Senin, 10 November 2014
4:18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
4:20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
4:21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
4:22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku.” —Matius 4:19
Dalam kunjungannya ke Yerusalem, seorang teman melihat seorang rabi yang telah lanjut usia sedang berjalan melewati Tembok Ratapan. Yang menarik dari sang rabi tua tersebut adalah adanya lima pemuda yang ikut berjalan di belakangnya. Mereka juga berjalan dengan membungkuk dan terseok-seok, sama seperti yang dilakukan oleh rabi mereka. Seorang penganut agama Yahudi Ortodoks yang memperhatikan mereka pasti segera tahu persis mengapa mereka meniru gerak-gerik guru mereka. Mereka adalah “para pengikut”.
Sepanjang sejarah agama Yahudi, salah satu kedudukan yang paling dijunjung oleh seorang pria Yahudi adalah hak istimewa untuk menjadi “pengikut” dari seorang rabi di daerahnya. Para pengikut biasanya duduk di kaki sang rabi saat ia mengajar. Mereka akan mempelajari kata-katanya dan memperhatikan bagaimana ia bertindak dan menanggapi hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Seorang pengikut melihat dirinya mendapat kehormatan besar apabila ia dapat melayani rabinya, sekalipun yang dilakukannya adalah sesuatu yang sepele. Karena kekaguman mereka, mereka pun bertekad untuk menjadi sama seperti sang rabi.
Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk mengikut Dia (Mat. 4:19), itulah undangan agar hidup mereka diubahkan oleh-Nya, menjadi sama seperti Dia, dan menghayati kerinduan-Nya untuk menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan Juruselamat. Kehormatan besar untuk menjadi pengikut-Nya haruslah juga terlihat nyata dalam hidup kita. Kita pun telah dipanggil untuk menarik perhatian dunia melalui ucapan, pikiran, dan tindakan kita yang meneladan Yesus—Sang Rabi dan Guru bagi jiwa kita. —JMS
Terima kasih, Tuhan, atas kehormatan besar mendapat
panggilan untuk mengikut-Mu. Kiranya hidupku dapat
meneladan-Mu sehingga orang lain akan tahu bahwa
Engkaulah tujuan hidupku dan guru bagi jiwaku.
Ikutilah Yesus dan biarlah dunia tahu bahwa Dialah gurumu.
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSateKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar