Minggu, 15 Juni 2014

Senin, 16 Juni 2014 - DALAM SEGALA HAL (1 Tesalonika 5:12-22)

  Tampilan cetakSenin, 16 Juni 2014

Bacaan   : 1 Tesalonika 5:12-22Setahun : Ayub 5-8Nats       : Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)

Mudah untuk mengucap syukur saat keadaan baik, ketika kehidup an berjalan sesuai dengan harapan. Namun, bagaimana saat kita sedang dalam pergumulan, dalam penderitaan, atau ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan? Adakah kita tetap bersyukur.

Firman Tuhan mendorong kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Mengapa? Karena itu adalah kehendak Allah. Berarti, hal itu sesuatu yang baik di mata-Nya, menyenangkan hati-Nya, dan mempermuliakan nama-Nya. Ucapan syukur dalam segala hal berfokus pada Allah. Seperti dikatakan Andrew Murray, "Ucapan syukur akan menarik hati kita kepada Allah dan menjaga kita melekat pada-Nya."

Mengucap syukur dalam keadaan baik, saat berkelimpahan dan hidup berjalan lancar adalah pengakuan kita bahwa segala sesuatu bersumber dari-Nya, oleh karena itulah kita berterima kasih pada-Nya. Mengucap syukur dalam keadaan berat, kekurangan, di tengah pergumulan adalah wujud iman dan ketaatan kita pada-Nya. Iman bahwa segala sesuatu terjadi dengan seizin-Nya dan pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan bagi kita, walau saat ini kita belum memahaminya. Iman pada kasih, kuasa, hikmat, dan kedaulatan-Nya meskipun sepertinya kita sedang tidak melihatnya. Itu juga wujud ketaatan kita menerima kehendak-Nya walaupun keadaan tidak seperti yang kita harapkan. Kita percaya bahwa kehendak-Nya pasti lebih baik daripada kehendak kita. Untuk itulah kita berterima kasih pada-Nya. Ketika kita mengucap syukur dalam segala hal, kita mempermuliakan Dia. --Ratnaningsih /Renungan Harian

SEMAKIN KITA MENGENAL DAN MEMERCAYAI ALLAH,KITA AKAN SEMAKIN BISA MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 16 Juni 2014 - Untuk kita taati seutuhnya (2 Samuel 5:11-25)

  Tampilan cetakSenin, 16 Juni 2014

Judul: Untuk kita taati seutuhnyaAda dua respons terhadap kehadiran Daud sebagai raja Israel. Pertama, menjadikan Daud sebagai sekutu dan kedua, menganggap Daud sebagai musuh. Hiram, raja negeri Tirus, memilih sikap pertama (11) sementara orang Filistin mengambil sikap kedua (17-25).

Hiram menolong Daud dalam membangun istana di Yerusalem, kota yang baru ditaklukkan Daud. Hiram menyediakan segala sesuatu yang diperlukan, baik bahan bangunan maupun pekerja-pekerja. Namun orang Filistin tidak demikian. Mereka justru bermaksud menangkap Daud saat mendengar bahwa Daud menjadi raja (17). Menanggapi hal itu, Daud mencari pimpinan Allah (19). Tentu saja Allah menghargai ketergantungan Daud kepada-Nya dan menjanjikan kemenangan hingga Daud berhasil mengalahkan Filistin di Baal Perazim (20-21). Kemenangan pertama tidak membuat Daud menjadi pongah atau membanggakan diri. Ia tahu benar bahwa kemenangan itu datangnya dari Allah. Maka ketika orang Filistin menyerbu untuk kedua kalinya, Daud tetap merasa perlu untuk mencari kehendak Allah dan menaati Dia (22-25). Dalam hal ini, Daud memberi teladan untuk mencari kehendak Allah dalam apa pun yang kita lakukan.

Namun saat tinggal di Yerusalem, selain membangun istana Daud juga membangun keluarga dengan mengambil gundik dan istri dari Yerusalem (13). Dengan memiliki istana dan keluarga, Daud bermaksud memantapkan posisinya sebagai raja Israel. Padahal ia telah memiliki beberapa istri dan anak sebelum ia pergi ke Yerusalem (2Sam 2:2, 3:2-5). Dalam hal ini, Daud tidak mengindahkan peringatan Allah terhadap raja Israel, "Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang...." (Ul 17:17). Di kemudian hari Daud menghadapi banyak masalah dengan anak-anaknya, juga akibat hubungannya dengan banyak perempuan. Ini tentu tak patut ditiru. Kita tak bisa mematuhi perintah Allah secara parsial. Kita tak bisa juga memilih-milih mana bagian firman Tuhan yang kita ingin taati dan mana yang tidak karena keseluruhan firman tertuju bagi kita untuk kita taati.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 15 Juni 2014 - KEMBALI KEPADA BAPA (Lukas 15:11-32)

  Tampilan cetakMinggu, 15 Juni 2014

Bacaan   : Lukas 15:11-32Setahun : Ayub 1-4Nats       : Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang melimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (Lukas 15:17)

Saat berangkat sekolah, Luo Gang yang baru berumur 5 tahun diculik dan dibawa kabur ke kota lain, yang jauhnya 1.500 km dari kampungnya di Sichuan. Selama 23 tahun ia berjuang mencari tahu kampung halamannya. Akhirnya, berkat Googlemaps, ia berhasil menemukan orangtua yang sangat ia rindukan. Dalam suasana haru, ibunya berkata: "Selama bertahun-tahun, setiap hari aku selalu menangis memikirkanmu. Aku khawatir kamu sedang kelaparan, atau kedinginan."

Kristus mengumpamakan semua orang di dunia ini sebagai anak yang hilang. Mereka "terhilang" karena meninggalkan Allah Bapa yang penuh kasih, yakni dengan hidup berpesta pora, mengejar kepuasan jasmani. Namun sesungguhnya, setiap jiwa yang terhilang itu ada dalam keadaan miskin, kering, dan lapar secara rohani. Bisa jadi mereka sibuk dengan kegiatan keagamaan, tetapi sesungguhnya mereka tidak mendapat makna apa-apa. Seperti yang pernah dikatakan St. Agustinus, "Jiwa manusia tidak akan pernah puas sebelum ia kembali kepada Allah".

Lalu bagaimana caranya kembali kepada Allah? Alkitab, seperti Googlemaps, memandu kita untuk bertemu Kristus. Sebab, Dialah jalan, kebenaran, dan hidup. Tanpa Kristus, tak seorang pun dapat sampai kepada Bapa yang sanggup memuaskan dahaga jiwa. Saat ini, apakah Anda merasa penat, lelah, dan mengalami kekosongan hidup? Walau Anda sudah sangat sibuk beramal dan berkegiatan rohani, tetaplah datang kepada Kristus. Bukalah hati dan terimalah keselamatan yang tersedia. Hampirilah pintu hati Bapa di surga. --Susanto /Renungan Harian

BAGAI RUSA BERTERIAK MENCARI SUMBER AIR SEJUK,DEMIKIANLAH JIWAKU MENJERIT KEPADA-MU, YA ALLAHKU.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 14 Juni 2014

Minggu, 15 Juni 2014 - Belajar memuji Tuhan (Mazmur 134)

  Tampilan cetakMinggu, 15 Juni 2014

Judul: Belajar memuji TuhanMengapa mazmur ini mengajak para hamba Tuhan memuji Tuhan? Sepertinya mazmur ini merupakan dorongan atau pemberian semangat dari umat yang datang untuk beribadah di rumah Tuhan kepada para pelaksana ibadah, yaitu para imam. Para imam mulai bersiap-siap untuk pelayanan ibadah persembahan kurban sejak malam hari, menantikan fajar menyingsing untuk memulai pelayanan tersebut. Apa makna ajakan memuji Tuhan ini buat kita para hamba-Nya masa kini?

Coba kita memeriksa sejenak hidup penyembahan kita kepada Tuhan selama ini! Bukankah seringkali, penyembahan kita hanya bersifat rutinitas, dengan sedikit atau bahkan tanpa penghayatan sama sekali. Penyembahan seperti itu, bukan penyembahan sejati. Jangan-jangan yang sedang kita lakukan hanyalah pemenuhan kewajiban kita seturut perintah firman-Nya untuk memuji dan menyembah Dia. Lebih parah lagi, bisa jadi penyembahan kita sebenarnya demi pemuasan kejiwaan kita yang membutuhkan kelepasan dari emosi-emosi negatif karena kerumitan hidup di dunia ini. Dengan mengangkat tangan, berteriak, menangis, meloncat-loncat, kita mencoba menghibur diri dengan penyembahan yang hakikatnya berpusat pada diri sendiri! Kita lupa bahwa Dia yang bertakhta di Sion, berhak menerima sembah kita tanpa embel-embel apa pun, tanpa motivasi sampingan apa pun.

Ajakan menyembah Tuhan merupakan kesempatan untuk menghayati ulang kebesaran dan kemuliaan-Nya, serta terkagum-kagum akan karya-Nya yang ajaib. Baiklah kita dengan jujur menyediakan diri untuk dikoreksi dalam ibadah kita. Kalau motivasi kita keliru, atau penghayatan kita dangkal, atau kita ternyata sedang mendua hati dengan hal-hal dunia ini yang lebih menarik daripada dengan Tuhan, kita perlu bertobat! Lantunkan ulang Mazmur 134 ini. Hayati kembali penyembahanmu kepada Tuhan secara segar dan buka hatimu untuk menerima berkat-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Seri Keselamatan: HANYA DALAM YESUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2014Baca:  Yohanes 3:14-24 "Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia."  Yohanes 3:17

Keselamatan adalah kebutuhan yang mutlak diperlukan setiap orang.  Namun banyak orang kurang memahami arti keselamatan.  Mereka tidak tahu bagaimana mendapatkan keselamatan itu sendiri.

     Sering kita dengar mereka berkata,  "Banyak jalan menuju Roma", artinya banyak jalan menuju sorga.  Benarkah?  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Artinya jalan untuk memperoleh keselamatan hanya ada satu saja yaitu melalui Yesus Kristus.  Dia berkata,  "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Jadi, tak seorang pun akan mencapai Kerajaan Sorga jika mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

     Berbicara tentang keselamatan berarti berbicara tentang karya penebusan yang dilakukan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya.  OlehNya manusia memperoleh pengharapan untuk diselamatkan, asal ia percaya kepadaNya.  "...setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Apa arti keselamatan?  Yaitu dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dari dosa.  Keselamatan tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri.  Manusia berusaha mengatasi perbuatan dosanya dengan berbuat baik  (beramal)  dan melakukan ajaran agama, dengan harapan dosa-dosanya diampuni dan bisa masuk sorga.  Perbuatan baik saja tidak bisa menebus dosa-dosa kita dan dijadikan ukuran untuk mendapatkan keselamatan, artinya manusia tidak dapat memperoleh keselamatan melalui usahanya sendiri.  "Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan,"  (Titus 3:5).

     Puji syukur, Allah telah menyediakan keselamatan dan jalan sampai kepada sorga yaitu melalui pengorbanan AnakNya Yesus Kristus.

Percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah jalan keselamatan!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Jumat, 13 Juni 2014

Sabtu, 14 Juni 2014 - DIPUKUL TEMAN (Amsal 27:1-20)

  Tampilan cetakSabtu, 14 Juni 2014

Bacaan   : Amsal 27:1-20Setahun : Ester 8-10Nats       : Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. (Amsal 27:6)

"Kita turun di sini sekarang!" Siang itu, dalam angkot yang sesak dan gerah, teman saya yang biasanya pendiam dan kalem berbicara dengan nada galak. Ada apa ini? Saya bingung. Angkot yang kami tumpangi untuk pulang baru saja jalan, masih jauh daerah rumah kami. Dalam kondisi belum paham betul akan maksudnya, saya turun mengikutinya. Ternyata tadi ia melihat komplotan copet mengincar tas saya! Satu orang mengalihkan perhatian, sedangkan yang lain mencoba menyelubungi tas saya dengan ransel.

Pengalaman yang luar biasa ini mengingatkan saya akan satu perkataan Raja Salomo dalam nas hari ini: lebih baik kita "dipukul" oleh teman sendiri daripada "dicium" oleh musuh. Pada dasarnya, seorang teman sejati akan menjaga kita. Masalahnya, saat seorang teman menegur atau mengkritik kita, refleks awal yang sering terjadi adalah kita balik memusuhinya, tanpa mempertimbangkan maksud baik yang mungkin ada di baliknya.

Dengarkanlah teguran dari sahabat Anda baik-baik. Salomo dalam segala kebijaksanaannya pun meletakkan persahabatan sebagai salah satu prioritas penting. Kitab Amsal memunculkan tak kurang dari 15 ayat tentang pertemanan. Marilah kita mengingat para sahabat di sekitar kita, yang mungkin kehadirannya kita anggap biasa-biasa saja atau bahkan merepotkan. Perhatikan lebih baik maksud di balik sikap mereka yang terkesan menjengkelkan tersebut, dan kita pun akan dapat bersyukur karena Tuhan menempatkan mereka dalam hidup kita. --Olivia Elena /Renungan Harian

TIDAK JARANG TUHAN MENGGUNAKAN TEMAN-TEMAN DALAM HIDUP KITAUNTUK MENYATAKAN PERLINDUNGAN DAN PEMELIHARAAN-NYA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 12 Juni 2014

SIKAP MENANTIKAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2014Baca:  Matius 25:1-13 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki."  Matius 25:1

Saat mendengar kabar bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, respons tiap-tiap orang berbeda-beda.  Ada yang sangat tidak peduli dan masa bodoh, tapi ada pula yang meresponsnya dengan tindakan yang konyol:  langsung memutuskan berhenti dari pekerjaan, menjual seluruh harta bendanya, lalu berkumpul di suatu tempat sambil berdoa menanti-nantikan kedatangan Tuhan.  Atau mungkin yang memiliki banyak uang langsung terbang ke Yerusalem  (Israel), menantikan kedatangan Tuhan di sana, karena mereka ingat akan ayat Alkitab yang menyatakan:  "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."  (Kisah 1:11b).  Namun begitu yang diharapkan belum juga datang ada banyak dari mereka yang akhirnya frustasi dan kecewa.

     Apakah Tuhan ingkar dengan janjiNya sehingga Ia mengulur-ulur waktu untuk datang menjemput umatNya?  Dalam 2 Petrus 3:9 dikatakan,  "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  Seiring berjalannya waktu banyak anak Tuhan yang kian terlena dan disibukkan dengan perkara-perkara dunia ini, sehingga mereka lupa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menyambut kedatangan mempelai Kristus.  Selain daripada itu kita juga harus semakin giat mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan.  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).

     Dalam menanti-nantikan Tuhan saat ini apakah kita bersikap seperti lima gadis yang bijaksana, atau sebaliknya kita bersikap seperti gadis yang bodoh?  Lima gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.  Artinya mereka terus berjaga-jaga sambil terus hidup dalam ketaatan  (melakukan firman), sehingga pelitanya terus menyala dan menerangi sekitarnya, hidup yang terus menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitarnya.  (Bersambung)

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Senin, 09 Juni 2014

Selasa, 10 Juni 2014 - TAK TERHAMBAT KETERBATASAN (Lukas 21:1-4)

  Tampilan cetakSelasa, 10 Juni 2014

Bacaan   : Lukas 21:1-4Setahun : Nehemia 11-12Nats       : Mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya. (Lukas 21:4)

Dalam liputan sebuah stasiun televisi, ditampilkan kehidupan keluarga pasangan difabel yang tinggal di Pati, Jawa Tengah. Meskipun mengalami keterbatasan secara fisik, mereka tidak memanfaatkan hal itu untuk meminta belas kasih orang lain dengan mengemis. Keduanya bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan pendidikan dua anak mereka. Bukan hanya itu, mereka mengangkat dua anak asuh.

Berbagi mungkin bukan masalah besar bagi yang berkelimpahan. Tetapi, bagaimana jika pemberian itu bersumber dari keterbatasan? Bukankah nilainya lebih berharga dari yang pertama? Yesus pun mengakui hal ini. Dua peser persembahan janda miskin, di mata Yesus, merupakan persembahan yang paling berharga. Jumlahnya memang tidak besar, tetapi, bagi sang janda, jumlah itu mewakili seluruh nafkah. Itulah harta berharga kepunyaannya. Perlu kerelaan hati untuk menyerahkannya.

Tuhan tidak melihat persembahan yang kita berikan berdasarkan ukuran, pengaruh, atau keberhasilannya. Tuhan lebih melihat kadar pengabdian, pengurbanan, iman, dan ketulusan pribadi yang menyertainya. Keterbatasan fisik atau finansial, dengan demikian, bukan alasan untuk membatasi persembahan kita. Kita bisa memberikan waktu, tenaga, dana, kemampuan, dan apa pun yang kita miliki sebagai persembahan yang kudus dan berkenan bagi-Nya. Seperti dikatakan Paulus, kita mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup sebagai ungkapan syukur atas kemurahan-Nya (Rm 12:1). --Endang B /Renungan Harian

SAAT KITA KEHILANGAN ARAH, MINTALAH PIMPINAN ROH KUDUS.IKUTI PETUNJUK-NYA, IA AKAN MENUNJUKKAN ARAH YANG TEPAT!

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 08 Juni 2014

Senin, 9 Juni 2014 - KELUAR LINTASAN (Filipi 4:10-20)

  Tampilan cetakSenin, 9 Juni 2014

Bacaan   : Filipi 4:10-20Setahun : Nehemia 9-10Nats       : Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)

Vanderlei de Lima pelari maraton berbadan kecil dari Brasil. Pada Olimpiade Athena 2004, ia meraih medali perunggu, padahal mestinya dapat menyabet medali emas. Ia memimpin perlombaan sampai 5 km menjelang garis akhir ketika seorang penonton menabraknya jatuh. Ia sempat pingsan, lalu lari terhuyung-huyung, dan akhirnya menyelesaikan perlombaan di tempat ketiga.

Kita masing-masing seperti pelari dalam lintasan kehidupan ini. Sebagai pelari kita tak akan dapat menduga adanya rintangan yang menghambat atau malah melemparkan kita keluar dari lintasan. Wujud rintangan itu bermacam-macam, salah satu yang terberat adalah kematian tiba-tiba orang yang kita kasihi. Kematian seperti ini bagaikan tabrakan tak terduga yang mendorong kita keluar dari jalur lintasan, dan bahkan merobohkan kita. Hal ini memperhadapkan kita pada pilihan: tetap terjerembab atau bangkit dan, meskipun terhuyung-huyung, menyelesaikan perlombaan.

Rasul Paulus sudah kenyang dengan berbagai macam hal yang berkali-kali mendorongnya keluar dari lintasan. Namun, ia bangkit dan meneruskan perlombaan; ia percaya pada penjagaan Allah atas hidup-Nya (ay. 13). Ia tidak tahu mengapa hal buruk terjadi, tetapi ia tahu dan percaya siapa yang memelihara hidupnya. Tidaklah mudah menemukan dan merasakan pemeliharaan Allah dalam peristiwa duka, dan tidaklah mudah untuk tetap melangkah setelah keluar dari lintasan, tetapi Allah selalu punya cara untuk memberi kita kekuatan. Dia tidak membiarkan kita seorang diri. --Yohana Defrita R /Renungan Harian

SAAT KITA KEHILANGAN ARAH, MINTALAH PIMPINAN ROH KUDUS.IKUTI PETUNJUK-NYA, IA AKAN MENUNJUKKAN ARAH YANG TEPAT!

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 07 Juni 2014

Minggu, 8 Juni 2014 - PIMPINAN ROH KUDUS (Kisah Para Rasul 16:4-12)

  Tampilan cetakMinggu, 8 Juni 2014

Bacaan   : Kisah Para Rasul 16:4-12Setahun : Nehemia 7-8Nats       : Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencgah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (Kisah Para Rasul 16:6)

Di antara para pelaut kuno, suku Viking tergolong ulung dan pemberani. Dengan sampan mungil, mereka mengarungi Samudera Atlantik Utara dan berlayar ke tempat yang jauh. Diduga, berabad-abad sebelum Columbus, mereka telah menjelajahi lautan menuju benua Amerika. Columbus sudah memiliki kompas sebagai penunjuk arah. Apa penunjuk arah bagi para Viking ini? Menurut legenda, mereka menggunakan burung gagak. Saat kehilangan arah, mereka melepaskan seekor burung gagak ke udara. Burung gagak itu secara naluriah akan mengarah ke daratan sehingga para pelaut tinggal mengikutinya.

Awalnya Paulus, Timotius, dan Silas berencana memberitakan Injil ke Asia, tetapi Roh Kudus mencegah mereka (ay. 6). Di titik itu pun mereka masih belum tahu tujuan selanjutnya. Mereka hanya berjalan hingga tiba di Misia, hendak masuk ke daerah Bitinia. Sekali lagi, Roh Yesus tidak mengizinkan mereka masuk ke sana (ay. 7). Mereka berhenti di Troas, sambil menunggu petunjuk Tuhan. Dalam sebuah penglihatan, mereka tahu bahwa Tuhan memanggil mereka untuk memberitakan Injil di Makedonia (ay. 10).

Dalam pelayaran hidup, kadang-kadang kita kehilangan arah dan tidak tahu ke mana harus melangkah. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk menjadi petunjuk hidup kita. Yang perlu kita lakukan adalah berdoa dan mengikuti petunjuk-Nya. Taatilah ketika Dia mencegah perjalanan kita; ikutilah ketika Dia menunjukkan arah. Andalkanlah Roh Kudus sebagai penunjuk arah hidup kita; pimpinan-Nya tidak pernah salah! --Samuel Yudi Susanto /Renungan Harian

SAAT KITA KEHILANGAN ARAH, MINTALAH PIMPINAN ROH KUDUS.IKUTI PETUNJUK-NYA, IA AKAN MENUNJUKKAN ARAH YANG TEPAT!

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Seri Roh Kudus: ROH KUDUS DICURAHKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2014Baca:  Yoel 2:28-32 "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia,"  Yoel 2:28

Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya,  "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Namun Tuhan memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu terlebih dahulu.  "...Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa,"  (Kisah 1:4).  Akhirnya sepuluh hari setelah kenaikanNya ke sorga janji tentang turunnya Roh Kudus itu pun digenapiNya.

     Roh Kudus yang dianugerahkan Tuhan kepada gerejaNya dalam Perjanjian Baru itu adalah penggenapan janji Tuhan dalam Perjanjian Lama.  Ini menunjukkan tidak ada satu perkara pun yang terjadi di luar kehendak dan rencana Tuhan.  Selain nabi Yoel yang menyatakan bahwa Tuhan akan mencurahkan RohNya, Yehezkiel juga telah menubuatkan demikian,  "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya."  (Yehezkiel 36:26-27).  Di dalam Yesaya 32:15 pun sudah dinubuatkan:  "Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas:"

     Hari pencurahan Roh Kudus atau hari Pentakosta seringkali dilupakan dan diabaikan oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan hari yang sangat penting, hari di mana Tuhan Yesus menepati janjiNya memberikan Penolong kepada umatNya.  "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu."  (Yohanes 14:16-17).

Roh Kudus adalah Roh yang menolong, menghibur, menuntun, menguatkan, menopang dan menyertai hidup orang percaya, bahkan sampai pada akhir zaman.

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Jumat, 06 Juni 2014

Sabtu, 7 Juni 2014 - BAGIAN KITA (Amsal 30:1-14)

  Tampilan cetakSabtu, 7 Juni 2014

Bacaan   : Amsal 30:1-14Setahun : Nehemia 4-6Nats       : Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (Amsal 30:8)

Seekor anjing berlari-lari membawa tulang dari tong sampah. Ketika melewati jembatan, ia menunduk dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air sungai. Ia mengira, ada anjing lain membawa tulang yang lebih besar dari miliknya. Tanpa berpikir panjang, ia menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke air. Anjing itu akhirnya harus bersusah payah berenang ke tepian. Akhirnya, ia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang dibawanya tadi sudah hilang.

Dongeng itu menggambarkan sikap tidak berpuas diri yang berkembang menjadi keserakahan. Agur bin Yake belajar untuk menghindarinya. Ia memohon dua hal pada Tuhan (ay. 7). Pertama, agar Tuhan menjauhkannya dari kecurangan dan kebohongan. Kedua, agar Tuhan tidak memberinya kemiskinan atau kekayaan. Intinya, ia memohon agar Tuhan memberikan apa yang memang menjadi bagiannya (ay. 8). Permohonan Agur menunjukkan kepercayaannya: bahwa Tuhan sudah menyiapkan berkat khusus baginya.

Menyadari bahwa kita memiliki bagian kita sendiri akan menghindarkan kita dari keserakahan atau mengingini milik orang lain. Sikap semacam itu justru berpotensi membuat kita kehilangan kebaikan-kebaikan yang kita miliki. Jiwa kita akan dirundung oleh kekecewaan dan kekhawatiran. Karena itu, baiklah kita belajar bersyukur atas bagian khusus itu. Dalam pemeliharaan-Nya, kita tidak akan mengalami kekurangan. Dalam penjagaan-Nya, kita akan mengalami kepuasan dan kecukupan yang sesungguhnya. --Fiane Filadelfia /Renungan Harian

KESERAKAHAN MENDATANGKAN KEKURANGAN;RASA SYUKUR MEMBUAHKAN KECUKUPAN.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 7 Juni 2014 - Meski musuh mati (2 Samuel 1:1-27)

  Tampilan cetakSabtu, 7 Juni 2014

Judul: Meski "musuh" matiDi zaman sekarang ini begitu banyak informasi bertubi-tubi menghampiri kita, melalui TV, SMS, email, dan lain-lain. Namun tidak semua informasi dapat kita telan mentah-mentah, karena ada saja yang tidak berguna atau menyesatkan.

Kitab 2 Samuel diawali informasi tentang kematian Saul dan kemenangan Daud atas orang Amalek. Informasi ini dipertegas dengan datangnya seorang Amalek dari medan perang untuk memberitahu Daud (2). Ia bahkan berkata bahwa dirinyalah yang membunuh Saul atas permintaan Saul sendiri (6-10). Sebagai bukti untuk memperkuat laporannya, orang Amalek ini menunjukkan mahkota dan gelang yang tadinya dikenakan Saul (10).

Akuratkah informasi ini? Dari 1 Samuel 31:1-10 kita mendapat informasi tentang kematian Saul, sehingga bisa saja kita katakan bahwa orang Amalek itu memberi informasi yang tidak benar. Lalu kenapa dia sampai hati menyampaikan informasi seperti itu? Tampaknya orang Amalek itu tahu bahwa Daud akan menggantikan Saul. Itu berarti, kematian Saul akan merupakan kabar baik bagi Daud karena dapat memuluskan jalan Daud ke takhta Israel. Kelihatannya, si orang Amalek ingin "mengambil hati" Daud dan menarik keuntungan. Namun dia salah duga, karena bukan demikian pandangan Daud. Bagi Daud, orang Amalek itu telah membunuh orang yang diurapi Allah dan itu merupakan kejahatan yang sangat serius, yang pelakunya patut dijatuhi hukuman mati (14-16)! Kematian Saul dan Yonatan, anak Saul yang merupakan sahabat Daud juga, membuat Daud meratap (17-27).

Meski Saul memusuhi Daud dan Tuhan sendiri sudah menetapkan Daud untuk menggantikan Saul sebagai raja, Daud tidak menganggap dirinya berkuasa atas Saul. Maka ia tak akan berusaha mewujudkan janji Allah itu dengan paksa atau dengan menggunakan tangan orang lain. Ini pelajaran penting bagi kita. Biarlah kehendak Allah atas kita terwujud berdasarkan waktu yang sudah dirancang Allah. Jangan berusaha menggiring situasi dan kondisi berjalan memenuhi hasrat dan waktu kita, tetapi mengatasnamakan kehendak Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Seri Berkat: PROSES DIBERKATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2014Baca:  1 Korintus 3:10-23 "Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah."  1 Korintus 3:14

Hal memberkati adalah perkara yang sangat mudah bagi Tuhan.  Namun untuk memperoleh berkat Tuhan secara penuh tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, karena Tuhan tidak asal-asalan mencurahkan berkatNya kepada siapa saja.  "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."  (Mazmur 24:4-5).

     Tuhan perlu menguji dan memproses kita apakah kita sudah layak dan siap untuk menerima berkat dan kelimpahanNya, sebab jika kita sendiri belum siap dan belum layak, berkat dan kelimpahan yang diberikan Tuhan kepada kita justru bisa jadi bumerang.  Fakta membuktikan bahwa ada banyak orang yang mengalami kejatuhan iman dan kemudian meninggalkan Tuhan justru dalam posisi berlimpah berkat.  Mereka menjadi sombong, mengandalkan kekuatan sendiri dan menyalahgunakan berkat yang diterimanya itu untuk memuaskan keinginan dagingnya dan membawanya semakin jauh meninggalkan Tuhan.  Abraham, sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan dan diberkati secara luar biasa, harus mengalami ujian dan proses dari Tuhan:  keluar dari negeri nenek moyangnya dan harus bersabar menantikan janji Tuhan perihal keturunan selama 25 tahun.  Lalu diuji lagi ketika diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan Ishak.  Yusuf harus melewati masa-masa sulit dalam hidupnya selama 13 tahun:  dimasukkan sumur, dijual sebagai budak di mesir, dipenjara karena fitnah isteri Potifar,  "sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa-bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya,"  (Mazmur 105:19-21).

     Ada proses yang harus kita lewati sebelum janji berkatNya dinyatakan.  Proses itu bisa saja singkat, tapi ada pula yang memerlukan waktu yang lama.  Milikilah kerelaan untuk masuk dalam prosesNya, karena di balik itu ada rencanaNya yang indah.

Tetaplah setia dan jaga hati dalam proses, sebab  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  Pengkotbah 3:11

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Kamis, 05 Juni 2014

Jumat, 6 Juni 2014 - Kematian sebagai realitas (1 Samuel 31:1-13)

  Tampilan cetakJumat, 6 Juni 2014

Judul: Kematian sebagai realitasKematian Saul memang bagian dari penghukuman Allah atas ketidaktaatan Saul sebagai raja urapan Allah. Bersama dengan kematian Saul dan ketiga putranya, Israel pun kalah di tangan Filistin. Satu babak dalam sejarah kerajaan Israel selesai. Babak baru, akan segera dimulai, yaitu Daud sebagai raja Israel. Namun demikian, kisah ini seolah berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Daud mengintai. Artinya, kematian Saul layak untuk direnungkan bukan sekadar dari kegagalan Saul yang terus menerus disoroti di 1 Samuel ini.

Sepertinya Saul memiliki kesempatan memilih bagaimana ia akan mati. Ia menolak mati di tangan musuh yang akan sangat mempermalukan dirinya maupun bangsanya, karena dia masih raja mereka. Oleh karena itu, ia meminta pembawa senjatanya untuk membunuhnya. Penolakan bawahannya tersebut membuat Saul akhirnya memilih membunuh dirinya sendiri, tetap dengan pertimbangan daripada jatuh ke tangan musuh dan dipermalukan. Benarkah kematian Saul dengan cara seperti ini terhormat? Kita melihat bahwa pada akhirnya mayat Saul dipermalukan oleh orang Filistin. Akan tetapi, kisah ini ditutup dengan tindakan kepahlawanan penduduk Yabesh-Gilead, yang menyelamatkan mayat Saul dari dipermalukan lebih lanjut oleh pasukan Filistin. Tindakan penduduk kota tersebut menunjukkan penghormatan mereka kepada sang raja yang diurapi Allah, yang walaupun dalam banyak aspek kehidupannya gagal secara menyedihkan. Daud juga tetap menghormati Saul sebagai raja Israel sehingga menangisi kematiannya (lih. 2 Sam 1).

Kematian memang realitas yang tidak bisa dihindari. Demikian juga, kita tidak bisa memilih cara kematian kita. Akan tetapi, cara kematian tidak terlalu penting. Yang jauh lebih penting ialah bagaimana kita mengisi hidup kita, sebelum maut menjemput kita dan bagaimana kematian kita di mata Tuhan. Ada hamba Tuhan yang mati saat melayani firman di mimbar. Indah sekali! Namun, banyak misionaris yang kematiannya mengerikan. Di mata Tuhan keduanya adalah hamba yang setia yang akan menerima mahkota kehidupan!

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 6 Juni 2014 - ALLAH MAHAHADIR (Mazmur 139:7-12)

  Tampilan cetakJumat, 6 Juni 2014

Bacaan   : Mazmur 139:7-12Setahun : Nehemia 1-3Nats       : Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu. (Mazmur 139:7)

Seorang ibu memiliki dua orang putri yang tinggal di kota yang berbeda. Suatu ketika keduanya secara bersamaan mengalami masalah dalam pekerjaan masing-masing. Sang ibu berencana berkunjung dan menghibur mereka. Tetapi, keinginannya teralang oleh keterbatasan manusia. Ia tidak bisa berada di dua tempat pada waktu bersamaan, dan ia hanya bisa berkunjung secara bergiliran.

Tidak demikian dengan Tuhan Allah yang kita sembah. Allah itu omnipresent, Allah yang Mahahadir, senantiasa ada di mana saja. Dia mengetahui kisah demi kisah yang kita alami di bumi. Dalam segala situasi, Allah tahu karena Dia hadir; Dia mengetahui secara detail apa pun yang terjadi pada kita. Meskipun ada jutaan manusia di bumi yang bersama-sama menyerukan nama Tuhan, Dia mendengarkan seruan mereka masing-masing. Saat air mata kesesakan mengalir, Tuhan merangkul kita dan memberikan damai sejahtera dari surga. Ketika kita mendapatkan promosi, Dia juga hadir, turut bersukacita bersama dengan kita.

Tuhan ada bersama mereka yang di Australia. Tuhan ada bersama kita di Indonesia. Tuhan juga ada bersama mereka yang di Palestina. Kemampuan Tuhan jauh melampaui keterbatasan manusia. Karena Tuhan adalah Allah Pencipta yang sempurna. Allah yang dahsyat. Allah yang penuh kuasa dalam segala perbuatan-Nya. Allah yang ada bagi setiap umat ciptaan-Nya. Tidak ada kuasa lain yang dapat menandingi kuasa-Nya. Berserulah hanya pada Tuhan, agar kita mengalami kehadiran dan kuasa-Nya. --Soni Sri Rezeki Simatupang /Renungan Harian

KEHADIRAN ALLAH TIDAK TERBATASI OLEH KONDISI KEHIDUPAN UMAT-NYA;DIA MENYERTAI KITA SEMUA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 04 Juni 2014

Kamis, 5 Juni 2014 - Belajar bersandar lagi pada Tuhan (1 Samuel 30:1-31)

  Tampilan cetakKamis, 5 Juni 2014

Judul: Belajar bersandar lagi pada TuhanLuput dari dilema, Daud dan pasukannya menghadapi masalah baru. Selama ini mereka telah meninggalkan para istri dan anak-anak mereka untuk berperang bagi Akhis. Ternyata tempat tinggal mereka di Ziklag, telah diserbu dan dijarah orang Amalek, termasuk anak istri mereka ditawan. Kesedihan para pengikut Daud begitu besar sampai-sampai mereka hendak merajam Daud, yang mereka anggap bertanggung jawab atas malapetaka mereka.

Dalam keadaan kepepet, Daud kembali mencari petunjuk Tuhan (6-8). Kesadaran bahwa ia tidak dapat menyelesaikan masalah yang begitu besar dan serius ini, membuat Daud berpaling kepada Tuhan. Maka atas petunjuk Tuhan pula, Daud dan pasukannya berhasil mengalahkan Amalek serta merampas pulang semua yang dirampas. Tindakan iman Daud ini mengembalikan kepekaan rohaninya. Pertama, ia tidak merendahkan sebagian pasukannya yang keletihan dalam perjalanan ke tempat musuh. Ia justru mengajarkan para pasukannya bahwa sebagai satu tim mereka harus sepenanggungan dan sependeritaan (23-25). Hal itu ditunjukkannya dengan berbagi jarahan dengan pasukan yang tidak ikut berperang. Kedua, Daud tetap ingat dirinya sebagai bagian dari umat Israel. Maka, ia pun memberikan sebagian jarahan itu kepada para pemimpin suku Yehuda. Tindakannya sekaligus memulihkan kepercayaan mereka terhadap Daud, yang mungkin memudar saat melihat Daud ada di pihak musuh.

Semua yang terjadi dalam hidup Daud merupakan proses pembentukan iman dan karakter yang mempersiapkannya untuk menggantikan Saul menjadi raja atas Israel. Perjalanan hidup kita masing-masing pasti berbeda dari Daud maupun satu sama lainnya. Namun, kerumitan masalah yang kita hadapi mungkin sama, bisa jadi lebih. Jangan pernah menyerah kalah, apalagi kehilangan pengharapan. Allah yang sama yang dikenal dan dipercayai Daud, ialah Allah yang kita kenal dan sembah dalam Kristus. Dia menyertai kita dan mengizinkan masalah membentuk kita agar lebih bersandar kepada Tuhan dan lebih peka terhadap panggilan kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Seri Berkat: KETAATAN MENGHASILKAN BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2014Baca:  Ulangan 11:8-28 "berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;"  Ulangan 11:27

Alkitab menegaskan bahwa jika kita taat melakukan firman Tuhan, berkat Tuhan pasti akan mengikuti hidup kita.  Sebaliknya ketidaktaatan akan menghambat berkat dan mendatangkan kutuk.  "Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal."  (Ulangan 26:28).  Artinya janji Tuhan mengenai berkat pasti akan digenapi dalam hidup ini asalkan kita memiliki ketaatan untuk melakukan kehendakNya.

     Sebagai keturunan Abraham rohani kita hidup dalam perjanjian berkat Tuhan.  "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."  (Galatia 3:29).  Bila mindset kita demikian, maka kita akan menjalani hari-hari dengan penuh iman dan ucapan syukur karena kita  "...lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Kita akan memiliki mental keberkatan, bukan kemiskinan;  suka memberi, bukan menerima saja.  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).

     Adapun ciri-ciri orang yang bermental pemenang, keberkatan dan suka memberi adalah pikirannya dipenuhi oleh  "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Philipi 4:8), sehingga ia  "...hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).  Meski secara kasat mata kita sedang berada di tengah situasi terburuk sekali pun, namun kita tetap berkeyakinan bahwa Tuhan sanggup menolong dan memelihara hidup kita karena dia adalah Jehovah Jireh, Dia yang menyediakan.

"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  (Yohanes 15:7).

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Seri Berkat: KETAATAN MENGHASILKAN BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2014Baca:  Ulangan 11:8-28 "berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;"  Ulangan 11:27

Alkitab menegaskan bahwa jika kita taat melakukan firman Tuhan, berkat Tuhan pasti akan mengikuti hidup kita.  Sebaliknya ketidaktaatan akan menghambat berkat dan mendatangkan kutuk.  "Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal."  (Ulangan 26:28).  Artinya janji Tuhan mengenai berkat pasti akan digenapi dalam hidup ini asalkan kita memiliki ketaatan untuk melakukan kehendakNya.

     Sebagai keturunan Abraham rohani kita hidup dalam perjanjian berkat Tuhan.  "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."  (Galatia 3:29).  Bila mindset kita demikian, maka kita akan menjalani hari-hari dengan penuh iman dan ucapan syukur karena kita  "...lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Kita akan memiliki mental keberkatan, bukan kemiskinan;  suka memberi, bukan menerima saja.  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).

     Adapun ciri-ciri orang yang bermental pemenang, keberkatan dan suka memberi adalah pikirannya dipenuhi oleh  "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Philipi 4:8), sehingga ia  "...hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).  Meski secara kasat mata kita sedang berada di tengah situasi terburuk sekali pun, namun kita tetap berkeyakinan bahwa Tuhan sanggup menolong dan memelihara hidup kita karena dia adalah Jehovah Jireh, Dia yang menyediakan.

"Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."  (Yohanes 15:7).

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Selasa, 03 Juni 2014

Rabu, 4 Juni 2014 - PERNAH HIDUP BENAR (2 Tawarikh 24:1-27)

  Tampilan cetakRabu, 4 Juni 2014

Bacaan   : 2 Tawarikh 24:1-27Setahun : Ezra 8-9Nats       : Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN selama hidup imam Yoyada. (2 Tawarikh 24:2)

Saya suka mencermati kesaksian para pelayat tentang kehidupan orang yang terbujur kaku di rumah duka. Selain ingin mendengar hal baik tentang mendiang, saya ingin tahu apakah ia hidup benar dalam Kristus sampai akhir hayat. Sedih sekali jika mendapati ada orang yang pernah hidup benar, tetapi dalam perjalanan hidupnya berbalik dari Tuhan dan hidup sekehendak hatinya. Bagi saya, panggilan untuk hidup benar berlaku seumur hidup, bukan hanya pada masa awal kekristenan kita.

Raja Yoas pernah hidup dengan benar di hadapan Allah. Selama imam Yoyada melayani, kurban bakaran teratur dipersembahkan di rumah Tuhan (ay. 14), bukan kepada berhala. Sayangnya, hal yang sangat menyukakan hati Allah ini hanya berlangsung selama hidup imam Yoyada. Begitu imam Yoyada meninggal, Yoas memilih mendengarkan nasihat para pemimpin Yehuda daripada meneruskan hidup benar di hadapan Allah. Mereka meninggalkan Allah untuk beribadah kepada berhala. Teguran Allah melalui Zakharia, anak imam Yoyada, tidak mempan, bahkan Zakharia dibunuh. Akhirnya, Yoas sendiri mati di tangan pegawainya.

Kondisi seperti Raja Yoas mungkin juga kita alami jika kita tidak waspada. Sekali hidup benar bukan berarti selamanya pasti hidup benar. Diperlukan kemauan, tekad, dan konsistensi untuk menjalani hidup benar dalam anugerah Tuhan. Kelak akhir hidup kita akan menunjukkan apakah kita tetap menjalani hidup benar atau hanya menjadi orang Kristen yang pernah hidup benar. --Widodo Suryaputra /Renungan Harian

SEBAGAI ORANG YANG DIBENARKAN MELALUI PENGURBANAN KRISTUS,HENDAKNYA KITA TERUS BELAJAR HIDUP BENAR DI HADAPAN ALLAH.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 4 Juni 2014 - PERNAH HIDUP BENAR (2 Tawarikh 24:1-27)

  Tampilan cetakRabu, 4 Juni 2014

Bacaan   : 2 Tawarikh 24:1-27Setahun : Ezra 8-9Nats       : Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN selama hidup imam Yoyada. (2 Tawarikh 24:2)

Saya suka mencermati kesaksian para pelayat tentang kehidupan orang yang terbujur kaku di rumah duka. Selain ingin mendengar hal baik tentang mendiang, saya ingin tahu apakah ia hidup benar dalam Kristus sampai akhir hayat. Sedih sekali jika mendapati ada orang yang pernah hidup benar, tetapi dalam perjalanan hidupnya berbalik dari Tuhan dan hidup sekehendak hatinya. Bagi saya, panggilan untuk hidup benar berlaku seumur hidup, bukan hanya pada masa awal kekristenan kita.

Raja Yoas pernah hidup dengan benar di hadapan Allah. Selama imam Yoyada melayani, kurban bakaran teratur dipersembahkan di rumah Tuhan (ay. 14), bukan kepada berhala. Sayangnya, hal yang sangat menyukakan hati Allah ini hanya berlangsung selama hidup imam Yoyada. Begitu imam Yoyada meninggal, Yoas memilih mendengarkan nasihat para pemimpin Yehuda daripada meneruskan hidup benar di hadapan Allah. Mereka meninggalkan Allah untuk beribadah kepada berhala. Teguran Allah melalui Zakharia, anak imam Yoyada, tidak mempan, bahkan Zakharia dibunuh. Akhirnya, Yoas sendiri mati di tangan pegawainya.

Kondisi seperti Raja Yoas mungkin juga kita alami jika kita tidak waspada. Sekali hidup benar bukan berarti selamanya pasti hidup benar. Diperlukan kemauan, tekad, dan konsistensi untuk menjalani hidup benar dalam anugerah Tuhan. Kelak akhir hidup kita akan menunjukkan apakah kita tetap menjalani hidup benar atau hanya menjadi orang Kristen yang pernah hidup benar. --Widodo Suryaputra /Renungan Harian

SEBAGAI ORANG YANG DIBENARKAN MELALUI PENGURBANAN KRISTUS,HENDAKNYA KITA TERUS BELAJAR HIDUP BENAR DI HADAPAN ALLAH.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 02 Juni 2014

Selasa, 3 Juni 2014 - KUBURAN NOMMENSEN (Amsal 10:1-32)

  Tampilan cetakSelasa, 3 Juni 2014

Bacaan   : Amsal 10:1-32Setahun : Ezra 6-7Nats       : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. (Amsal 10:7)

Ketika masih SMA di Sigumpar, Sumatera Utara, Pak Siregar sering membolos. Agar tidak kepergok guru atau orangtua, ia dan temannya bersembunyi sambil merokok di kuburan tak jauh dari sekolah. Kuburan itu tak lain makam Nommensen, misionaris Jerman yang dikenal sebagai Rasul Orang Batak. Membaca tulisan di nisan itu, Pak Siregar muda merenung. "Untuk apa orang ini datang jauh-jauh dari Jerman untuk mati di sini?"

Pertanyaan itu tersimpan di benaknya hingga bertahun-tahun. Ketika kuliah, seseorang memberitakan Injil kepadanya, dan ia bertobat. Saat itulah ia benar-benar mengerti alasan kedatangan Nommensen, yaitu untuk memberitakan Kristus, karena hanya Dialah jalan keselamatan. Arah hidupnya pun berubah. Sekarang, Pak Siregar telah melayani selama belasan tahun sebagai pemberita Injil yang berani.

Kitab Amsal memuat berbagai nasihat, petuah, atau panduan untuk hidup secara sejahtera. Pasal ini merupakan kumpulan nasihat Salomo. Ia antara lain berbicara tentang kenangan yang muncul saat kita mendengar nama tertentu. Terdapat kontras yang tajam antara mengingat nama orang benar dan nama orang fasik (jahat). Warisan orang benar-teladan, gaya hidup, nasihat, iman, dll.-masih dapat memberkati seseorang sekalipun ia sudah tiada. Hal itu dapat menginspirasi orang lain agar menjadi pribadi yang lebih baik. Marilah kita setia menjalani hidup sebagai orang yang telah dibenarkan Kristus, agar dapat memberkati orang lain tiap kali mereka mengingat kita. --Hembang Tambun /Renungan Harian

MENJALANI HIDUP DENGAN MENJADI BERKAT AKAN MEWARISKANKENANGAN PENUH MAKNA SETELAH KITA TIADA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 3 Juni 2014 - KUBURAN NOMMENSEN (Amsal 10:1-32)

  Tampilan cetakSelasa, 3 Juni 2014

Bacaan   : Amsal 10:1-32Setahun : Ezra 6-7Nats       : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. (Amsal 10:7)

Ketika masih SMA di Sigumpar, Sumatera Utara, Pak Siregar sering membolos. Agar tidak kepergok guru atau orangtua, ia dan temannya bersembunyi sambil merokok di kuburan tak jauh dari sekolah. Kuburan itu tak lain makam Nommensen, misionaris Jerman yang dikenal sebagai Rasul Orang Batak. Membaca tulisan di nisan itu, Pak Siregar muda merenung. "Untuk apa orang ini datang jauh-jauh dari Jerman untuk mati di sini?"

Pertanyaan itu tersimpan di benaknya hingga bertahun-tahun. Ketika kuliah, seseorang memberitakan Injil kepadanya, dan ia bertobat. Saat itulah ia benar-benar mengerti alasan kedatangan Nommensen, yaitu untuk memberitakan Kristus, karena hanya Dialah jalan keselamatan. Arah hidupnya pun berubah. Sekarang, Pak Siregar telah melayani selama belasan tahun sebagai pemberita Injil yang berani.

Kitab Amsal memuat berbagai nasihat, petuah, atau panduan untuk hidup secara sejahtera. Pasal ini merupakan kumpulan nasihat Salomo. Ia antara lain berbicara tentang kenangan yang muncul saat kita mendengar nama tertentu. Terdapat kontras yang tajam antara mengingat nama orang benar dan nama orang fasik (jahat). Warisan orang benar-teladan, gaya hidup, nasihat, iman, dll.-masih dapat memberkati seseorang sekalipun ia sudah tiada. Hal itu dapat menginspirasi orang lain agar menjadi pribadi yang lebih baik. Marilah kita setia menjalani hidup sebagai orang yang telah dibenarkan Kristus, agar dapat memberkati orang lain tiap kali mereka mengingat kita. --Hembang Tambun /Renungan Harian

MENJALANI HIDUP DENGAN MENJADI BERKAT AKAN MEWARISKANKENANGAN PENUH MAKNA SETELAH KITA TIADA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 3 Juni 2014 - KUBURAN NOMMENSEN (Amsal 10:1-32)

  Tampilan cetakSelasa, 3 Juni 2014

Bacaan   : Amsal 10:1-32Setahun : Ezra 6-7Nats       : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. (Amsal 10:7)

Ketika masih SMA di Sigumpar, Sumatera Utara, Pak Siregar sering membolos. Agar tidak kepergok guru atau orangtua, ia dan temannya bersembunyi sambil merokok di kuburan tak jauh dari sekolah. Kuburan itu tak lain makam Nommensen, misionaris Jerman yang dikenal sebagai Rasul Orang Batak. Membaca tulisan di nisan itu, Pak Siregar muda merenung. "Untuk apa orang ini datang jauh-jauh dari Jerman untuk mati di sini?"

Pertanyaan itu tersimpan di benaknya hingga bertahun-tahun. Ketika kuliah, seseorang memberitakan Injil kepadanya, dan ia bertobat. Saat itulah ia benar-benar mengerti alasan kedatangan Nommensen, yaitu untuk memberitakan Kristus, karena hanya Dialah jalan keselamatan. Arah hidupnya pun berubah. Sekarang, Pak Siregar telah melayani selama belasan tahun sebagai pemberita Injil yang berani.

Kitab Amsal memuat berbagai nasihat, petuah, atau panduan untuk hidup secara sejahtera. Pasal ini merupakan kumpulan nasihat Salomo. Ia antara lain berbicara tentang kenangan yang muncul saat kita mendengar nama tertentu. Terdapat kontras yang tajam antara mengingat nama orang benar dan nama orang fasik (jahat). Warisan orang benar-teladan, gaya hidup, nasihat, iman, dll.-masih dapat memberkati seseorang sekalipun ia sudah tiada. Hal itu dapat menginspirasi orang lain agar menjadi pribadi yang lebih baik. Marilah kita setia menjalani hidup sebagai orang yang telah dibenarkan Kristus, agar dapat memberkati orang lain tiap kali mereka mengingat kita. --Hembang Tambun /Renungan Harian

MENJALANI HIDUP DENGAN MENJADI BERKAT AKAN MEWARISKANKENANGAN PENUH MAKNA SETELAH KITA TIADA.

Dilarang mengutip atau memperbanyak materi Renungan Harian tanpa seizin penerbit (Yayasan Gloria)

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/renungan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 01 Juni 2014

Senin, 2 Juni 2014 - Menyangkal iman? (1 Samuel 27:1-12)

  Tampilan cetakSenin, 2 Juni 2014

Judul: Menyangkal iman?Bagaimana kita memahami kisah di perikop ini, ketika Daud dalam hatinya menyadari bahwa cepat atau lambat Saul pasti akan menangkap dan membunuhnya? Bukankah Daud selama ini telah menaruh kepercayaannya kepada Tuhan, bahwa Tuhan pasti akan meluputkannya dari Saul? Apakah tindakannya menyeberang ke Filistin, lalu menipu Akhis dengan bertindak seolah-olah ia telah menjadi musuh Israel, menunjukkan imannya kepada Tuhan?

Ada penafsir yang mengatakan bahwa tindakan Daud adalah sesuai dengan budaya masa itu, sehingga dapat dibenarkan. Ada juga penafsir yang mengatakan tindakan Daud adalah kebohongan, maka merupakan dosa. Yang jelas, ada kemiripan kisah Daud ini dengan kisah Abram. Baru saja Abram menaati panggilan Tuhan untuk ke negeri Kanaan, saat bahaya kelaparan menimpa negeri itu, ia melarikan diri ke Mesir dan berbohong kepada Firaun (Kej 12). Baru saja Daud memercayakan hidupnya pada Tuhan, dengan tidak menjamah Saul, orang yang diurapi Tuhan, sekarang ia tetap takut bahwa Saul pada suatu hari akan menangkap dan membinasakan dirinya. Oleh karena itu Daud melarikan diri ke Filistin, dengan perhitungan bahwa Saul tidak akan mengejar dirinya sampai ke negeri musuh (4).

Tindakan Daud mencederai imannya sendiri. Ia mengandalkan hikmat manusia untuk menyelamatkan diri dari Saul. Ia membuat diri seolah musuh Israel sehingga diterima oleh Raja Akhis. Kelak, akibat kebohongannya, hampir saja ia dipaksa untuk melawan pasukan Saul. Sama seperti Tuhan harus bertindak menyelamatkan Abram dari akibat kebohongannya, demikian juga kelak Tuhan harus menyelamatkan Daud.

Tindakan Daud tersebut menggambarkan realitas pertumbuhan iman yang jatuh bangun. Siapapun bisa terjatuh seperti Daud. Di sinilah anugerah Tuhan nyata. Dia tahu menjaga hamba-hamba-Nya, bahkan mengangkat mereka saat jatuh. Mari belajar untuk tidak mengulang kesalahan Daud. Kita belajar memercayakan diri penuh kepada pemeliharaan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Sumber : www.sabda.org

Seri RUT: Iman di Persimpangan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2014Baca:  Rut 2:1-23 "TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung."  Rut 2:12

Di tengah situasi yang sangat sulit dan serasa di persimpangan Rut membuat sebuah keputusan yang dilandasi oleh iman, suatu keputusan yang sangat menentukan nasib hidupnya di kemudian hari, yakni memilih hidup bersama mertuanya yang juga sudah menjadi janda.  Mungkin banyak orang mengatakan bahwa tindakan Rut itu sebuah kebodohan.

     Rut rela membayar harga dengan mempertaruhkan hidupnya, meninggalkan sanak keluarga dan bangsanya, memilih hidup di negeri asing dan percaya kepada Allah yang disembah oleh mertuanya itu.  Apa yang dilakukan Rut ini bukanlah tindakan coba-coba, tapi suatu tindakan iman, di mana ia sedang menuju kepada suatu kehidupan yang menempatkan dirinya dalam kasih karunia karena ia percaya kepada Allah yang hidup.  "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."  (Mazmur 91:2).  Sebaliknya Orpa lebih memilih untuk meninggalkan Naomi.  Artinya ia tidak mau membayar harga, lebih suka pulang ke kampung halamannya, kembali kepada kenyamanan dan kehidupan lamanya.  Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang Kristen, memilih untuk meninggalkan Tuhan dan kembali kepada kehidupan lamanya ketika berada dalam masalah dan sedang di persimpangan jalan.  Padahal Alkitab menegaskan:  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Kita memilih untuk lari menjauh dari panggilan Tuhan dan rencanaNya.

     Tuhan berfirman,  "...Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Rut tidak mau kembali kepada bangsanya yang kafir dan memilih meninggalkan kehidupan lamanya.  Paulus pun demikian,  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,"  (Filipi 3:13-14).

Saat di persimpangan jalan inilah kualitas iman seseorang sedang diuji!

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari