"Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati"
(1Kor 8: 1b-7.11-13; Luk 6:27-38)
"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk 6:27-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· "Murah hati" secara harafiah berarti hatinya dijual murah, dengan harapan siapapun dapat membelinya, maka murah hati berarti memberi perhatian kepada siapapun, termasuk mereka yang memusuhi atau membenci kita atau yang kita anggap sebagai musuh. Hal ini dapat kita lakukan atau hayati jika kita sungguh mengimani dan menghayati bahwa Allah telah bermurah hati kepada kita secara melimpah ruah, hidup dan segala sesuatu yang menyertai kita atau kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah. Kemurahan hati memang lebih terhayati secara mendalam dan mengesan ketika dilakukan orang seseorang terhadap mereka yang memusuhi atau membencinya; dari pihak yang bermurah hati berarti harus berkorban, sedangkan yang menerima kemurahan hati akan terkesan dan tersentuh sehingga mereka bertobat dan kemudian bersahabat, tidak memusuhi atau membenci lagi. Kemurahan hati yang demikian itu berarti kasih pengampunan, dan kasih pengampunan pasti menang atas kebencian dan permusuhan maupun balas dendam. "Kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar, dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi", demikian sabda Yesus yang harus kita imani dan hayati.
· "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku" (1Kor 8:13). Apa yang disebut dengan 'batu sandungan' memang dapat menimbulkan permusuhan maupun kebencian, padahal mereka yang menjadi 'batu sandungan' belum tentu sadar bahwa dirinya menjadi batu sandungan. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri: ketika hidup bersama kita masih diwarnai permusuhan atau kebencian, berarti ada yang menjadi batu sandungan di antara kita. Mungkin diri kita sendiri mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah saya menjadi batu sandungan, maka baiklah saya mengajak mereka yang memusuhi atau membenci untuk dengan rendah hati berani menyampaikan atau mengatakan apa-apa saja atau siapa saja yang membuat anda memusuhi atau membenci. Percayalah ketika anda menyampaikan hal itu dengan rendah hati, pasti tidak akan menyakiti hati orang lain, melainkan akan menerima kemurahan hati, karena anda juga telah bermurah hati, yaitu mencurahkan isi hati anda kepada orang lain. Dengan kata lain 'curhat' antar kita merupakan sesuatu yang penting, agar masing-masing dari kita tidak saling menjadi batu sandungan, maka hendaknya tidak pelit waktu atau tenaga untuk ber-curhat dengan saudara-saudari kita dalam berbagai kesempatan atau kemungkinan yang ada. Ingatlah dan sadari bahwa keputusan-keputusan penting di tingkat pemerintahan atau organisasi yang besar pun diawali dengan 'curhat', yang dalam bahasa modern disebut 'lobby'. Bukankah mereka yang sedang ber-curhat atau melakukan 'lobby' berarti sedang saling bermurah hati satu sama lain agar tiada batu sandungan dalam pembuatan maupun pelaksanaan keputusan, kebijakan, dst.. Rasanya di dalam keluarga terbiasa dengan curhat atau lobby ini, maka hendaknya juga dihayati dalam aneka kehidupan bersama yang lain.
" TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi" (Mzm 139:1-3).
Jakarta, 9 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar