Senin, 3 November 2014
30:1 Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan Bait Suci. Dari Daud.
30:2 Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.
30:3 TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.
30:4 TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
30:5 Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!
30:6 Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
30:7 Dalam kesenanganku aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!"
30:8 TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung yang kokoh; ketika Engkau menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut.
30:9 Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada Tuhanku aku memohon:
30:10 "Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur kepada-Mu dan memberitakan kesetiaan-Mu?
30:11 Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku!"
30:12 Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita,
30:13 supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku! —Mazmur 30:11
Hidup Minnie dan George Lacy didera oleh berbagai pertanyaan seperti: “Apakah Yesus sanggup? Apakah hubungan kita dengan Kristus sanggup menopang kita? Apakah Dia sanggup menolong kita untuk terus melangkah? Apakah Dia peduli?”
Ketika melayani sebagai misionaris pada tahun 1904, putri bungsu mereka jatuh sakit. Kemudian berturut-turut, kelima anak mereka meninggal pada tahun yang sama karena demam scarlet. Dalam suratnya kepada lembaga misi yang mengutus mereka, George Lacy menulis tentang perasaan sepi dan duka mereka yang mendalam: “Terkadang semua itu rasanya tidak sanggup lagi kami tanggung.” Namun kemudian ia menambahkan, “Tuhan terus menyertai kami dan telah menolong kami dengan luar biasa.” Pada masa-masa terkelam dalam hidup mereka, mereka mengalami bahwa Yesus berada di dekat mereka dan Dia sanggup menolong mereka.
Banyak dari kita akan menghadapi keadaan-keadaan yang membuat kita merasa tidak lagi sanggup untuk terus melangkah. Jika kesehatan kita merosot, jika kita kehilangan pekerjaan, jika kita kehilangan orang-orang terdekat, akankah kita mengalami bahwa hubungan kita dengan Tuhan sanggup menolong kita untuk terus melangkah?
Pemazmur mengingatkan kita akan kehadiran dan kesetiaan Allah (Mzm. 30). Ketika merasa begitu tertekan, ia berseru, “Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku!” (ay.11). Allah pun memberinya kesembuhan dan kelegaan (ay.3-4).
Sebagai umat yang percaya kepada Yesus, kita tidak akan pernah kekurangan apa pun yang kita butuhkan untuk bertahan. Tuhan akan senantiasa menyertai kita. —RKK
Meski didera cobaan yang membuat putus asa,
Jiwaku akan berlari menuju tempat perlindungan
Dan percaya pada jaminan yang teramat indah,
“Kasih karunia-Ku itu cukup bagimu.” —NN.
Iman dalam Kristus yang Mahasanggup memampukan kita untuk terus melangkah.
Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu
from WarungSateKaMu.org
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar