Minggu, 26 April 2015

Senin, 27 April 2015 - Masing-masing dengan panggilannya (Bilangan 18)

  Tampilan cetak
Senin, 27 April 2015

Judul: Masing-masing dengan panggilannya
Pengaturan bagi suku Lewi dan keluarga Harun di pasal 18 ini masih berkenaan dengan persiapan kelak memasuki tanah perjanjian, tetapi juga dalam rangka mencegah terjadinya pemberontakan seperti di pasal 16. Suku Lewi telah diatur menjadi pelayan Tuhan atas segala peralatan kemah suci dan perabotannya. Mereka diambil Tuhan di kemah suci sebagai ganti anak-anak sulung Israel yang dahulu ditebus Tuhan dari perbudakan Mesir (6; lih. 3:45).Namun, tugas pelaksanaan ritual kemah suci hanya diserahkan kepada Harun dan keluarganya.Dengan demikian setiap suku lainnya tidak boleh menghampiri, menyentuh, apalagi mencoba menjalankan ritual di kemah suci.

Kepada kaum Lewi dan para imam, Tuhan telah menetapkan tentang apa yang menjadi bagian mereka. Kepada kaum imam, Tuhan memberikan bagian dari kurban persembahan yang dibawa umat Israel ke kemah suci (8-19). Oleh karena itu, Harun dan keturunannya tidak mendapatkan tanah pusaka (20). Mereka hidup langsung dari pemeliharaan Tuhan lewat persembahan umat. Kaum Lewi juga tidak mendapatkan tanah pusaka. Hidup mereka pun langsung dari pemeliharaan Tuhan melalui persembahan persepuluhan umat (21-24).Sebagai ucapan syukur dan pernyataan kebergantungan kepada Tuhan maka kaum Lewi juga wajib memberikan persepuluhan mereka untuk Harun dan keluarganya (26-32).

Masing-masing kita memiliki panggilan khusus dari Allah.Ada yang dipanggil menjadi hamba Tuhan penuh waktu di gereja, di lembaga Kristen, bahkan di dunia umum untuk pelayanan kerohanian. Yang lain dipanggil untuk bekerja menghasilkan uang dan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendukung para pelayan Tuhan yang penuh waktu. Setiap kita harus menggumuli serius pimpinan Tuhan. Yang dipanggil penuh waktu, berani abdikan diri sepenuhnya karena Tuhan pasti mencukupkan kebutuhan kita.Yang dipanggil di dunia kerja, Anda diberi kehormatan untuk menjadi alat Tuhan mendukung pelayanan kaum rohaniwan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://ift.tt/1w6Teem



from RSS Santapan Harian http://ift.tt/1b4Xl1b
via IFTTT

Senin, 27 April 2015 - Masing-masing dengan panggilannya (Bilangan 18)

  Tampilan cetak
Senin, 27 April 2015

Judul: Masing-masing dengan panggilannya
Pengaturan bagi suku Lewi dan keluarga Harun di pasal 18 ini masih berkenaan dengan persiapan kelak memasuki tanah perjanjian, tetapi juga dalam rangka mencegah terjadinya pemberontakan seperti di pasal 16. Suku Lewi telah diatur menjadi pelayan Tuhan atas segala peralatan kemah suci dan perabotannya. Mereka diambil Tuhan di kemah suci sebagai ganti anak-anak sulung Israel yang dahulu ditebus Tuhan dari perbudakan Mesir (6; lih. 3:45).Namun, tugas pelaksanaan ritual kemah suci hanya diserahkan kepada Harun dan keluarganya.Dengan demikian setiap suku lainnya tidak boleh menghampiri, menyentuh, apalagi mencoba menjalankan ritual di kemah suci.

Kepada kaum Lewi dan para imam, Tuhan telah menetapkan tentang apa yang menjadi bagian mereka. Kepada kaum imam, Tuhan memberikan bagian dari kurban persembahan yang dibawa umat Israel ke kemah suci (8-19). Oleh karena itu, Harun dan keturunannya tidak mendapatkan tanah pusaka (20). Mereka hidup langsung dari pemeliharaan Tuhan lewat persembahan umat. Kaum Lewi juga tidak mendapatkan tanah pusaka. Hidup mereka pun langsung dari pemeliharaan Tuhan melalui persembahan persepuluhan umat (21-24).Sebagai ucapan syukur dan pernyataan kebergantungan kepada Tuhan maka kaum Lewi juga wajib memberikan persepuluhan mereka untuk Harun dan keluarganya (26-32).

Masing-masing kita memiliki panggilan khusus dari Allah.Ada yang dipanggil menjadi hamba Tuhan penuh waktu di gereja, di lembaga Kristen, bahkan di dunia umum untuk pelayanan kerohanian. Yang lain dipanggil untuk bekerja menghasilkan uang dan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendukung para pelayan Tuhan yang penuh waktu. Setiap kita harus menggumuli serius pimpinan Tuhan. Yang dipanggil penuh waktu, berani abdikan diri sepenuhnya karena Tuhan pasti mencukupkan kebutuhan kita.Yang dipanggil di dunia kerja, Anda diberi kehormatan untuk menjadi alat Tuhan mendukung pelayanan kaum rohaniwan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://ift.tt/1w6Teem







from RSS Santapan Harian http://ift.tt/1b4Xl1b
via IFTTT

Kasih dan Terang

Bagi mereka yang hidup di negara dengan empat musim, inilah saatnya menanami kebun sayur untuk persiapan musim panas. Ada yang memulai lebih awal dengan menanam benih di dalam ruangan supaya kondisinya dapat diawasi dan tunas tanaman dapat bertumbuh. Setelah musim dingin berlalu, mereka akan memindahkan benih muda itu ke luar ruangan. Setelah kebun sayur itu ditanami, mereka harus membersihkan tanaman liar, memupuk, mengairi, dan mencegah serangan hama pengerat dan serangga. Proses menghasilkan bahan makanan itu memerlukan kerja keras.

Musa mengingatkan bangsa Israel tentang hal itu sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Selama tinggal di Mesir, mereka bekerja keras untuk mengairi ladang setelah menabur benih (Ul. 11:10). Namun di tanah yang diberikan Allah, Dia berjanji memudahkan pekerjaan mereka dengan memberikan hujan pada musimnya: “Tuhan akan menurunkan hujan atas tanahmu pada musimnya, sehabis kamu panen, dan pada waktu kamu mulai menanam” (ay.14 BIS). Syaratnya satu: mereka harus “sungguh-sungguh mendengarkan perintah” yang diberikan Tuhan kepada mereka—dengan “mengasihi Tuhan, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu” (ay.13). Tuhan membawa umat-Nya ke suatu tempat di mana ketaatan dan berkat-Nya akan menjadikan mereka terang bagi bangsa-bangsa di sekitar mereka.

Allah menginginkan hal yang sama untuk dan dari kita: Dia ingin kasih kita diwujudkan dalam ketaatan agar kita dapat menjadi terang-Nya bagi orang-orang di sekitar kita. Meskipun kasih dan ketaatan yang kita persembahkan tidaklah sebanding dengan apa yang layak diterima-Nya, Tuhan terus memelihara, memberkati, dan memampukan kita untuk menjadi terang yang akan diperhatikan oleh dunia.

Mengasihi Allah tidak membuat kita bebas dari kesulitan hidup, tetapi kekuatan yang diberikan-Nya memampukan kita menjalani hidup.



from Santapan Rohani http://ift.tt/1DpTrqp
via IFTTT

Sabtu, 18 April 2015

Dunia Allah


Saya tahu putra saya akan senang menerima gambar peta dunia untuk kado ulang tahunnya. Setelah melihat-lihat di toko, saya menemukan selembar peta dunia berwarna-warni yang dilengkapi dengan ilustrasi dari setiap daerah. Ada kupu-kupu cantik melayang di atas Papua Nugini. Ada rangkaian gunung di Chili. Ada berlian yang menghiasi Afrika Selatan. Saya sangat senang melihat peta itu, tetapi saya merasa ragu saat membaca label di bagian bawah peta itu yang bertuliskan: Dunia Kita.


Di satu sisi, bumi adalah dunia kita karena kita hidup di dalamnya. Kita diizinkan untuk minum airnya, menambang emasnya, meman-cing di lautnya—tetapi itu semata-mata karena Allah sudah memberikan izin-Nya (Kej. 1:28-30). Sesungguhnya, ini adalah Dunia Allah. “Tuhan-lah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mzm. 24:1). Saya sangat terpesona saat mengingat bahwa Allah sudah mempercayakan karya ciptaan-Nya yang luar biasa kepada manusia biasa. Dia tahu bahwa ada dari kita yang akan menyalah-gunakannya, menyangkal bahwa Dialah penciptanya, dan mengakuinya sebagai milik kita. Tetap saja Dia mengizinkan kita untuk menghuni bumi ini dan menjaga kelangsungannya melalui Anak-Nya (Kol. 1:16-17).


Hari ini, sediakanlah waktu untuk menikmati hidup di dalam dunia Allah. Kecaplah rasa beberapa jenis buah. Dengarkanlah kicauan burung dan nyanyiannya. Nikmatilah suasana matahari tenggelam. Izinkanlah dunia yang Anda huni ini mengilhami Anda untuk menyembah Allah yang empunya bumi.



Tolong aku, Tuhan, untuk sesekali berhenti. Untuk melihat, mendengar, mencicipi, memikirkan tentang berkat yang Engkau berikan untuk kami nikmati. Terima kasih untuk ungkapan kreativitas dan kasih-Mu kepadaku hari ini. Apakah tempat favorit Anda di dalam dunia Allah?


Keindahan karya ciptaan memberi kita alasan untuk memuji Allah.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1yDTNya

via IFTTT

Dunia Allah

Info

Minggu, 19 April 2015


Dunia Allah



24:1 Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.


24:2 Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.


24:3 "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?"


24:4 "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.


24:5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.


24:6 Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub." Sela


24:7 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!


24:8 "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!"


24:9 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!


24:10 "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" Sela




Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. —Mazmur 24:1


Dunia Allah


Saya tahu putra saya akan senang menerima gambar peta dunia untuk kado ulang tahunnya. Setelah melihat-lihat di toko, saya menemukan selembar peta dunia berwarna-warni yang dilengkapi dengan ilustrasi dari setiap daerah. Ada kupu-kupu cantik melayang di atas Papua Nugini. Ada rangkaian gunung di Chili. Ada berlian yang menghiasi Afrika Selatan. Saya sangat senang melihat peta itu, tetapi saya merasa ragu saat membaca label di bagian bawah peta itu yang bertuliskan: Dunia Kita.


Di satu sisi, bumi adalah dunia kita karena kita hidup di dalamnya. Kita diizinkan untuk minum airnya, menambang emasnya, memancing di lautnya—tetapi itu semata-mata karena Allah sudah memberikan izin-Nya (Kej. 1:28-30). Sesungguhnya, ini adalah Dunia Allah. “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mzm. 24:1). Saya sangat terpesona saat mengingat bahwa Allah sudah mempercayakan karya ciptaan-Nya yang luar biasa kepada manusia biasa. Dia tahu bahwa ada dari kita yang akan menyalahgunakannya, menyangkal bahwa Dialah penciptanya, dan mengakuinya sebagai milik kita. Tetap saja Dia mengizinkan kita untuk menghuni bumi ini dan menjaga kelangsungannya melalui Anak-Nya (KOL. 1:16-17).


Hari ini, sediakanlah waktu untuk menikmati hidup di dalam dunia Allah. Kecaplah rasa beberapa jenis buah. Dengarkanlah kicauan burung dan nyanyiannya. Nikmatilah suasana matahari tenggelam. Izinkanlah dunia yang kamu huni ini mengilhamimu untuk menyembah Allah yang empunya bumi. —Jennifer Benson Schuldt


Tolong aku, Tuhan, untuk sesekali berhenti. Untuk melihat, mendengar, mencicipi, memikirkan tentang berkat yang Engkau berikan untuk kami nikmati. Terima kasih untuk ungkapan kreativitas dan kasih-Mu kepadaku hari ini.


Keindahan karya ciptaan memberi kita alasan untuk memuji Allah.


Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 6-8; Lukas 15:1-10


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Jumat, 17 April 2015

Mengalahkan Cheetah


Cheetah Afrika yang hebat diketahui bisa berlari hingga kecepatan 112 km/jam dalam waktu singkat, tetapi tidak mampu mempertahankan kecepatan itu untuk jarak yang jauh. Lewat tayangan kantor berita Inggris, BBC, dilaporkan bahwa empat penduduk dari desa di timur laut Kenya ternyata mampu mengalahkan dua ekor cheetah dalam lomba lari sejauh 6,5 km.


Kedua cheetah besar itu sebelumnya telah memangsa kambing dari desa mereka. Jadi keempat pria itu menyusun rencana untuk menghentikannya. Suatu hari, mereka telah menunggu hingga hari sedang panas-panasnya, lalu mereka mengejar kucing-kucing besar itu. Mereka berhasil mengejar kedua cheetah yang sudah tidak lagi mampu berlari itu. Kedua cheetah yang kelelahan tersebut dapat ditangkap dengan baik dan diserahkan pada dinas perlindungan satwa Kenya untuk dipindahkan.


Dapatkah kita melihat bayangan diri kita pada cheetah tersebut? Kekuatan kita mungkin awalnya mengesankan, tetapi itu tidak bertahan lama. Nabi Yesaya mengingatkan bahwa kita ini laksana bunga di padang yang segera layu di bawah panasnya matahari (40:6-8).


Namun ketika kita tidak berdaya itulah, Allah menawarkan penghiburan bagi kita. Kejutan akan dialami oleh mereka yang menantikan Tuhan. Pada waktu dan cara yang ditentukan-Nya, Dia dapat memperbarui kekuatan kita. Oleh Roh-Nya, Dia memampukan kita untuk terbang bagai rajawali dengan “kekuatan sayapnya” atau “berlari dan tidak menjadi lesu, . . . berjalan dan tidak menjadi lelah” (ay.31).



Tuhan, ampuni kami karena sering mengandalkan kekuatan kami yang tidak bertahan lama. Tolong kami untuk melihat bahwa semua karunia yang baik itu berasal dari-Mu, dan bahwa Engkaulah sumber kekuatan, harapan, dan sukacita yang tidak pernah mengecewakan.


Ketika kita mendekat kepada Allah, pikiran kita disegarkan dan kekuatan kita diperbarui.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1cDn6Y3

via IFTTT

Mengalahkan Cheetah

Info

Sabtu, 18 April 2015


Mengalahkan Cheetah



40:6 Ada suara yang berkata: "Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang.


40:7 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput.


40:8 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."


40:9 Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"


40:10 Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.


40:11 Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.


40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.


40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.


40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,


40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.




Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, . . . . tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru. —Yesaya 40:7,31


Mengalahkan Cheetah


Cheetah Afrika yang hebat diketahui bisa berlari hingga kecepatan 112 km/jam dalam waktu singkat, tetapi tidak mampu mempertahankan kecepatan itu untuk jarak yang jauh. Lewat tayangan kantor berita Inggris, BBC, dilaporkan bahwa empat penduduk dari desa di timur laut Kenya ternyata mampu mengalahkan dua ekor cheetah dalam lomba lari sejauh 6,5 km.


Kedua cheetah besar itu sebelumnya telah memangsa kambing dari desa mereka. Jadi keempat pria itu menyusun rencana untuk menghentikannya. Suatu hari, mereka telah menunggu hingga hari sedang panas-panasnya, lalu mereka mengejar kucing-kucing besar itu. Mereka berhasil mengejar kedua cheetah yang sudah tidak lagi mampu berlari itu. Kedua cheetah yang kelelahan tersebut dapat ditangkap dengan baik dan diserahkan pada dinas perlindungan satwa Kenya untuk dipindahkan.


Dapatkah kita melihat bayangan diri kita pada cheetah tersebut? Kekuatan kita mungkin awalnya mengesankan, tetapi itu tidak bertahan lama. Nabi Yesaya mengingatkan bahwa kita ini laksana bunga di padang yang segera layu di bawah panasnya matahari (40:6-8).


Namun ketika kita tidak berdaya itulah, Allah menawarkan penghiburan bagi kita. Kejutan akan dialami oleh mereka yang menantikan Tuhan. Pada waktu dan cara yang ditentukan-Nya, Dia dapat memperbarui kekuatan kita. Oleh Roh-Nya, Dia memampukan kita untuk terbang bagai rajawali dengan “kekuatan sayapnya” atau “berlari dan tidak menjadi lesu, . . . berjalan dan tidak menjadi lelah” (ay.31). —Mart DeHaan


Tuhan, ampuni kami karena sering mengandalkan kekuatan kami yang tidak bertahan lama. Tolong kami untuk melihat bahwa semua karunia yang baik itu berasal dari-Mu, dan bahwa Engkaulah sumber kekuatan, harapan, dan sukacita yang tidak pernah mengecewakan.


Ketika kita mendekat kepada Allah, pikiran kita disegarkan dan kekuatan kita diperbarui.


Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 3-5; Lukas 14:25-35


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Kamis, 16 April 2015

Kita Satu Komunitas


Ada istri seorang pendeta yang didiagnosa menderita penyakit Parkinson. Kabar itu membuat keluarganya merasa kesulitan dan tertekan. Sang pendeta tidak tahu bagaimana ia akan mampu merawat istrinya dengan baik, sementara ia masih bertanggung jawab atas jemaat gerejanya. Namun ternyata ia tidak perlu khawatir, karena sejumlah anggota jemaatnya menyediakan diri mereka untuk membantunya dalam menyiapkan makanan dan memenuhi kebutuhan istrinya.


Rasul Paulus menuliskan pada jemaat di Korintus tentang tujuan Tuhan dalam mem-berikan karunia rohani kepada mereka. Sebelum menuliskan daftar berbagai karunia rohani dalam 1 Korintus 12:8-10, ia mengingatkan bahwa “kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (ay.7). Allah tidak memberikan karunia rohani-Nya untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk melayani sesama, dan dengan demikian, kita juga melayani-Nya.


Kita semua diberi karunia rohani yang berbeda-beda untuk dipakai di saat yang berbeda dan dengan cara yang berbeda. Namun semuanya itu harus dipakai dalam kasih “bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef. 4:12). Di mana pun Allah menempatkan kita, kita dapat memakai apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita untuk melakukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sembari mengingat bahwa kita semua merupakan anggota dari gereja, yaitu tubuh Kristus (1Kor. 12:13-14).



Terima kasih, Bapa, untuk segala karunia indah yang telah Engkau berikan pada gereja-Mu. Tolong aku untuk mengerti bahwa Engkau sudah memberikannya kepadaku untuk menguatkan saudara seiman, dan untuk menyebarkan kabar tentang kasih-Mu pada dunia.


Gunakanlah karunia rohani Anda untuk memberi pelayanan bagi sesama.






from Santapan Rohani http://ift.tt/1CPSWHd

via IFTTT

Kita Satu Komunitas

Info

Jumat, 17 April 2015


Kita Satu Komunitas



12:1 Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya.


12:2 Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.


12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.


12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.


12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.


12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.


12:7 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.


12:8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.


12:9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.


12:10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.


12:11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.




[Tuhan] yang memberikan . . . untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. —Efesus 4:11-12


Kita Satu Komunitas


Ada istri seorang pendeta yang didiagnosa menderita penyakit Parkinson. Kabar itu membuat keluarganya merasa kesulitan dan tertekan. Sang pendeta tidak tahu bagaimana ia akan mampu merawat istrinya dengan baik, sementara ia masih bertanggung jawab atas jemaat gerejanya. Namun ternyata ia tidak perlu khawatir, karena sejumlah anggota jemaatnya menyediakan diri mereka untuk membantunya dalam menyiapkan makanan dan memenuhi kebutuhan istrinya.


Rasul Paulus menuliskan pada jemaat di Korintus tentang tujuan Tuhan dalam memberikan karunia rohani kepada mereka. Sebelum menuliskan daftar berbagai karunia rohani dalam 1 Korintus 12:8-10, ia mengingatkan bahwa “kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (ay.7). Allah tidak memberikan karunia rohani-Nya untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk melayani sesama, dan dengan demikian, kita juga melayani-Nya.


Kita semua diberi karunia rohani yang berbeda-beda untuk dipakai di saat yang berbeda dan dengan cara yang berbeda. Namun semuanya itu harus dipakai dalam kasih “bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef. 4:12). Di mana pun Allah menempatkan kita, kita dapat memakai apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita untuk melakukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sembari mengingat bahwa kita semua merupakan anggota dari gereja, yaitu tubuh Kristus (1Kor. 12:13-14). —C. P. Hia


Terima kasih, Bapa, untuk segala karunia indah yang telah Engkau berikan pada gereja-Mu. Tolong aku untuk mengerti bahwa Engkau sudah memberikannya kepadaku untuk menguatkan saudara seiman, dan untuk menyebarkan kabar tentang kasih-Mu pada dunia.


Gunakanlah karunia rohanimu untuk memberi pelayanan bagi sesama.


Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 1-2; Lukas 14:1-24


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Rabu, 15 April 2015

Kamis, 16 April 2015 - (Bilangan 9)

Mohon maaf, e-Santapan Harian edisi tersebut belum atau tidak ada.

Silakan menuju bagian arsip e-Santapan Harian untuk melihat semua edisi e-Santapan Harian yang telah terbit dan tersedia di situs ini.


Terima kasih atas perhatiannya.















from RSS Santapan Harian http://ift.tt/1PPV0rB

via IFTTT

Kamis, 16 April 2015 - (Bilangan 9)

Mohon maaf, e-Santapan Harian edisi tersebut belum atau tidak ada.

Silakan menuju bagian arsip e-Santapan Harian untuk melihat semua edisi e-Santapan Harian yang telah terbit dan tersedia di situs ini.


Terima kasih atas perhatiannya.







from RSS Santapan Harian http://ift.tt/1PPV0rB

via IFTTT

Tempat Pemancingan Terbaik

Info

Kamis, 16 April 2015


Tempat Pemancingan Terbaik



22:1 Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.


22:2 Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.


22:3 Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,


22:4 dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.


22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.




Ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan. —2 Korintus 12:4


Tempat Pemancingan Terbaik


Teman saya, Gus, meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Gus adalah sesama pemancing ikan trout. Pada akhir pekan ia biasa berada di atas perahu kecilnya untuk memancing ikan di danau terdekat. Suatu hari saya menerima sepucuk surat dari Heidi, putrinya. Heidi menceritakan bahwa ia terus membicarakan tentang surga bersama cucu-cucunya sejak Gus berpulang ke rumah Bapa. Cucu lelaki Heidi yang berusia 6 tahun juga senang memancing dan ia mencoba untuk memberikan gambaran tentang surga dan apa yang sedang dilakukan Gus, kakek buyutnya di sana: “Surga pasti sangat indah,” ia membayangkan, “dan Yesus sedang menunjukkan tempat pemancingan terbaik dengan ikan yang paling banyak pada Kakek Gus.”


Ketika Paulus menceritakan penglihatan akan surga yang diberikan Allah kepadanya, ia tidak dapat melukiskannya dengan kata-kata. Paulus berkata, “Ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia” (2Kor. 12:4). Realitas surga tidak akan dapat terlukiskan oleh kata-kata—mungkin karena manusia memang tidak sanggup memahaminya.


Meskipun kita mungkin terhibur dengan mengetahui sedikit banyak tentang seluk-beluk surga, bukan pengetahuan itu yang memberi kita keyakinan, melainkan pengenalan akan Allah sendiri. Karena saya mengenal Allah dan mengetahui kebaikan-Nya yang besar, saya dapat meninggalkan dunia ini dan segala isinya dengan keyakinan teguh bahwa surga itu indah dan Yesus akan membawa saya ke “tempat pemancingan terbaik”—karena memang Allah sungguh amat baik! —David Roper


Marilah memohon dan berdoa hari demi hari agar Allah semakin menyatakan diri-Nya kepada jiwa kita, menajamkan indera kita, memberi kita penglihatan dan pendengaran, cita rasa tentang kekekalan yang akan datang. —John Henry Newman


Tidak ada sesuatu pun di bumi ini yang sebanding dengan keberadaan bersama Kristus di surga.


Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 30-31; Lukas 13:23-35


Photo credit: scott1346 / Foter / CC BY


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Mengapa Aku Tetap Berharap

Info

Oleh: Michele Ong, New Zealand

(artikel asli dalam bahasa Inggris: Why I Didn’t Give Up on Hope)


Why-I-Didn’t-Give-Up-on-Hope


Dulu aku memiliki pandangan yang sangat tidak jelas tentang kata “pengharapan”. Menurutku, kata itu terdengar seperti sesuatu yang tidak pasti. Orang yang berharap tak ubahnya seperti orang yang tidak punya pendirian. Berharap berarti mengucapkan keinginanmu lalu pasrah menantikan seseorang akan mengabulkannya. Ketika langit mendung, aku sering mendengar orang berkata, “Aku berharap hari ini tidak hujan.” Banyak bahan renungan yang kubaca menuliskan bahwa Yesus adalah pengharapanku, salib adalah pengharapanku, Kristus yang ada di tengah-tengah kamu adalah pengharapan akan kemuliaan (Kolose 1:27). Tetapi, aku sendiri tidak pernah merasa bisa memahaminya secara penuh.


Sebuah pertanyaan besar muncul ketika aku mengalami kekecewaan dalam hubungan dengan orang-orang yang kusayangi: “Apa yang akan kulakukan dengan hidupku?” Aku merasa begitu putus asa dan tidak punya harapan. Aku begitu ketakutan ketika hubungan dengan pacarku berakhir. Aku khawatir tidak akan bisa menikah dan menjadi orang aneh seperti Patty dan Selma (dua saudari kembar dalam film The Simpsons).


Sangat sering aku mengeluh atau melontarkan pemikiran-pemikiran negatif tentang hidupku. Kakak perempuanku sampai-sampai membuat sistem denda untuk meredamnya. Setiap kali mengeluarkan perkataan negatif, aku harus memasukkan uang sebesar Rp.50.000,- ke dalam celengan Hello Kitty-nya, dan uang yang terkumpul nanti akan disumbangkan kepada organisasi yang nilai-nilai dan misinya tidak ingin aku dukung. Sungguh menyedihkan!


Tetapi Allah memegang kendali atas segala sesuatu. Pada suatu hari Minggu, pendetaku berkhotbah tentang—kamu pasti bisa menebaknya—pengharapan. Ia menjelaskan bahwa pengharapan itu bukanlah sesuatu yang tidak pasti, angan-angan semu yang ditawarkan dunia. Ketika kita berharap kepada Allah, kita sedang menambatkan harapan kita pada Pribadi yang berdaulat atas segenap semesta, yang rancangan-Nya selalu digenapi (Ibrani 6:19). Penjelasan itu membuatku tertegun. Rasanya seperti mendapat teguran langsung dari Allah. Aku disadarkan bahwa pandanganku tentang pengharapan harus diubah. Pengharapan yang diletakkan di dalam Allah, Sang Pencipta langit dan bumi adalah pengharapan yang kuat, aman, terpercaya, dan pasti digenapi. Bukan sesuatu yang sepele dan tidak pasti.


Berpegang pada pengharapan sama seperti berpegang pada sebuah tali penyelamat yang akan menolong kita melewati badai hidup, kekecewaan, rasa sakit, dan berbagai kesulitan. Jika kita memiliki pengharapan sebagai sauh atau jangkar bagi jiwa, kita dapat melangkah keluar dari momen-momen terberat dalam hidup kita, dan berkata: “Allah yang adalah pengharapan itu, telah menopangku.”


Setiap kali kita melihat salib Kristus, kita melihat pengharapan akan pengampunan dosa, pemulihan, keselamatan, dan hidup yang kekal. Mari berpegang pada pengharapan ini, pengharapan yang tidak akan pernah mengecewakan.


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori 04 - April 2015: Pengharapan yang Pasti, Artikel, Pena Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Selasa, 14 April 2015

Terlalu Berat Bagiku

Info

Rabu, 15 April 2015


Terlalu Berat Bagiku



26:36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."


26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,


26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."


26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."


26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?


26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."


26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"


26:43 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat.


26:44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.


26:45 Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.


26:46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."




Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku. —Matius 26:39


Terlalu Berat Bagiku


Tuhan tak mungkin membebani kita lebih daripada yang dapat kita tanggung,” kata seseorang kepada seorang ayah yang baru saja kehilangan putranya yang berusia lima tahun karena kanker. Kata-kata tersebut dimaksudkan untuk menguatkan sang ayah, tetapi ternyata justru membuat ia tertekan dan menyebabkannya bertanya-tanya mengapa ia sama sekali tidak dapat “menanggung” rasa pedih dari kepergian putranya sendiri. Kepedihan itu begitu membebaninya, sehingga ia pun sulit bernapas. Ia menyadari bahwa kepedihan itu terlalu berat baginya dan ia sangat membutuhkan Allah untuk merengkuh dirinya erat-erat.


Ayat Alkitab yang dipakai orang untuk mendasari pernyataan “Tuhan tak pernah membebani kita lebih daripada yang dapat kita tanggung” tadi adalah 1 Korintus 10:13, “Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Akan tetapi, konteks dari ayat itu adalah tentang pencobaan, bukan penderitaan. Kita dapat memilih untuk keluar dari pencobaan melalui jalan yang telah Allah sediakan, tetapi kita tidak mempunyai pilihan untuk keluar dari penderitaan.


Yesus sendiri menginginkan jalan keluar dari penderitaan yang akan dialami-Nya ketika Dia berdoa, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. . . . Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Mat. 26:38-39). Namun demikian, Dia tetap rela menanggung semuanya demi keselamatan kita.


Ketika beban hidup terasa terlalu berat untuk kita tanggung, itulah saatnya kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada belas kasihan Allah, dan Dia pasti akan merengkuh kita erat-erat. —Anne Cetas


Bapa, aku merasa rapuh dan lemah. Aku tahu Engkaulah perlindunganku dan kekuatanku, pertolonganku saat kesusahan. Aku berseru memanggil nama-Mu, Tuhan. Rengkuhlah diriku.


Jika Allah berjaga di belakang kita dan lengan-Nya menopang kita, kita dapat menghadapi apa pun di hadapan kita.


Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 27-29; Lukas 13:1-22


Photo credit: ace_alejandre / Foter / CC BY-NC


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Senin, 13 April 2015

Jangan Khawatir!

Info

Selasa, 14 April 2015


Jangan Khawatir!



5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.


5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.


5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.


5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.


5:5 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."


5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.


5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.


5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.


5:9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.


5:10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.


5:11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.




Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. —1 Petrus 5:7


Jangan Khawatir!


George Burns, seorang aktor dan humoris asal Amerika Serikat, berkata, “Kalau kamu bertanya, ‘Apakah kunci utama untuk hidup panjang umur?’ Saya akan menjawab: jangan khawatir, stres, dan tegang. Kalau pun kamu tidak bertanya kepada saya, saya tetap akan mengatakannya.” Burns, yang hidup hingga usia 100 tahun, suka sekali membuat orang lain tertawa, dan rupanya ia mengikuti nasihatnya sendiri.


Namun bagaimana kita dapat menjauhi kekhawatiran, padahal hidup kita begitu tidak pasti, penuh dengan beragam masalah dan kebutuhan? Rasul Petrus memberi penguatan berikut kepada para pengikut Yesus yang terpaksa harus tersebar ke berbagai tempat di Asia pada abad pertama: “Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Ptr.5:6-7).


Perintah Petrus tidak diberikan untuk menolong kita menghindari penderitaan (ay.9), tetapi supaya kita dapat menemukan kedamaian dan kekuatan untuk berdiri teguh dan menang menghadapi serangan Iblis (ay. 8-10). Alih-alih diliputi oleh kegelisahan dan kekhawatiran, kita telah dimerdekakan untuk menikmati kasih Allah kepada kita dan untuk menunjukkan kasih itu kepada satu sama lain.


Tujuan kita bukanlah untuk melihat berapa lama kita akan hidup, melainkan untuk hidup sepenuhnya dalam pelayanan kasih kepada Tuhan di sepanjang usia yang diberikan kepada kita. —David McCasland


Tuhan, aku mengakui bahwa aku suka mengandalkan diri sendiri dan menjadi khawatir. Hal itu membebani jiwaku dan terkadang membuatku tidak bisa tidur di waktu malam. Angkatlah beban itu dari hatiku saat aku bersandar pada-Mu.


Allah itu Bapaku, aku tak memikirkan lagi apa yang telah dilupakan oleh- Nya. Jadi, mengapa aku harus khawatir? —Oswald Chambers


Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 25-26; Lukas 12:32-59


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Sabtu, 11 April 2015

Wallpaper: Pengharapan yang Pasti

Info

Ilustrasi oleh : Heri Kurniawan


Wallpaper: Pengharapan yang Pasti


Download wallpaper ukuran : 1024x768 | 1280x800 | 1366x768


Bagaimana kamu menjelaskan pengharapan yang kamu miliki di dalam Kristus? Apa sebenarnya yang kamu harapkan?


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori 04 - April 2015: Pengharapan yang Pasti, Download, Wallpaper







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Itu Milikku!

Info

Minggu, 12 April 2015


Itu Milikku!



29:1 Pada tahun kesepuluh, dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal dua belas bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku:


29:2 "Hai anak manusia, tujukanlah mukamu kepada Firaun, raja Mesir dan bernubuatlah melawan dia dan melawan seluruh Mesir.


29:3 Berbicaralah dan katakan: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Firaun, raja Mesir, buaya yang besar, yang berbaring di tengah anak-anak sungaimu, yaitu Nil, dan yang berkata: Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya.


29:4 Aku akan mengenakan kelikir pada rahangmu dan membuat ikan dari anak-anak sungaimu berlekatan pada sisikmu. Aku akan mengangkat engkau dari tengah anak-anak sungaimu dengan segala ikannya yang berlekatan pada sisikmu


29:5 dan Aku akan melemparkan engkau ke padang gurun, ya, engkau dengan segala ikan anak-anak sungaimu. Engkau akan jatuh di padang dan tidak akan dipungut atau dikubur. Aku memberikan engkau menjadi makanan binatang-binatang liar dan burung-burung di udara.


29:6 Dan semua penduduk Mesir akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN. Oleh karena engkau ibarat tongkat bambu bagi kaum Israel:


29:7 pada saat mereka memegang engkau dengan tangan, engkau patah terkulai dan engkau melukai bahu mereka semua; dan waktu mereka bertopang padamu, engkau patah dan engkau membuat mereka semua terhuyung-huyung.


29:8 Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku mendatangkan pedang atasmu dan melenyapkan manusia dan binatang dari padamu,


29:9 sehingga tanah Mesir akan menjadi sunyi sepi dan menjadi reruntuhan. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN. Oleh karena engkau berkata: Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya,




Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku. —Yesaya 42:8


Itu Milikku!


Sungai Nil di Afrika, yang membentang sepanjang 6.650 km dan mengalir ke utara melintasi beberapa negara di timur laut Afrika, adalah sungai terpanjang di dunia. Selama berabad-abad, sungai Nil telah menjadi sumber pangan dan mata pencaharian bagi jutaan orang di negara-negara yang dilaluinya. Saat ini, Etiopia sedang membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di Afrika pada sungai Nil. Hal itu akan membawa manfaat yang luar biasa bagi kehidupan masyarakat di daerah tersebut.


Firaun, raja Mesir, mengaku dirinya sebagai pemilik dan pembuat sungai Nil. Ia dan seluruh Mesir menyombongkan diri, “Sungai Nil aku punya, aku yang membuatnya” (Yeh. 29:3,9). Mereka menolak untuk mengakui bahwa hanya Allah yang menjadikan sumber daya alam. Akibatnya, Allah berjanji akan menghukum bangsa itu (ay.8-9).


Sudah sepatutnya kita memelihara alam ciptaan Allah, dengan tidak melupakan bahwa segala yang kita miliki berasal dari Tuhan. Roma 11:36 menyatakan, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Dialah Sang Pencipta yang juga mengaruniakan kepada umat manusia kemampuan untuk menemukan dan membuat sumber daya buatan manusia. Kapan saja kita berbicara tentang kebaikan yang telah kita alami atau prestasi yang kita capai, kita perlu mengingat firman Allah dalam Yesaya 42:8, “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain.” —Lawrence Darmani


Puji Tuhan Allah, Allah Israel, yang dengan kuasa-Nya sendiri menciptakan hal-hal yang demikian luar biasa. Terpujilah nama-Mu yang agung selamanya! Kiranya seluruh bumi dipenuhi kemuliaan-Mu.


Terpujilah Allah, hikmat-Nya besar!


Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 19-21; Lukas 11:29-54


Photo credit: Indivien / Foter / CC BY-NC


facebook google_plus


Artikel ini termasuk dalam kategori Santapan Rohani, SaTe Kamu







from WarungSaTeKaMu.org

via IFTTT

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari