"Celakalah kamu hai orang-orang Farisi"
(Gal 5:18-25; Luk 11:42-46)
"Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun" (Luk 11:42-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kiranya cukup banyak pemimpin atau atasan yang hanya suka memberi perintah, namun yang bersangkutan tidak pernah/belum pernah melakukan sendiri apa yang mereka perintahkan, dan ketika yang diperintah melakukan tidak baik atau tidak berhasil kemudian mereka marah-marah. Maka orang-orang yang demikian itu langsung menerima celaka atau mengalami kegagalan. Sabda Yesus kepada orang-orang Farisi pada hari ini kiranya cukup keras, dan dapat menjadi bahan refleksi atau renungan bagi para pemimpin atau atasan yang bersikap mental Farisi alias tukang memberi perintah dan tidak pernah melakukan sendiri apa yang diperintahkan. Maka dengan ini kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk berani dengan rendah hati memberi contoh atas apa yang mereka perintahkan alias pernah mengalami atau melakukan apa yang mereka perintahkan. Dengan kata lain alangkah baiknya jika memberi perintah mereka juga sekaligus melakukan bersama-sama dengan yang diperintah. Misalnya ketika memberi perintah bawahan atau pembantu untuk membersihkan lingkungan hidup, entah menyapu atau memangkas rumput yang tak teratur, hendaknya yang memberi perintah juga melakukannya. Dengan bersama-sama melakukan apa yang mereka perintahkan kiranya wibawa pemimpin atau atasan akan semakin handal dan berpengaruh pada yang dipimpin atau anggota-anggotanya. Secara khusus kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya di dalam keluarga dalam hal melakukan apa yang mereka nasihatkan atau sarankan kepada anak-anaknya, karena pengalaman di dalam keluarga akan sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama yang lebih luas seperti di masyarakat atau tempat kerja, dst…
· "Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Sebagai orang beriman kita hidup dari dan oleh Roh, maka hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh tersebut. Baiklah disini saya angkat buah Roh yang kiranya mendesak dan up to date untuk kita hayati atau sebarluaskan pada masa kini, yaitu kesabaran dan penguasaan diri. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Marilah pertama-tama dan terutama kita sabar di perjalanan atau dalam berlalu-lintas, karena kesabaran dalam berlalu-lintas hemat saya dapat menjadi cermin kwalitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memang kesabaran ini perlu sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan atau contoh dari orangtua atau bapak-ibu. Kami juga berharap kepada generasi muda, muda-mudi, untuk melatih kesabaran dalam rangka menghadapi rangsangan seksual, sehingga tidak terjebak ke dalam pergaulan seks bebas, hamil sebelum menjadi suami-isteri dan kemudian melakukan aborsi. Kuasailah diri anda sedemikian rupa sehingga tidak larut ke dalam aneka macam rangsangan ke perilaku amoral atau jahat. Ketika anda dapat menguasai diri maka kelak terhadap yang lain akan melayani, sebaliknya ketika anda tak dapat menguasai diri maka kelak terhadap yang lain pasti akan menindas atau melelehkan orang lain alias bersikap mental Farisi. Kami juga berharap kepada para pelajar atau mahasiswa untuk sabar atau menguasai diri dalam menghadapi rangsangan untuk menyontek dalam ulangan maupun ujian.
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin." (Mzm 1:1-4)
Jakarta, 13 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar