=====================
"Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas."
Bagi sebagian orang, emas merupakan bukti kesuksesan dan kebahagiaan. Ada sebuah suku yang percaya akan hal itu. Jika mereka memiliki sejumlah uang, mereka lebih tertarik untuk menyimpannya dalam bentuk emas ketimbang menabung di bank. Salah seorang teman dari suku itu pernah menjelaskan alasannya. Selain tidak terkena potongan bulanan seperti di bank, kebiasaan menabung dalam bentuk emas itu pun sudah menjadi kebiasaan yang membudaya bagi suku tersebut jauh sebelum ada bank di negara ini. Karena itulah katanya emas menjadi penunjuk status seseorang. Semakin banyak emas yang menghiasi tubuh, itu artinya status orang itu pun semakin tinggi. Sebenarnya ini pun menjadi kepercayaan orang-orang duniawi. Dalam persepsi dunia, kekayaan harta menjamin kebahagiaan dan kemakmuran. Emas dan perak tentu termasuk di dalamnya, bersama-sama dengan berbagai bentuk lainnya seperti uang dan lain-lain. Tidak heran jika ada banyak orang yang tidak ada habisnya mati-matian menumpuk harta dengan berbagai cara, baik lewat bekerja nonstop dan menomorduakan keluarga hingga bentuk-bentuk kecurangan seperti korupsi dan sebagainya.
Dunia boleh saja mengagungkan harta, tapi penulis Amsal justru mengajarkan hal yang berbeda. Dikatakan, "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas." (Amsal 3:13-14).Bukan harta, bukan emas dan perak, tapi hikmat. Hikmat ini dikatakan jauh lebih bernilai dibandingkan harta, karenanya inilah yang harus kita prioritaskan lebih dari sekedar menimbun harta duniawi.
Mengapa kita harus mementingkan hikmat? Bukankah tanpa harta kekayaan kita akan sulit hidup layak? Mencari nafkah hidup tentu penting. Tuhan sendiri tidak pernah menyuruh kita untuk berleha-leha, bermalas-malasan, tetapi kita memang diharuskan untuk bekerja. "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Namun itu bukanlah segalanya. Kita tidak boleh menomorduakan Tuhan, karena selain semuanya pada akhirnya akan sia-sia, kita pun akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh hikmat. Salomo menguraikan manfaat-manfaat yang bisa kita peroleh dari hikmat dalam Amsal 2, diantaranya:
- kita akan memperoleh pengertian yang benar tentang takut akan Tuhan (ay 5)
- kita bisa lebih mengenal Allah (ay 5)
- hikmat menjadikan kita orang jujur, tidak bercela, adil dan setia (ay 7-8), sehingga
- dengan demikian kita mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan Tuhan. (ay 7-8)
- memampukan kita untuk mengerti tentang apa yang adil, jujur, baik dan benar(ay 9)
- hikmat mendatangkan kebijaksanaan dan pengetahuan (ay 11)
- kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat (ay 12)
- menguatkan kita agar tidak gampang terjebak nafsu kedagingan (ay 16)
Begitu banyak manfaat yang bisa kita peroleh lewat hikmat, yang jelas berguna bagi kita sebagai bekal untuk menjalani hidup sampai akhir dan memperoleh mahkota kehidupan sebagai pemenang.
Bagaimana kita bisa memperoleh hikmat? Lihat apa yang dikatakan Salomo sebelumnya. "jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (ay 4-6). Lihatlah bahwa hikmat bukanlah seperti durian runtuh yang jatuh dari langit begitu saja, bukan pula pembawaan lahir, namun semua itu berasal dari Tuhan dan untuk mendapatkannya dibutuhkan usaha sungguh-sungguh serta keseriusan kita. Lihatlah bahwa ada hubungan antara anugerah dari Tuhan dan upaya dari kita sendiri untuk memperoleh hikmat. Jika kita lihat dalam Perjanjian Baru, disana kembali ditegaskan bahwa hikmat ini adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan. "sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kolose 2:3) Tapi untuk memperolehnya dibutuhkan upaya kita yang serius. Yakobus mengatakannya demikian: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Lalu Yakobus pun memberikan tips lebih lanjut untuk bisa memperoleh hikmat, yaitu dengan memintanya dalam iman dan percaya. (ay 6). Ini artinya, tanpa iman dan keyakinan teguh, niscaya hikmat tidak akan bisa kita peroleh.
Tuhan siap menganugerahkan hikmat kepada anak-anakNya. Dia sangat rindu untuk melengkapi anak-anakNya dengan bekal yang cukup untuk melewati hari-hari yang sulit, sehingga semua anakNya akan mampu mencapai garis akhir dengan baik, menjadi pemenang dengan gemilang dan memperoleh mahkota kehidupan seperti yang Dia janjikan. Tanpa hikmat kita akan kesulitan untuk hidup lurus dan bisa menyerah di tengah jalan. Akibatnya kita pun kehilangan hak kesulungan kita dan berakhir di ujung yang salah. Betapa pentingnya hikmat bagi kehidupan kita. Oleh karena itu kejarlah hikmat dan terimalah semua berkat dan janji Tuhan.
Tuhan memberkati dan melindungi setiap orang yang memiliki hikmat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar