Sore itu, pas aku mau pulang dari kos-kosan adikku, seorang ibu yang juga ngekos di tempat itu dengan anaknya, bertanya ke aku, "Ehm ... bapak ini hamba Tuhan, ya?" Mendengar itu, aku lalu menjelaskan profesiku, sebagai seorang penulis dan trainer Kristen, dan berkata, "Ya, bisa juga disebut hamba Tuhan. Memangnya ada apa, bu?" Lalu, ibu tersebut bertanya, apakah aku bisa melayani dia dan anak-anaknya. Aku tidak segera menjawab pertanyaan ibu tersebut, karena aku masih ragu-ragu untuk mengiyakan permintaannya. Ketika ibu tersebut tidak melihat respon yang diharapkan, lalu ia pun segera pamit ke kamarnya, sambil berkata dengan pelan, "Soalnya saya lagi kebingungan." Lalu aku pun segera menuju ke adiikku, yang sudah menunggu sejak tadi di motornya.
Ketika aku hendak naik ke boncengan motor adikku, tiba-tiba hati nuraniku seperti terusik dan hati kecilku berkata, "Hei, ibu tersebut membutuhkan pelayanan kamu, dan bukan kebetulan ia bertemu dengan kamu di kos-kosan adik kamu!" Ini teguran Roh Kudus! Maka, tanpa berbantah-bantah lagi, aku segera melepas helmku dan menuju ke kamar ibu tersebut. Ketika aku bertemu dengan ibu tersebut, aku pun mulai bercakap-cakap dengan dia, dan bertanya kepadanya, apa yang menjadi beban dan pergumulannya selama ini. Lalu, aku pun berdoa untuk dia, serta memberikan kata-kata nasehat dan penghiburan. Usai aku mendoakan ibu tersebut, aku melihat ada raut kelegaan di wajahnya, dan berulang kali ia mengucapkan terima kasih atas doa dan pelayanan saya. Melihat hal itu, hatiku tiba-tiba dipenuhi oleh sukacita ilahi, karena aku boleh menjadi berkat bagi ibu tersebut. Saya pun lalu berpamitan dengan ibu tersebut.
Ketika aku hendak naik ke boncengan motor adikku, tiba-tiba hati nuraniku seperti terusik dan hati kecilku berkata, "Hei, ibu tersebut membutuhkan pelayanan kamu, dan bukan kebetulan ia bertemu dengan kamu di kos-kosan adik kamu!" Ini teguran Roh Kudus! Maka, tanpa berbantah-bantah lagi, aku segera melepas helmku dan menuju ke kamar ibu tersebut. Ketika aku bertemu dengan ibu tersebut, aku pun mulai bercakap-cakap dengan dia, dan bertanya kepadanya, apa yang menjadi beban dan pergumulannya selama ini. Lalu, aku pun berdoa untuk dia, serta memberikan kata-kata nasehat dan penghiburan. Usai aku mendoakan ibu tersebut, aku melihat ada raut kelegaan di wajahnya, dan berulang kali ia mengucapkan terima kasih atas doa dan pelayanan saya. Melihat hal itu, hatiku tiba-tiba dipenuhi oleh sukacita ilahi, karena aku boleh menjadi berkat bagi ibu tersebut. Saya pun lalu berpamitan dengan ibu tersebut.
Ah, hampir saja, aku melewatkan tuntunan dan kesempatan yang Tuhan berikan, agar aku boleh menjadi berkat bagi ibu tersebut. Rupanya, untuk menjadi berkat bagi sesama kita, kita tidak harus pergi jauh-jauh ke ujung dunia, tetapi mulailah dengan memiliki kepekaan terhadap tuntunan Tuhan dan kebutuhan orang-orang di sekitar kita. Lalu, berikan diri kita untuk melayani mereka. GBU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar