuat sebagai self-affirmation atau penegasan diri manusia bahwa hidupnya terbatas, tapi pada saat yang sama afirmasi atas kerinduannya untuk hidup sepenuh-penuhnya, fully alive…
Orang-orang beriman, di sini di antaranya saya sebutkan Santo Dionisius yang menetapkan perhitungan waktu masehi, membuat perhitungan waktu dengan tujuan mensyukuri kehidupan. Bagi orang Nasrani, Yesus adalah anugerah kehidupan. Maka, tidak salah jika perhitungan itu dinamakan masehi, tahun almasih, tahun penyelamatan, anno domini, tahunnya Tuhan. Saya yakin para pendahulu kita mau memaknai hidup mereka sebagai waktu di mana Allah terus hadir dan menyelamatkan…
Maka di akhir tahun dan menjelang tahun baru ini, saya mengajak teman-teman berterima kasih pada Tuhan yang tidak saja menciptaan waktu, tapi menciptakan kita juga. Bahkan lebih dari itu, Dia memilih untuk masuk dalam waktu, ikut dalam sejarah kita sebagai manusia dalam diri Yesus. Injil Yohanes yang menjadi bahan refleksi akhir tahun, dengan tepat menggarisbawahi kebenaran tadi sebagai “firman yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita” (Yohanes 1:1-18).
Anda tentu sepakat bahwa kita tidak pernah memilih untuk dilahirkan atau tidak, untuk hidup di dunia ini atau tidak…Yang pasti kita diciptakan, dari tiada menjadi ada; dari ketidakmungkinan menjadi kenyataan.. Maka, hidup dan keberadaan kita totally a gift, anugerah Tuhan. Sebagai anugerah, saya yakin bahwa kita diciptakan tidak dengan semena-mena, melainkan direncanakan. God chooses to love us…Coba bayangkan, apa kah ada bedanya jika kita tidak ada dan jika kita ada? Kalau tidak ada,bukankah itu berarti memang kita tidak penting, lalu dunia terus berjalan tanpa sedikitpun menerima dampak dari keberadaan kita. Toh, ternyata ada bedanya…maka itu berarti kita penting, we are completely valuable!
Saya dan anda tengah menghitung-hitung waktu yang sebentar lagi berganti dan tentu di Cilandak Town Square, TA, Hilton Hotel orang datang jauh-jauh dari Bekasi, Tangerang untuk bersama-sama menghitung: satu, dua…dan tiga.. sambil meniupkan terompet. Bahkan tidak sedikit yang mulai ngikut gaya selebritas yang pake ngelamar segala di malam taon baru..Pun begitu yakin saya saat ini, bahwa berjuta-juta tangan sedang siap-siap di atas mobile phone nya untuk nge-send ucapan pertama Selamat Tahun Baru pada orang-orang yang spesial baginya
Sebelum semuanya itu…sebelum anda meniup terompet panjang-panjang, sebelum kening orang-orang yang anda cintai dicium; sebelum anda menghitung satu,dua dan tiga…biarlah barang lima menit, anda memasang lilin, duduk melingkar di meja bersama keluarga, diam sejenak mensyukuri semua yang sudah terjadi. Masukkanlah dalam ingatan anda semua orang yang langsung atau tidak terlibat dalam hidup anda tahun ini lengkap dengan semua peristiwa yang paling enak dan tidak mengenakkan.. Sebentar saja… marilah kita HENING… Ini suatu pilihan yang mungkin terlalu kontras dengan semarak dan gegap gempita orang-orang ramai. Kita memilih itu sebentar saja untuk menerima dengan gembira semua yang sudah berlalu. Untuk apa? Untuk melihat bagaimana Tuhan terus mengubah hidup kita hari-hari ini, untuk melihat betapa Tuhan terus mencintai dan menerima kita di titik 00.00 meski tahun yang lalu begitu pekat dan perih bagi hidup kita. Sebagai orang beriman, kita pantas merayakan tahun untuk merayakan cinta Allah yang mengatasi waktu, merayakan pilihan kita untuk terus mencintai meski orang-orang dekat kita tidak selalu seperti yang kita harapkan bahkan mengkhianati kita.
Tidak salah jika Robert Burns pencipta balada terkenal “Auld Lang Syne” pada tahun 1700-an bertanya dalam lirik lagu itu:
“ Should auld acquaintance be forgot and never brought to mind?
Should auld acquaintance be forgot and days of auld lang syne (old long ago)?
We’ll take a cup of kindness yet,
For auld lang syne, for the good old days..
Mari kita habiskan hari ini dengan rasa syukur, bukan dengan kemabukan yang membuat lupa pada Dia yang memberikan segala yang baik. Mari kita membangun kembali pengharapan, cita dan komitmen untuk saling membaktikan diri tanpa syarat bagi orang yang kita kasihi, bagi semuo orang khususnya mereka yang paling menderita…
Saya mendoakan anda semua di tahun yang baru ini. Syukur atas persahabatan kita…
Salam,
Ronald,s.x.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar