Anda ingin sabar? Belajarlah dari petani. Mereka menyiapkan tanah, membongkar, membersihkan; memilih benih, menanam, mengairi, menambahkan pupuk seperlunya, lalu menanti dan menanti.
Setiap pagi dan sore, ia datang membungkuk, melihat cermat, memperhatikan, tunas-tunas hijau lembut menembus gundukan tanah. Ketika mulai tumbuh, mereka menyiasati datangnya hama, entah kawanan tikus, belalang atau unggas, entah himpitan rumput dan semak ilalang. Terkadang mereka bersenandungriang dan dengan jemarinya yang keras kasar, membelai lembut tunas-tunas hidup yang baru. Yesus, sang anak tukang kayu, memahami kesabaran seorang petani, dan keberhasilan dari benih-benih baik yang berasal dari Allah, serta pertumbuhannya yang akan indah pada waktunya. Kerajaan Allah, kebaikan danpersaudaraan sejati, akan tumbuh, bermula dari benih taburan Allah, makin besar dan kokoh dan terbuka untuk segala lapisan umat manusia.
Saudara-saudariku, cukupkah kita bersabar dan yakin akan benih kebaikan yang Allah taburkan dan ikut pelihara dalam hidup, dalam tugas, dalam misi kita? Mudahkah kita putus asa dan menyerah dalam membangun rumah tangga tangga, komunitas dan paroki? Apakah kita memaksakan kekerasan? Cukupkah kita mengandalkan Allah dan memohonkan Roh KudusNya untuk inspirasi dan tuntunan?
(Mutiara Iman 2013, Yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar