AKULAH KEMBANG PERAWAN
Entah mengapa setiap kali mendengar lagu “kembang perawan” yang dilantunkan Gita Gutawa saya tersenyum sipu sekaligus langsung mengingat Maria, perawan yang melahirkan Almasih; juga pada kidung indah yang ia wariskan pada Gereja: magnificat, Aku Mengagungkan Tuhan. Mungkin di telinga anda, lagu ini tidak terlalu familiar dibandingkan dengan “kembang perawan” yang dipoles orkestra apik Erwin Gutawa.. Akan tetapi saya tetap menemukan kesamaan, atau lebih tepat jembatan yang menghubungkan dua lagu ini – dalam penghayatan saya. Keduanya merupakan kidung gembira perayaan atas kehidupan; Yang satu bercerita tentang seorang gadis remaja yang memasuki tahapan baru hidupnya, yang mulai mengerti diri dengan segala aspirasinya: kemandirian, cinta berserta hasrat-hasratnya – pingin dekat di hati walau jauh di mata, bila dekat lelaki jadi malu, gee r, dst…
Sementara magnificat adalah lagu seorang perawan, yang tidak hanya memiliki hasrat, kerinduan dan perasaan sebagai perempuan, tapi nyata-nyata - walaupun telah mencintai seorang laki-laki (Yusus)- akhirnya memutuskan menyerahkan hidupnya bagi Allah. Maria merelakan segala rencananya demi terlaksananya rencana Allah. Ia tidak hanya memberi rahimnya bagi Almasih untuk lahir, tapi seluruh hatinya bagi Allah: Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu”
Saya membayangkan ketika malaikat Tuhan menampakkan diri pada Maria dan menyatakan rencana Allah, Maria tidak hanya berkata “Bagaimana mungkin itu terjadi, sementara aku belum bersuami?”, tetapi dalam hatinya dia mungkin juga bilang: “Tuhan, kau tahu, aku punya hasrat dan kerinduan sebagai perempuan, aku juga mencintai Yusuf. Namun, jadilah kehendakmu (fiat voluntas tua). Dia murni, orang yang terus terang, jujur dan tidak menyumbunyikan apa-apa, termasuk kekuatirannya.
Maria, berbeda dengan gadis seusianya, sungguh mengerti arti cinta, yakni memberi tempat seluas-luasnya bagi yang lain; mendahulukan yang lain yakni Allah sendiri – suatu komitmen yang jauh melampaui perasaan suka dan tidak suka. Inilah keperawanan Maria sesungguhnya. Dia sedemikian mengasihi Allah sampai tidak memberi tempat pada kata ‘tidak’. Dia murni, karena hatinya ia penuhi dengan keputusan mencintai Allah sehabis-habisnya.
Keputusan Maria untuk membiarkan rencana Allah terjadi dalam hidupnya bukan karena tidak ada pilihan lain. TIDAK! Maria memilih itu karena tak terkira kegembiraannya mengalami diri dicintai sedemikian besarnya oleh Tuhan, sampai-sampai dia yang hina itu dipilih menjadi ibu Tuhan. Maria mengatakan Ya, karena dia merayakan keterpilihannya:
“aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersukaria karena Allah penyelamatku, sebab ia memperhatikan daku hambanya yang hina ini..”
Maka, magnificat pun adalah syukur atas anugerah kehidupan sebagaimana yang dilagukan Gita ..”menikmati semua anugerah hidupku…Maria pantas mendapat gelar “kembang perawan” justru karena dia sepenuhnya mempercayakan diri pada Allah, setia pada pilihannya menjadi ibu Yesus. Saya yakin lagu itu selalu ia nyanyikan setiap hari ketika membesarkan Yesus, ketika menjadi pelarian di Mesir, ketika bersama Yusuf mencari-cari Yesus, saat menjanda ditinggal mati Yusuf, ketika tahu Yesus dicari-cari untuk dibunuh, ketika Yesus disalib dan wafat hingga akhirnya harus ikut membesarkan Gereja perdana…Maria selalu melagukan itu untuk minta pada Tuhan supaya setia.
Setiap hari saya juga mendoakannya mohon rahmat kesetiaan; mohon anugerah keperawanan yang sama seperti dimiliki Maria, yakni kegembiraan untuk terus mengabdi, mencintai dan melayani walau harus mengurbankan rencana dan kesenangan pribadi.
Hati yang murni, tulus untuk mencintai adalah rahim bagi Allah untuk lahir bagi anak, istri, kekasih, keluarga dan musuh anda…
Dengan menyanyikannya aku mohon agar aku menjadi “kembang perawan”, kembang yang tetap memberi tempat bagi orang lain dan Allah sendiri untuk dicintai… Rahmat ini pula yang saya mohonkan dari Allah untuk anda menyongsong Natal yang sebentar lagi tiba.
Semoga “lagi kembang perawan” yang sudah saya download ke multiply saya (http://tardelly.multiply.com) bisa menyemangati anda agar bersama saya melagukan terus dalam hidup kita kidung ini:
“aku mengagungkan Tuhan,
Hatiku bersukaria karena Allah penyelamatku.
Mulai sekarang aku disebut yang berbahagia
Oleh sekalian bangsa
Sebab perbuat besar dikerjakan bagiku oleh yang mahakuasa
Kuduslah namanya
Kasih sayangnya
Turun temurun
Kepada orang yang takwa
Perkasalah perbuatan tangan-Nya
Diceraiberaikannya orang yang angkuh hatinya
Orang yang berkuasa diturunkannya dari takhta
Yang hina dina diangkatnya
Orang lapar dikenyangkannya dengan kebaikan
Orang kaya diusirnya dengan tangan kosong
Menurut janjinya kepada leluhur kita
Allah telah menolong Israel hambanya
Demi kasih sayangnya kepada Abraham serta keturunannya
Untuk selama-lamanya”
salam,
ronald,s.x.
Sabtu, 22 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2007
(249)
-
▼
Desember
(50)
- NEW YEAR RESOLUTION
- NEW YEAR RESOLUTION
- Alkitab, Kuno?
- Alkitab, Kuno?
- Sebelum Satu, Dua dan Tiga ...Auld Lang Syne untukmu
- Sebuah Pengorbanan
- Sebuah Pengorbanan
- SENTUH HATIKU (LIRIK LAGU ROHANI)
- Hati Nurani
- Hati Nurani
- Mendengarkan Hujan, merayakan pengharapan
- Kesaksian Seorang Pembuat Permen
- Omnipresent
- Omnipresent
- Sekantung kue
- Lonely
- Lonely
- Natal Putih, Tidak Seputih Kisah Hidup Irving Berlin
- Otoritas
- Otoritas
- The Mistery of the Almighty
- The Mistery of the Almighty
- Boneka untuk Adikku
- HADIAH NATAL YANG MAHAL
- Miskin di Hadapan Tuhan
- Miskin di Hadapan Tuhan
- Selamat Datang di Renungan Harian Online
- Selamat Datang di Renungan Harian Online
- Injil Menurut Toko Serba Ada (The Gospel According...
- Akulah Kembang Perawan
- Penantian Panjang
- Malam Saat Lonceng Berdentang
- Bunga Cinta Lestari
- BEBAN BERAT DI SAAT NATAL
- Menuju Puncak
- Permohonan Gadis kecil
- Letter from JESUS
- Oh…Lucia, O.. Lucy…Catatan tentang Hospitalitas
- Kasih Bapa
- The Golden Compass
- Berikan Aku Seorang Ayah
- Sebuah Penantian (My Hope Indonesia )
- Ajarilah Anak-anak Arti Natal yang Sebenarnya
- Menunggumu, Merindumu...
- Tukang Arloji - Cerita Natal
- Ibu bermata satu
- Does God Cry?
- Tidak Akan Melepaskanmu
- Memaafkan..........
- Hargai Waktu
-
▼
Desember
(50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar