"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah"
(Mal 3:1-4; Luk 2:22-32)
"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Luk 2:22-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta 'Yesus dipersembahkan di Kenisah' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Anak adalah anugerah Allah, maka pada umumnya ketika suami-isteri dianugerahi anak untuk pertama kalinya pasti akan bersyukur dan berterima kasih dengan sepenuh hati kepada Allah, apalagi jika anak yang pertama atau sulung tersebut adalah laki-laki. Tradisi mempersembahkan atau menguduskan anak sulung bagi Allah kiranya telah berlangsung sejak zaman dahulu kala. Baiklah kami mengajak dan mengingatkan para bapak-ibu atau orangtua: kiranya tidak hanya anak pertama saja yang dikuduskan atau dipersembahkan bagi Allah, melainkan semua anak yang dianugerahkan Allah kepada anda berdua. Secara konkret; hendaknya anak-anak dididik dan didampingi agar tumbuh berkembang sebagai pribadi yang dikasihi oleh Allah dan sesama manunia. Maka anak-anak harus tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, berbudi pekerti luhur atau cerdas secara spiritual. Hendaknya pertama-tama dan terutama agar anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, yang menjadi tujuan atau arah pendidikan dan pendampingan, entah di dalam keluarga maupun sekolah, bukan kecerdasan otak melulu, sebagaimana diimpikan sebagian besar orangtua masa kini. Anak-anak 'diperkosa' dengan aneka les privat, itulah yang sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta. Kami berharap para orangtua atau bapak-ibu untuk boros waktu dan tenaga bagi anak-anak, dan dapat menjadi teladan sebagai pribadi baik dan berbudi pekerti luhur. Semoga kelak anak-anak tumbuh berkembang menjadi 'man or woman for/with others'.
· "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!" (Mal 3:1). Kutipan ini hendaknya dihayati sebagai sabda Tuhan bagi para orangtua dalam menyikapi anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka berdua. Hayatilah bahwa anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada anda berdua memperoleh tugas sebagai utusan 'supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu'. Anak-anak ketika baru saja lahir memang sungguh menarik, mempesona dan memikat, karena ia masih suci murni, belum berdosa atau ternoda sedikitpun, maka tugas orangtua adalah memperdalam kesucian tersebut dalam perjalanan hidupnya. Untuk itu kami mengajak dan mengingatkan para orangtua/bapak-ibu menghayati motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yaitu 'ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani' ( = keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketika anak-anak masih kecil hendaknya orangtua/bapak ibu dapat menjadi teladan kesucian atau pribadi berbudi pekerti luhur, dan ketika anak-anak mulai remaja hendaknya diberdayakan, sedangkan ketika telah dewasa dimotivasi. Dengan kata lain hendaknya diusahakan kaderisasi sedini mungkin di dalam keluarga. Seorang kader adalah orang yang fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya, maka gerakan kaderisasi anak-anak di dalam keluarga dapat diwujudkan sedini mungkin anak-anak difungsikan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya kebersihan dan penghematan enerji: membuang sampah pada tempatnya dan mematikan listrik atau aliran kran air yang tak berguna/tak dibutuhkan dst… Fungsikan anak-anak mulai dari yang sederhana, dan terus menerus bertambah sulit sedikit demi sediikit sesuai dengan kemampuan anak-anak.
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)
Jakarta, 2 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar