"Ia membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya"
(1Kor 15:1-11; Luk 7:36-50)
"Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa." (Luk 7:36-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Kornelius, Paus dan St.Siprianus, Uskup, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Beriman berarti senantiasa berdialog dan berrelasi dengan Tuhan, Yang Ilahi, dan karena Tuhan adalah maha segalanya, maka berdialog atau berrelasi denganNya mau tak mau kita akan seperti perempuan berdosa yang menangis sambil menciumi kaki Yesus, artinya bersembah-sujud seutuhnya kepada Tuhan. Beriman kepada Tuhan mau tak mau kita akan dikuasai atau dirajai olehNya, dan dengan demikian akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendakNya, seraya menyadari dan menghayati diri sebagai orang berdosa yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Hari ini kita mengenangkan seorang paus dan uskup bersama-sama, yang senantiasa menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina di hadirat Tuhan/Yang Ilahi. Dua pribadi ini selain masing-masing berdialog erat dan mesra dengan Tuhan juga berdialog satu sama lain, sehingga mereka bekerja bersama-sama, saling membantu dan memperhatikan. Kita semua mengakui diri sebagai orang beriman, maka marilah dengan rendah hati kita menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Karena kita sama-sama beriman selayaknya kita sering berdialog, bercakap-cakap atau ber-curhat perihal pengalaman iman kita masing-masing, guna saling memperkaya dan meneguhkan, sehingga masing-masing dari kita setelah berdialog atau bercakap-cakap dapat mendengarkan suara Tuhan ini: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" (Luk 7:50).
· "Karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku" (1Kor 15:10), demikian kesaksian iman Paulus. Kita semua telah menerima kasih karunia Allah secara melimpah ruah, yang kita terima melalui siapa saja yang telah mengasihi dan berbuat baik kepada kita, sehingga kita dapat hidup dan berada seperti saat ini. Semua yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah kasih karunia Allah, misalnya kepandaian, kecerdasan, ketampanan/kecantikan, harta benda/uang, keterampilan, dst.. Kita semua dipanggil untuk tidak mensia-siakan kasih karunia Allah tersebut, melainkan memfungsikan seoptimal mungkin demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari atau sesama kita. Maka marilah bekerja keras untuk memfungsikan aneka macam kasih karunia Allah dalam hidup dan tugas pengutusan kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Kita persembahkan semua yang kita miliki dan kuasai pada saat ini kepada Allah melalaui saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu atau SARA. Jauhkan aneka macam bentuk kemalasan, yang berarti meremehkan kasih karunia atau anugerah Allah maupun saudara-saudari kita yang telah menjadi penyalur kasih karunia atau anugerah tersebut. Allah bekerja terus-menerus, siang malam tiada henti, tak kenal waktu dan tempat, maka selayaknya sebagai orang yang beriman kita berbuat demikian juga, artinya dalam apapun yang sedang lakukan senantiasa kita lakukan bersama dan bersatu dengan Allah, sehingga apapun yang kita lakukan mempesona, memikat dan menarik banyak orang untuk semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah berarti senantiasa berbuat baik dalam kondisi dan situasi apapun, dan dengan demikian senantiasa dalam keadaan bergairah, dinamis, ceria dan gembira.
"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (Mzm 118:1-2)
Jakarta, 16 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar