Selasa, 30 April 2013

Rabu, 1 Mei 2013 - SELAPUT MATA IMAN (Lukas 24:13-35)

  Tampilan cetakRabu, 1 Mei 2013

Bacaan   : Lukas 24:13-35Setahun : 2 Raja-Raja 1-3Nats       : Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (Lukas 24:16)

Mata saya pernah terluka karena terkena kok saat bermain bulutangkis. Menurut dokter, ada beberapa syaraf mata yang putus. Akibatnya, pandangan mata saya terganggu, seakan ada selaput yang mengalangi pandangan saya. Dokter memberi obat dan perlahan-lahan mata saya dapat kembali melihat dengan jelas. Proses itu memerlukan waktu berminggu-minggu.

Dalam perjalanan ke Emaus, ada yang mengalangi mata Kleopas dan kawannya sehingga mereka tidak dapat mengenali Yesus yang bangkit. Mereka ditegur oleh Yesus, dianggap sebagai bodoh dan lamban. Mata iman mereka tertutup oleh cara pandang mereka sendiri yang terbatas: Bahwa Yesus datang sebagai raja yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Roma. Perikop ini memaparkan dua hal yang membuat kita dapat mengalami kebangkitan Kristus dalam hidup kita. Pertama, melalui penggalian dan perenungan firman Tuhan. Kedua, Tuhan hadir dan membangkitkan kepekaan kita akan kemenangan-Nya melalui perjamuan-Nya.

Kita pun dapat bersikap lamban dan bodoh dalam mengenali serta menyadari kebangkitan dan penyertaan Tuhan. Kita dapat menjalani hidup seolah Tuhan tidak pernah bangkit. Mata iman kita sering terganggu oleh selaput ketakutan atau kekhawatiran akan hidup ini. Seolah janji penyertaan Tuhan yang bangkit hanyalah mimpi di siang bolong. Marilah kita memelihara disiplin menggali firman Tuhan dan beribadah dengan penuh syukur, agar mata iman kita terbuka sehingga dapat melihat dan mengalami pengutusan Tuhan secara baru. --ENO

KESADARAN AKAN KEBANGKITAN DAN PENYERTAAN TUHAN ADALAHPENANGKAL AMPUH TERHADAP KETAKUTAN DAN KEKHAWATIRAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/05/01/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 1 Mei 2013 - SELAPUT MATA IMAN (Lukas 24:13-35)

  Tampilan cetakRabu, 1 Mei 2013

Bacaan   : Lukas 24:13-35Setahun : 2 Raja-Raja 1-3Nats       : Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (Lukas 24:16)

Mata saya pernah terluka karena terkena kok saat bermain bulutangkis. Menurut dokter, ada beberapa syaraf mata yang putus. Akibatnya, pandangan mata saya terganggu, seakan ada selaput yang mengalangi pandangan saya. Dokter memberi obat dan perlahan-lahan mata saya dapat kembali melihat dengan jelas. Proses itu memerlukan waktu berminggu-minggu.

Dalam perjalanan ke Emaus, ada yang mengalangi mata Kleopas dan kawannya sehingga mereka tidak dapat mengenali Yesus yang bangkit. Mereka ditegur oleh Yesus, dianggap sebagai bodoh dan lamban. Mata iman mereka tertutup oleh cara pandang mereka sendiri yang terbatas: Bahwa Yesus datang sebagai raja yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Roma. Perikop ini memaparkan dua hal yang membuat kita dapat mengalami kebangkitan Kristus dalam hidup kita. Pertama, melalui penggalian dan perenungan firman Tuhan. Kedua, Tuhan hadir dan membangkitkan kepekaan kita akan kemenangan-Nya melalui perjamuan-Nya.

Kita pun dapat bersikap lamban dan bodoh dalam mengenali serta menyadari kebangkitan dan penyertaan Tuhan. Kita dapat menjalani hidup seolah Tuhan tidak pernah bangkit. Mata iman kita sering terganggu oleh selaput ketakutan atau kekhawatiran akan hidup ini. Seolah janji penyertaan Tuhan yang bangkit hanyalah mimpi di siang bolong. Marilah kita memelihara disiplin menggali firman Tuhan dan beribadah dengan penuh syukur, agar mata iman kita terbuka sehingga dapat melihat dan mengalami pengutusan Tuhan secara baru. --ENO

KESADARAN AKAN KEBANGKITAN DAN PENYERTAAN TUHAN ADALAHPENANGKAL AMPUH TERHADAP KETAKUTAN DAN KEKHAWATIRAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/05/01/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 29 April 2013

Selasa, 30 April 2013 - TAK JADI MEMBUNUH (1 Samuel 24)

  Tampilan cetakSelasa, 30 April 2013

Bacaan   : 1 Samuel 24Setahun : 1 Raja-Raja 21-22Nats       : Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul. (1 Samuel 24:6)

Perasaannya sudah tumpul, hati nuraninya sudah mati. Begitu mungkin komentar kita terhadap pelaku pembunuhan yang memutilasi kurbannya. Mengapa pelaku tega melakukannya dengan cara yang begitu sadis? Kebencian dan rasa dendam dapat membuat seseorang bisa berbuat keji di luar batas perikemanusiaan.

Tidak demikian halnya dengan Daud ketika dikejar-kejar Saul. Pada saat Saul lengah, orang lain memandangnya sebagai kesempatan untuk menyingkirkan musuhnya itu. Bisa saja ia membunuh Saul untuk mempercepat jalannya menduduki tahkta sebagai raja. Tetapi, ia tidak mau melakukannya (ay. 5a, 8). Ia hanya memotong bagian pinggir jubah Saul (ay. 5b). Meskipun tidak sampai membunuh Saul, ia dihinggapi perasaan bersalah (ay. 6). Tindakannya merupakan penghinaan kepada seorang raja. Bagi Daud, ini kesalahan yang membuat hatinya tidak damai sejahtera. Bagaimanapun juga Saul adalah orang yang diurapi Tuhan sehingga ia menaruh hormat (ay. 7). Di pihak Saul, kejadian itu membukakan matanya: bahwa dirinya yang bersalah. Ia pun mengurungkan niat untuk membunuh Daud (ay. 18-19, 23).

Seberapa pekakah hati kita terhadap dosa? Apakah masih ada perasaan bersalah ketika melakukan dosa, termasuk dosa yang dianggap sepele? Kepekaan dapat dilatih ketika kita berani berkata tidak terhadap dosa sekecil apa pun. Tuhan telah memberi "alarm" dalam hati dengan perasaan bersalah ketika berdosa. Sadar dan bertobat menghindarkan kita dari bahaya dosa yang lebih besar lagi. --YBP

KETIKA TIDAK ADA DAMAI SEJAHTERA DI DALAM HATI,INILAH SAAT YANG TEPAT UNTUK MENGOREKSI DIRI.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/30/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 30 April 2013 - Kehendak Allah atas pernikahan (1 Korintus 7:1-16)

  Tampilan cetakSelasa, 30 April 2013

Judul: Kehendak Allah atas pernikahanHubungan seksual yang amoral memang dosa, tetapi sepasang suami istri halal melakukannya karena merupakan tanggung jawab keduanya untuk memenuhi kewajiban terhadap pasangan. Bukan hanya sebagai hak istimewa suami dan kewajiban istri saja, tetapi masing-masing pihak wajib menunjukkan kasih sayangnya secara fisik terhadap pasangannya, dengan maksud untuk menyenangkan atau memuaskan pasangannya (3-4). Relasi seksual merupakan berkat Allah, bukan beban apalagi kutuk. Lagi pula relasi seksual yang sehat dapat mencegah kehidupan seksual yang amoral. Absennya seks dalam sebuah pernikahan diperbolehkan untuk sementara waktu, tetapi hanya untuk alasan spiritual (5).

Lalu bagaimana bila orang tidak menikah? Walaupun orang yang menikah berharap seandainya tidak menikah atau orang yang tidak menikah berharap menikah, Paulus menegaskan bahwa keduanya merupakan karunia Allah (7-9). Begitu pun bila orang yang menikah merasa lebih beruntung dari orang yang tidak menikah atau yang tidak menikah merasa lebih beruntung dari orang yang menikah, harus dipahami bahwa masing-masing status merupakan karunia Allah.

Isu selanjutnya adalah perceraian. Sepasang suami istri Kristen tidak boleh bercerai karena alasan apa pun (12-13). Jika terjadi perpisahan, mereka tidak boleh menikah lagi dengan orang lain. Yang boleh dilakukan hanyalah mengadakan rekonsiliasi dengan pasangan mereka sebelumnya.

Nas ini memperlihatkan kepada kita bahwa Allah memandang serius suatu pernikahan, maka begitu pula orang beriman seharusnya. Pernikahan merupakan kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita yang bersifat permanen, sehingga tak seorang pun yang berhak memutuskan kesatuan itu.

Baik menikah atau melajang menghadirkan manfaat dan berkat masing-masing. Baik menikah atau melajang, kita harus melayani Tuhan dan mencari kemuliaan-Nya. Tidak boleh ada seorang pun yang menyombongkan diri atas statusnya karena semuanya merupakan anugerah Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/30/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 28 April 2013

Senin, 29 April 2013 - MENGANDALKAN MANNA (Keluaran 16:13-36)

  Tampilan cetakSenin, 29 April 2013

Bacaan   : Keluaran 16:13-36Setahun : 1 Raja-Raja 19-20Nats       : Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa. (Keluaran 16:16)

Dulu Pak Ronny (nama samaran) pengusaha sukses. Sayang, usahanya bangkrut. Kini ia hidup dengan sederhana. "Dulu saya tidak perlu khawatir akan hidup saya sampai dua atau tiga tahun mendatang. Sekarang, bahkan untuk hari esok, kadang saya harus bergumul. Tapi saya percaya, Tuhan akan memelihara saya sekeluarga sama seperti ketika Dia memberi manna hari lepas hari pada bangsa Israel di padang gurun. Buktinya, sampai hari ini saya sekeluarga masih bertahan, " katanya.

Saya jadi teringat pada keadaan bangsa Israel di padang gurun. Selama 40 tahun, mereka mengandalkan manna sebagai makanan pokok (ay. 35). Manna ini memiliki beberapa keunikan. Munculnya hanya pada pagi hari. Ketika matahari makin tinggi, manna akan mencair (ay. 21). Orang Israel hanya diperbolehkan mengumpulkannya untuk kebutuhan selama satu hari (ay. 19). Jika ada yang mengumpulkan secara berlebihan, mannanya akan rusak (ay. 20). Baru pada hari keenam, mereka diperbolehkan mengumpulkannya dua kali lipat untuk persediaan pada hari Sabat karena manna tidak muncul pada hari Sabat (ay. 22-23).

Orang mendambakan hidup berkelimpahan. Namun, bagaimana jika Tuhan mengizinkan "kekurangan" mewarnai kehidupan kita? Bagaimana jika persediaan kita hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hari ini atau beberapa hari ke depan. Kisah tentang manna dapat menguatkan kita untuk tidak khawatir. Kita tetap berdoa, mengucap syukur, dan bertekun melakukan tugas kita, dengan percaya bahwa Tuhan senantiasa memelihara kita. --OKS

PERCAYALAH, KETIKA HARI BARU MENJELANG,BERKAT BARU SELALU DATANG.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/29/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 29 April 2013 - Bait Roh Kudus (1 Korintus 6:12-20)

  Tampilan cetakSenin, 29 April 2013

Judul: Bait Roh KudusBiasanya kita akan berpikir soal salah dan benar ketika mempertimbangkan akan melakukan sesuatu. Itulah yang disebut legalitas.

Namun menurut Paulus, legalitas bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam bertindak, harus dipertimbangkan juga apakah tindakan tersebut berguna (12). Ingatlah bahwa kebebasan kita bukan hanya untuk diri kita sendiri saja, melainkan juga untuk orang lain. Maka sepatutnya kita memikirkan juga apakah tindakan kita bermanfaat atau malah berdampak buruk bagi orang lain. Selain itu, kita juga harus mempertimbangkan apakah kita akan diperhamba oleh tindakan itu. Karena sudah seharusnya Allah saja yang mengontrol segala tindakan kita, termasuk dalam hal seks.

Melihat latar belakang penduduk Korintus secara umum, mungkin saja jemaat Korintus juga menganggap bahwa seks di luar pernikahan merupakan hal yang bisa. Ini dapat kita lihat dari pasal 5, mereka tidak menegur orang yang melakukan dosa seks. Namun Paulus menegaskan bahwa seks berbeda dari makanan. Makanan, meski bersangkut paut dengan tubuh, mungkin saja tidak ada signifikansinya dengan iman, asal jangan rakus tentunya. Tidak demikian dengan seks. Perilaku seksual berkaitan erat dengan moral dan kekudusan. Seks di luar nikah mungkin saja menarik, tetapi dosa seks berpengaruh bagi tubuh dan dapat menghancurkan moralitas dan kerohanian kita.

Maka kita harus mengingat bahwa tubuh kita adalah anggota Kristus (15), sebab itu jangan pernah digunakan untuk aktivitas seksual yang tidak semestinya baik itu zina, prostitusi, perilaku seksual menyimpang, dan lain-lain. Tubuh adalah bait Roh Kudus, tempat yang kudus bagi Allah, maka seharusnya tubuh kita bersih dari perilaku seks yang amoral. Jika benar kita dipenuhi Roh, itu akan terlihat dari perilaku seksual kita. Jika kita bersikap amoral dalam hal seksual, berarti kita telah menajiskan bait Roh Kudus. Jika kita diperhadapkan pada dosa seksual, teladanilah Yusuf yang berani melarikan diri dari dosa itu meski harga yang harus dibayar untuk itu sangat besar.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/29/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 27 April 2013

Minggu, 28 April 2013 - MENGASIHI ALLAH DAN MANUSIA (Markus 12:28-34)

  Tampilan cetakMinggu, 28 April 2013

Bacaan   : Markus 12:28-34Setahun : 1 Raja-Raja 16-18Nats       : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu.... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini. (Markus 12:30-31)

Taj Mahal di India dibangun Shah Jehan pada 1631, didekasikan untuk istrinya tercinta, Mumtaz Mahal, yang meninggal ketika melahirkan anak mereka yang ke-14. Taj Mahal dibangun dengan arsitek Ustaz Ahmad Lahauri dan melibatkan 20.000 pekerja. Menurut salah satu legenda, setelah pembangunan Taj Mahal selesai, Ustaz Lahauri dijatuhi hukuman pancung dan semua pekerja dipotong tangannya, agar tidak membangun monumen lain yang dapat menyaingi Taj Mahal. Ironis. Di satu sisi, ia menunjukkan kedalaman cinta; di sisi lain, ia menunjukkan kebengisan yang tidak berperikemanusiaan.

Orang percaya kadang-kadang tergelincir pada sikap serupa. Kita menunjukkan kasih kepada Allah dengan setia ke gereja, mengikuti persekutuan doa, aktif melayani, dan seterusnya. Namun, di sisi lain, kita tetap menyimpan kebencian dan kemarahan terhadap orang lain. Kita lebih suka memendam kepahitan daripada melepaskan pengampunan. Atau, kita tidak peduli dan masa bodoh terhadap orang yang terhilang, enggan menyampaikan kabar baik kepada mereka.

Alkitab menyebutkan bahwa orang yang mengenal dan tinggal di dalam Allah akan dikenal dari kesetiaannya menuruti perintah-Nya (1 Yoh 3:23, Yoh 15:10). Perintah itu adalah mengasihi Allah dan sesama manusia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita. Besarnya kasih kita kepada Allah terwujud dalam kepedulian kita kepada sesama. Kasih kita kepada Allah yang tidak kelihatan terungkap dalam kasih kita kepada sesama di sekitar kita. --PRB

KASIH TIDAK MENGORBANKAN ORANG LAIN DEMI KEPENTINGAN PRIBADI;SEBALIKNYA, MENGORBANKAN KEPENTINGAN PRIBADI DEMI ORANG LAIN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/28/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 28 April 2013 - Pencipta dan pemelihara (Mazmur 104:10-18)

  Tampilan cetakMinggu, 28 April 2013

Judul: Pencipta dan pemeliharaAdalah kenyataan bahwa di Indonesia ini banyak sarana umum yang berusia pendek.Salah satu penyebabnya, yang biasa ditudingkan kepada pemakainya ialah ketidakpedulian atau tidak bertanggung jawab untuk memelihara sarana itu. Kita hanya tahu memakainya, tidak mau repot menjaganya.

Sangat berbeda dengan Allah, Sang Pencipta. Dia yang mencipta dengan begitu baik dan asri (lihat Kej 1), juga memeliharanya dengan sama baiknya. Allah memelihara ciptaan-Nya melalui penugasan dan pemberian wewenang kepada manusia (lihat Kej 1:26-28). Manusia sebagai gambar Allah diberi kemampuan untuk mengelola alam (lihat Kej 2).

Allah memelihara ciptaan-Nya melalui hukum alam/kodrati. Alam ini diciptakan asri dan harmonis. Bagian Mazmur ini (9-18) memberikan alasan memuji Tuhan karena Dialah Pencipta yang memelihara ciptaan-Nya. Baik pengelolaan benda-benda mati (10, 13), maupun tumbuhan dan binatang (11-12, 14, 16-18), sampai kepada manusia (14-15), semua tersistem dan saling terkait. Bandingkan dengan urutan penciptaan di Kejadian 1 yang memperlihatkan ketergantungan ciptaan satu sama lain.

Masalah kekacauan di dalam dunia ciptaan Allah, ada pada ulah manusia berdosa yang merusak alam. Manusia dalam ke-sokpintaran-nya merusak ekosistem dengan sistemnya yang berorientasi sempit, demi kepuasan sesaat dan kemakmuran jangka pendek.

Kalau kita mau menghayati pujian kepada Allah sebagai Pencipta yang memelihara ciptaan-Nya, kita harus wujudkan itu dengan kembali bertanggung jawab atas tugas kita sebagai gambar Allah. Mari kita bangun kembali alam yang sudah rusak. Kita dukung gerakan penghijauan, mencegah perusakan yang lebih parah dari hutan-hutan kita, membatasi diri dari menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, yang sulit didaur ulang, dst.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/28/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 26 April 2013

Sabtu, 27 April 2013 - Ingat kesaksian kita (1 Korintus 6:1-11)

  Tampilan cetakSabtu, 27 April 2013

Judul: Ingat kesaksian kitaAda sebuah gedung gereja yang digunakan untuk beribadah oleh dua kelompok dari denominasi yang berbeda. Sering kali kedua kelompok itu bertikai mengenai penggunaan gedung. Penjaga gedung sampai turun tangan untuk mendamaikan mereka. Yang ironis, sang penjaga berbeda iman dari kedua kelompok itu.

Tampaknya Paulus menganggap bahwa pertikaian di antara dua anggota jemaat tidak perlu sampai dibawa ke pengadilan umum, karena hakim yang bertugas di situ bukan orang beriman (1). Maka sungguh memalukan bila orang percaya minta didamaikan oleh orang yang tidak percaya. Dengan mendatangi hakim di pengadilan dunia untuk memecahkan masalah di dalam jemaat, itu sama saja dengan mengatakan bahwa tidak ada orang yang cukup berhikmat dan berotoritas untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Bahkan adanya pertikaian di antara mereka saja sudah merupakan suatu hal yang memalukan. Menurut Paulus, adalah lebih baik bila mereka menderita kekalahan daripada harus bertikai dan saling membalas dengan cara-cara yang sama sekali tidak kristiani. Padahal suatu saat Allah akan mendelegasikan otoritas untuk menghakimi orang yang tidak beriman kepada orang beriman (2). Bila demikian besar otoritas yang akan diterima oleh orang beriman maka sudah seharusnya orang beriman punya kompetensi untuk menyelesaikan permasalahan internal. Lagi pula orang beriman dapat meminta hikmat dari Roh Kudus bila memerlukannya (Yoh 14:26).

Dari kritik Paulus, tampak bahwa jemaat Korintus tidak memahami identitas mereka selaku orang percaya yang harus memberikan kesaksian yang benar kepada dunia ini. Maka selaku orang percaya, kiranya kita tidak sampai pergi ke pengadilan dunia untuk memecahkan masalah di antara jemaat. Kalaupun masalah di antara jemaat butuh seorang pendamai atau penengah, carilah seorang Kristen atau hamba Tuhan yang berhikmat dan berotoritas. Lebih dari itu, sebagai orang Kristen marilah kita belajar untuk saling memberi, bukan hanya berusaha memanfaatkan sesama.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/27/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 25 April 2013

Jumat, 26 April 2013 - MEMAHAT MARMER CARRARA (Yesaya 48:1-11)

  Tampilan cetakJumat, 26 April 2013

Bacaan   : Yesaya 48:1-11Setahun : 1 Raja-Raja 12-13Nats       : Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan. (Yesaya 48:10)

Sebongkah marmer Carrara raksasa teronggok di depan teras gereja selama hampir 100 tahun. Di sana-sini terdapat carut-marut bekas pahatan para pematung sebelumnya, yang menyerah karena kerasnya marmer itu. Tak ada yang sanggup menaklukkannya. Sampai suatu hari, seorang anak muda 26 tahun jatuh cinta padanya. Ia memahatnya sampai menjadi salah satu patung terindah di dunia. Sekarang, adikarya itu dikenal sebagai "David". Pematungnya tidak lain Michelangelo.

Ada yang lebih keras dari marmer Carrara, yaitu hati bangsa Israel. Allah begitu geram sampai menjuluki mereka tegar tengkuk dan keras kepala (ay. 4). Mereka telah mengalami banyak kebesaran dan kasih Allah, tetapi mereka mengabaikan Dia dengan menyembah berhala (ay. 5-8). Apa yang dilakukan-Nya terhadap kekerasan hati mereka?

Pertama, Dia mengasihani mereka. Dia tidak membinasakan mereka walaupun mereka patut menerimanya (ay. 9). Kedua, Dia tidak tinggal diam. Dia mengubah mereka melalui aneka pendisiplinan (ay. 10). Bila marmer Carrara hanya bisa ditaklukkan oleh Michelangelo, hati manusia hanya bisa ditaklukkan oleh Allah. Dialah Spesialis hati yang keras!

Kekerasan hati manusia bukanlah jalan buntu bagi Allah. Mungkin Anda sedang mendoakan seseorang yang keras hati. Kalau begitu, Anda berdoa pada Pribadi yang tepat. Atau, mungkin Andalah orang yang keras hati itu. Kalau begitu, Allah belum menyerah pada Anda. Jika perlu, Dia akan mendisiplinkan Anda, supaya Anda kembali kepada-Nya. --JIM

ALLAH LEBIH GIGIH DALAM MENGASIHI KITA YANG KERAS KEPALATIDAK MENGASIHI DIA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/26/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 26 April 2013 - Tegurlah! (1 Korintus 5:1-13)

  Tampilan cetakJumat, 26 April 2013

Judul: Tegurlah!Bagaimana sikap orang biasanya ketika ia ketahuan berbuat dosa? Ada yang langsung merasa bersalah dan mohon ampun kepada Tuhan atau mohon maaf kepada sesamanya. Ada juga orang yang jadi merasa malu lalu menghindari pertemuan dengan orang lain. Namun ada juga yang membela diri sedemikian rupa untuk menutupi kesalahannya, di samping ada juga yang merasa tidak peduli.

Seperti kita telah ketahui, jemaat Korintus menyombongkan keadaan dan kerohanian mereka. Namun Paulus mengetahui bahwa di dalam jemaat terdapat anggota yang berbuat tidak senonoh, yaitu hidup dengan isteri ayahnya (1). Begitu buruknya perbuatan ini sehingga Paulus berkata bahwa orang yang tidak mengenal Allah saja tidak melakukannya (1Kor 5:1). Yang lebih parah, saudara-saudara seimannya yaitu jemaat Korintus tampaknya diam saja. Mereka tidak memberikan teguran kepada pria itu ataupun mendisplinkan dia. Mereka malah membanggakan diri, mungkin karena merasa telah melakukan apa yang baik, dengan tetap mengasihi dan menerima pria itu apa adanya, tanpa memperhitungkan dosa-dosanya (2). Mereka jelas telah memiliki konsep yang salah tentang kasih, dosa dan hukumannya. Maka selanjutnya Paulus mengingatkan mereka untuk tidak membiarkan pria itu tinggal di tengah-tengah mereka sebagai tindakan disiplin yang harus dilaksanakan.

Kita memang harus mengasihi dan menerima setiap orang apa adanya. Namun sebuah tindakan disiplin yang dilakukan terhadap saudara seiman yang berbuat dosa, sebenarnya juga merupakan wujud kasih, dengan maksud untuk mengembalikan yang salah ke jalan yang benar, demi kebaikan mereka.

Maka tindakan mendisiplin umat yang berbuat dosa hendaknya tidak dihapuskan dari peraturan gereja. Allah sangat serius menghadapi dosa, kita sebagai pengikut-Nya pun harus bersikap sama. Tak perlu takut gereja kita akan kehilangan atau kekurangan jemaat karena hal itu. Kita harus menjunjung tinggi kebenaran Allah serta kekudusan-Nya dalam kehidupan kita berjemaat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/26/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 24 April 2013

Kamis, 25 April 2013 - KISAH NAMA (Filemon 1)

  Tampilan cetakKamis, 25 April 2013

Bacaan   : Filemon 1Setahun : 1 Raja-Raja 9-11Nats       : Dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. (Filemon 1:11)

Nama adalah doa! Demikian kata orangtua. Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus juga memaknai nama secara menggelitik.

Nama Onesimus berarti "berguna". Ia menjadi tak berguna ketika lari dari tuannya, Filemon (ay. 1). Setelah bertemu dengan Paulus di penjara, ia berubah menjadi orang yang "berguna" (ay. 10). Paulus malah menyebutnya "saudara yang kekasih", yang "sangat berguna" (ay. 11). Dalam bahasa aslinya, Paulus menggunakan permainan kata untuk menegaskan arti nama Onesimus: "dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku" (ay. 11). Paulus juga menyebutnya: "buah hatiku" (ay. 12). Paulus meminta pada Filemon (namanya berarti: yang mengasihi), agar bersedia menerima kembali Onesimus "bukan lagi sebagai hamba, melainkan... sebagai saudara yang kekasih" (ay. 16). Paulus menjamin dan mau mengganti semua kerugian yang dialami Filemon karena tindakan Onesimus.

Karya Kristus telah mempertobatkan Paulus (semula bernama Saulus), Filemon, dan kini Onesimus. Siapa pun nama kita, pertobatan membuat kita menjadi berguna! Tak ada ukuran tentang seberapa indah suatu nama; yang penting adalah seberapa besar kita berguna bagi sesama. Di dalam Tuhan, kita berguna ketika kita "menghibur hati seseorang di dalam Kristus" (ay. 20). Sudahkah kehadiran kita menghiburkan hati sesama? Atau malah sebaliknya, kehadiran kita membuat mereka berduka? Mari kita menjadi orang yang berguna oleh anugerah Kristus, yang memanggil kita dalam karya-Nya! --CHA

OLEH ANUGERAH DAN KARYA KESELAMATAN KRISTUSAKU DIUBAH MENJADI ORANG YANG BERGUNA BAGI ALLAH DAN SESAMA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/25/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 25 April 2013 - Kamis, 25 April 2013 (1 Korintus 4:6-21)

  Tampilan cetakKamis, 25 April 2013

Judul: Kamis, 25 April 2013Di dalam surat ini, Paulus sering menggunakan kata yang bermakna arogan. Frekuensi penggunaan kata ini mengidentifikasi salah satu masalah utama yang ada di dalam jemaat Korintus.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa mereka tidaklah superior bila dibandingkan dengan orang lain. Sikap superior itu dapat membuat mereka menghakimi orang lain, bahkan menghakimi hamba Tuhan. Meskipun mereka memiliki banyak hal, harus disadari bahwa semuanya itu adalah pemberian Allah. Sebab itu mereka seharusnya mengucap syukur dan bukan malah menyombongkan diri serta merendahkan Paulus yang mengalami kesukaran dan penderitaan dalam pelayanannya.

Paulus memberi contoh tentang dirinya dan para rasul yang lain tentang bagaimana mereka harus mengalami hinaan dan direndahkan oleh karena Kristus. Iman dan pelayanan mereka kepada Kristus tidak menghasilkan sesuatu yang membawa kebanggaan dan kesenangan bagi diri mereka sendiri. Yang diperoleh para rasul justru hal-hal yang menyengsarakan dan menyakitkan (11-13). Melalui pengalaman ini, Paulus bermaksud menegur mereka agar menyadari sikap mereka dan tahu bagaimana seharusnya mereka bersikap. Karena itu mereka harus mengikuti teladan Paulus sebab ia telah terlebih dahulu mempraktikkan apa yang dia ajarkan (16).

Teguran Paulus kepada jemaat Korintus jadi teguran juga bagi kita. Kita bisa saja membanggakan diri karena jadi anggota suatu gereja besar atau bila gereja kita dipimpin oleh pendeta besar yang terkenal. Kebanggaan itu membuat kita jadi merasa seolah-olah kita sama besarnya dengan pendeta tersebut. Atau kita telah memilih jalan yang benar dengan menjadi anggota gereja tersebut. Kebanggaan seperti ini dapat melahirkan perasaan superioritas yang tidak pada tempatnya serta dapat membuat kita merendahkan gereja-gereja yang beranggotakan orang-orang yang berstatus ekonomi rendah. Ingatlah bahwa esensi iman kita adalah memikul salib dan mengikut Kristus.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/25/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 23 April 2013

Rabu, 24 April 2013 - Sikap terhadap hamba Tuhan (1 Korintus 4:1-5)

  Tampilan cetakRabu, 24 April 2013

Judul: Sikap terhadap hamba TuhanBagaimana hubungan jemaat, di tempat Anda menjadi anggota, dengan pendeta atau hamba Tuhan yang melayani di situ? Lalu bagaimana hubungan dengan hamba Tuhan lain, yang tidak khusus melayani di situ?

Jemaat Korintus sedang terpecah-belah. Mereka berkelompok-kelompok sesuai pemimpin rohani yang mereka agung-agungkan. Sebab itu, Paulus mengoreksi pemahaman mereka mengenai pemimpin rohani. Seorang pemimpin rohani adalah seorang hamba Kristus, yang dipercayakan rahasia Allah (1). Seorang hamba tentu harus menjaga kepercayaan penuh yang diberikan oleh tuannya. Bagi Paulus, ini berarti setia pada Injil yang telah dia terima dan beritakan. Maka bagi Paulus, pendapat orang Korintus tentang bagaimana ia menjaga kepercayaan dari Allah bukan merupakan suatu hal yang penting. Evaluasi pribadi tentang kinerjanya sendiri juga bukan merupakan hal yang utama (3). Apa yang penting bagi Paulus adalah penilaian Allah terhadap pelayanannya hingga suatu waktu kelak dia menerima pujian dari Allah (4-5).

Maka Paulus mengimbau orang Korintus untuk berhenti menghakimi hamba-hamba Tuhan karena sesungguhnya mereka menghakimi hanya berdasarkan apa yang mereka lihat. Sementara Tuhan mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati hamba-hamba-Nya. Lagi pula tidak sepatutnya mereka mengambil tempat Tuhan dalam menghakimi.

Ini menjadi pelajaran bagi kita dalam bersikap terhadap para hamba Tuhan. Ingatlah bahwa Tuan bagi para hamba Tuhan adalah Tuhan sendiri, bukan kita. Maka hanya Tuhan yang layak menerima pertanggungjawaban mereka. Karena itu jangan pernah memandang hamba Tuhan sebagai hamba kita, yang harus patuh pada kita dan memenuhi segala keinginan kita. Sebagai hamba Tuhan, mereka harus memprioritaskan dan melaksanakan apa yang Tuhan inginkan. Justru kita harus bersyukur atas hamba-hamba Tuhan yang setia mendorong umat untuk hidup melayani Tuhan agar kita menerima pujian juga pada hari kedatangan-Nya kelak.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/24/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 22 April 2013

Selasa, 23 April 2013 - Membangun jemaat (1 Korintus 3:10-23)

  Tampilan cetakSelasa, 23 April 2013

Judul: Membangun jemaatDewasa ini ada banyak parameter yang dipakai orang untuk melihat keberhasilan dalam membangun jemaat. Megachurch-jemaat yang berjumlah ribuan serta musik dan audio visual dalam ibadah adalah gambaran tentang jemaat yang berhasil.

Melalui perikop ini, Paulus ingin menegaskan mengenai apa yang seharusnya menjadi dasar utama dan satu-satunya dalam membangun jemaat (10-11). Ia sekaligus ingin menegaskan pengkontrasan antar apa yang dibanggakan oleh orang-orang Korintus tentang hikmat. Di sinilah terlihat konsistensi Paulus yang sejak awal, yang selalu menekankan pada salib Kristus dan Injil sebagai pusat pemberitaannya. Selanjutnya Paulus memberi penjelasan bahwa di atas dasar yang kokoh itu pembangunan harus berlanjut terus menerus.

Dasar saja belumlah cukup. Lalu persoalannya, bahan apa yang akan digunakan di atas dasar itu (13). Kualitas dari bahan yang digunakan dalam membangun jemaat suatu saat akan teruji, yaitu pada hari Tuhan itu semua. Di sinilah kita belajar tentang pentingnya membangun jemaat dengan firman Tuhan yang kokoh. Firman itulah yang akan menolong orang dalam menghadapi gempuran filosofi dunia yang mungkin harus dihadapi tiap hari.

Sebagai pemimpin jemaat, sebagaimana konteks dimana Paulus berbicara (18-20), penting untuk memperhatikan "bahan" apa yang kita pakai untuk membangun jemaat. Hikmat dunia dan termasuk berbagai apa yang ada di dalamnya adalah kebodohan di hadapan Allah. Alkitab sudah banyak memberikan teladan dan peringatan bahwa jika kita ikut-ikutan dengan dunia maka kita akan mengalami perpecahan dan kehancuran.

Apa yang disampaikan Paulus biarlah mengingatkan kita bahwa zaman boleh saja berubah, tetapi metode dan cara dalam menyampaikan kebenaran bisa saja diakomodir. Hanya saja, perlu kita camkan baik-baik bahwa isi berita yang kita sampaikan jangan pernah bergeser. Kiranya hanya salib Kristus dan firman-Nya saja yang menjadi dasar dan bahan dalam membangun jemaat dan kehidupan kita secara pribadi.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/23/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 23 April 2013 - MAKNA SEBUAH PEKERJAAN (Kolose 3:18-25)

  Tampilan cetakSelasa, 23 April 2013

Bacaan   : Kolose 3:18-25Setahun : 1 Raja-Raja 5-7Nats       : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Ketika saya mulai mengikuti program pascasarjana, dosen pembimbing memberikan suatu nasihat. Ia mengatakan, meskipun dirinya menjadi sponsor atas proyek penelitian yang saya kerjakan, saya harus memandang dan menganggap proyek itu sebagai proyek pribadi saya. Saya harus berpikir bahwa saya bukan sedang mengabdi kepadanya, melainkan kepada masyarakat dan masa depan saya sendiri. Pemikiran ini, menurutnya, penting untuk mendorong saya bekerja dengan bersungguh-sungguh.

Keseriusan kita dalam mengerjakan sesuatu seringkali memang ditentukan oleh makna yang kita berikan pada pekerjaan tersebut. Konsep inilah yang melatarbelakangi nasihat Paulus kepada jemaat di Kolose dalam nas hari ini. Secara khusus, Paulus memberikan penjelasan mengenai pekerjaan para hamba. Ia menasihati mereka untuk memaknai pekerjaan mereka sebagai pelayanan kepada Tuhan yang pasti akan dibalas-Nya dengan upah surgawi. Paulus percaya bahwa dengan pemaknaan ini, mereka akan mampu mengerjakan pekerjaan mereka dengan berintegritas dan tulus hati.

Pemaknaan semacam itu bukan hanya berlaku bagi para hamba, namun juga bagi kita semua dalam mengerjakan tugas apa pun. Tugas harian kita sebagai pekerja, ibu rumah tangga, pelajar, dan sebagainya kadang terasa melelahkan, bahkan menyebalkan. Ada kalanya kita melakukannya dengan malas-malasan. Akan tetapi, kalau kita memaknainya sebagai pelayanan yang berharga di mata Tuhan, niscaya kita akan terdorong untuk terus berusaha mengerjakannya dengan sebaik mungkin --ALS

MEMAKNAI TUGAS SEBAGAI PELAYANAN KEPADA TUHAN MENGGUGAH KITA UNTUK MERAIH KEUNGGULAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/23/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 21 April 2013

Senin, 22 April 2013 - Manusia duniawi (1 Korintus 3:1-9)

  Tampilan cetakSenin, 22 April 2013

Judul: Manusia duniawiCara kita merespons sesuatu hal, sedikit banyak mengindikasikan siapa kita. Melalui sikap jemaat Korintus, Paulus dapat melihat siapa mereka sesungguhnya.

Dari cara jemaat Korintus bersikap, Paulus menegaskan bahwa mereka adalah manusia duniawi (3), karena mereka hidup dalam kedagingan. Ciri paling kuat yang ditunjukkan yaitu adanya iri hati dan perselisihan di antara mereka. Mereka hidup berdasarkan pengelompokan-pengelompokan. Relasi yang semacam itu di antara mereka mengekspresikan relasi mereka yang sesungguhnya dengan Tuhan. Relasi seperti ini tidak bisa dimanipulasi. Itulah sebabnya Paulus sangat marah kepada mereka karena mereka seperti kanak-kanak yang masih membutuhkan susu.

Selanjutnya Paulus menunjukkan kebodohan mereka yang amat mendasar. Paulus memberikan fakta yang sebenarnya bahwa baik Paulus maupun Apolos hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan untuk melayani Dia. Baik yang menanam maupun yang menyiram memiliki posisi yang sama di hadapan Allah. Pertumbuhan hanya berasal dari pihak Allah. Tanpa Allah, maka usaha menanam maupun menyiram tidak ada gunanya. Paulus dan Apolos hanyalah alat yang dipakai Allah secara bersama-sama untuk membawa jiwa kepada Dia. Jadi jika para "pemimpin" mereka hanyalah instrumen seharusnyalah mereka saling menghargai satu dengan yang lain serta saling bekerja sama. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semuanya dipakai Tuhan untuk membawa orang kepada Kristus.

Tanpa sadar sering kali apa yang dialami oleh jemaat Korintus kita alami juga. Kita terkotak-kotak karena iri hati melihat orang lain atau jemaat lain atau pemimpin di jemaat lain lebih berhasil atau dipakai Tuhan. Pemahaman bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan seharusnya membawa kita mensyukuri setiap orang yang dipakai Tuhan. Kiranya bukan iri hati yang muncul melainkan keinginan untuk mendukung orang-orang itu dalam doa kita karena suatu kerinduan, yaitu agar Yesus Kristus, Tuhan kita, dimuliakan melalui mereka.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/22/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 22 April 2013 - MERPATI YANG INGKAR (Yunus 1:1-17)

  Tampilan cetakSenin, 22 April 2013

Bacaan   : Yunus 1:1-17Setahun : 1 Raja-Raja 2:26-4Nats       : Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; Aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan." (Yunus 1:9)

Yunus dipanggil Tuhan untuk memperingatkan penduduk Niniwe akan penghukuman-Nya. Masalahnya, orang Niniwe tidak lain adalah musuh bangsanya. Dengan menyampaikan peringatan Tuhan, ada kemungkinan mereka bertobat. Jadi, ia malah naik kapal menjauhi Niniwe.

Ketidaktaatan itu nyatanya bukan hanya berdampak pada dirinya, namun juga menimbulkan bencana bagi orangorang di sekitarnya: badai menerjang kapal yang ditumpanginya. Ketika para penumpang berjuang antara hidup dan mati, ia tidur nyenyak di ruangan paling bawah. Ketika terjaga, ia berseru, "Aku takut akan Tuhan!" Padahal ia sedang dalam petualangan yang menunjukkan bahwa ia memberontak kepada Tuhan. Sebuah paradoks. Ironisnya, namanya berarti "merpati", yang terkenal sebagai lambang ketulusan dan kesetiaan.

Banyak orang bersaksi bahwa ia taat pada Tuhan, padahal ia sedang menempuh jalan yang bertentangan dengan rancangan-Nya. Dengan pertimbangan tertentu dan juga pembenaran diri, mereka mengeraskan hati dan melawan Tuhan secara sengaja. Orang seperti itu justru berpotensi melukai orang-orang di sekitarnya: dengan sikap, perkataan, dan tindakan.

Apakah Anda mengetahui kebenaran, namun sedang menjauh darinya? Apakah Anda sedang berada dalam sebuah situasi yang kacau dan membahayakan? Mungkinkah Anda sendiri penyebab semua perkara itu? Jika demikian, kembalilah kepada panggilan Tuhan dan lakukanlah apa yang Dia inginkan untuk Anda lakukan. --HT

PILIHAN KITA-BAIK ATAU BURUK-BUKAN HANYA BERDAMPAK BAGI DIRI SENDIRI,TETAPI JUGA BAGI ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/22/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 20 April 2013

Minggu, 21 April 2013 - Kebesaran Tuhan (Mazmur 104:1-9)

  Tampilan cetakMinggu, 21 April 2013

Judul: Kebesaran TuhanMazmur 104, seperti Mazmur 103 mulai dengan ajakan pemazmur kepada jiwanya sendiri untuk memuji Tuhan. Alasan memuji Tuhan diarahkan pada kebesaran Tuhan dan kuasa-Nya atas alam semesta milik-Nya. Hal ini yang membedakannya dari Mazmur 103 yang fokus pada karya dan kasih setia Allah.

Yang pertama (ayat 1-9), Tuhan itu Mahabesar, Dia Pencipta alam semesta. Di ayat 1-4, Allah digambarkan sebagai Raja dengan segala keperkasaan dan kuasa-Nya yang mengendalikan segala ciptaan-Nya yang di atas.Dialah Raja dengan segala kemegahan-Nya. Pakaian kebesaran-Nya adalah terang.Langit, atap istana-Nya, dan kamar-kamarnya pada air yang di atas cakrawala. Kendaraan perang-Nya adalah awan dengan angin dan api sebagai alat perang-Nya.

Sedangkan di ayat 5-9, segala ciptaan-Nya yang di bawah menjadi tumpuan kaki-Nya. Bagian ini fokus kepada Allah yang mengendalikan samudera dengan segala airnya. Bagi dunia purba, air yang bergolak merupakan kenyataan yang menakutkan bahkan gambaran kuasa jahat yang mengacau. Namun, di mata Sang Pencipta, tidak ada kuasa yang tidak berada di bawah kendali-Nya. Dia yang menciptakan segala sesuatu, berdaulat dan berkuasa atas segala ciptaan-Nya.

Segala sesuatu yang ada di atas di langit maupun yang ada di bawah, di bumi takluk kepada Sang Pencipta. Siapakah manusia yang menyombongkan dirinya di hadapan Sang Khalik? Dengan kemajuan teknologi masa kini, kedahsyatan alam tetap merupakan momok bagi manusia. Lalu bagaimana bisa dibandingkan dengan Allah yang Maha dahsyat, yang menciptakannya? Oleh karena itu, sembahlah Allah dan tunduklah pada kedaulatan-Nya.Sesuai dengan mandat Ilahi, kelolalah alam dengan bertanggung jawab demi hormat dan kemuliaan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/21/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 21 April 2013 - IBU YANG IRI (1 Raja-raja 3:16-28)

  Tampilan cetakMinggu, 21 April 2013

Bacaan   : 1 Raja-raja 3:16-28Setahun : 1 Raja-Raja 1-2:25Nats       : ... sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu di pangkuannya, sedang anaknya yang mati itu dibaringkannya di pangkuanku. (1 Raja-raja 3:20)

Pernahkah Anda merasa kurang beruntung dari orang lain? Anda sepertinya terus ditimpa kesusahan, sedangkan teman-teman Anda tampak bahagia, makmur, dan mapan? Lalu, adakah ketidakpuasan itu membangkitkan sikap permusuhan dalam hati Anda? Anda menjadi tidak suka pada orang-orang di sekeliling Anda? Atau, lebih parah lagi, Anda ingin merampas kebahagiaan orang yang lebih beruntung itu?

Rasa tidak suka melihat orang lain lebih beruntung adalah kecenderungan manusia berdosa. Salomo mengenalinya melalui hikmat yang Tuhan karuniakan kepadanya ketika ia menghadapi dua orang ibu yang memperebutkan anak. Oleh hikmat itu, ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Mula-mula dengan cerdik ia menawarkan solusi yang tak terduga, yaitu hendak membagi si bayi menjadi dua. Artinya, bayi itu akan mati juga. Ternyata, ibu yang anaknya meninggal merasa senang. Rupanya ia menginginkan temannya juga sengsara seperti dirinya. Melihat reaksi tersebut, Salomo segera mengetahui siapakah ibu sejati dari bayi tersebut.

Ketika melihat orang lain lebih beruntung, patutlah kita berhati-hati. Waspadailah pikiran dan reaksi kita. Periksalah, apakah rencana kita masih selaras dengan kehendak Tuhan. Atau, jangan-jangan apa yang hendak kita lakukan sebenarnya berlawanan dengan kehendak-Nya. Tuhan mengetahui secara persis pikiran dan rencana kita. Bila ada pikiran yang tidak patut dan rencana yang kurang baik, mintalah belas kasihan dari-Nya untuk mengubah sikap kita. --HEM

KETIKA KITA MERASA PUAS DENGAN KEBAIKAN TUHAN,KITA TIDAK AKAN IRI SAAT MELIHAT KEBERUNTUNGAN ORANG LAIN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/21/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 19 April 2013

Sabtu, 20 April 2013 - Hikmat sejati (1 Korintus 2:6-16)

  Tampilan cetakSabtu, 20 April 2013

Judul: Hikmat sejatiHikmat manusia mungkin saja terdengar indah, tetapi belum tentu hikmat itu akan mengarahkan orang pada Kristus dan karya salib-Nya. Itu sebabnya Paulus, dalam nas sebelumnya, mengritik kesukaan jemaat Korintus akan hikmat yang diajarkan manusia.

Meski demikian, bukan berarti berita Injil yang disampaikan oleh Paulus tidak mengandung hikmat sama sekali. Namun hikmat itu tersembunyi dan bersifat rahasia, tetapi terbuka bagi mereka yang sudah matang (6). Matang di sini bermakna sama dengan dewasa (bdk. 1Kor 14:20; Ef 4:13; Flp 3:15). Orang yang dewasa adalah orang yang tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Kita tahu bahwa anak kecil akan memasukkan apa saja ke dalam mulutnya, tanpa mau tahu apakah itu berbahaya atau tidak. Jadi orang yang matang yang dimaksudkan Paulus adalah orang yang tahu membedakan manakah hikmat yang dari Allah dan mana yang bukan.

Lalu mengapa penguasa dunia gagal mengenali hikmat mulia itu (8)? Karena hikmat itu datang secara tersembunyi, tetapi dinyatakan melalui Injil Kristus sebagaimana yang diberitakan Paulus. Hikmat itu adalah sebuah rahasia suci, yang tidak dapat diketahui hanya dengan hikmat manusia, melainkan hanya melalui penyataan Allah. Itu sebabnya, hanya Roh Kudus yang dapat menyampaikan hal ini kepada manusia.

Oleh karena manusia duniawi tidak menginginkan segala sesuatu yang berasal dari Allah, karena dianggap sebagai suatu kebodohan, maka manusia tidak dapat memahami segala sesuatu yang dari Allah. Percuma saja mengharapkan manusia duniawi dapat memahami dan menghargai hal-hal yang bersifat rohani.

Namun sayangnya, masih ada orang-orang Kristen yang berpikir seperti manusia duniawi. Orang-orang semacam ini menolak hal-hal yang bersifat rohani dan hidup hanya dalam perspektif kekinian. Mereka tidak mau direpotkan dengan memandang hidup dari perspektif hikmat Allah. Kiranya kita menjadi orang Kristen yang hidup berlandaskan hikmat Allah karena Firman yang hidup itu telah menghidupkan kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/20/

Sumber : www.sabda.org

Sabtu, 20 April 2013 - MENOLAK FIRMAN TUHAN (Yeremia 36:20-32)

  Tampilan cetakSabtu, 20 April 2013

Bacaan   : Yeremia 36:20-32Setahun : 2 Samuel 23-24Nats       : Aku akan menghukum dia, keturunannya dan hamba-hambanya karena kesalahan mereka... (Yeremia 36:31)

Pemberitaan firman Allah pasti berdampak, entah pertobatan entah perlawanan. Bacaan hari ini, beserta dengan ayat-ayat sebelumnya, salah satu contohnya. Pembacaan firman Tuhan sebanyak tiga kali menghasilkan tanggapan yang berbeda-beda. Setelah pembacaan yang pertama (Yer 36:8-10), Barukh diminta membacakan ulang firman Tuhan itu di hadapan para pemuka negara (ay. 11-15). Pembacaan kedua membuat hati para pemuka menjadi gentar dan mereka merasa bahwa raja harus mendengar firman ini (ay. 16-19). Namun, sayang sekali, pembacaan yang ketiga di hadapan Raja Yoyakim menghasilkan penolakan. Kesempatan bertobat yang disediakan Allah ditolak mentah-mentah. Raja bahkan membakar gulungan yang berisi firman Tuhan tersebut serta memerintahkan penangkapan Yeremia dan Barukh.

Namun, pemberitaan firman Tuhan tidak pernah sia-sia. Firman dari gulungan kitab yang sudah disobek dan dibakar itu ditulis ulang. Ini menunjukkan bahwa firman Tuhan tidak bisa dimusnahkan manusia. Selain itu, nubuat penghukuman dalam firman Tuhan itu akan tergenapi. Hukuman itu berupa penghapusan keturunan Yoyakim dari takhta Daud dan berbagai malapetaka yang akan menimpa dirinya, keturunannya, para pengikutnya, dan umat Yehuda yang menolak untuk bertobat.

Bagaimanakah respon kita terhadap firman Tuhan? Apakah kita menyambut firman itu dan memberi diri kita untuk dididik dalam kebenaran? Ataukah kita mengabaikannya? Respon kita menentukan pertumbuhan iman kita. --ENO

MENANGGAPI FIRMAN TUHAN DENGAN BENARADALAH DASAR DARI PERTUMBUHAN IMAN.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/20/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 18 April 2013

Jumat, 19 April 2013 - Hikmat Allah vs hikmat dunia (1 Korintus 1:18-2:5)

  Tampilan cetakJumat, 19 April 2013

Judul: Hikmat Allah vs hikmat duniaMotivator tampaknya menjadi figur yang cukup digemari masyarakat dalam beberapa tahun belakangan ini. Kata-kata para motivator seolah menjadi sabda yang wajib didengar, sehingga tak heran bila beberapa stasiun radio dan televisi kemudian memiliki program khusus bagi mereka. Mungkin perlu diselidiki, apakah orang Kristen lebih menggemari kata-kata motivator dibanding mendengar firman Tuhan.

Lalu bagaimana sikap orang dalam mendengarkan berita Injil? Paulus mengatakan bahwa pemberitaan Injil yang dia lakukan menghasilkan dua efek yang berlawanan. Pertama, Injil merupakan kekuatan Allah bagi orang yang diselamatkan; kedua, Injil dianggap sebagai kebodohan oleh orang-orang yang akan binasa (18). Sekarang coba pikirkan, kalau orang menganggap Injil sebagai kebodohan, bukankah itu berarti bahwa mereka menganggap diri mereka sendiri sebagai orang berhikmat? Namun menurut Paulus, yang mengutip Yesaya 29:14, hikmat manusia tidak ada artinya di hadapan Allah (19). Hikmat dan kebijaksanaan manusia tak akan memampukan orang untuk mengenal Kristus, juga tidak akan mampu membebaskan mereka dari dosa-dosa mereka. Hanya "kebodohan" untuk percaya pada Injil Kristuslah yang akan memampukan orang untuk memiliki pengenalan akan Kristus hingga dosa-dosanya diampuni. Dan jika ada orang-orang yang meminta tanda sebagai pembuktian kemahakuasaan Kristus, maka saliblah yang menjadi tandanya. Meskipun salib bisa saja dianggap sebagai tanda kutuk atau hukuman, yang memperlihatkan ketidakmampuan Kristus membebaskan diri dari salib.

Demikianlah pemaparan Paulus kepada jemaat Korintus mengenai superioritas Injil di atas segala hikmat. Lalu apa pendapat Anda sendiri mengenai Injil dan bagaimana sikap Anda? Kiranya kita menghargai Injil melebihi segala hikmat dan kata-kata bijak yang disampaikan oleh para motivator yang menjadi tenar sekarang ini. Janganlah kiranya kesukaan akan buku-buku motivasi dan inspirasi mengalahkan ketersediaan waktu kita untuk merenungkan firman Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/19/

Sumber : www.sabda.org

Jumat, 19 April 2013 - DOA PAGI (Mazmur 5:1-12)

  Tampilan cetakJumat, 19 April 2013

Bacaan   : Mazmur 5:1-12Setahun : 2 Samuel 21-22Nats       : TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. (Mazmur 5:4)

Sebelum mengawali kegiatan rutin harian, saya meluangkan waktu beberapa menit untuk bersaat teduh, membaca firman Tuhan, dan berdoa secara pribadi. Dimulai dengan doa ucapan syukur, membaca firman Tuhan, dan dilanjutkan dengan doa permohonan pribadi serta doa syafaat. Momen ini sangat berharga karena memungkinkan saya bebas berbicara kepada Tuhan. Mengungkapkan segala keinginan dan memohon petunjuk agar Tuhan menunjukkan jalan terbaik dalam melakukan aktivitas harian. Menjalaninya sekian lama, saya merasa ada sesuatu yang kurang bila pada pagi hari tidak melakukannya.

Pemazmur mengawali doa pagi dengan mengatur persembahan bagi Tuhan (ay. 4). Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas perlindungan yang Tuhan berikan (ay. 12-13), yang membuat pemazmur bersukacita (ay. 12). Pemazmur tidak hidup sembrono, namun berupaya mengamalkan kebenaran. Ia menjauhi kejahatan, penipuan, dan penumpahan darah (ay. 6-7). Daud menyadari, ia mampu melakukannya karena Tuhan memberkati dan memagarinya dengan anugerah-Nya sebagaimana perisai melindungi seseorang dari senjata lawan (ay. 13).

Pemazmur menjalin komunikasi yang intim dengan Tuhan. Ketika berkomunikasi dengan Tuhan, kita leluasa untuk mengungkapkan keinginan hati kita. Semakin sering kita berkomunikasi dengan Tuhan, semakin paham kita akan kehendak Tuhan bagi kehidupan kita. Dan oleh limpahan anugerah-Nya, kita akan dimampukan untuk melakukan kehendak-Nya tersebut dalam hidup kita. --WB

TUHAN BUKAN HANYA MENYATAKAN KEHENDAK-NYA BAGI KITA,NAMUN JUGA MELIMPAHKAN ANUGERAH-NYA UNTUK MEMAMPUKAN KITA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/19/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 17 April 2013

Kamis, 18 April 2013 - Pengkultusan sumber perpecahan (1 Korintus 1:10-17)

  Tampilan cetakKamis, 18 April 2013

Judul: Pengkultusan = sumber perpecahanSalah satu penyebab perpecahan dalam jemaat Korintus adalah klaim-klaim golongan. Klaim itu didasarkan pada penghormatan jemaat yang terlalu berlebihan terhadap pemimpin mereka. Akibatnya mereka jadi tidak menghargai pemimpin yang lain. Di sisi lain, pemujaan berlebihan terhadap pemimpin secara tidak langsung bisa saja merupakan manifestasi dari pemujaan diri, sebagai pengikut sang pemimpin.

Paulus menasihati mereka dalam suasana kekeluargaan. Ini terlihat dari sapaan "saudara-saudara" yang muncul sebanyak dua puluh satu kali. Paulus seolah ingin menegaskan bahwa di tengah ancaman perpecahan, persaudaraan di dalam Kristus tidak dapat dibatalkan. Oleh alasan itu pula, Paulus mengingatkan mereka untuk sehati sepikir di dalam Kristus. Terjemahan yang lebih tepat sebenarnya adalah "milikilah gaya hidup Kristus secara terus menerus". Hanya dengan gaya hidup Kristuslah maka di dalam perbedaan pun, persatuan dapat dimiliki oleh orang percaya. Cara Paulus menasihati jemaat Korintus pun sangat objektif. Ini terlihat dari penggunaan frasa "demi Kristus". Terlihat bahwa Paulus tidak memihak salah satu kelompok.

Nasihat kedua adalah supaya jangan ada perpecahan di antara mereka. Jelas perpecahan bukanlah ciri anak-anak Tuhan. Dan yang ketiga, Paulus menasihati mereka supaya erat bersatu dan sehati sepikir. Sehati sepikir merujuk pada kedewasaan berpikir.

Selanjutnya Paulus masuk ke dalam persoalan yang dihadapi jemaat Korintus dalam bagian ini (12-14), yaitu perselisihan mengenai para pemimpin. Ini dapat kita lihat dari perkataan "aku dari golongan...". Mereka melibatkan nama pemimpin mereka padahal sang pemimpin tidak terlibat dalam perselisihan itu. Cara berpikir seperti ini jelas tidak dewasa dan akan membawa perpecahan.

Maka janganlah berlebihan dalam mengapresiasi pemimpin jemaat. Pengkultusan pemimpin, walaupun pemimpin rohani/ jemaat, bisa saja mengarah pada persaingan yang tidak sehat dan dapat berujung pada perpecahan. Kiranya kita mewaspadai hal ini sehingga hanya memuliakan Kristus, Pemimpin jemaat yang sejati.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/18/

Sumber : www.sabda.org

Kamis, 18 April 2013 - BODOH NAMUN TERPILIH (1 Korintus 1:18-31)

  Tampilan cetakKamis, 18 April 2013

Bacaan   : 1 Korintus 1:18-31Setahun : 2 Samuel 19-20Nats       : Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orangorang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat... (1 Korintus 1:27)

Setelah melayani beberapa tahun di Filipina Selatan sebagai misionaris, keluarga Tarigan kembali ke Medan dan membagikan pengalaman mereka. Untuk memudahkan mereka belajar bahasa lokal, mereka mempekerjakan seorang ibu setempat untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Mereka harus bersabar karena ibu tersebut bekerja sangat lamban. "Ia tidak bisa mengerjakan dua pekerjaan sekaligus. Kalau ia memasak sambil menyeterika, salah satunya pasti gosong", katanya. Selama itu, mereka berulang-ulang memberitakan Injil kepadanya. Akhirnya, ibu itu percaya pada Yesus dan minta dibaptis.

Kemudian ibu itu minta izin untuk kembali ke desanya. Ia terbeban untuk memberitakan Injil kepada suaminya dan keluarganya yang lain. Dengan tidak banyak berharap, Pak Tarigan mengizinkannya. Beberapa bulan kemudian, ibu itu mengirim pesan, meminta agar Pak Tarigan datang karena sudah ada lima belas orang yang percaya dan siap dibaptis. Pak Tarigan tidak percaya begitu saja. Ia pergi untuk memeriksanya, dan memastikan apa yang mereka percayai. Ternyata, mereka memang mendapatkan pengajaran yang benar: bahwa Yesus mati untuk menyelamatkan mereka. Hingga saat ini, gereja hasil rintisan ibu itu masih terus bertumbuh.

Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar tidak bermegah atas berbagai kelebihan mereka. Allah dapat saja memilih orang yang tidak diperhitungkan oleh manusia, agar nyata kebesaran-Nya melalui mereka. Yang terpenting bukanlah siapa Anda, melainkan di tangan siapa Anda berada. --HT

JIKA TUHAN HENDAK MEMAKAI ANDA,SIAPAKAH YANG DAPAT MENCAMPAKKAN ANDA?

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/18/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 16 April 2013

Rabu, 17 April 2013 - Fokus pada Kristus (1 Korintus 1:1-9)

  Tampilan cetakRabu, 17 April 2013

Judul: Fokus pada KristusKetika terjadi masalah di sebuah jemaat, biasanya anggota jemaat maupun sesama Kristen akan lebih mudah mengeluh atau mengritik. Sedikit sekali orang yang mau ikut serta sumbang saran dan terlibat dalam upaya perbaikan.

Paulus menulis suratnya yang pertama kepada jemaat Korintus dalam rangka menanggapi permasalahan yang muncul di dalam jemaat itu. Di bagian awal suratnya, Paulus menyatakan bahwa para pembaca suratnya, yaitu jemaat Korintus, adalah orang-orang kudus (2). Karena itu Paulus mengucap syukur karena ia tahu bahwa Allah telah melimpahi mereka dengan berbagai anugerah (4-6), yang telah membuat mereka menjadi kaya dalam berbagai perkataan dan pengetahuan. Ini terlihat dari karunia-karunia rohani yang telah mereka terima di dalam Kristus, yang merupakan peneguhan kebenaran Injil. Memang pemberian karunia merupakan salah satu cara Allah menyatakan kebenaran Injil pada zaman gereja mula-mula. Karunia-karunia tersebut merupakan pendahuluan dari kegenapan yang akan mereka alami saat kedatangan Kristus yang kedua kali kelak.

Ya, meskipun ada masalah yang sedang dihadapi jemaat Korintus, Paulus menyatakan keyakinannya bahwa Allah akan meneguhkan mereka sehingga mereka tak bercacat pada hari Tuhan kelak (8).

Penekanan pada nama Tuhan Yesus Kristus, yang telah memanggil, menguduskan, serta menganugerahi jemaat Korintus dengan berbagai karunia memperlihatkan keyakinan Paulus untuk melihat permasalahan yang dihadapi jemaat Korintus dari sudut pandang Kristus. Sehingga titik awal Paulus dalam memandang masalah yang dihadapi jemaat Korintus tersebut adalah ucapan syukur kepada Allah.

Surat Paulus ini kiranya menolong kita ketika berhadapan dengan masalah-masalah di dalam jemaat. Ingat, jangan letakkan fokus perhatian kita pada masalah yang menghadang kehidupan dan kemajuan jemaat, melainkan pada Kristus, yang berkuasa memanggil dan menguduskan, serta menganugerahi jemaat dengan berbagai karunia bagi kemuliaan nama-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/17/

Sumber : www.sabda.org

Rabu, 17 April 2013 - JALAN PINTAS (Kejadian 19:30-38)

  Tampilan cetakRabu, 17 April 2013

Bacaan   : Kejadian 19:30-38Setahun : 2 Samuel 17-18Nats       : Marilah kita beri ayah kita minum anggur, lalu kita tidur dengan dia, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita. (Kejadian 19:32)

Seorang atlet binaraga menempuh jalan pintas untuk meraih prestasi. Ia menggunakan hormon pemacu, agar otot-ototnya terbentuk dengan lebih cepat. Masalahnya, setelah bertanding ia malah jatuh sakit, koma, dan lima hari kemudian meninggal. Jalan pintas bukan mendatangkan solusi, melainkan memunculkan tragedi.

Begitu juga pengalaman dua anak perempuan Lot. Sudah sewajarnya mereka ingin menyambung keturunan. Namun, mereka menghadapi jalan yang seakan buntu. Mereka tinggal di gua hanya dengan sang ayah (ay. 30), dan tidak ada laki-laki yang menjadi suami mereka (ay. 31). Bagaimana mereka dapat memperoleh anak? Mereka menempuh jalan pintas. Mereka membuat sang ayah mabuk, lalu tidur dengannya (ay. 33-35). Benar saja, mereka mengandung. Melahirkan bapa leluhur bangsa Amon dan Moab. Yang tidak mereka ketahui, kedua bangsa ini nantinya akan menjadi penentang bagi umat Allah dalam perjalanan menuju Kanaan (lihat Ulangan 23:3-4).

Mereka baru saja menyaksikan penghakiman Tuhan yang begitu dahsyat atas Sodom dan Gomora. Bukanlah ini dapat menjadi sebuah pengalaman iman yang luar biasa? Nyatanya, mereka tidak melihat kebesaran Allah di balik peristiwa itu. Akibatnya, ketika menghadapi jalan yang tampak buntu, mereka tidak berpaling kepada Allah, namun berusaha mengatasinya sendiri. Ah, seandainya mereka mengerti bahwa Allah yang membebaskan tentunya juga akan memelihara mereka. Bagaimana dengan kita? Apakah pengalaman hidup yang kita lewati mendorong kita semakin mengandalkan Allah? --MRT

MENGAMBIL JALAN PINTAS MERAMPAS BUAH TERBAIKYANG DAPAT KITA PETIK DARI PERJALANAN IMAN KITA.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/17/

Sumber : www.sabda.org

Membaca bBiografi/b Tokoh Plengdut - Pustaka Online

Tahukah kamu, bahwa membaca riwayat hidup seseorang dapat bermanfaat? Apakah manfaatnya? Dari cerita kisah hidup seorang tokoh kamu akan menemukan hal-hal yang menarik dari perjalanan hidupnya. Selain itu, ada sikapsikap yang patut diteladani dari perjalanan tokoh. Suka, duka, senang, susah, dan liku-liku hidup tokoh semua diceritakan dalam buku biografinya. Sebenarnya apa biografi itu? Mari kita pelajari bersama!

1. Pengertian Biografi

Biografi artinya kisah yang mengulas riwayat hidup seseorang. Biografi biasanya dipilih dari tokoh yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Biografi ditulis untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang riwayat hidup seseorang, perjalanan hidupnya, keahliannya, kepandaiannya, pendidikan, dan keistimewaan lainnya.

2. Manfaat Membaca Biografi

Dengan membaca sebuah biografi, maka kamu akan memperoleh beberapa manfaat. Mulai dari hal-hal yang menarik, mengesankan, perjuangan, dan perjalanan hidup si tokoh sampai pembelajaran atau pesan dari kisah si tokoh. Setelah membaca biografi dari tokoh, seorang pembaca dapat mengambil hikmah dari kisah-kisahnya serta dapat meneladani sikap-sikap yang ada pada si tokoh untuk kebaikan si pembaca.

3. Menemukan Hal Menarik dan yang Diteladani dari Tokoh

Di bawah ini ada kutipan teks biografi seorang tokoh. Tokoh tersebut bernama B.J. Habibie. Untuk itu, bacalah biografi berikut dengan saksama!

B.J. Habibie

B.J. Habibie (1936) adalah presiden ketiga Republik Indonesia. Sebelum menjadi presiden, ia adalah wakil presiden mendampingi Soeharto. Aksi demonstrasi dan tuntutan reformasi memaksa Soeharto mundur dari jabatannya (21 Mei 1998) dan digantikan oleh Habibie. la dikenal sebagai ilmuwan dan ahli aeronautika.

Baharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936. la sekolah di Bandung, Jawa Barat. Pada 1954 Habibie kuliah di Instutut Teknologi Bandung (ITB). Baru enam bulan kuliah di ITB ia memperoleh beasiswa dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional) untuk belajar di Rhenisch-Wesrfaelische Technische, Aachen, Jerman Barat. Pada 1965 ia meraih gelar doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Habibie termasuk mahasiswa yang sangat cerdas. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia bekerja pada sebuah pabrik pesawat terbang di Jerman, Messerschmitt Bolkow-Blohm (MBB).

Karier dan JabatanPada 1974 Habibie dipanggil pulang ke Indonesia oleh Presiden Soeharto untuk ditugaskan menjadi penasihat utama presiden di bidang teknologi. Pada waktu itu ia juga diangkat menjadi pejabat di Pertamina. Pada 1976 Presiden Soeharto melantiknya menjadi Direktur Utama (Dirut) PT Nurtanio di Bandung. Kariernya terus menanjak pada masa itu. Habibie juga pernah menjadi Dirut PT PAL Surabaya, Dirut PT Pindad, Ketua Dewan Pembina dan Pengelola Industri Strategis Pertahananan dan Keamanan, serta Ketua Otorita Pulau Batam. Pada 31 Maret 1978 Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta menjadi wakil presiden pada 1998.

Presiden KetigaB.J. Habibie menjadi presiden ketiga Republik Indonesia dalam masa yang sangat singkat (Mei 1998-Oktober 1999). Ia menolak dicalonkan kembali oleh partai Golongan Karya setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Oktober 1999. Kedekatannya dengan pemerintahan Orde Baru menyebabkan banyak kalangan meragukan kemampuannya untuk menjalankan agenda reformasi pasca-Orde Baru. Namun, di bawah kepemimpinannya Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis (1999). Sebagai presiden, Habibie dikenal ramah terhadap siapa pun, bahkan tidak jarang ia melucu ketika berpidato.

IPTNB.J. Habibie merupakan salah seorang ahli pesawat terbang (aeronautika) terkemuka yang diakui keahlian dan keilmuannya secara internasional. Keahliannya dalam bidang aeronautika terutama mengenai keretakan struktur pesawat terbang. Karena itu di kalangan ahli aeronautika, Habibie dijuluki "Mr. Crack". Latar belakang pendidikan dan keahlian Habibie membuatnya mampu mengembangkan PT Nurtanio menjadi Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN). Pada masa kepemimpinannya, IPTN berhasil memproduksi beberapa jenis pesawat terbang dan helikopter sebagai hasil kerja sama dengan industri pesawat terbang di dunia, seperti Boeing, Bell, Aerospatiale, MBB, dan CASA. 

Sumber: Dari Ensiklopedi Umum untuk Pelajar

Sumber : www.plengdut.com

Senin, 15 April 2013

Selasa, 16 April 2013 - MEMPUNYAI KASIH (1 Korintus 13)

  Tampilan cetakSelasa, 16 April 2013

Bacaan   : 1 Korintus 13Setahun : 2 Samuel 15-16Nats       : ...jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (1 Korintus 13:2)

Berita perceraian-apa lagi jika menimpa sahabat dekat kita-tak ayal membuat hati ini miris. Namun, ada yang menggelitik di balik peristiwa pilu itu. Yang saya maksudkan adalah alasan para pelaku perceraian. Tidak sedikit dari mereka yang berkata, "Saya sudah tidak mencintainya lagi." Cinta, rupanya, dimaknai sebagai sesuatu yang kita miliki dan, karena itu, dapat hilang.

Mencermati uraian Paulus tentang kasih, kita menemukan konsep serupa. Tiga kali dalam pasal ini ia menggunakan frasa "mempunyai kasih". Ya, mempunyai, bukan melakukan. Jika kita memiliki kasih, barulah kita dapat bertindak dalam kasih.

Apakah kasih itu? Menyimak karakter kasih (ay. 4-8), kita tersadar, kasih itu bukan tabiat alami manusia. Mana ada manusia yang sepenuhnya sabar, baik hati, sempurna, dan tidak berkesudahan? Tidak ada! Jelaslah, kasih itu bukan karakter manusiawi, melainkan karakter ilahi-bahkan, Allah adalah kasih (lihat 1 Yoh 4:8). Berbeda dari cinta manusia yang dapat datang dan pergi, kasih Allah itu kekal, tanpa syarat, tanpa batas.

Lalu, bagaimana kita dapat mempunyai kasih? Tidak mungkin kita mengupayakannya sendiri; kita hanya dapat menyambutnya sebagai anugerah. Ketika kita percaya kepada Kristus, Dia berdiam di dalam diri kita, dan kasih-Nya memperbarui hati kita. Tak perlu lagi kita berjuang keras untuk "melakukan kasih" atau menuntut orang lain agar mengasihi. Kasih Kristus yang memenuhi hati kita akan memampukan kita untuk mengasihi sesama. --ARS

UNTUK BERTINDAK DALAM KASIH,LANGKAH PERTAMA YANG KITA PERLUKAN ADALAH MEMPUNYAI KASIH.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/16/

Sumber : www.sabda.org

Selasa, 16 April 2013 - Misi seperti apa? (Roma 16:25-27)

  Tampilan cetakSelasa, 16 April 2013

Judul: Misi seperti apa?Bagian ini merupakan penutup dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, tetapi ada sesuatu yang berbeda di dalamnya. Pada bagian penutup suratnya, Paulus menuliskan doksologi (puji-pujian kepada Tuhan), bukan doa berkat seperti yang biasa ia tuliskan pada surat-surat kiriman yang lain (1Kor 13:13; Gal 6:18).

Doksologi yang terdapat pada ayat 25-27 terkesan merupakan pengulangan dari ayat 20. Tampaknya ayat 20 merupakan akhir dari surat kiriman ini, tetapi kemudian Paulus teringat untuk menyampaikan salam dari rekan-rekan sekerjanya untuk jemaat di Roma. Setelah rangkaian salam yang terakhir (21-23) barulah Paulus menuliskan doksologi.

Kalimat puji-pujian yang mengakhiri surat kiriman Paulus kepada jemaat di Roma mengungkapkan pemahaman Paulus akan penyertaan Allah dalam pekabaran Injil yang telah dilakukan di Roma. Paulus sadar bahwa apa yang terjadi di Roma bukan karena kehebatan dan kuasa pekabar Injil yang telah bekerja sedemikian keras, melainkan karena campur tangan Allah belaka. Semua itu karena anugerah Allah, dan yang pasti karena Allah mengasihi umatnya, secara khusus umat Allah yang berdiam di Roma.

Ada tiga hal yang Paulus sampaikan melalui doksologi ini.

Pertama, Injil yang berarti "kabar baik" merupakan penyingkapan dari suatu rahasia yang telah tersembunyi berabad-abad lamanya, yaitu rahasia tentang karya keselamatan Allah bagi umat manusia. Kedua, Paulus menyadari bahwa pekabaran Injil adalah perintah Allah sendiri. Maka seluruh pemberitaan Injil harus bermuara pada kemuliaan Tuhan, Allah yang memberi perintah. Dialah satu-satunya Allah dan tidak ada seorang pun yang pantas mencuri kemuliaan-Nya. Ketiga, jangkauan pemberitaan Injil haruslah meliputi "segala bangsa." Harus diakui bahwa belum semua gereja mempunyai visi ini. Karena itu kita perlu berdoa agar gereja-gereja memiliki beban ini dan giat bermisi "sampai ke ujung bumi", menjangkau jiwa-jiwa sampai ke pelosok-pelosok, kepada semua suku di segala tempat.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/16/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 15 April 2013 - Waspada! (Roma 16:17-24)

  Tampilan cetakSenin, 15 April 2013

Judul: Waspada!Paulus, pada bagian akhir suratnya, mengingatkan jemaat di Roma agar waspada terhadap guru-guru palsu. Guru-guru palsu adalah orang-orang yang mengajarkan pokok-pokok yang bertentangan dengan Injil.

Guru-guru palsu setara dengan nabi-nabi palsu yang ada pada zaman Perjanjian Lama (lihat Yer 23:16-40, 28:1-17). Mereka memutarbalikkan ajaran Kristus dan rasul-rasul-Nya. Mereka meremehkan kematian dan kebangkitan Yesus. Ada yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, sementara yang lain mengklaim bahwa Yesus bukan manusia sejati. Bahkan guru-guru palsu memperbolehkan pengikut mereka untuk melakukan segala macam perbuatan, sekalipun yang tidak bermoral. Oleh karena itu, guru-guru palsu harus diwaspadai (17)!

Pada waktu surat ini ditulis, Paulus belum menginjakkan kakinya di Roma untuk bertemu dengan jemaat ini. Jemaat ini memang bukan hasil penginjilan Paulus. Tradisi mengatakan bahwa jemaat Roma merupakan hasil penginjilan yang dilakukan Petrus. Meski demikian, Paulus mengingatkan mereka akan bahaya guru-guru palsu itu. Sebab itu jemaat harus membandingkan pengajaran guru-guru palsu dengan pengajaran para rasul.

Selain itu, Paulus meminta jemaat untuk menghindari guru-guru palsu karena mereka tidak melayani Kristus, tetapi melayani perut mereka sendiri. Kata-kata mereka muluk-muluk dan bahasa mereka manis-manis, tetapi sesungguhnya tipuan belaka. Merekalah yang menyebabkan jemaat pecah dan kacau sehingga Paulus harus bersusah payah untuk mengoreksi dan membimbing kembali jemaat-jemaat tersebut, misalnya jemaat di Korintus.

Guru-guru palsu selalu ada dari masa ke masa, datang silih berganti, menawarkan pengajaran yang menarik telinga dan hati kita. Bahkan kadang-kadang dengan iming-iming tertentu untuk menarik kita menjadi pengikut. Peringatan Paulus agar umat Tuhan waspada dan menghindari mereka, harus kita dengar! Kalau Anda ragu apakah suatu ajaran itu palsu atau bukan, bandingkan dengan Alkitab. Kalau masih belum yakin benar, tanyakan pendeta Anda.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/15/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 15 April 2013 - Waspada! (Roma 16:17-24)

  Tampilan cetakSenin, 15 April 2013

Judul: Waspada!Paulus, pada bagian akhir suratnya, mengingatkan jemaat di Roma agar waspada terhadap guru-guru palsu. Guru-guru palsu adalah orang-orang yang mengajarkan pokok-pokok yang bertentangan dengan Injil.

Guru-guru palsu setara dengan nabi-nabi palsu yang ada pada zaman Perjanjian Lama (lihat Yer 23:16-40, 28:1-17). Mereka memutarbalikkan ajaran Kristus dan rasul-rasul-Nya. Mereka meremehkan kematian dan kebangkitan Yesus. Ada yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, sementara yang lain mengklaim bahwa Yesus bukan manusia sejati. Bahkan guru-guru palsu memperbolehkan pengikut mereka untuk melakukan segala macam perbuatan, sekalipun yang tidak bermoral. Oleh karena itu, guru-guru palsu harus diwaspadai (17)!

Pada waktu surat ini ditulis, Paulus belum menginjakkan kakinya di Roma untuk bertemu dengan jemaat ini. Jemaat ini memang bukan hasil penginjilan Paulus. Tradisi mengatakan bahwa jemaat Roma merupakan hasil penginjilan yang dilakukan Petrus. Meski demikian, Paulus mengingatkan mereka akan bahaya guru-guru palsu itu. Sebab itu jemaat harus membandingkan pengajaran guru-guru palsu dengan pengajaran para rasul.

Selain itu, Paulus meminta jemaat untuk menghindari guru-guru palsu karena mereka tidak melayani Kristus, tetapi melayani perut mereka sendiri. Kata-kata mereka muluk-muluk dan bahasa mereka manis-manis, tetapi sesungguhnya tipuan belaka. Merekalah yang menyebabkan jemaat pecah dan kacau sehingga Paulus harus bersusah payah untuk mengoreksi dan membimbing kembali jemaat-jemaat tersebut, misalnya jemaat di Korintus.

Guru-guru palsu selalu ada dari masa ke masa, datang silih berganti, menawarkan pengajaran yang menarik telinga dan hati kita. Bahkan kadang-kadang dengan iming-iming tertentu untuk menarik kita menjadi pengikut. Peringatan Paulus agar umat Tuhan waspada dan menghindari mereka, harus kita dengar! Kalau Anda ragu apakah suatu ajaran itu palsu atau bukan, bandingkan dengan Alkitab. Kalau masih belum yakin benar, tanyakan pendeta Anda.

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/04/15/

Sumber : www.sabda.org

Senin, 15 April 2013 - MEMEDULIKAN BAWAHAN (Bilangan 8:1-26)

  Tampilan cetakSenin, 15 April 2013

Bacaan   : Bilangan 8:1-26Setahun : 2 Samuel 13-14Nats       : Barulah sesudah itu orang Lewi boleh masuk untuk melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Pertemuan, sesudah engkau menahirkan mereka dan mengunjukkan mereka sebagai persembahan unjukan. (Bilangan 8:15)

Jika suatu perusahaan ingin mencari karyawan, lazimnya atasan atau wakilnya akan mencari dan menyeleksi calon karyawan yang akan dipekerjakan di perusahaan yang bersangkutan. Setelah mendapatkannya, karyawan ini tentu dilatih, diawasi, dan dijaga prestasi dan sikap kerjanya, agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Demikian pula Allah Israel sewaktu mempersiapkan Harun dengan memaparkan tugas-tugasnya di Kemah Suci. Dia juga mempersiapkan orang Lewi sebelum ditugaskan. Orang Lewi memang berbeda dari suku-suku lain. Mereka membantu imam melayani Allah. Tempat tinggal mereka tersebar di antara suku-suku lain karena Tuhan tidak memberi mereka tanah pusaka. Sebelum mereka memulai tugas pelayanan, Tuhan meminta agar mereka ditahbiskan dengan percikan air dan persembahan kurban penghapus dosa. Penahbisan orang Lewi adalah proses penyerahan mereka kepada Tuhan sebab mereka adalah milik-Nya.Tuhan juga menetapkan masa kerja bagi mereka, yaitu sejak umur dua puluh lima sampai lima puluh tahun.

Dalam tatanan tersebut kita melihat bagaimana Tuhan mengatur pekerjaan hamba-Nya, sampai pada masa kerja mereka. Bila Tuhan, yang Empunya pelayanan, memperhatikan pekerjaan, keterbatasan, dan kesejahteraan pelayan-Nya, tentunya kita pun harus demikian. Jika kita menjadi pemimpin atau atasan, kita juga harus mempersiapkan anak buah kita sehingga menjadi karyawan yang berprestasi, dan terutama memiliki integritas. Tentu saja, jangan lupa memperhatikan kesejahteraan mereka. --ENO

JIKA DIHARGAI SEBAGAI MANUSIA YANG BERMARTABAT,KARYAWAN AKAN TERDORONG UNTUK BERKARYA SECARA OPTIMAL.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/15/

Sumber : www.sabda.org

Minggu, 14 April 2013

MATA TERARAH KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2013 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,"  2 Korintus 4:18

Ada kata bijak mengatakan bahwa musuh terberat kita adalah diri sendiri.  Hal ini nyata benar ketika kita membiarkan diri ini dikendalikan hanya oleh kelima indera kita dari pada tunduk kepada pimpinan Roh Tuhan.  Akhirnya kedagingan dan indera kita yang mendominasi sehingga kita pun terpaku pada realita atau kenyataan yang ada bukannya tertuju kepada firman Tuhan.  Ketika kita membicarakan ketidakpercayaan atau sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan sampaikan dalam firmannya kita sedang memimpin diri kita kepada kegagalan.  "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.  Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."  (Roma 8:6-7).  Secara tubuh jasmani kehidupan kita bisa dikendalikan oleh keinginan lima indera yang ada.  Hanya jika kita membawa kelima indera kita dalam penyerahan kepada Roh Kudus dan firman Tuhan lah kita mampu untuk melangkah dalam keyakinan iman.

    Jangan memandang kepada situasi yang ada atau masalah yang sedang kita hadapi, tetapi arahkanlah pandangan kita kepada Allah yan perkasa di dalam Yesus Kristus.  Inilah yang dilakukan Daud:  "Mataku tetap terarah kepada Tuhan,"  (Mazmur 25:15).  Saat berada dalam pergumulan yang sangat berat Ayub pun bersikap:  "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis,"  (Ayub 16:20).  Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.  Karena itu, kita harus menyerahkan imajinasi dan pikiran-pikiran negatif kita yang bertentangan dengan firman kepada Tuhan.  Inilah yang dilakukan rasul Paulus,  "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Korintus 10:5b), sehingga ia tetap kuat dan bertahan ditengah ujian dan penderitaan yang mendera,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).

     Seringkali kita membayangkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah seperti Goliat, raksasa dari Filistin yang sepertinya sulit untuk ditaklukkan.  Kemudian kita menjadi gelisah dan tawar hati, lalu kita menyerah kepada keadaan yang ada.  Kita tidak boleh digerakkan oleh perasaan atau pemikiran kita, atau bagaimana situasi yang terlihat di hadapan kita.  Kita harusnya digerakkan pada apa yang dikatakan Tuhan dalam firmanNya seperti Daud yang berpegang teguh pada kebenaran firmannya, sehingga Goliat pun terkapar di tangannya.  Biarkanlah angin bertiup dan badai menyerang!  Tuhan Yesus adalah Batu Karang kita sampai selama-lamanya.

Selama kita berdiri pada Batu Karang yang teguh, apa pun yang kita lihat, apa pun yang terjadi tidak dapat menggoyahkan kita.

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

MATA TERARAH KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2013 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,"  2 Korintus 4:18

Ada kata bijak mengatakan bahwa musuh terberat kita adalah diri sendiri.  Hal ini nyata benar ketika kita membiarkan diri ini dikendalikan hanya oleh kelima indera kita dari pada tunduk kepada pimpinan Roh Tuhan.  Akhirnya kedagingan dan indera kita yang mendominasi sehingga kita pun terpaku pada realita atau kenyataan yang ada bukannya tertuju kepada firman Tuhan.  Ketika kita membicarakan ketidakpercayaan atau sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan sampaikan dalam firmannya kita sedang memimpin diri kita kepada kegagalan.  "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.  Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."  (Roma 8:6-7).  Secara tubuh jasmani kehidupan kita bisa dikendalikan oleh keinginan lima indera yang ada.  Hanya jika kita membawa kelima indera kita dalam penyerahan kepada Roh Kudus dan firman Tuhan lah kita mampu untuk melangkah dalam keyakinan iman.

    Jangan memandang kepada situasi yang ada atau masalah yang sedang kita hadapi, tetapi arahkanlah pandangan kita kepada Allah yan perkasa di dalam Yesus Kristus.  Inilah yang dilakukan Daud:  "Mataku tetap terarah kepada Tuhan,"  (Mazmur 25:15).  Saat berada dalam pergumulan yang sangat berat Ayub pun bersikap:  "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis,"  (Ayub 16:20).  Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.  Karena itu, kita harus menyerahkan imajinasi dan pikiran-pikiran negatif kita yang bertentangan dengan firman kepada Tuhan.  Inilah yang dilakukan rasul Paulus,  "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Korintus 10:5b), sehingga ia tetap kuat dan bertahan ditengah ujian dan penderitaan yang mendera,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).

     Seringkali kita membayangkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah seperti Goliat, raksasa dari Filistin yang sepertinya sulit untuk ditaklukkan.  Kemudian kita menjadi gelisah dan tawar hati, lalu kita menyerah kepada keadaan yang ada.  Kita tidak boleh digerakkan oleh perasaan atau pemikiran kita, atau bagaimana situasi yang terlihat di hadapan kita.  Kita harusnya digerakkan pada apa yang dikatakan Tuhan dalam firmanNya seperti Daud yang berpegang teguh pada kebenaran firmannya, sehingga Goliat pun terkapar di tangannya.  Biarkanlah angin bertiup dan badai menyerang!  Tuhan Yesus adalah Batu Karang kita sampai selama-lamanya.

Selama kita berdiri pada Batu Karang yang teguh, apa pun yang kita lihat, apa pun yang terjadi tidak dapat menggoyahkan kita.

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

1 Tawarikh 4:1-43 (TB)

Anak-anak Yehuda ialah Peres, Hezron, Karmi, Hur dan Syobal. Reaya, anak Syobal, memperanakkan Yahat, dan Yahat memperanakkan Ahumai dan Lahad. Itulah kaum-kaum orang Zora. Inilah anak-anak Etam: Yizreel, Isma dan Idbas; nama saudara perempuan mereka ialah Hazelelponi; lalu Pnuel, bapa Gedor, dan Ezer, bapa Husa. Itulah keturunan Hur, anak sulung Efrata, bapa Betlehem. Asyur, bapa Tekoa, mempunyai dua isteri, yakni Hela dan Naara. Naara melahirkan baginya Ahuzam, Hefer, Temeni dan orang Ahastari. Itulah anak-anak Naara. Anak-anak Hela ialah Zeret, Yezohar dan Etnan. Kos memperanakkan Anub, Hazobeba dan kaum-kaum Aharhel bin Harum. Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan." Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu. Kelub, saudara Suha, memperanakkan Mehir, dialah ayah Eston; dan Eston memperanakkan Bet-Rafa, Paseah dan Tehina, bapa Ir-Nahas. Itulah orang-orang Rekha. Anak-anak Kenas ialah Otniel dan Seraya; dan anak-anak Otniel ialah Hatat dan Meonotai; dan Meonotai memperanakkan Ofra. Seraya memperanakkan Yoab, bapa Lembah Tukang-tukang, karena mereka adalah tukang-tukang. Anak-anak Kaleb bin Yefune ialah Iru, Ela dan Naam; dan keturunan Ela ialah Kenas. Anak-anak Yehaleleel ialah Zif, Zifa, Tireya dan Asareel. Anak-anak Ezra ialah Yeter, Mered, Efer dan Yalon. Itulah anak-anak Bica, puteri Firaun yang telah dikawini Mered. Perempuan ini melahirkan Miryam, Samai dan Yisbah, bapa Estemoa. Isteri Mered, perempuan Yehuda itu, melahirkan Yered, bapa Gedor, dan Heber, bapa Sokho, dan Yekutiel, bapa Zanoah. Anak-anak isteri Hodia, saudara perempuan Naham, ialah Abu Kehila, orang Garmi itu, dan Estemoa, orang Maakha itu. Anak-anak Simon ialah Amnon, Rina, Benhanan dan Tilon. Anak-anak Yisei ialah Zohet dan Ben-Zohet. Keturunan Sela, anak Yehuda, ialah Er, bapa Lekha, dan Lada, bapa Maresa, dan kaum-kaum para pengusaha kain lenan halus di Bet-Asybea, lalu Yokim dan orang-orang Kozeba, lagi Yoas dan Saraf yang menguasai Moab dan kemudian pulang ke Betlehem; --riwayat-riwayat ini tua. Mereka ini adalah tukang-tukang periuk yang diam di Netaim dan Gedera; mereka diam di sana dan bekerja untuk raja. Anak-anak Simeon ialah Nemuel, Yamin, Yarib, Zerah dan Saul; anak orang ini ialah Salum; anak orang ini ialah Mibsam; anak orang ini ialah Misma. Keturunan Misma ialah Hamuel, anaknya; anak orang ini ialah Zakur; anak orang ini ialah Simei. Simei mempunyai enam belas orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan; tetapi saudara-saudaranya tidak mempunyai banyak anak; seluruh kaum mereka tidak bertambah banyak seperti bani Yehuda. Mereka diam di Bersyeba, Molada, Hazar-Sual, Bilha, Ezem, Tolad, Betuel, Horma, Ziklag, Bet-Markabot, Hazar-Susim, Bet-Biri dan di Saaraim. Itulah kota-kota mereka sampai Daud menjadi raja. Dan desa-desanya ialah Etam, Ain, Rimon, Tokhen dan Asan, lima perkampungan; juga segala desanya yang di sekitar perkampungan-perkampungan itu sampai ke Baal. Itulah tempat-tempat kediaman mereka dan mereka mempunyai silsilahnya sendiri. Dan Mesobab, Yamlekh, Yosa bin Amazia, Yoel, Yehu bin Yosibya bin Seraya bin Asiel, Elyoenai, Yaakoba, Yesohaya, Asaya, Adiel, Yesimiel, Benaya, Ziza bin Sifei bin Alon bin Yedaya bin Simri bin Semaya-- orang-orang ini yang disebutkan dengan nama-namanya adalah pemimpin-pemimpin di antara kaum-kaum mereka. Keluarga-keluarga mereka makin bertambah banyak. Oleh sebab itu mereka pindah ke arah Gedor sampai ke sebelah timur lembah untuk mencari padang rumput bagi kambing domba mereka. Mereka menemui padang rumput yang gemuk dan baik; negeri itu luas, aman dan sentosa; orang-orang yang diam di sana sebelum mereka berasal dari Ham. Orang-orang yang namanya tertulis ini datang dalam zaman Hizkia, raja Yehuda, dan memusnahkan kemah-kemah orang Ham dan orang Meunim yang terdapat di sana dan menumpas mereka; demikianlah sampai hari ini. Kemudian mereka menduduki tempat orang-orang itu, sebab di sana ada padang rumput bagi kambing domba mereka. Dan sebagian dari mereka, dari bani Simeon, sebanyak lima ratus orang, pindah ke pegunungan Seir. Sebagai kepala mereka ialah Pelaca, Nearya, Refaya dan Uziel, anak-anak Yisei. Mereka membinasakan sisa orang Amalek yang telah meluputkan diri. Lalu mereka diam di sana sampai hari ini.

Sumber : sabdaweb.sabda.org

Senin, 15 April 2013 - MEMEDULIKAN BAWAHAN (Bilangan 8:1-26)

  Tampilan cetakSenin, 15 April 2013

Bacaan   : Bilangan 8:1-26Setahun : 2 Samuel 13-14Nats       : Barulah sesudah itu orang Lewi boleh masuk untuk melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Pertemuan, sesudah engkau menahirkan mereka dan mengunjukkan mereka sebagai persembahan unjukan. (Bilangan 8:15)

Jika suatu perusahaan ingin mencari karyawan, lazimnya atasan atau wakilnya akan mencari dan menyeleksi calon karyawan yang akan dipekerjakan di perusahaan yang bersangkutan. Setelah mendapatkannya, karyawan ini tentu dilatih, diawasi, dan dijaga prestasi dan sikap kerjanya, agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Demikian pula Allah Israel sewaktu mempersiapkan Harun dengan memaparkan tugas-tugasnya di Kemah Suci. Dia juga mempersiapkan orang Lewi sebelum ditugaskan. Orang Lewi memang berbeda dari suku-suku lain. Mereka membantu imam melayani Allah. Tempat tinggal mereka tersebar di antara suku-suku lain karena Tuhan tidak memberi mereka tanah pusaka. Sebelum mereka memulai tugas pelayanan, Tuhan meminta agar mereka ditahbiskan dengan percikan air dan persembahan kurban penghapus dosa. Penahbisan orang Lewi adalah proses penyerahan mereka kepada Tuhan sebab mereka adalah milik-Nya.Tuhan juga menetapkan masa kerja bagi mereka, yaitu sejak umur dua puluh lima sampai lima puluh tahun.

Dalam tatanan tersebut kita melihat bagaimana Tuhan mengatur pekerjaan hamba-Nya, sampai pada masa kerja mereka. Bila Tuhan, yang Empunya pelayanan, memperhatikan pekerjaan, keterbatasan, dan kesejahteraan pelayan-Nya, tentunya kita pun harus demikian. Jika kita menjadi pemimpin atau atasan, kita juga harus mempersiapkan anak buah kita sehingga menjadi karyawan yang berprestasi, dan terutama memiliki integritas. Tentu saja, jangan lupa memperhatikan kesejahteraan mereka. --ENO

JIKA DIHARGAI SEBAGAI MANUSIA YANG BERMARTABAT,KARYAWAN AKAN TERDORONG UNTUK BERKARYA SECARA OPTIMAL.

Anda diberkati melalui Renungan Harian?Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

Diskusi renungan ini di Facebook:http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/04/15/

Sumber : www.sabda.org

MATA TERARAH KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2013 -

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,"  2 Korintus 4:18

Ada kata bijak mengatakan bahwa musuh terberat kita adalah diri sendiri.  Hal ini nyata benar ketika kita membiarkan diri ini dikendalikan hanya oleh kelima indera kita dari pada tunduk kepada pimpinan Roh Tuhan.  Akhirnya kedagingan dan indera kita yang mendominasi sehingga kita pun terpaku pada realita atau kenyataan yang ada bukannya tertuju kepada firman Tuhan.  Ketika kita membicarakan ketidakpercayaan atau sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan sampaikan dalam firmannya kita sedang memimpin diri kita kepada kegagalan.  "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.  Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."  (Roma 8:6-7).  Secara tubuh jasmani kehidupan kita bisa dikendalikan oleh keinginan lima indera yang ada.  Hanya jika kita membawa kelima indera kita dalam penyerahan kepada Roh Kudus dan firman Tuhan lah kita mampu untuk melangkah dalam keyakinan iman.

    Jangan memandang kepada situasi yang ada atau masalah yang sedang kita hadapi, tetapi arahkanlah pandangan kita kepada Allah yan perkasa di dalam Yesus Kristus.  Inilah yang dilakukan Daud:  "Mataku tetap terarah kepada Tuhan,"  (Mazmur 25:15).  Saat berada dalam pergumulan yang sangat berat Ayub pun bersikap:  "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis,"  (Ayub 16:20).  Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan.  Karena itu, kita harus menyerahkan imajinasi dan pikiran-pikiran negatif kita yang bertentangan dengan firman kepada Tuhan.  Inilah yang dilakukan rasul Paulus,  "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,"  (2 Korintus 10:5b), sehingga ia tetap kuat dan bertahan ditengah ujian dan penderitaan yang mendera,  "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).

     Seringkali kita membayangkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah seperti Goliat, raksasa dari Filistin yang sepertinya sulit untuk ditaklukkan.  Kemudian kita menjadi gelisah dan tawar hati, lalu kita menyerah kepada keadaan yang ada.  Kita tidak boleh digerakkan oleh perasaan atau pemikiran kita, atau bagaimana situasi yang terlihat di hadapan kita.  Kita harusnya digerakkan pada apa yang dikatakan Tuhan dalam firmanNya seperti Daud yang berpegang teguh pada kebenaran firmannya, sehingga Goliat pun terkapar di tangannya.  Biarkanlah angin bertiup dan badai menyerang!  Tuhan Yesus adalah Batu Karang kita sampai selama-lamanya.

Selama kita berdiri pada Batu Karang yang teguh, apa pun yang kita lihat, apa pun yang terjadi tidak dapat menggoyahkan kita.

Sumber : airhidupblog.blogspot.com

1 Tawarikh 4:1-43 (TB)

Anak-anak Yehuda ialah Peres, Hezron, Karmi, Hur dan Syobal. Reaya, anak Syobal, memperanakkan Yahat, dan Yahat memperanakkan Ahumai dan Lahad. Itulah kaum-kaum orang Zora. Inilah anak-anak Etam: Yizreel, Isma dan Idbas; nama saudara perempuan mereka ialah Hazelelponi; lalu Pnuel, bapa Gedor, dan Ezer, bapa Husa. Itulah keturunan Hur, anak sulung Efrata, bapa Betlehem. Asyur, bapa Tekoa, mempunyai dua isteri, yakni Hela dan Naara. Naara melahirkan baginya Ahuzam, Hefer, Temeni dan orang Ahastari. Itulah anak-anak Naara. Anak-anak Hela ialah Zeret, Yezohar dan Etnan. Kos memperanakkan Anub, Hazobeba dan kaum-kaum Aharhel bin Harum. Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan." Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu. Kelub, saudara Suha, memperanakkan Mehir, dialah ayah Eston; dan Eston memperanakkan Bet-Rafa, Paseah dan Tehina, bapa Ir-Nahas. Itulah orang-orang Rekha. Anak-anak Kenas ialah Otniel dan Seraya; dan anak-anak Otniel ialah Hatat dan Meonotai; dan Meonotai memperanakkan Ofra. Seraya memperanakkan Yoab, bapa Lembah Tukang-tukang, karena mereka adalah tukang-tukang. Anak-anak Kaleb bin Yefune ialah Iru, Ela dan Naam; dan keturunan Ela ialah Kenas. Anak-anak Yehaleleel ialah Zif, Zifa, Tireya dan Asareel. Anak-anak Ezra ialah Yeter, Mered, Efer dan Yalon. Itulah anak-anak Bica, puteri Firaun yang telah dikawini Mered. Perempuan ini melahirkan Miryam, Samai dan Yisbah, bapa Estemoa. Isteri Mered, perempuan Yehuda itu, melahirkan Yered, bapa Gedor, dan Heber, bapa Sokho, dan Yekutiel, bapa Zanoah. Anak-anak isteri Hodia, saudara perempuan Naham, ialah Abu Kehila, orang Garmi itu, dan Estemoa, orang Maakha itu. Anak-anak Simon ialah Amnon, Rina, Benhanan dan Tilon. Anak-anak Yisei ialah Zohet dan Ben-Zohet. Keturunan Sela, anak Yehuda, ialah Er, bapa Lekha, dan Lada, bapa Maresa, dan kaum-kaum para pengusaha kain lenan halus di Bet-Asybea, lalu Yokim dan orang-orang Kozeba, lagi Yoas dan Saraf yang menguasai Moab dan kemudian pulang ke Betlehem; --riwayat-riwayat ini tua. Mereka ini adalah tukang-tukang periuk yang diam di Netaim dan Gedera; mereka diam di sana dan bekerja untuk raja. Anak-anak Simeon ialah Nemuel, Yamin, Yarib, Zerah dan Saul; anak orang ini ialah Salum; anak orang ini ialah Mibsam; anak orang ini ialah Misma. Keturunan Misma ialah Hamuel, anaknya; anak orang ini ialah Zakur; anak orang ini ialah Simei. Simei mempunyai enam belas orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan; tetapi saudara-saudaranya tidak mempunyai banyak anak; seluruh kaum mereka tidak bertambah banyak seperti bani Yehuda. Mereka diam di Bersyeba, Molada, Hazar-Sual, Bilha, Ezem, Tolad, Betuel, Horma, Ziklag, Bet-Markabot, Hazar-Susim, Bet-Biri dan di Saaraim. Itulah kota-kota mereka sampai Daud menjadi raja. Dan desa-desanya ialah Etam, Ain, Rimon, Tokhen dan Asan, lima perkampungan; juga segala desanya yang di sekitar perkampungan-perkampungan itu sampai ke Baal. Itulah tempat-tempat kediaman mereka dan mereka mempunyai silsilahnya sendiri. Dan Mesobab, Yamlekh, Yosa bin Amazia, Yoel, Yehu bin Yosibya bin Seraya bin Asiel, Elyoenai, Yaakoba, Yesohaya, Asaya, Adiel, Yesimiel, Benaya, Ziza bin Sifei bin Alon bin Yedaya bin Simri bin Semaya-- orang-orang ini yang disebutkan dengan nama-namanya adalah pemimpin-pemimpin di antara kaum-kaum mereka. Keluarga-keluarga mereka makin bertambah banyak. Oleh sebab itu mereka pindah ke arah Gedor sampai ke sebelah timur lembah untuk mencari padang rumput bagi kambing domba mereka. Mereka menemui padang rumput yang gemuk dan baik; negeri itu luas, aman dan sentosa; orang-orang yang diam di sana sebelum mereka berasal dari Ham. Orang-orang yang namanya tertulis ini datang dalam zaman Hizkia, raja Yehuda, dan memusnahkan kemah-kemah orang Ham dan orang Meunim yang terdapat di sana dan menumpas mereka; demikianlah sampai hari ini. Kemudian mereka menduduki tempat orang-orang itu, sebab di sana ada padang rumput bagi kambing domba mereka. Dan sebagian dari mereka, dari bani Simeon, sebanyak lima ratus orang, pindah ke pegunungan Seir. Sebagai kepala mereka ialah Pelaca, Nearya, Refaya dan Uziel, anak-anak Yisei. Mereka membinasakan sisa orang Amalek yang telah meluputkan diri. Lalu mereka diam di sana sampai hari ini.

Sumber : sabdaweb.sabda.org

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari