Senin, 31 Agustus 2009

Sendok Surga dan Sendok Neraka

Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu."

Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.

Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.

Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.

Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil.

Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu.

Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA."

Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut.

Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? Kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?"

Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik."

"Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri."

Merubah Fokus

Ini adalah sebuah wawancara yang benar-benar luar biasa dengan Rick Warren, penulis Purpose Driven Life dan pastor dari Gereja Saddleback di California.

Dalam sebuah wawancara dengan Paul Bradshaw, Rick Warren mengatakan: Orang-orang bertanya kepada saya, apa tujuan dari hidup? Dan jawab saya adalah: secara ringkas, hidup adalah persiapan untuk kekekalan. Kita diciptakan untuk hidup selama-lamanya, dan Tuhan menginginkan kita untuk bersama-sama dengan Dia di surga. Suatu hari jantung saya akan berhenti, dan itu akan menjadi akhir dari tubuh saya tapi bukan akhir dari saya.

Saya mungkin hidup 60 sampai 100 tahun di bumi, tapi saya akan menghabiskan trilyunan tahun dalam kekekalan. Ini adalah sekedar pemanasan, persiapan untuk yang sesungguhnya.

Allah menginginkan kita melatih di dunia apa yang akan kita lakukan selamanya dalam kekekalan. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, dan sampai engkau bisa memahami hal itu, hidup tidak akan pernah masuk akal.

Hidup adalah sebuah seri dari masalah-masalah: apakah engkau sedang dalam masalah sekarang, baru saja selesai dari satu masalah, atau akan segera masuk dalam satu masalah.

Alasan untuk ini adalah: Tuhan lebih tertarik kepada karaktermu daripada kesenangan / kenyamanan hidupmu.

Tuhan lebih tertarik untuk membuat hidupmu suci daripada membuat hidupmu senang. Kita bisa cukup senang di dunia, tapi itu bukanlah tujuan darihidup. Tujuannya adalah pertumbuhan karakter, dalam kemiripan kepada Kristus.

Setahun terakhir ini telah menjadi tahun yang paling hebat dalam hidup saya tapi juga tahun yang paling sulit, dengan istri saya, Kay, terkena kanker.

Dulu saya terbiasa berpikir bahwa hidup adalah bukit dan lembah suatu saat kamu melalui masa-masa gelap, kemudian kamu naik ke puncak, bolak-balik seperti itu. Saya tidak percaya itu lagi.

Hidup bukannya dalam bentuk bukit dan lembah, sekarang saya percaya bahwa hidup adalah seperti 2 rel di rel kereta api, dan pada setiap waktu kamu mengalami sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk dalam hidupmu. Tidak penting seberapa baiknya berbagai hal terjadi dalam hidupmu, selalu ada hal-hal yang buruk yang perlu diselesaikan.

Dan tidak peduli seberapa buruknya yang terjadi dalam hidupmu, selalu ada sesuatu yang baik dimana engkau bisa bersyukur kepada Tuhan.

Engkau bisa fokus pada tujuan hidupmu, atau engkau bisa fokus pada masalahmu.

Jika engkau fokus pada masalahmu, engkau akan menjadi terpusat pada dirimu (self-centeredness) , masalahku, urusanku, sakitku.

Tapi satu cara yang paling mudah untuk menyingkirkan rasa sakit itu adalah dengan melepaskan fokusmu pada dirimu sendiri dan mulai memfokuskan diri kepada Allah dan kepada sesama.

Kami dengan cepat menemukan bahwa walaupun didoakan oleh ratusan ribu orang, Tuhan tidak akan menyembuhkan Kay atau meringankan penderitaannya. Keadaan sangat sulit untuk dia, tapi Allah sudah memperkuat karakternya, memberinya pelayanan menolong orang lain, memberinya sebuah kesaksian, menarik dia lebih dekat lagi kepada Allah dan kepada sesama.

Engkau harus belajar untuk berhadapan dengan hal yang baik maupun yangburuk dalam hidup. Sebenarnya, terkadang berurusan dengan yang baik bisa lebih sulit. Sebagai contoh, dalam setahun terakhir ini, secara begitu tiba-tiba, ketika sebuah buku terjual 15 juta buah, hal itu membuat saya langsung sangat kaya.

Itu juga membawa banyak kepopuleran yang belum pernah saya hadapi sebelumnya. Saya pikir Allah tidak memberimu uang ataupun kepopuleran untuk ego dirimu sendiri atau untuk engkau hidup enak-enakan.

Jadi saya mulai bertanya kepada Allah apa yang Ia inginkan untuk saya lakukan dengan uang, kepopuleran, dan pengaruh ini. Dia memberiku 2 pasal yang berbeda yang menolong saya menentukan apa yang harus dilakukan, 2Korintus 9 dan Mazmur 72.

Pertama,meskipun ada begitu banyak uang yang kami terima, kami tidak akan mengubah gaya hidup kami sedikitpun. Kami tidak melakukan pembelian besarapapun.

Kedua, mulai sekitar tengah tahun lalu, saya berhenti mengambil gaji dari gereja.

Ketiga, kami mendirikan yayasan-yayasan untuk mendanai sebuah inisiatif yang kami sebut The Peace Plan: untuk mendirikan gereja, memperlengkapi pemimpin-pemimpin, menolong orang miskin, merawat yang sakit, dan mendidik generasi masa depan.

Keempat, saya menjumlahkan semua yang telah gereja bayarkan kepada saya selama 24 tahun sejak saya memulai gereja, dan saya mengembalikan semuanya. Terasa sangat membebaskan untuk bisa melayani Allah secara cuma-cuma.

Kita harus bertanya pada diri kita: Apakah saya akan hidup untuk kekayaan? Popularitas?

Apakah saya akan diarahkan oleh tekanan? Perasaan bersalah? Kepahitan? Materialisme?

Atau saya akan diarahkan oleh rencana-rencana Allah untuk hidup saya? Ketika saya bangun pagi, saya duduk di sisi tempat tidur saya dan berkata, Tuhan, jika saya tidak menyelesaikan satu halpun pada hari ini, saya ingin mengenal Engkau lebih lagi dan mengasihi Engkau lebih lagi. Tuhan tidak meletakkanmu di bumi hanya untuk mengisi daftar hal-hal yang harus dikerjakan. Dia lebih tertarik kepada siapa saya daripada apa yang saya lakukan. Karena itulah kita disebut human beings, bukan human doings.

Dalam masa-masa yang menyenangkan, PUJI TUHAN.
Dalam masa-masa sulit, CARI TUHAN.
Dalam masa-masa tenang, SEMBAH TUHAN.
Dalam masa-masa yang menyakitkan, PERCAYAI TUHAN.
Setiap saat, BERSYUKURLAH KEPADA TUHAN.

Meneladani Yesus atau Orang Farisi?

Ayat bacaan: Lukas 19:7
====================
"Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."

meneladani Yesus, orang Farisi, ZakheusMenjadi lebih baik lagi dari hari ke hari tentu baik. Semakin hidup kudus, semakin menjauhi dosa, semakin mendekati dan mencerminkan pribadi Kristus, itu keinginan kita semua. Namun jika tidak hati-hati, kita bisa dimasuki dosa kesombongan, menganggap diri kita lebih baik dari orang lain dan akhirnya mulai menghakimi orang lain. Si A berdosa ini, si B berdosa itu, dan selanjutnya mulai mencibir dan menjauhi mereka. Ini bukanlah hasil yang diharapkan dari sebuah pertobatan dan usaha menguduskan diri. Alih-alih menjadi garam dan terang dunia, kita malah bisa terperangkap dalam sikap yang cenderung menjauhi mereka yang sebetulnya sedang butuh pertolongan agar tidak binasa.

Hari ini sebelum tidur saya diingatkan dengan kisah Zakheus. Kisah tentang pertemuan Zakheus dan Yesus tentu tidaklah asing lagi. Rasanya kisah ini pun sering dibawakan untuk anak-anak di sekolah Minggu. Gambaran visual Zakheus yang berbadan pendek namun sibuk memanjat pohon agar bisa melihat Yesus, dan kemudian kisah pertobatannya tidaklah sulit untuk dicerna oleh anak-anak. Zakheus yang berbadan pendek ini adalah seorang pemungut cukai yang kaya. Pada masa itu orang Yahudi terutama para ahli Taurat menggolongkan para pemungut cukai ini sebagai orang berdosa. Cap sampah masyarakat, pendosa, digolongkan dalam satu kelas bersama orang lalim, penzinah dan perampok (Lukas 18:11), para pemungut cukai ini biasanya dicemooh dan dipandang hina. Zakheus ada dalam kelompok ini. Tapi sepertinya Zakheus punya kerinduan yang sangat besar untuk dapat bertemu Yesus. Sayang badannya pendek, sehingga sulit baginya untuk bisa melewati orang-orang lain yang berpostur lebih tinggi darinya. Tapi ia tidak menyerah, ia pun berusaha sedemikian rupa dengan memanjat pohon ara. (Lukas 19:4). Usahanya berhasil. "Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (ay 5). Wow, tidak saja melihat dirinya, tapi Yesus berkenan untuk mendatangi rumahnya. Tentu saja hal ini disambut Zakheus dengan sukacita. Tapi lihatlah apa yang dikatakan kerumunan orang Yahudi dan orang-orang Farisi. "Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." (ay 7). Mereka beranggapan bahwa Zakheus itu sangat hina sehingga Yesus seharusnya tidaklah layak untuk mendatangi rumah orang sehina dia. Apa yang terjadi kemudian sungguh mengharukan. Tuhan Yesus menganugerahkan keselamatan kepada Zakheus sebagai buah pertobatannya. Bukan saja kepada diri Zakheus sendiri, namun seluruh anggota keluarganya pun turut diselamatkan. Yesus pun menutup jawaban terhadap protes kerumunan orang-orang yang merasa lebih benar ini dengan "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10).

Siapa yang ingin kita teladani, Yesus atau para ahli Taurat dan orang-orang Yahudi yang merasa dirinya sudah lebih baik dari orang lain? Adakah hak kita menjatuhkan penghakiman terhadap orang lain dan merasa kita lebih hebat dari mereka? Tanpa sadar manusia sering membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain agar diri mereka terlihat hebat. Itu bukanlah cerminan pribadi Kristus. Membuang muka, mencibir, menghina, menjaga jarak juga merupakan bentuk-bentuk penghakiman yang seharusnya bukan menjadi hak kita. Padahal mungkin Tuhan memberi kesempatan kepada mereka untuk berbalik kembali ke jalan yang benar lewat kita. Dengan sikap yang salah, kita pun menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi berkat bagi mereka yang butuh pertolongan. Kita gagal untuk memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah.

Ketika Yesus mengulangi pertanyaanNya tiga kali kepada Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" dan ketika Petrus selalu menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau", tiga kali pula Yesus mengakhiri pertanyaanNya dengan "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-19). Inilah yang seharusnya kita lakukan setelah kita memasuki fase kehidupan baru yang mengejar kekudusan dan ketaatan. Ada pesan penting bagi kita semua untuk menggembalakan domba-dombaNya, dan itu semua haruslah didasarkan atas kasih kita kepada Kristus, bukan hal lainnya. Selama masih bersikap sombong dan merasa diri lebih benar, niscaya kita tidak akan mampu menjangkau dan memenangkan jiwa-jiwa untuk diselamatkan. Bagaimanapun juga kita diingatkan "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2), "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan." (ay 31) dan "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (ay 32). Ingatlah bahwa perkara menghakimi adalah mutlak milik Tuhan. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2). Yesus datang justru untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, dan kepada kita pesan untuk menggembalakan domba-dombaNya dan mewartakan kabar gembira telah Dia wariskan. Oleh karena itu, jauhilah perilaku seperti para ahli Taurat dan orang-orang Yahudi yang merasa diri mereka begitu benar sehingga layak untuk menghakimi dan menjauhi orang lain. Kasihilah mereka, karena mereka pun layak beroleh kesempatan untuk selamat! Dan siapa tahu, mungkin lewat diri kita Tuhan mau menjangkau mereka untuk bertobat. Mungkin kita yang diutus Tuhan untuk memimpin mereka hingga mengenal kebenaran dan lepas dari jerat iblis. (2 Timotius 2:25-26). Hari ini marilah kita mengasihi saudara-saudara kita dan menjadi teladan yang baik, sesuai dengan keteladanan yang telah diberikan Kristus.

Teladani Yesus, bukan orang Farisi / ahil Taurat

Meneladani Yesus atau Orang Farisi?

Ayat bacaan: Lukas 19:7
====================
"Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."

meneladani Yesus, orang Farisi, ZakheusMenjadi lebih baik lagi dari hari ke hari tentu baik. Semakin hidup kudus, semakin menjauhi dosa, semakin mendekati dan mencerminkan pribadi Kristus, itu keinginan kita semua. Namun jika tidak hati-hati, kita bisa dimasuki dosa kesombongan, menganggap diri kita lebih baik dari orang lain dan akhirnya mulai menghakimi orang lain. Si A berdosa ini, si B berdosa itu, dan selanjutnya mulai mencibir dan menjauhi mereka. Ini bukanlah hasil yang diharapkan dari sebuah pertobatan dan usaha menguduskan diri. Alih-alih menjadi garam dan terang dunia, kita malah bisa terperangkap dalam sikap yang cenderung menjauhi mereka yang sebetulnya sedang butuh pertolongan agar tidak binasa.

Hari ini sebelum tidur saya diingatkan dengan kisah Zakheus. Kisah tentang pertemuan Zakheus dan Yesus tentu tidaklah asing lagi. Rasanya kisah ini pun sering dibawakan untuk anak-anak di sekolah Minggu. Gambaran visual Zakheus yang berbadan pendek namun sibuk memanjat pohon agar bisa melihat Yesus, dan kemudian kisah pertobatannya tidaklah sulit untuk dicerna oleh anak-anak. Zakheus yang berbadan pendek ini adalah seorang pemungut cukai yang kaya. Pada masa itu orang Yahudi terutama para ahli Taurat menggolongkan para pemungut cukai ini sebagai orang berdosa. Cap sampah masyarakat, pendosa, digolongkan dalam satu kelas bersama orang lalim, penzinah dan perampok (Lukas 18:11), para pemungut cukai ini biasanya dicemooh dan dipandang hina. Zakheus ada dalam kelompok ini. Tapi sepertinya Zakheus punya kerinduan yang sangat besar untuk dapat bertemu Yesus. Sayang badannya pendek, sehingga sulit baginya untuk bisa melewati orang-orang lain yang berpostur lebih tinggi darinya. Tapi ia tidak menyerah, ia pun berusaha sedemikian rupa dengan memanjat pohon ara. (Lukas 19:4). Usahanya berhasil. "Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (ay 5). Wow, tidak saja melihat dirinya, tapi Yesus berkenan untuk mendatangi rumahnya. Tentu saja hal ini disambut Zakheus dengan sukacita. Tapi lihatlah apa yang dikatakan kerumunan orang Yahudi dan orang-orang Farisi. "Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." (ay 7). Mereka beranggapan bahwa Zakheus itu sangat hina sehingga Yesus seharusnya tidaklah layak untuk mendatangi rumah orang sehina dia. Apa yang terjadi kemudian sungguh mengharukan. Tuhan Yesus menganugerahkan keselamatan kepada Zakheus sebagai buah pertobatannya. Bukan saja kepada diri Zakheus sendiri, namun seluruh anggota keluarganya pun turut diselamatkan. Yesus pun menutup jawaban terhadap protes kerumunan orang-orang yang merasa lebih benar ini dengan "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10).

Siapa yang ingin kita teladani, Yesus atau para ahli Taurat dan orang-orang Yahudi yang merasa dirinya sudah lebih baik dari orang lain? Adakah hak kita menjatuhkan penghakiman terhadap orang lain dan merasa kita lebih hebat dari mereka? Tanpa sadar manusia sering membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain agar diri mereka terlihat hebat. Itu bukanlah cerminan pribadi Kristus. Membuang muka, mencibir, menghina, menjaga jarak juga merupakan bentuk-bentuk penghakiman yang seharusnya bukan menjadi hak kita. Padahal mungkin Tuhan memberi kesempatan kepada mereka untuk berbalik kembali ke jalan yang benar lewat kita. Dengan sikap yang salah, kita pun menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi berkat bagi mereka yang butuh pertolongan. Kita gagal untuk memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah.

Ketika Yesus mengulangi pertanyaanNya tiga kali kepada Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" dan ketika Petrus selalu menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau", tiga kali pula Yesus mengakhiri pertanyaanNya dengan "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-19). Inilah yang seharusnya kita lakukan setelah kita memasuki fase kehidupan baru yang mengejar kekudusan dan ketaatan. Ada pesan penting bagi kita semua untuk menggembalakan domba-dombaNya, dan itu semua haruslah didasarkan atas kasih kita kepada Kristus, bukan hal lainnya. Selama masih bersikap sombong dan merasa diri lebih benar, niscaya kita tidak akan mampu menjangkau dan memenangkan jiwa-jiwa untuk diselamatkan. Bagaimanapun juga kita diingatkan "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2), "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan." (ay 31) dan "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (ay 32). Ingatlah bahwa perkara menghakimi adalah mutlak milik Tuhan. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2). Yesus datang justru untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, dan kepada kita pesan untuk menggembalakan domba-dombaNya dan mewartakan kabar gembira telah Dia wariskan. Oleh karena itu, jauhilah perilaku seperti para ahli Taurat dan orang-orang Yahudi yang merasa diri mereka begitu benar sehingga layak untuk menghakimi dan menjauhi orang lain. Kasihilah mereka, karena mereka pun layak beroleh kesempatan untuk selamat! Dan siapa tahu, mungkin lewat diri kita Tuhan mau menjangkau mereka untuk bertobat. Mungkin kita yang diutus Tuhan untuk memimpin mereka hingga mengenal kebenaran dan lepas dari jerat iblis. (2 Timotius 2:25-26). Hari ini marilah kita mengasihi saudara-saudara kita dan menjadi teladan yang baik, sesuai dengan keteladanan yang telah diberikan Kristus.

Teladani Yesus, bukan orang Farisi / ahil Taurat

KENDALI TERHADAP TV

Efesus 4:17-5:7

Pernahkah Anda merasa bahwa masyarakat sedang mengalami kebingungan yang tak terkendali? Kadang-kadang saya merasa demikian saat membaca tentang apa saja yang disajikan lewat televisi. Saya katakan "membaca" karena saya tidak mau menonton semua acara yang diputar di televisi.

Sebagai contoh, acara wawancara ringan (talk show) di televisi telah merosot begitu dalam sehingga pemandu acaranya menggiring anak-anak remaja tanpa malu-malu berbicara tentang perilaku seksual mereka yang berani. Dan program-program komedi unggulan yang pada masa lampau tidak mempertontonkan sedikit pun hal-hal yang tak senonoh, kini penuh dengan sindiran tentang seks dan perbuatan-perbuatan amoral."

Sebuah kelompok yang dikenal dengan nama Media Research Center (Pusat Penelitian Media) memantau apa yang disebut "jam keluarga" dan menyimpulkan: "Berkurangnya penghormatan terhadap otoritas orangtua dan nilai-nilai tradisional pada jam keluarga memang meresahkan, tetapi kemerosotan standar paling jelas terlihat pada dua hal: bahasa dan muatan tentang seks."

Kita mungkin tidak dapat berbuat banyak terhadap program-program di televisi dan menghilangkannya, tetapi kita dapat melakukan sesuatu terhadap diri kita sendiri. Kita dapat melihat kembali kebiasaan menonton kita. Kita dapat mengevaluasi apakah kita sudah tidak peka lagi atas apa yang kita lihat dan dengar. Kita dapat mengizinkan Firman Allah, bukan dunia, yang mengendalikan apa yang kita lihat (Efesus 4:17). Itulah cara terbaik untuk memperoleh kendali terhadap televisi [JDB]

As the flickering light shines its message each day,
Does it brighten your path or lead you astray?
Have you left any time for the Light of your soul?
Or has your TV taken too much control? --JDB

ALKITAB ADALAH PANDUAN TELEVISI YANG TERBAIK

Minggu, 30 Agustus 2009

God Is Good All The Time

Ayat bacaan: Nahum 1:3,7
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya... TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya"

Tuhan itu panjang sabar, Tuhan itu besar kuasa, Tuhan itu baikSejak pagi saya berusaha menghubungi seorang teman yang tinggal di Jakarta. Tapi berulang-ulang jawaban yang saya terima hanyalah "the number you're calling is busy, please try again in a few more minutes." Kesal rasanya karena ada sesuatu yang penting yang ingin saya bicarakan. Di saat saya masih berulang kali mencoba, saya tergerak untuk fokus kepada penggalan "please try again" yang terdengar dari answering machine. Jika melihat kita yang terus menerus melakukan pelanggaran, mungkin Tuhan pun kesal. Tapi ternyata Tuhan itu begitu panjang sabar dan besar kuasaNya, sehingga kata "please try again" itu masih diberlakukan kepada kita hingga hari ini untuk memberi kesempatan kepada kita agar kita mau berubah memperbaiki diri.

Saya sadar betapa kita manusia itu sebenarnya melakukan begitu banyak hal yang salah di mata Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, namun lihatlah betapa panjangnya kesabaran Tuhan. Dalam kitab Nahum dikatakan demikian: "TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya." (Nahum 1:3) Dia selalu siap mengampuni kita dan terus menerus memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri. Jika kita bisa hidup hari ini dengan baik, jika hari ini kita sudah berada di rel yang benar dan terus menjaga hidup kita untuk tidak keluar jalur, semua itu hanyalah dimungkinkan karena Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Tanpa itu semua, mungkin sejak dulu kita sudah binasa. Dari ayat di atas kita memang melihat bahwa kesalahan kita tidak akan pernah luput dari penghakiman Tuhan, tapi di atas itu, Tuhan sesungguhnya panjang sabar. Dia sungguh baik memberikan kita waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu saja, Tuhan pun besar kuasaNya. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatur segala alam semesta beserta isinya, sehingga tidak satupun dari planet dan bintang bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain. Ini pun memungkinkan kita untuk terus berbenah diri. Bayangkan jika tiba-tiba alam semesta menjadi kacau, kesempatan kita untuk memperbaiki diri pun pupus sudah. Daud begitu menyadari hal ini dan ia pun berkata "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." (Mazmur 135:5).

Selain terus berpanjang sabar memberi kesempatan bagi kita, Tuhan pun selalu memposisikan diriNya untuk selalu menjadi tempat perlindungan yang utama. "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Kuasa Tuhan yang besar, yang mampu melebihi akal mengatasi segala kemustahilan akan selalu membuat kita aman ketika berlindung di dalamnya. Dalam hal ini pun Daud menyadarinya dan berkata "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Kenapa tidak? Kebaikan Tuhan yang luar biasa itu bukan hanya "pepesan kosong" belaka namun sudah sangat nyata terbukti baik lewat perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab maupun banyak kesaksian dari masa ke masa. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).

Lutut bertelut akan kebesaran kuasa Tuhan yang jauh melebihi kemampuan nalar manusia, hati bersyukur akan kesabaran Tuhan terhadap proses perbaikan diri kita, dan kebaikan Tuhan seharusnya membuat kita berdiri dan bersorak sorai dalam sukacita. Ini gambaran seperti apa sebaiknya kita menyikapi segala perbuatan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Lewat Kristus kita semua sudah dimerdekakan, oleh sebab itu kita harus menyikapinya dengan terus menjaga diri kita agar tidak kembali terjatuh kepada kebiasaan-kebiasaan buruk atau dosa-dosa di masa lalu. "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Demikianlah Tuhan mengasihi kita dan tidak menginginkan satupun dari kita binasa. Dan begitulah baiknya Tuhan yang dengan sabar terus menantikan kita untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Bersyukurlah kepadaNya bahwa Dia tidak menggunakan kuasaNya yang dahsyat untuk menghancurkan kita, namun justru untuk menyelamatkan kita, menganugerahkan kasih karuniaNya kepada kita manusia yang punya begitu banyak kesalahan ini. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan menggunakan kebaikanNya bukan untuk menolak kita, melainkan justru untuk menggapai dan menyentuh hati kita. Jangan sia-siakan kesabaran dan kebaikan Tuhan, jangan lupakan kuasaNya. Mari puji dan sembah Dia hari ini. Let's praise the Lord today, for He is so good to you and me, all the time.


Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

God Is Good All The Time

Ayat bacaan: Nahum 1:3,7
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya... TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya"

Tuhan itu panjang sabar, Tuhan itu besar kuasa, Tuhan itu baikSejak pagi saya berusaha menghubungi seorang teman yang tinggal di Jakarta. Tapi berulang-ulang jawaban yang saya terima hanyalah "the number you're calling is busy, please try again in a few more minutes." Kesal rasanya karena ada sesuatu yang penting yang ingin saya bicarakan. Di saat saya masih berulang kali mencoba, saya tergerak untuk fokus kepada penggalan "please try again" yang terdengar dari answering machine. Jika melihat kita yang terus menerus melakukan pelanggaran, mungkin Tuhan pun kesal. Tapi ternyata Tuhan itu begitu panjang sabar dan besar kuasaNya, sehingga kata "please try again" itu masih diberlakukan kepada kita hingga hari ini untuk memberi kesempatan kepada kita agar kita mau berubah memperbaiki diri.

Saya sadar betapa kita manusia itu sebenarnya melakukan begitu banyak hal yang salah di mata Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, namun lihatlah betapa panjangnya kesabaran Tuhan. Dalam kitab Nahum dikatakan demikian: "TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya." (Nahum 1:3) Dia selalu siap mengampuni kita dan terus menerus memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri. Jika kita bisa hidup hari ini dengan baik, jika hari ini kita sudah berada di rel yang benar dan terus menjaga hidup kita untuk tidak keluar jalur, semua itu hanyalah dimungkinkan karena Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Tanpa itu semua, mungkin sejak dulu kita sudah binasa. Dari ayat di atas kita memang melihat bahwa kesalahan kita tidak akan pernah luput dari penghakiman Tuhan, tapi di atas itu, Tuhan sesungguhnya panjang sabar. Dia sungguh baik memberikan kita waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu saja, Tuhan pun besar kuasaNya. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatur segala alam semesta beserta isinya, sehingga tidak satupun dari planet dan bintang bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain. Ini pun memungkinkan kita untuk terus berbenah diri. Bayangkan jika tiba-tiba alam semesta menjadi kacau, kesempatan kita untuk memperbaiki diri pun pupus sudah. Daud begitu menyadari hal ini dan ia pun berkata "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." (Mazmur 135:5).

Selain terus berpanjang sabar memberi kesempatan bagi kita, Tuhan pun selalu memposisikan diriNya untuk selalu menjadi tempat perlindungan yang utama. "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Kuasa Tuhan yang besar, yang mampu melebihi akal mengatasi segala kemustahilan akan selalu membuat kita aman ketika berlindung di dalamnya. Dalam hal ini pun Daud menyadarinya dan berkata "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Kenapa tidak? Kebaikan Tuhan yang luar biasa itu bukan hanya "pepesan kosong" belaka namun sudah sangat nyata terbukti baik lewat perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab maupun banyak kesaksian dari masa ke masa. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).

Lutut bertelut akan kebesaran kuasa Tuhan yang jauh melebihi kemampuan nalar manusia, hati bersyukur akan kesabaran Tuhan terhadap proses perbaikan diri kita, dan kebaikan Tuhan seharusnya membuat kita berdiri dan bersorak sorai dalam sukacita. Ini gambaran seperti apa sebaiknya kita menyikapi segala perbuatan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Lewat Kristus kita semua sudah dimerdekakan, oleh sebab itu kita harus menyikapinya dengan terus menjaga diri kita agar tidak kembali terjatuh kepada kebiasaan-kebiasaan buruk atau dosa-dosa di masa lalu. "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Demikianlah Tuhan mengasihi kita dan tidak menginginkan satupun dari kita binasa. Dan begitulah baiknya Tuhan yang dengan sabar terus menantikan kita untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Bersyukurlah kepadaNya bahwa Dia tidak menggunakan kuasaNya yang dahsyat untuk menghancurkan kita, namun justru untuk menyelamatkan kita, menganugerahkan kasih karuniaNya kepada kita manusia yang punya begitu banyak kesalahan ini. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan menggunakan kebaikanNya bukan untuk menolak kita, melainkan justru untuk menggapai dan menyentuh hati kita. Jangan sia-siakan kesabaran dan kebaikan Tuhan, jangan lupakan kuasaNya. Mari puji dan sembah Dia hari ini. Let's praise the Lord today, for He is so good to you and me, all the time.


Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

Does God cry?

A little girl once asked, "Mommy does God cry?"
"Don't be silly, God can't cry baby," her mother replied.

"But what about when He looks down from Heaven above
And sees all the people who needs His love?

And what about when He looks down and sees
The playground kids fall and scrape their knees?

Or how about Aunt Jane who can't have baby girls or boys?
Or what about the poor kids who gets no Christmas toys?

Maybe God would cry if He.....

....
Readmore
Click this link ->Does God cry?
---

Kearifan Emas

Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat diperlukan, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain?"

Sang guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi terlebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu. "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."

"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zun-Nun sambil tetap tersenyum arif berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu bergegas pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya ‘para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar' yang menilai demikian. Namun tidak bagi ‘pedagang emas'."

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

HANYA TUHAN SUMBER KEBAHAGIAAN

“Orang itu sendiri (yang takut akan Tuhan) akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.” Mazmur 25:13

Tidak ada kebahagiaan sejati di dunia ini. Kebahagiaan yang ditawarkan dunia adalab semu. Orang dunia seringkali mengukur kebahagiaan dan banyak sedikitnya uang yang dimiliki atau harta yang melirnpah, jabatan/kedudukan dan juga popularitas. Kenyataannya, semua itu tidak menjamin seseorang memperoleh kebahagiaan. Bukankah sering kita baca di koran banyak public figure (artis, pejabat) yang kedapatan frustrasi, mencoba bunuh diri, Iari kepada narkoba atau pergaulan bebas karena merasakan kehampaan dalam hidupnya? Padahal, materi dan popularitas sudah mereka dapatkan. Ingatlah bahwa sumber kebahagiaan itu adalah Tuhan! Dan dosalah yang menjadi penyebab utama manusia kehilangan kebahagiaan. Oleb karena dosa/pelanggaran, manusia pertama diusir dari taman Eden sehingga manusia kehilangan kebahagiaan. Akibatnya, berbagai upaya dilakukan manusia agar mendapatkan kebahagiaan itu kembali, meskipun cara yang ditempuhnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Semakin manusia berusaha dengan kekuatannya sendiri, semakin mereka terjebak dalam tipu muslihat Iblis yang acapkali menawarkan kebahagiaan semu. Dunia dengan segala gemerlapnya menjadi umpan empuk bagi orang-orang yang haus akan kebahagiaan. Banyak orang terlena dan malah semakin jauh dari Sumber Kebahagiaan yang sesungguhnya. Pemazmur berkata, “Siapakah orang yang takut akan Tuhan? Kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi!” (ayat 12-13).

Jadi, siapa pun yang ingin berbahagia dalam hidupnya harus memiliki hati yang takut akan Tuhan dengan melakukan firman-Nya, sebab firman-Nya adalah kebenaran yang akan menuntun dan membawa kita mendapatkan kebahagiaan. Dan apabila kita mengutamakan Tuhan, mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambah-tambahkan dalam hidup kita (baca Matius 6:33).

Kebahagiaan hanyalah milik orang-orang yang takut akan Tuhan, “....yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam “ (Baca Mazmur 1:2).

Sabtu, 29 Agustus 2009

Menjadi Teladan Sejak Muda

Ayat bacaan: 2 Tawarikh 34:2
=======================
"Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri."

teladan sejak mudaSaya kagum melihat pertumbuhan anak-anak muda di gereja dimana saya berjemaat dan melayani. Di usia muda, rata-rata masih duduk di bangku SMA mereka sudah aktif dalam berbagai kegiatan. Kebaktian anak muda (youth) nya hidup, mereka juga banyak berperan dalam menyiapkan slide-slide atau video-video untuk kebaktian umum. Persekutuannya kuat dan mereka terlihat sangat akrab satu sama lain. Pemandangan ini begitu kontras ketika saya melihat anak-anak seusia mereka di luaran yang berperilaku sangat berbeda. Sekelompok anak-anak muda bahkan terkadang masih menggunakan seragam SMAnya sudah berani mengganggu orang lewat, memalak orang lain dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Ada banyak anak-anak muda yang merasa masih butuh waktu untuk bersenang-senang menikmati hidupnya sesuka mereka. Mereka beranggapan bahwa untuk urusan hidup benar, itu adalah porsi untuk orang dewasa saja. Padahal Tuhan tidak pernah mengatakan demikian. Hidup benar adalah kewajiban semua orang tanpa memandang usia yang bersangkutan. Sejak muda sekalipun kita sudah dituntut untuk hidup lurus sesuai jalanNya dan siap untuk menjadi teladan bagi sesama.

Hari ini saya mengangkat kisah mengenai seorang bernama Yosia yang dikisahkan dalam kitab 2 Tawarikh. Yosia diangkat menjadi raja di Yerusalem pada usia yang masih sangat muda. Ia sudah menjadi raja ketika usianya baru 8 tahun, dan tercatat memerintah 31 tahun lamanya. Yosia dicatat memiliki gaya hidup yang lurus semenjak masih muda. "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri." (2 Tawarikh 34:2). Di ayat berikut kita baca seperti berikut "Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan." (ay 3). Pada usia kedelapan dari pemerintahannya, berarti usia Yosia masih 16 tahun ketika ia memutuskan untuk mencari Tuhan. Ini usia yang masih terbilang sangat muda. Ditambah lagi statusnya sebagai raja, yang tentu saja memiliki agenda kesibukan yang sangat padat dan memiliki kekuasaan tertinggi yang berarti ia bisa melakukan apa saja sekehendak hatinya. Namun ternyata Yosia memiliki gaya hidup yang berbeda meski ia masih muda dan bisa bertindak sesukanya. Ia berbeda dari banyak raja yang gaya hidupnya tidak berkenan bagi Tuhan. Pada tahun ke dua belas, ini artinya 4 tahun kemudian, ketika ia berusia 20 tahun, ia sudah mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari berbagai bentuk penyembahan berhala. "Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di hadapannya; ia menghancurkan pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya; ia meremukkan dan menghancurluluhkan tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan, dan menghamburkannya ke atas kuburan orang-orang yang mempersembahkan korban kepada berhala-berhala itu." (ay 4). Pada usia yang masih sangat muda, Yosia sudah berperilaku lurus dan tidak menyimpang kemana-mana, ia mempergunakan statusnya sebagai raja dengan benar, dan tidak menyalahgunakan jabatan yang ia pegang. Di usia mudanya Yosia menjadi pelopor  dalam pergerakan reformasi rohani di wilayah pemerintahannya.

Anak-anak muda, hiduplah lurus dari sekarang. Jangan menunda lagi dan terus terlena dalam gaya hidup dan nafsu anak-anak muda duniawi. Jangan terus buka celah bagi iblis untuk masuk dan merusak diri anda. Kepada Timotius, Paulus berpesan: "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:22). Tidak ada yang tahu kapan akhir jaman akan datang. "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:32). Semua itu merupakan rahasia Ilahi. Jika kita tidak bersiap sejak sekarang, bisa jadi penyesalan akan datang pada saat yang terlambat. Seperti Yosia, jadilah teladan sejak muda. Begitu pula bagi kita semua yang mungkin sedang berada pada posisi pemimpin, jadilah pemimpin yang mencerminkan keteladanan Kristus. Jangan salah gunakan posisi yang dipercayakan Tuhan pada diri anda saat ini, tapi muliakanlah Tuhan dengan itu. Didik dan bimbinglah bawahan anda dengan jujur dan lurus. Demikian pula anak-anak yang sudah dipercayakan Tuhan kepada anda. Bimbinglah mereka menurut jalanNya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6). Sebagai orang tua, jadilah pahlawan dengan "busur panah" yang baik untuk mengarahkan "anak-anak panah" anda ke arah yang benar. (Mazmur 127:4). Mari kita semua mulai mengambil komitmen untuk hidup lurus, benar di mata Tuhan sejak dini, karena itu merupakan kewajiban kita semua tanpa memandang usia.

Tidak peduli berapa usia kita, kita dituntut untuk hidup benar dan menjadi saksi Kristus

Menjadi Teladan Sejak Muda

Ayat bacaan: 2 Tawarikh 34:2
=======================
"Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri."

teladan sejak mudaSaya kagum melihat pertumbuhan anak-anak muda di gereja dimana saya berjemaat dan melayani. Di usia muda, rata-rata masih duduk di bangku SMA mereka sudah aktif dalam berbagai kegiatan. Kebaktian anak muda (youth) nya hidup, mereka juga banyak berperan dalam menyiapkan slide-slide atau video-video untuk kebaktian umum. Persekutuannya kuat dan mereka terlihat sangat akrab satu sama lain. Pemandangan ini begitu kontras ketika saya melihat anak-anak seusia mereka di luaran yang berperilaku sangat berbeda. Sekelompok anak-anak muda bahkan terkadang masih menggunakan seragam SMAnya sudah berani mengganggu orang lewat, memalak orang lain dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Ada banyak anak-anak muda yang merasa masih butuh waktu untuk bersenang-senang menikmati hidupnya sesuka mereka. Mereka beranggapan bahwa untuk urusan hidup benar, itu adalah porsi untuk orang dewasa saja. Padahal Tuhan tidak pernah mengatakan demikian. Hidup benar adalah kewajiban semua orang tanpa memandang usia yang bersangkutan. Sejak muda sekalipun kita sudah dituntut untuk hidup lurus sesuai jalanNya dan siap untuk menjadi teladan bagi sesama.

Hari ini saya mengangkat kisah mengenai seorang bernama Yosia yang dikisahkan dalam kitab 2 Tawarikh. Yosia diangkat menjadi raja di Yerusalem pada usia yang masih sangat muda. Ia sudah menjadi raja ketika usianya baru 8 tahun, dan tercatat memerintah 31 tahun lamanya. Yosia dicatat memiliki gaya hidup yang lurus semenjak masih muda. "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri." (2 Tawarikh 34:2). Di ayat berikut kita baca seperti berikut "Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya, dan pada tahun kedua belas ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari pada bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan." (ay 3). Pada usia kedelapan dari pemerintahannya, berarti usia Yosia masih 16 tahun ketika ia memutuskan untuk mencari Tuhan. Ini usia yang masih terbilang sangat muda. Ditambah lagi statusnya sebagai raja, yang tentu saja memiliki agenda kesibukan yang sangat padat dan memiliki kekuasaan tertinggi yang berarti ia bisa melakukan apa saja sekehendak hatinya. Namun ternyata Yosia memiliki gaya hidup yang berbeda meski ia masih muda dan bisa bertindak sesukanya. Ia berbeda dari banyak raja yang gaya hidupnya tidak berkenan bagi Tuhan. Pada tahun ke dua belas, ini artinya 4 tahun kemudian, ketika ia berusia 20 tahun, ia sudah mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem dari berbagai bentuk penyembahan berhala. "Mezbah-mezbah para Baal dirobohkan di hadapannya; ia menghancurkan pedupaan-pedupaan yang ada di atasnya; ia meremukkan dan menghancurluluhkan tiang-tiang berhala, patung-patung pahatan dan patung-patung tuangan, dan menghamburkannya ke atas kuburan orang-orang yang mempersembahkan korban kepada berhala-berhala itu." (ay 4). Pada usia yang masih sangat muda, Yosia sudah berperilaku lurus dan tidak menyimpang kemana-mana, ia mempergunakan statusnya sebagai raja dengan benar, dan tidak menyalahgunakan jabatan yang ia pegang. Di usia mudanya Yosia menjadi pelopor  dalam pergerakan reformasi rohani di wilayah pemerintahannya.

Anak-anak muda, hiduplah lurus dari sekarang. Jangan menunda lagi dan terus terlena dalam gaya hidup dan nafsu anak-anak muda duniawi. Jangan terus buka celah bagi iblis untuk masuk dan merusak diri anda. Kepada Timotius, Paulus berpesan: "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2 Timotius 2:22). Tidak ada yang tahu kapan akhir jaman akan datang. "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:32). Semua itu merupakan rahasia Ilahi. Jika kita tidak bersiap sejak sekarang, bisa jadi penyesalan akan datang pada saat yang terlambat. Seperti Yosia, jadilah teladan sejak muda. Begitu pula bagi kita semua yang mungkin sedang berada pada posisi pemimpin, jadilah pemimpin yang mencerminkan keteladanan Kristus. Jangan salah gunakan posisi yang dipercayakan Tuhan pada diri anda saat ini, tapi muliakanlah Tuhan dengan itu. Didik dan bimbinglah bawahan anda dengan jujur dan lurus. Demikian pula anak-anak yang sudah dipercayakan Tuhan kepada anda. Bimbinglah mereka menurut jalanNya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6). Sebagai orang tua, jadilah pahlawan dengan "busur panah" yang baik untuk mengarahkan "anak-anak panah" anda ke arah yang benar. (Mazmur 127:4). Mari kita semua mulai mengambil komitmen untuk hidup lurus, benar di mata Tuhan sejak dini, karena itu merupakan kewajiban kita semua tanpa memandang usia.

Tidak peduli berapa usia kita, kita dituntut untuk hidup benar dan menjadi saksi Kristus

JESUS REALLY DOES LOVE YOU

Every Sunday afternoon, after the morning service at the church, the Pastor and his eleven year old son would go out into their town and hand out Gospel Tracts.

This particular Sunday afternoon, as it came time for the Pastor and his son to go to the streets with their tracts, it was very cold outside, as well as pouring down rain.
The boy bundled up in his warmest and driest clothes and said; "OK dad, I'm ready." His Pastor dad asked, "Ready for what?" "Dad, it's time we gather our tracts together and go out." Dad responds, "Son, it's very cold outside and it's pouring down rain."
The boy gives his dad a surprised look, asking "But Dad aren't people still going to Hell, even though it's raining?" Dad answers, "Son, I am not going out in this weather."

Despondently, the boy ask, "Dad, can I go? Please?" His father hesitated for a moment then said, "Son, you can go. Here are the tracts, be careful son." "Thanks Dad!" And with that, he was off and out into the rain. This eleven year old boy walked the streets of the town going door to door and handing everybody he met in the street a Gospel Tract.

After two hours of walking in the rain, he was soaking,bone-chilled wet and down to his VERY LAST TRACT. He stopped on a corner and looked for someone to hand a tract to, but the streets were totally deserted.

Then he turned toward the first home he saw and started up the sidewalk to the front door and rang the door bell. He rang the bell, but nobody answered. He rang it again and again, but still no one answered. He waited but still no answer.

Finally, this eleven year old trooper turned to leave,but something stopped him. Again, he turned to the door and rang the bell and knocked loudly on the door with his fist.

He waited, something holding him there on the front porch. He rang again and this time the door slowly opened.......

....
Readmore
Click this link ->JESUS REALLY DOES LOVE YOU
---

Mencintaimu Segenap Jiwa dan Ragaku

Di sebuah kota di California, tinggal seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.

Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah. Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari.

"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti dia". "Kau tidak perlu meyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yang dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.

Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku. Aku mohon?"

Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih ekstra keras dalam beberapa hari ini.

"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke. "Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.

Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke bermain sebaik itu. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"

Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesenggukan ia berkata, "Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan baik akibat kecelakaan itu. Minggu lalu... Ibuku meninggal." Luke kembali menangis.

Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata, "Hari ini... hari ini adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan mengecewakan mereka...". Luke kembali menangis terisak-isak.

Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain utama hari ini. Sang pelatih yang berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai seorang anak.

Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke. Ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orangtuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya. Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu mencintainya.

Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka. Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya.

Hikmah yang dapat kita renungkan dari kisah Luke yang HANYA berusia 7 TAHUN :

Mulai detik ini, lakukanlah yang terbaik untuk membahagiakan ayah dan ibu kita. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk ayah dan ibu, dengan mengisi hari-hari mereka dengan kebahagiaan. Sisihkan lebih banyak waktu untuk mereka. Raihlah prestasi dan hadapi tantangan seberat apapun, melalui cara-cara yang jujur untuk membuat mereka bangga dengan kita. Bukannya melakukan perbuatan-perbuatan tak terpuji yang membuat mereka malu.

Kepedulian kita pada mereka adalah salah satu kebahagiaan mereka yang terbesar. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk membahagiakan ayah dan ibunya. Bagaimana dengan Anda?

Sumber: Gifts From The Heart for Women - Karen Kingsbury

Jumat, 28 Agustus 2009

Jangan Lupakan Kuasa Tuhan

Ayat bacaan: Ayub 38:4
===================
"Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!"

jangan lupa kuasa Tuhan, Tuhan mengingatkanBerada dalam situasi sulit, penuh penderitaan, kesengsaraan, tentu tidak enak. Tidak ada seorang pun manusia yang ingin hidupnya dipenuhi masalah. Tapi namanya hidup, ada saat-saat dimana kita tidak bisa menghindari hadirnya problema dalam kehidupan. Terkadang masalah yang datang tidak hanya satu, tapi beruntun atau bertumpuk-tumpuk, sehingga kita menderita karenanya. Ada kalanya jalan keluar tidak kunjung kelihatan, bagaikan berjalan dalam sebuah lorong gelap dimana tidak terlihat setitik cahaya pun di ujung sana. Disaat tekanan begitu besar menerpa kita, manusia yang terbatas ini, ada saat-saat kita menjadi lemah dan tenggelam dalam penderitaan. Kita bisa lupa kepada keagungan Tuhan, kuasa dan kemampuanNya yang tidak terbatas, dan tentu saja kebaikan serta kasih setiaNya. Himpitan masalah penuh penderitaan berkepanjangan akan mulai mengaburkan pandangan kita tentang kebaikan Tuhan, dan mulai menganggap bahwa Tuhan mungkin sudah tidak lagi peduli dengan hidup kita, atau bahkan mulai mempertanyakan keberadaanNya. Di saat-saat seperti itu kita perlu diingatkan kembali akan keajaiban kuasa Tuhan yang tidak terbatas. Seperti apa yang terjadi pada Ayub.

Ayub mengalami serangkaian pengalaman tragis dalam hidupnya. Membaca kisah Ayub berarti membaca bagaimana kehidupan seseorang bisa berbalik drastis dalam waktu singkat, seperti pesawat yang menukik tajam dan langsung hancur berkeping-keping menghantam bumi. Begitu beratnya apa yang dialami Ayub, sehingga biasanya ketika kita berbicara mengenai penderitaan dan rasa sakit yang luar biasa, kita akan segera mengacu pada Ayub. Ayub pada mulanya dikenal saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1). Ia juga orang yang terkaya di sebelah timur (ay 3). Hidupnya sempurna. Namun kemudian semuanya musnah. Ribuan ternaknya musnah (ay 16-17), anak-anaknya tewas (ay 19). Hartanya habis ludes dalam waktu singkat, dan kemudian disusul dengan penyakit kulit mengerikan menimpa sekujur tubuhnya. (2:7). Selesai sampai disana? Tidak, ternyata istrinya sendiri mengutuki dia, dan teman-temannya mengolok-olok apa yang terjadi atas dirinya. Berat, sungguh berat. Ayub tidak siap menghadapi semua ini secara mendadak. Ia pun kemudian terperangkap oleh pikirannya sendiri bahwa Tuhan bertindak tidak adil. Ayub yang sedang sengsara dalam kesakitan luar biasa baik secara fisik maupun mental lupa siapa sejatinya Tuhan. Dan yang terjadi kemudian adalah, Tuhan mengingatkan Ayub mengenai kuasanya. Apa yang diingatkan Tuhan kepada Ayub? Mari kita lihat beberapa diantaranya.
  • Tuhan meletakkan dasar bumi. "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!" (38:4)
  • Tuhan menetapkan batas samudera. "Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim?" (ay 8)
  • Tuhan menerbitkan matahari pagi. "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya" (ay 12).
  • Tuhan berkuasa atas hidup dan mati. "Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?" (ay 17)
  • Tuhan mendatangkan salju (ay 22), hujan (26), bahkan membekukan air (30).
  • Tuhan membuat rumput-rumput bertunas lewat hujan (26-27)
  • Tuhan memberi hikmat dan kebijaksanaan (ay 36)
  • Tuhan menetapkan masa mengandung dan melahirkan bagi hewan (39:4)
dan seterusnya. Semua ini diingatkan Tuhan kepada Ayub, agar Ayub tidak lupa kepada kuasa Tuhan meski ia tengah berada pada titik terendah dalam kehidupannya di dunia.

Seperti kepada Ayub, pesan ini pun berlaku kepada kita semua. Ada saat-saat dimana Tuhan mengijinkan hidup kita dimasuki berbagai masalah dan kesulitan, namun itu bukan berarti bahwa Dia sedang mengabaikan dan tidak peduli dengan apa yang kita hadapi. Dikala lemah, segala yang diingatkan Tuhan ini menjadi pesan penting agar kita tidak melupakan kebaikan Tuhan dan mengabaikan untuk mengucap syukur kepadaNya. Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa kita berharga dimata Bapa dan akan terus berada dalam penyertaanNya, dalam kondisi dan situasi apapun. "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:29-31). Dalam kejadian lain, Daud pun mengakui penyertaan Tuhan itu ada dalam segala hal yang terjadi dalam hidup kita. "Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:8-12). Lihatlah bahwa sesungguhnya dalam keadaan apapun, seberat dan sepahit apapun yang terjadi dalam hidup kita pada saat-saat tertentu, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia tetap ada bersama anak-anakNya, ciptaanNya yang berharga yang begitu Dia kasihi. Mungkin hari ini ada diantara teman-teman yang tengah mengalami permasalahan hidup, ingatlah pesan Tuhan ini. Jangan lupakan kuasaNya yang mampu membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi mungkin, jauh melampaui kemampuan daya pikir dan akal budi kita. Tuhan tidak akan meninggalkan anak-anakNya yang selalu taat kepadaNya. Mari kita pakai sebagian dari waktu-waktu kita untuk memuji dan menyembahNya walau kita sedang dalam keadaan sulit sekalipun.

Jangan lupakan dahsyatnya kuasa dan keagungan Tuhan

Jangan Lupakan Kuasa Tuhan

Ayat bacaan: Ayub 38:4
===================
"Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!"

jangan lupa kuasa Tuhan, Tuhan mengingatkanBerada dalam situasi sulit, penuh penderitaan, kesengsaraan, tentu tidak enak. Tidak ada seorang pun manusia yang ingin hidupnya dipenuhi masalah. Tapi namanya hidup, ada saat-saat dimana kita tidak bisa menghindari hadirnya problema dalam kehidupan. Terkadang masalah yang datang tidak hanya satu, tapi beruntun atau bertumpuk-tumpuk, sehingga kita menderita karenanya. Ada kalanya jalan keluar tidak kunjung kelihatan, bagaikan berjalan dalam sebuah lorong gelap dimana tidak terlihat setitik cahaya pun di ujung sana. Disaat tekanan begitu besar menerpa kita, manusia yang terbatas ini, ada saat-saat kita menjadi lemah dan tenggelam dalam penderitaan. Kita bisa lupa kepada keagungan Tuhan, kuasa dan kemampuanNya yang tidak terbatas, dan tentu saja kebaikan serta kasih setiaNya. Himpitan masalah penuh penderitaan berkepanjangan akan mulai mengaburkan pandangan kita tentang kebaikan Tuhan, dan mulai menganggap bahwa Tuhan mungkin sudah tidak lagi peduli dengan hidup kita, atau bahkan mulai mempertanyakan keberadaanNya. Di saat-saat seperti itu kita perlu diingatkan kembali akan keajaiban kuasa Tuhan yang tidak terbatas. Seperti apa yang terjadi pada Ayub.

Ayub mengalami serangkaian pengalaman tragis dalam hidupnya. Membaca kisah Ayub berarti membaca bagaimana kehidupan seseorang bisa berbalik drastis dalam waktu singkat, seperti pesawat yang menukik tajam dan langsung hancur berkeping-keping menghantam bumi. Begitu beratnya apa yang dialami Ayub, sehingga biasanya ketika kita berbicara mengenai penderitaan dan rasa sakit yang luar biasa, kita akan segera mengacu pada Ayub. Ayub pada mulanya dikenal saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1). Ia juga orang yang terkaya di sebelah timur (ay 3). Hidupnya sempurna. Namun kemudian semuanya musnah. Ribuan ternaknya musnah (ay 16-17), anak-anaknya tewas (ay 19). Hartanya habis ludes dalam waktu singkat, dan kemudian disusul dengan penyakit kulit mengerikan menimpa sekujur tubuhnya. (2:7). Selesai sampai disana? Tidak, ternyata istrinya sendiri mengutuki dia, dan teman-temannya mengolok-olok apa yang terjadi atas dirinya. Berat, sungguh berat. Ayub tidak siap menghadapi semua ini secara mendadak. Ia pun kemudian terperangkap oleh pikirannya sendiri bahwa Tuhan bertindak tidak adil. Ayub yang sedang sengsara dalam kesakitan luar biasa baik secara fisik maupun mental lupa siapa sejatinya Tuhan. Dan yang terjadi kemudian adalah, Tuhan mengingatkan Ayub mengenai kuasanya. Apa yang diingatkan Tuhan kepada Ayub? Mari kita lihat beberapa diantaranya.
  • Tuhan meletakkan dasar bumi. "Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!" (38:4)
  • Tuhan menetapkan batas samudera. "Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim?" (ay 8)
  • Tuhan menerbitkan matahari pagi. "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya" (ay 12).
  • Tuhan berkuasa atas hidup dan mati. "Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?" (ay 17)
  • Tuhan mendatangkan salju (ay 22), hujan (26), bahkan membekukan air (30).
  • Tuhan membuat rumput-rumput bertunas lewat hujan (26-27)
  • Tuhan memberi hikmat dan kebijaksanaan (ay 36)
  • Tuhan menetapkan masa mengandung dan melahirkan bagi hewan (39:4)
dan seterusnya. Semua ini diingatkan Tuhan kepada Ayub, agar Ayub tidak lupa kepada kuasa Tuhan meski ia tengah berada pada titik terendah dalam kehidupannya di dunia.

Seperti kepada Ayub, pesan ini pun berlaku kepada kita semua. Ada saat-saat dimana Tuhan mengijinkan hidup kita dimasuki berbagai masalah dan kesulitan, namun itu bukan berarti bahwa Dia sedang mengabaikan dan tidak peduli dengan apa yang kita hadapi. Dikala lemah, segala yang diingatkan Tuhan ini menjadi pesan penting agar kita tidak melupakan kebaikan Tuhan dan mengabaikan untuk mengucap syukur kepadaNya. Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa kita berharga dimata Bapa dan akan terus berada dalam penyertaanNya, dalam kondisi dan situasi apapun. "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:29-31). Dalam kejadian lain, Daud pun mengakui penyertaan Tuhan itu ada dalam segala hal yang terjadi dalam hidup kita. "Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:8-12). Lihatlah bahwa sesungguhnya dalam keadaan apapun, seberat dan sepahit apapun yang terjadi dalam hidup kita pada saat-saat tertentu, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Dia tetap ada bersama anak-anakNya, ciptaanNya yang berharga yang begitu Dia kasihi. Mungkin hari ini ada diantara teman-teman yang tengah mengalami permasalahan hidup, ingatlah pesan Tuhan ini. Jangan lupakan kuasaNya yang mampu membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi mungkin, jauh melampaui kemampuan daya pikir dan akal budi kita. Tuhan tidak akan meninggalkan anak-anakNya yang selalu taat kepadaNya. Mari kita pakai sebagian dari waktu-waktu kita untuk memuji dan menyembahNya walau kita sedang dalam keadaan sulit sekalipun.

Jangan lupakan dahsyatnya kuasa dan keagungan Tuhan

KuPu KuPu

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul dari kepompong. Orang itu duduk dan mengamati selama beberapa jam bagaimana si kupu-kupu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Ternyata, Kupu-kupu itu mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, dan sayapnya mengkerut.Rata Penuh
Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yg mungkin akan berkembang dalam waktu. Ternyata Semuanya tak pernah terjadi. kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Kebaikan dan ketergesaan orang tersebut merupakan akibat dari ketidak mengertiannya bahwa kepompong yg menghambat, dan perjuangan yg dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu berpindah ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga sayapnya menjadi kuat, dan siap terbang begitu memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang pejuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yg semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon Kekuatan ..... Dan Tuhan memberi saya Kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat
Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon Kemakmuran .... Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.
Saya memohon Keteguhan hati ... Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.
Saya memohon Cinta dan Kasih sayang.... Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati.... Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan dan tantangan untuk diatasi.
Saya tidak memperoleh yg saya inginkan....... Tetapi ... Saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.

Kamis, 27 Agustus 2009

Berada pada Waktu dan Tempat Tertentu

Ayat bacaan: Ester 4:14
====================
"Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."

waktu dan tempat tertentu, generasi, masaSwing adalah salah satu genre besar dalam jazz yang sangat saya gemari. Lewat jenis musik ini saya kerap kali seolah-olah diajak untuk kembali ke sebuah masa dimana musik jazz mulai tumbuh dan berkembang, terutama di kisaran tahun 20-40 an ketika swing merajai pentas musik dunia. Saya sering merasa penasaran, seperti apa sih hidup di era itu, bagaimana rasanya hidup di sebuah jaman dimana panggung kerap berisi ensembel musik dalam jumlah besar, mencapai puluhan, orkestrasi indah dari begitu banyak instrumen menghasilkan melodi-melodi yang kedengaran megah dan indah. Saya tidak akan pernah tahu pastinya seperti apa, karena saya lahir beberapa dekade setelahnya di generasi yang berbeda. Saya hanya bisa menelusuri sejarahnya, mencoba merasakan lewat lagu-lagu yang berasal dari masa itu. Pertanyaan pun muncul di pikiran saya, kenapa saya lahir di masa yang berbeda? Kenapa bukan dulu, kenapa bukan nanti? Orang tua kita lahir di generasi berbeda, kakek dan nenek kita di generasi sebelumnya, kelak anak-anak kita akan merasakan jaman yang berbeda pula di depan. Mengapa Tuhan menciptakan kita pada jaman ini, bukan dulu atau nanti? Adakah itu semua hanya kebetulan belaka? Ketika memikirkan mengenai hal ini, saya diingatkan pada kisah Ester.

Ester adalah seorang wanita Yahudi yang dipilih raja Ahasyweros, raja Persia-Media yang berkuasa atas 127 daerah, mulai dari India hingga Ethiopia untuk menggantikan permaisurinya, ratu Wasti, yang ia lepas karena dianggap telah berani menentang perintahnya dan mempermalukannya di depan para tamu penting. Ketika Ester menjadi ratu, timbullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi di istana membuat peraturan yang bermasalah. Haman mengeluarkan perintah agar semua rakyat berlutut dan sujud di hadapannya setiap kali ia lewat. Bagi orang Yahudi, perintah ini sulit untuk dilakukan, karena sesuai dengan kepercayaan yang dianut, orang Yahudi hanyalah bersedia untuk sujud kepada Tuhan saja. Salah satu yang menentang dengan keras tidak lain adalah Mordekhai, saudara Ester sendiri. Haman tentu saja murka, dan merencanakan untuk menghabisi orang-orang Yahudi, terutama Mordekhai. Mordekhai pun menganjurkan Ester untuk pergi menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya. Dan kita sampai kepada ayat bacaan hari ini yang berisi tentang perkataan Mordekhai kepada saudaranya Ester. "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4:14b). Dalam bahasa sehari-hari, Mordekhai kira-kira berkata begini: "siapa tahu memang engkau menjadi ratu justru dengan tujuan untuk menyelamatkan bangsa Yahudi, bukan hanya kebetulan dan tanpa maksud." Dan hasilnya, Ester berhasil melakukannya. Penyertaan Tuhan terlihat nyata. Ester menjadi ratu memang ada dalam rencana Tuhan. Kisah Ester ini menyatakan kepada kita semua bahwa Tuhan bisa memakai seorang gadis yatim piatu untuk menyelamatkan umat Allah di tengah-tengah kekuasaan penguasa Persia-Media yang begitu besar.

Ester menjadi ratu bukanlah kebetulan. Semua itu adalah rencana Tuhan yang luar biasa. Tuhan bisa memakai seseorang yang tidak disangka-sangka, melampaui akal budi kita untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dan menyertai anak-anakNya. Demikian Tuhan menciptakan kita semua, pada tempat dan waktu masing-masing, demikian pula ketika kita saat ini ditempatkan di berbagai belahan bumi yang berbeda. Bukan kebetulan, bukan tanpa tujuan. Tuhan meletakkan kita di sebuah generasi tertentu, dan menempatkan kita di sebuah tempat tertentu, pada waktu tertentu sesuai dengan rencanaNya bagi hidup kita. Apa yang Dia rencanakan adalah sesuatu yang indah bagi kita. Begini firman Tuhan: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). We are created for a cause. Dalam Kejadian dikatakan kita diminta untuk "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."(Kejadian 1:28). Mari kita hubungkan dengan ayat ini "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36). Menaklukkan dan berkuasa bukan artinya bertindak semena-mena, namun memelihara segala ciptaan Tuhan lainnya dengan penuh tanggung jawab, agar kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat segala sesuatu ciptaanNya yang indah. Ini pesan yang penting bagi manusia dalam tiap generasi, dari jaman yang satu ke jaman yang lain. Dimanapun dan kapanpun kita diciptakan, dan berada saat ini, kita harus bisa melakukan yang terbaik demi kemuliaan Tuhan.

Daud mengatakan "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:13-14). Kejadian penciptaan manusia sungguh dahysat dan ajaib. Jika kita menyadarinya dengan sungguh-sungguh, kita pun akan tahu bahwa kita ada saat ini untuk tujuan yang sungguh indah. Apabila saat ini hidup anda tidak menggambarkan sesuatu yang indah, ingatlah bahwa apa yang anda alami saat ini bukanlah akhir, melainkan masih berada dalam sebuah proses menuju sebuah kesempurnaan, sesuai dengan tujuan Tuhan menciptakan anda. Dibalik segala kelemahan dan kekurangan yang anda dan saya miliki hari ini, ada kuasa Tuhan dan berkatNya dibalik itu semua. Apapun keadaan kita saat ini, Tuhan sanggup memakai itu untuk menjadi luar biasa, dan Dia tidak pernah gagal. "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2).

Life is never a mistake nor is a coincidence. Anda begitu berharga di mata Tuhan, dan Tuhan sungguh mengasihi Anda. Dia telah menyediakan rencanaNya yang indah bagi kita semua. Seperti halnya Ester, kita masing-masing adalah pribadi yang unik yang ada dalam sebuah periode dalam perjalanan sejarah dunia. Kelahiran kita bukanlah kebetulan atau ketidaksengajaan, kita saat ini berada pada tempat tertentu bukanlah tanpa alasan. Semua ada dalam rencana Tuhan yang menjanjikan segala sesuatu yang indah penuh harapan. Tuhan memanggil kita masing-masing untuk menjadi anak-anakNya yang mencerminkan diriNya dimanapun kita berada. Apakah di sekolah, pekerjaan, keluarga, lingkungan dan sebagainya, dimanapun kita ditempatkan, kita harus siap untuk menjadi berkat bagi mereka, dimana nama Tuhan dipermuliakan. Tidak satupun rencanaNya yang akan gagal. Maka ikutilah rencanaNya, meski mungkin pada saat-saat tertentu tampaknya berat. Namun pada akhirnya, yang dijanjikan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera yang memberikan hari depan penuh harapan. Karenanya, berdirilah tegak, bersyukurlah sebagai ciptaan yang ajaib dan dahsyat, dan hiduplah menjadi terang dan garam pada masa dan tempat dimana anda ditempatkan saat ini.

Ada rencana Tuhan yang istimewa bagi setiap anak-anakNya

Berada pada Waktu dan Tempat Tertentu

Ayat bacaan: Ester 4:14
====================
"Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."

waktu dan tempat tertentu, generasi, masaSwing adalah salah satu genre besar dalam jazz yang sangat saya gemari. Lewat jenis musik ini saya kerap kali seolah-olah diajak untuk kembali ke sebuah masa dimana musik jazz mulai tumbuh dan berkembang, terutama di kisaran tahun 20-40 an ketika swing merajai pentas musik dunia. Saya sering merasa penasaran, seperti apa sih hidup di era itu, bagaimana rasanya hidup di sebuah jaman dimana panggung kerap berisi ensembel musik dalam jumlah besar, mencapai puluhan, orkestrasi indah dari begitu banyak instrumen menghasilkan melodi-melodi yang kedengaran megah dan indah. Saya tidak akan pernah tahu pastinya seperti apa, karena saya lahir beberapa dekade setelahnya di generasi yang berbeda. Saya hanya bisa menelusuri sejarahnya, mencoba merasakan lewat lagu-lagu yang berasal dari masa itu. Pertanyaan pun muncul di pikiran saya, kenapa saya lahir di masa yang berbeda? Kenapa bukan dulu, kenapa bukan nanti? Orang tua kita lahir di generasi berbeda, kakek dan nenek kita di generasi sebelumnya, kelak anak-anak kita akan merasakan jaman yang berbeda pula di depan. Mengapa Tuhan menciptakan kita pada jaman ini, bukan dulu atau nanti? Adakah itu semua hanya kebetulan belaka? Ketika memikirkan mengenai hal ini, saya diingatkan pada kisah Ester.

Ester adalah seorang wanita Yahudi yang dipilih raja Ahasyweros, raja Persia-Media yang berkuasa atas 127 daerah, mulai dari India hingga Ethiopia untuk menggantikan permaisurinya, ratu Wasti, yang ia lepas karena dianggap telah berani menentang perintahnya dan mempermalukannya di depan para tamu penting. Ketika Ester menjadi ratu, timbullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi di istana membuat peraturan yang bermasalah. Haman mengeluarkan perintah agar semua rakyat berlutut dan sujud di hadapannya setiap kali ia lewat. Bagi orang Yahudi, perintah ini sulit untuk dilakukan, karena sesuai dengan kepercayaan yang dianut, orang Yahudi hanyalah bersedia untuk sujud kepada Tuhan saja. Salah satu yang menentang dengan keras tidak lain adalah Mordekhai, saudara Ester sendiri. Haman tentu saja murka, dan merencanakan untuk menghabisi orang-orang Yahudi, terutama Mordekhai. Mordekhai pun menganjurkan Ester untuk pergi menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya. Dan kita sampai kepada ayat bacaan hari ini yang berisi tentang perkataan Mordekhai kepada saudaranya Ester. "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4:14b). Dalam bahasa sehari-hari, Mordekhai kira-kira berkata begini: "siapa tahu memang engkau menjadi ratu justru dengan tujuan untuk menyelamatkan bangsa Yahudi, bukan hanya kebetulan dan tanpa maksud." Dan hasilnya, Ester berhasil melakukannya. Penyertaan Tuhan terlihat nyata. Ester menjadi ratu memang ada dalam rencana Tuhan. Kisah Ester ini menyatakan kepada kita semua bahwa Tuhan bisa memakai seorang gadis yatim piatu untuk menyelamatkan umat Allah di tengah-tengah kekuasaan penguasa Persia-Media yang begitu besar.

Ester menjadi ratu bukanlah kebetulan. Semua itu adalah rencana Tuhan yang luar biasa. Tuhan bisa memakai seseorang yang tidak disangka-sangka, melampaui akal budi kita untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dan menyertai anak-anakNya. Demikian Tuhan menciptakan kita semua, pada tempat dan waktu masing-masing, demikian pula ketika kita saat ini ditempatkan di berbagai belahan bumi yang berbeda. Bukan kebetulan, bukan tanpa tujuan. Tuhan meletakkan kita di sebuah generasi tertentu, dan menempatkan kita di sebuah tempat tertentu, pada waktu tertentu sesuai dengan rencanaNya bagi hidup kita. Apa yang Dia rencanakan adalah sesuatu yang indah bagi kita. Begini firman Tuhan: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). We are created for a cause. Dalam Kejadian dikatakan kita diminta untuk "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."(Kejadian 1:28). Mari kita hubungkan dengan ayat ini "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36). Menaklukkan dan berkuasa bukan artinya bertindak semena-mena, namun memelihara segala ciptaan Tuhan lainnya dengan penuh tanggung jawab, agar kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat segala sesuatu ciptaanNya yang indah. Ini pesan yang penting bagi manusia dalam tiap generasi, dari jaman yang satu ke jaman yang lain. Dimanapun dan kapanpun kita diciptakan, dan berada saat ini, kita harus bisa melakukan yang terbaik demi kemuliaan Tuhan.

Daud mengatakan "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:13-14). Kejadian penciptaan manusia sungguh dahysat dan ajaib. Jika kita menyadarinya dengan sungguh-sungguh, kita pun akan tahu bahwa kita ada saat ini untuk tujuan yang sungguh indah. Apabila saat ini hidup anda tidak menggambarkan sesuatu yang indah, ingatlah bahwa apa yang anda alami saat ini bukanlah akhir, melainkan masih berada dalam sebuah proses menuju sebuah kesempurnaan, sesuai dengan tujuan Tuhan menciptakan anda. Dibalik segala kelemahan dan kekurangan yang anda dan saya miliki hari ini, ada kuasa Tuhan dan berkatNya dibalik itu semua. Apapun keadaan kita saat ini, Tuhan sanggup memakai itu untuk menjadi luar biasa, dan Dia tidak pernah gagal. "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2).

Life is never a mistake nor is a coincidence. Anda begitu berharga di mata Tuhan, dan Tuhan sungguh mengasihi Anda. Dia telah menyediakan rencanaNya yang indah bagi kita semua. Seperti halnya Ester, kita masing-masing adalah pribadi yang unik yang ada dalam sebuah periode dalam perjalanan sejarah dunia. Kelahiran kita bukanlah kebetulan atau ketidaksengajaan, kita saat ini berada pada tempat tertentu bukanlah tanpa alasan. Semua ada dalam rencana Tuhan yang menjanjikan segala sesuatu yang indah penuh harapan. Tuhan memanggil kita masing-masing untuk menjadi anak-anakNya yang mencerminkan diriNya dimanapun kita berada. Apakah di sekolah, pekerjaan, keluarga, lingkungan dan sebagainya, dimanapun kita ditempatkan, kita harus siap untuk menjadi berkat bagi mereka, dimana nama Tuhan dipermuliakan. Tidak satupun rencanaNya yang akan gagal. Maka ikutilah rencanaNya, meski mungkin pada saat-saat tertentu tampaknya berat. Namun pada akhirnya, yang dijanjikan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera yang memberikan hari depan penuh harapan. Karenanya, berdirilah tegak, bersyukurlah sebagai ciptaan yang ajaib dan dahsyat, dan hiduplah menjadi terang dan garam pada masa dan tempat dimana anda ditempatkan saat ini.

Ada rencana Tuhan yang istimewa bagi setiap anak-anakNya

Lagu Heart of servant (Hati hamba)

Tau kan lagu Hati hamba yang dibawakan oleh Sari simorangkir. Lagu ini juga di nyanyikan oleh City Harvest Church Singapore dengan lirik versi bahasa inggris. Ini nih lirik lagu versi City Harvest Church.

Heart of a Servant
By City Harvest Church
(Cipt. Sari simorangkir dengan judul asli Hati Hamba)


Standing in awe of Your grace
setting my feet in Your ways
entering into Your presence
to behold You face to face

God of all heaven and earth
holding me in Your embrace
unfailing love that surrounds me
Oh God i stand amazed

my Jesus my Lord
You're the love of my life
wherever You go wanna be by Your side
no longer i but Christ living in me
serving You for all eternity

my eyes set on You
in this race that i run
no longer my ways let Your will be done
Make me a servant my heart's ever true
clinging to the cross i'll follow You
i'll follow You

Bagi yang mau lihat videoclip City Harvest Church yang menyanyikan lagu ini, klik link berikut
Click this link ->Heart of servant
---


Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari