Jumat, 30 November 2012

Emas Murni

Ayat bacaan: 1 Petrus 1:7
===========================
"Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya."

Orang awam mengenal emas dalam bentuk perhiasan-perhiasan. Padahal emas yang sudah dibentuk itu biasanya sudah dicampur dengan logam lain sehingga bentuknya bisa lebih keras. Emas yang murni sebenarnya merupakan logam yang lembut, berkilat, berwarna kuning yang menarik, mudah di tempa dan lentur. Dari sebuah artikel yang pernah saya baca, sebuah proses pemurnian emas biasanya dilakukan lewat proses pembakaran. Caranya adalah dengan membakar emas hingga mencair. Ketika emas sudah cair dalam suhu tinggi itu, berbagai kotoran yang melekat padanya seperti debu, karat dan unsur-unsur logam lain akan naik ke permukaan, sehingga semua kotoran ini bisa diambil untuk disingkirkan. Kemudian panas api dinaikkan dan kotoran-kotoran yang masih tertinggal akan naik ke permukaan untuk dibuang. Demikianlah proses ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya diperoleh emas yang benar-benar murni, bebas dari segala kotoran dan campuran logam lainnya. Dari proses pembakaran itu akan jelas terlihat mana emas yang murni, mana yang masih dipenuhi oleh kotoran-kotoran yang mengurangi kadar kemurnian emas tersebut. Dan harga emas murni jelas jauh di atas emas dalam bentuk-bentuk perhiasan yang banyak dijual dipasaran.

Demikian pula iman kita. Ada kalanya Tuhan mengijinkan kita masuk dalam proses lewat serangkaian ujian. Itu bukan ditujukan untuk menyiksa kita, namun untuk memurnikan iman kita. Seperti halnya emas diproses hingga menjadi emas murni, iman kita pun terkadang harus terlebih dahulu melalui proses pemurnian lewat pencobaan-pencobaan yang mungkin rasanya sangat menyakitkan seperti dibakar agar bisa menjadi murni. Seperti halnya emas yang dimasukkan ke dalam api hingga kelihatan murni dan tidaknya, iman kita pun akan kelihatan kemurniannya lewat berbagai pencobaan. Reaksi dan tindakan dalam menghadapi permasalahan dan pergumulan hidup itu bisa menjadi tolok ukur tingkat keimanan seseorang. Bagaimana mungkin seseorang mengaku memiliki iman besar jika menghadapi masalah kecil saja sudah bersungut-sungut, takut, khawatir atau bahkan menyerah? Orang yang beriman teguh akan selalu tegar, karena mereka percaya penuh pada rancangan Tuhan beserta penyertaanNya dalam setiap aspek kehidupannya.

Pada jaman Petrus, menjadi orang Kristen waktu itu tidak mudah. Ada banyak tekanan dan ancaman yang setiap saat mengancam nyawa orang percaya. Maka Petrus pun merasa perlu untuk mengingatkan akan manfaat dari pencobaan, agar orang-orang percaya mampu tegar menghadapi itu semua. Petrus memulainya dengan ayat yang mengingatkan esensi hidup dalam Kristus. "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu." (1 Petrus 1:3-4). Sebuah hidup yang penuh dengan pengharapan, yang dipersiapkan untuk menerima bagian Surgawi yang kekal, itu disediakan lewat Yesus Kristus. Petrus mengingatkan agar jemaat tetap kuat ketika menghadapi bermacam-macam pencobaan. Bukan hanya kuat, tapi ia menasehati supaya bergembira. "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan." (ay 6). Mengapa kita harus tetap bergembira ditengah-tengah permasalahan hidup? Petrus menjelaskan demikian: "Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." (ay 7). Perhatikan bahwa Petrus pun membandingkan proses pemurnian iman dengan proses pemurnian emas. Emas dibakar berkali-kali hingga akhirnya menjadi emas murni yang berharga, sedangkan iman kita jauh lebih berharga dari emas. Emas adalah benda fana, yang tidak kekal, sementara iman kita akan membawa kita kedalam keselamatan jiwa yang kekal sifatnya. (ay 9). Jelaslah bahwa iman kita jauh lebih berharga dari emas. Jika emas saja harus dimurnikan agar bisa menjadi berharga, apalagi iman kita yang bisa membawa kita kepada kehidupan yang penuh sukacita yang kekal sifatnya.

Ayub adalah salah satu tokoh yang mengalami serangkaian penderitaan yang tak terperikan, yang mungkin terasa tidak adil dijatuhkan kepada orang yang setia dan bergaul karib dengan Allah sepanjang hidupnya. Namun pada suatu ketika Ayub pun menyadari bahwa apa yang ia alami adalah sebuah proses pengujian. "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Pesan Petrus yang menguatkan jemaat di masa itu agar tidak goyah ketika menghadapi penderitaan tetap relevan bagi kita hari ini. Apa yang kita alami hari-hari ini pun tidak mudah. Ada banyak ancaman, intimidasi, tekanan yang kita hadapi, belum lagi berbagai bentuk godaan duniawi yang setiap saat bisa merontokkan iman kita. setiap hari kita berhadapan dengan berbagai ujian yang sesungguhnya bisa kita jadikan tolok ukur kemurnian iman kita. Bagaimana kita menyikapi permasalahan akan menjadi ukuran seteguh apa iman kita percaya pada Tuhan. Pencobaan yang terkadang membawa kita ke dalam penderitaan bisa membangkitkan pengharapan dan ketekunan kita serta melatih iman kita agar lebih kuat. Proses "pembakaran" iman kita akan melepaskan segala kotoran yang melekat pada iman kita, sehingga akhirnya kita bisa memiliki sebentuk iman yang murni, seperti emas murni. Semua itu bertujuan untuk kebaikan kita. Kita dipersiapkan agar layak menerima segala janji Tuhan yang sudah disediakanNya bagi kita semua. Itulah sebabnya kita harus bersyukur ketika kita melewati pencobaan. Jangan menyerah dan terburu-buru mencari alternatif yang menyesatkan ketika sedang menghadapi proses pemurnian, karena di ujung proses itu ada kemenangan yang gemilang menanti kita.

Iman yang diuji akan menghasilkan iman seperti emas murni

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuhan memiliki cara lain jika manusia tetap berdosa

Lukas 21:34-36 : "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Renungan :

Ajakan Yesus untuk berjaga dan berdoa tetap aktual. Yesus tahu, kita manusia lemah, mudah jatuh dalam dosa. Dia tahu kita yang sarat dengan pesta pora dan kenikmatan duniawi. Kotbah dan nasihat orang lain bagai angin lalu. Tapi Yesus tetap mengajak kita untuk berjaga dan berdoa meski sering tidak mempan.

Tuhan punya cara sendiri untuk membawa pertobatan. Ketika manusia sudah angkat tangan, Tuhan sendiri turun tangan. Melalui pelbagai cara dan peristiwa hidup, sakit parah, kecelakaan yang fatal, usaha gagal dan sebagainya, Tuhan membawa pulang manusia kepada keselamatan. Tuhan sungguh tak pernah gagal.

Ajal bisa menjemput kita setiap saat. Tak ada seorang pun yang tahu. Waspada adalah sikap yang tepat untuk menghadapi situasi apa saja. Kita harus tetap berjaga dan berdoa. Sikap ini harus datang dari dalam. Nanti, bila ajal tiba segalanya sudah siap.

St. Dionisius dan Redemtus telah member teladan. Dua Karmelit ini berani datang ke tengah serigala tapi sudah siap dengan senjata. Keberanian itu mereka timba dari spiritualitas Karmel. Karmel dipanggil untuk menjadi tanda buat sesama agar selalu bejaga dan berdoa.

(Sumber inspirasi, Simon R, CafĂ© Rohani, Desember 2012) 

Renungan Harian Air Hidup: TUHAN ADALAH PENOLONG SEJATI

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
TUHAN ADALAH PENOLONG SEJATI
Nov 30th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2012 -

Baca:  Mazmur 146:1-10

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya:"  Mazmur 146:5

Setiap orang mempunyai masalah, tetapi Alkitab mengajarkan untuk tetap bersukacita daripada merasa takut dan kuatir,  "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!  Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!  Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  (Filipi 4:4-6).

     Sebagai anak-anak Tuhan tidak seharusnya kita dibelenggu oleh kekuatiran akan segala sesuatu, sebab kita memiliki Tuhan yang adalah Jehovah Jireh, Dia pasti sanggup menyediakan apa yang kita perlukan dan memelihara kita di segala keadaan:  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).  Ketika kita sakit Tuhan akan menjadi penyembuh kita, sebab  "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."  (1 Petrus 2:24b);  Ketika kita berada di dalam pergumulan yang berat Tuhan akan menjadi penolong dan sanggup memberikan jalan keluar yang terbaik;  ketika kita sedih dan berduka Roh Kudus akan menghibur dan menguatkan kita.

     Alkitab menegaskan bahwa  "...Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.  Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;"  (2 Korintus 9:8, 10), sehingga Tuhan akan membuat kita menjadi kaya dalam segala hal, tetapi dengan maksud bukan untuk kita nikmati sendiri, melainkan supaya kita bisa berbagi dengan orang lain alias menjadi berkat.  Meski demikian Tuhan tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk bergantung dan berharap kepada manusia,  "sebab sia-sia penyelamatan dari manusia."  (Mazmur 108:12).  Jika kita percaya dan mengandalkan kepada manusia kita akan kecewa sebab mereka tidak akan memikirkan dan mempedulikan kita.  Adalah  "Lebih baik berlindung pada Tuhan dari pada percaya kepada manusia."  (Mazmur 118:8), sebab dari Tuhanlah pertolongan itu datang!

"Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: 'Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.'"  Yesaya 41:13

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Kamis, 29 November 2012

Berserah bukan Meyerah

Segala sesuatu Tuhan yang punya dan segala sesuatu terjadi hanya dengan seijinNya. Percayakah anda akan hal ini? Banyak orang percaya tetapi mereka tidak atau belum bisa berserserah kepada Tuhan. Berserah bukanlah Menyerah. Yang Tuhan kehendaki adalah Berserah, bukan Menyerah. Kalau anda berserah Tuhan berkarya dan anda akan lihat sesuatu yang besar sedang terjadi karena Turut Campur Tangan Tuhan

Saya mengenal seorang wanita yang berdoa dan percaya untuk suaminya bisa datang ke gereja bersamanya. Hal ini berlangsung dari tahun ke tahun, dia sangat bertekad dan bersemangat. Dia melakukan segalanya yang dia bisa. Dia meletakkan ayat firman Tuhan di seluruh rumahnya. Dia akan meninggalkan Alkitabnya terbuka berharap suaminya bisa tertarik untuk membacanya.

Dia selalu mendorong suaminya untuk datang. Terlepas dari semua yang sudah dilakukan wanita ini, suaminya tetap tidak bergeming.

Setelah satu tahun atau lebih, hal ini mulai membuat wanita ini frustasi. Hal ini mulai membuat dia putus asa. Dia kehilangan sukacitanya. Dia tidak memiliki antusiasme seperti dulu. Dia berdoa bulan demi bulan dengan penuh putus asa dan kecewa mengatakan, “Joel, saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya lakukan.”

Suatu hari saya mengatakan padanya bahwa hal terbaik yang bisa dia lakukan adalah melepaskan seluruh masalahnya, dan menyerahkannya kepada Tuhan. Saya berkata, “Anda sudah melakukan semua yang dapat Anda lakukan, Anda telah berdoa… Anda sudah percaya. Sekarang letakkan semua di atas mezbah. Ambil sikap ini, Jika dia tidak pernah akan datang ke gereja pun, Tuhan, saya masih akan bahagia. Jika dia tidak pernah berubah, Tuhan, saya masih akan mempercayai Engkau sepenuhnya.."

Mungkin saat ini Anda memiliki beberapa hal yang perlu Anda serahkan kepada Tuhan. Apakah ada orang-orang yang membuat Anda frustasi karena mereka tidak berubah? Cukup berkata, “Tuhan, saya sudah melakukan semua yang bisa saya lakukan. Saya tidak akan menjalani hidup saya dengan marah lagi, saya tahu hanya Tuhan yang dapat mengubah orang, jadi saya akan kembali ke tempat perdamaian. Dan Tuhan, jika ini tidak pernah berhasil, saya meletakkannya di atas mezbah. Saya serahkan kepada-Mu.”

Ada kebebasan ketika Anda menyerahkannya. Saya tidak mengatakan untuk melepaskan impian Anda dan menyerah pada janji-janji Anda. Tidak, lepaskan frustrasi. Lepaskan kekhawatiran dan kembali ke tempat perdamaian mengetahui bahwa Tuhan memegang kendali penuh. Itulah yang wanita ini lakukan.

Dia menyerahkannya pada Tuhan, dan dia menjadi orang yang berbeda. Saya melihat dia minggu demi minggu dengan senyum lebar di wajahnya. Dia tidak marah atau frustasi lagi. Dia menikmati hidupnya dan mempercayai Allah. Lalu sekitar dua tahun kemudian pada pagi hari Minggu itu, tiba-tiba, suaminya berkata, “Aku ingin pergi ke gereja dengan kamu hari ini.”

Wanita ini hampir pingsan! Ini benar-benar gagasan dari suaminya sendiri.

Dia datang pada hari Minggu itu, dan mereka telah datang bersama-sama sejak saat itu. Itu sudah lebih dari empat tahun yang lalu, dan sekarang mereka berdua hampir tidak pernah melewatkan setiap ibadah gereja.

Teman, ketika Anda melepaskan, hal itu memungkinkan Tuhan untuk bekerja dengan cara yang ajaib dan menakjubkan.

Saya suka apa yang Daud katakan dalam Mazmur 31, “Ke dalam tangan-Mu kuserahkan diriku..” (BIS)

Ini memberitahu bahwa kita tidak harus frustasi untuk membuat sesuatu terjadi. Kita tidak perlu khawatir bahwa mimpi yang Tuhan berikan tidak akan bisa terjadi. Kita dapat tinggal dalam damai mengetahui bahwa masa depan kita berada di dalam genggaman tangan kasihNya.

source: http://www.ceritakristen.org/berserah-bukan-meyerah

Kisah Segelas Susu

Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.
 
Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.

“Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.

“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.

Belasan tahun berlalu…

Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis.

Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.

Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan. Wanita itu  pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…

“Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.

(dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)

Begitulah …

Jangan ragu berbuat baik dan jangan mengharap balasan. Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita. We will harvest what we plant..

source: http://www.ceritakristen.org/menuai-apa-yang-ditabur

Kasih Iman Kebijaksanaan

Aku dan Tuhan berdiri mengamati pertandingan baseball. Tim Tuhan melawan tim iblis. Score sangat ketat 0-0 dan ini adalah putaran terakhir. Kami memperhatikan seorang pemukul bernama Kasih masuk ke lapangan. Kasih mulai memukul dan berhasil mencetak score single karena Kasih tak pernah gagal.

Pemukul selanjutnya bernama Iman, yang juga berhasil mencetak score karena Iman selalu bersama-sama dengan Kasih.

Lalu masuk seorang pemukul bernama Bijak. Iblis melakukan lemparan pertama dan Bijak hanya membiarkannya. Tiga kali lemparan dan Bijak hanya melangkah pergi karena Bijak tidak pernah mengambil apapun yang Iblis lemparkan.

Lalu Tuhan melihat ke arahku dan berkata bahwa Ia akan mengeluarkan pemain andalanNya. Lalu datanglah Karunia. 

Aku berkata: sepertinya ia tidak terlalu hebat…

Tim Iblis sangat santai begitu mereka melihat Karunia. Berpikir bahwa mereka hampir memenangkan pertandingan, Iblis pun melempar bola dgn sekuat tenaga.

Dan sangat mengejutkan semua orang, Karunia memukul bola kencang sekali melebihi pemain-pemain sebelumnya.

Tapi Iblis tidak khawatir..pemain tengah mereka jarang gagal menangkap bola. Iblis berlari mengejar bola, tapi bola malah lepas dari tangan, menghantam kepalanya dan iblis pun jatuh tersungkur ke tanah.

Karunia bersama Kasih, Iman dan Bijak terus berlari sampai home run. Tim Tuhan menang!!

Lalu Tuhan bertanya kepadaku mengapa Kasih, Iman dan Bijak tidak bisa home run tanpa Karunia? 

Aku menjawab tidak tahu.

Tuhan menjelaskan: “Kalau kasihmu, imanmu dan kebijaksanaanmu yang memenangkan pertandingan, engkau akan berpikir bahwa engkaulah yang melakukan semuanya. Kasih, Iman dan Kebijaksanaan akan mengantarmu mencapai semua hal-hal yang baik, tapi hanyalah Karunia-Ku sajalah yg akan membawamu ke dalam kemenangan, sampai di rumah Bapa dengan selamat. KaruniaKu adalah satu-satunya yang tidak dapat dicuri Iblis."

source: http://www.ceritakristen.org/menang-pertandingan

Memberi Tidak Membuat Berkekurangan

Ada seorang kaya yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak. Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan pesan 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua dan 1/5 untuk anak ketiga.

Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan, bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.

Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas  memberikan kerbaunya supaya masing-masing mendapat  bagian yang utuh.

Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi. Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 yaitu 10 ekor, anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5 ekor, anak ketiga 1/5 darr 20 yaitu 4 ekor. Demikianlah masing-masing mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya adalah 10+5+4=19 sisa 1 ekor, dikembalikan pada bapak tadi.

Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang menjadi milik kita.. Amazing….

source: http://www.ceritakristen.org/memberi

Proses

Ayat bacaan: Keluaran 13:17
=======================
"Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin..."

Dalam perjalanan hidup saya lengkap dengan naik turun dan jatuh bangunnya, saya menyadari satu hal, yaitu bahwa saya senang melewati proses untuk menuju keberhasilan. In most of the times I'm enjoying the process more than the result. Ada kalanya proses itu mudah, tapi seringkali proses terasa berat, bagai mendaki jalanan terjal dan bisa jadi menyakitkan. Tapi apapun itu, semua itu merupakan proses yang pada akhirnya membentuk saya menjadi siapa diri saya hari ini. Kita tentu ingin hasil instan, langsung berhasil, langsung sukses. Tapi dari pengalaman saya, sesuatu yang instan sulit untuk bertahan lama. Justru sesuatu yang dibangun dengan cucuran keringat dan air mata dalam proses yang bisa jadi butuh waktu panjang, itu akan terasa lebih berharga dan nikmat ketika pada akhirnya menghasilkan buah yang baik. Karena itulah dalam setiap usaha yang saya lakukan, saya menikmati betul prosesnya, termasuk yang pahit-pahit dan berat. Dan tentu saja, saya menyadari betul bahwa Tuhan akan selalu ada bersama saya dalam setiap langkah yang saya ambil dari hari ke hari.

Seringkali Tuhan mengajak kita menempuh jalan 'memutar' ketimbang jalan yang mulus dan lancar atau lebih singkat. Mengapa harus demikian? Itu bertujuan agar kita bisa belajar melewati proses dalam setiap jenjang untuk bisa naik setahap demi setahap. Itu melatih kita agar tidak menjadi orang-orang yang malas dan manja. That's a part of process to shape us up to be a better, winning person. Kita bisa melihat contoh yang sangat menarik akan keputusan Tuhan ini lewat kisah bangsa Israel ketika mereka keluar dari Mesir.

Lewat serangkaian usaha panjang yang penuh liku-liku, bangsa Israel akhirnya mengakhiri masa perbudakan mereka dan dituntun Tuhan sendiri lewat kepemimpinan Musa untuk berangkat menuju tanah yang disediakan Tuhan bagi mereka. Menariknya, Alkitab mencatat awal perjalanan itu sebagai berikut: "Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir. Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Teberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir." (Keluaran 13:17-18). Lihatlah bahwa Tuhan bisa membawa mereka lewat jalan yang jauh lebih dekat, tapi Tuhan ternyata memutuskan untuk membawa mereka memutar lewat jalan yang harus ditempuh sampai 40 tahun lamanya. Jalan yang sulit, penuh penderitaan, lewat gurun dengan panas menyengat di siang hari dan sangat dingin di malam hari. Mengapa harus begitu? Dari ayat tadi kita bisa melihat bahwa Tuhan tahu apabila bangsa itu terlalu cepat tiba di tanah Kanaan dengan mudah, mereka akan mudah melupakan penyertaan Tuhan dan dengan demikian mereka akan terlena dan tidak menghargai sesuatu yang besar yang Tuhan berikan kepada mereka. Jadi bangsa Israel dianggap perlu untuk dipersiapkan agar bisa menjadi bangsa yang besar, mandiri dan tahu bersyukur saat mereka masuk ke tanah yang berlimpah madu dan susunya alias sangat subur itu. Jika kita baca ayat-ayat berikutnya, kita akan tahu bahwa meski perjalanan itu sangat berat dan penuh tantangan, Tuhan tetaplah ada bersama mereka, menyertai dan menolong mereka di dalamnya. "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (ay 21-22). Berkali-kali pula dalam kesempatan lain Tuhan menunjukkan bantuannya yang luar biasa. Misalnya menurunkan manna dari surga, membelah danau Teberau dan lain-lain. Artinya, meski perjalanan 40 tahun itu sangat berat, Tuhan menunjukkan bahwa Dia tetap ada beserta mereka sepanjang perjalanan. He wanted them to go through a process, but He would be with them all the way, helping them until they reached the destination.

Apakah bangsa Israel mau belajar dari proses ini? Ternyata bukannya bersyukur meski sudah tahu tujuan dari apa yang diberikan Tuhan, mereka malah menunjukkan sikap negatif dengan terus protes dan bersungut-sungut berulang kali sepanjang perjalanan. Lihatlah beberapa diantaranya: "dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12), "Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (16:2-3), dan banyak lagi. Kalau 40 tahun diproses saja masih begitu mentalnya, bagaimana kalau mereka mendapatkannya dengan mudah? Tentu mereka makin tidak tahu menghargai pemberian Tuhan. Lantas harus berapa tahun lagi mereka diproses? 80 tahun? 100 tahun? Itu semua karena sikap bandel, tegar tengkuk atau keras kepala mereka. Kita pun sama. Daripada harus melalui tahapan keras yang lama, mengapa kita tidak melembutkan hati dan menjalaninya dengan taat saja? Semua itu tetap untuk kebaikan bagi kita sendiri. Itu adalah proses untuk menjadikan kita orang-orang yang layak dihadapanNya.

Seringkali Tuhan sengaja membawa kita lewat 'jalan memutar'. Bentuknya bisa berbagai rupa. Bisa lewat masalah-masalah yang Dia ijinkan untuk masuk ke dalam hidup kita, berbagai bentuk kegagalan, kekalahan atau tekanan-tekanan lainnya. Semua ini mungkin bisa membuat kita bersungut-sungut, kecewa atau bahkan marah seperti halnya bangsa Israel. Tetapi kita bisa melihat bahwa itu tidaklah produktif dan tidak berguna, malah hanya akan menambah masalah bagi kita sendiri. Kita harus mengerti bahwa semua itu untuk kebaikan kita juga. Jadi jangan menyerah, taatlah dan tetaplah berpegang dengan pengharapan kuat kepada Allah. Biar bagaimanapun, seperti yang Dia tunjukkan kepada bangsa Israel pada masa itu, Dia tetap menyertai kita dan menolong kita dengan berbagai caraNya yang ajaib dalam setiap proses tersebut. Allah bahkan sudah berkata, meski dalam lembah kekelaman sekalipun kita tidak perlu takut, sebab Tuhan selalu ada beserta kita dengan pertolongan dan penghiburan dariNya. Itulah yang disadari Daud yang berkata: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Tuhan ingin kita melewati proses penempaan dan pembentukan, tapi Jadi jika anda tengah menjalani proses saat ini, janganlah menyerah. Jalani semuanya dengan sikap tetap bersyukur dan percaya sepenuhnya kepada rencana Allah. Pada saatnya kelak, Tuhan sendiri yang akan menuntun anda keluar, to become a better and winning person.

Berbagai ujian adalah proses yang dilewati bersama Tuhan yang akan menempa kita untuk menjadi lebih sempurna

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Mengambil bagian dalam misi keselamatan Allah

Matius 4 : 18-22 : "Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia."

RENUNGAN : 

Warta keselamatan Allah mesti terus disebarluaskan sampai ke ujung bumi. Warta keselamatan ini ditawarkan kepada semua orang. Tuhan Yesus memilih para rasul untuk ikut ambil bagian dalam misi keselamatan Allah. Mereka berani meninggalkan cara hidup lama. Yesus menawarkan hidup baru dalam kasih dan pelayanan. Berkat Sakramen Baptis, kita masuk dalam persekutuan anak-anak Allah. kita pun menjadi rasul-rasul Yesus di zaman modern ini. Bagaimana selama ini kita menghayati tugas ini? 

(Ruah 2012 - Sabda Allah Menyegarkan Jiwa) 

Renungan Harian Air Hidup: RAHASIA KEBERHASILAN ABRAHAM (2)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
RAHASIA KEBERHASILAN ABRAHAM (2)
Nov 29th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2012 -

Baca:  Galatia 3:1-14

"Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu."  Galatia 3:9

Abraham tidak hanya mengalami berkat-berkat rohani dari Tuhan, tapi juga diberkati dengan berkat jasmani (harta) yang melimpah oleh karena ketaatannya.  Apa yang dialami oleh Abraham ini dapat pula kita alami.  Tertulis:  "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."  (Galatia 3:29).

     Kita yang ada di dalam Kristus, seperti yang dikatakan firman Tuhan, berhak juga atas segala berkat dan janji Tuhan.  Namun Alkitab dengan tegas menyatakan,  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Selama kita masih bersahabat dengan dunia ini, berkompromi dengan dosa dan hidup dalam ketidaktaatan, berkat dan janji Tuhan itu hanya akan menjadi khayalan semata.  Karena itu kita perlu belajar dari kehidupan Abraham ini supaya berkat-berkat yang dijanjikan kepada Abraham tersebut juga kita terima secara nyata dalam hidup ini.

     Kedua, Abraham sangat mengasihi Tuhan;  ia menempatkan Tuhan lebih dari segalanya.  Di mana pun bertemu dengan Tuhan, Abraham selalu mendirikan mezbah bagiNya.  Mezbah berbicara tentang ibadah.  Jadi  "Latihlah dirimu beribadah.  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:7b-8).

     Sudahkah kita beribadah kepada Tuhan dengan sungguh ataukah kita melakukan ibadah hanya sebatas aktivitas rutin belaka?  Setidaknya ada empat mezbah yang didirikan oleh Abraham:  mezbah yang didirikan di Sikhem  (baca  Kejadian 12:7), mezbah di dekat Betel  (baca  Kejadian 12:8), mezbah di dekat Hebron  (baca  Kejadian 13:18) dan juga mezbah di gunung Moria (baca  Kejadian 22:9).  Tidak hanya itu, ia pun rela mempersembahkan anak yang sangat dikasihinya  (Ishak)  ketika Tuhan memintanya.

Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya,  "...serta diberkati Tuhan dalam segala hal."  (Kejadian 24:1), karena ia taat dan mengasihi Tuhan lebih dari apa pun.

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Rabu, 28 November 2012

Mengeraskan Leher

Ayat bacaan: Amsal 29:1
====================
"Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi."

Bagaimana reaksi kita dalam menghadapi teguran atau peringatan? Ada banyak orang yang langsung merasa harga dirinya diinjak-injak. Mereka langsung sakit hati, memendam rasa dendam dan sebagainya, bahkan tidak jarang pula yang kemudian melakukan hal-hal bodoh yang fatal. Di sisi lain, ada orang-orang yang sudah begitu terbiasa melakukan kesalahan, sehingga mereka tidak lagi merasa terganggu dengan itu. Apakah Tuhan mengingatkan kita, mengetuk pintu hati kita setiap kita berbuat salah? Tentu saja ya. Apakah itu lewat hati nurani, lewat Firman yang kita baca, lewat kotbah, lewat orang lain dan lain-lain, Tuhan selalu menegur atau mengingatkan kita ketika kita melenceng dari jalur yang benar. Jika kita terus berjalan dengan baik, biasanya kita akan gelisah atau merasa sulit hidup tenang ketika melakukan suatu kesalahan. Saya katakan jika kita terus memilih untuk berjalan dengan baik, karena ada kalanya seseorang mulai kehilangan kontrol atas dirinya. Seringnya berbuat dosa membuat mereka tidak lagi peka, tidak lagi merasa bersalah atau menyesal setelah melakukan sesuatu yang jahat. Hati bisa membeku dan membatu, membuat kejahatan menjadi hal yang biasa.

Sebagian orang mempunyai pemikiran yang naif bahwa mereka bisa menunda-nunda untuk mematuhi peringatan Tuhan dengan berbagai alasan. Kita mengira kita bisa sesukanya mengatur kapan kita mau bertobat dan kapan kita memilih untuk terus bersenang-senang dahulu melangkahi semua pesan dan peringatan Tuhan. Betapa kelirunya kita jika mengira bahwa kita dapat mengabaikan saja bila pengarahan Roh Kudus menghampiri kita, dan kemudian mematuhinya kelak sesuka hati kita. Kenyataannya banyak orang percaya yang melakukan hal ini. Mereka tahu mereka tidak melakukan hal yang benar. Mereka sadar gaya hidupnya tidak benar, tapi mereka berpikir untuk membiarkan itu buat sementara waktu, dan nanti pada saatnya mereka akan membereskannya dengan Tuhan, entah kapan. Jika anda memiliki pemikiran seperti itu, berhati-hatilah. Sebab firman Tuhan hari ini berkata "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1). Dalam bahasa Inggris, kata 'bersitegang leher' disebutkan sebagai "hardens his neck", mengeraskan leher mereka. Dalam bahasa Inggris kata to harden the neck artinya to grow obstinate; to be more and more perverse and rebellious.

Ketika kita mendapat teguran lalu memilih untuk mengeraskan leher kita, mengabaikan teguran itu dan terus melanjutkan perbuatan tidak benar, maka yang terjadi adalah hati kita bisa menjadi keras. Bukan karena anugerah Tuhan tidak sampai menjangkau kita, bukan pula Tuhan menolak mengampuni kita jika kita berbalik padaNya, tapi dosalah yang sudah mengeraskan hati kita hingga kita tidak lagi dapat mendengar suaraNya memanggil, mengingatkan dan menegur kita. Tidak heran jika dikatakan "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Terbiasa jahat akan membuat orang akan terus bertambah jahat. Orang yang terbiasa sesat akan semakin sesat. Orang-orang seperti ini akan saling menyesatkan dan disesatkan. Semua itu karena tidak ada lagi kontrol dalam diri mereka akibat kerasnya dosa yang sudah membatu menutupi hatinya.

Bangsa Israel di masa lalu merupakan contoh tepat akan hal ini. Berkali-kali Tuhan menunjukkan penyertaanNya secara nyata, berkali-kali pula mereka menunjukkan sikap tidak tahu berterimakasih dan terus menerus mengecewakan Tuhan. Dibebaskan dari perbudakan, mereka malah sinis karena merasa sulit untuk melalui padang gurun di alam kemerdekaan. Diberikan tanah terjanji yang begitu subur dan melimpah madunya bukannya bersyukur tapi malah pesimis. Setelah menerima, mereka malah merasa karena mereka luar biasa hebatnya maka mereka bisa mendapatkan itu. Ini sikap-sikap yang sangat keterlaluan. Inilah bentuk kekerasan tengkuk orang Israel di masa itu. Tidak salah jika Tuhan kemudian marah kepada mereka. Maka Tuhan pun menghardik mereka yang tidak kunjung berubah. "Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!" (Ulangan 9:6).

Berbagai alasan mungkin mudah kita jadikan pembelaan diri atau pembenaran untuk tidak mematuhi Tuhan saat ini. Alasan masih muda, belum waktunya, sedang enak-enaknya menikmati yang ditawarkan dunia, ingin balas dendam kepada seseorang, dan sebagainya, itu dipakai untuk meminta kelonggaran untuk berbalik jalan kembali kepada Tuhan. Tapi ingatlah bahwa tidak menjadi soal apapun alasan yang kita pakai untuk tidak mematuhi Tuhan, ketidaktaatan tetaplah sebuah ketidaktaatan, dan yang rugi kita sendiri. Itu akan terus mengeraskan hati kita, sehingga jika tidak cepat diatasi hati kita pun bisa tertutup kerak dosa tebal yang membuat kita tidak lagi bisa mendengar kata Tuhan. Dan jika itu sudah kronis, ayat bacaan hari ini memberikan gambaran keras, "sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi."

Oleh karena itu, hendaklah kita belajar dari sikap bangsa Israel dan konsekuensi yang harus mereka tanggung sebagai akibatnya. Jangan bermain api, nanti bisa terbakar. Jangan bermain-main dengan dosa, sesal kemudian tidak berguna. Begitu hati kita lumpuh, kita pun akan habis sia-sia dalam penyesalan tanpa akhir. Jika hari ini anda masih mendengar teguran dan peringatan Tuhan, jangan tunda lagi untuk segera berbalik, melakukan pertobatan sebelum semuanya terlambat. Firman Tuhan berkata: "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun" (Ibrani 3:7-8). Jangan keraskan terus hati, karena itu akan membangkitkan amarah Allah seperti halnya yang terjadi pada bangsa Israel di jaman Musa. "di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku," (ay 9-10). Berbaliklah segera, mulailah untuk hidup benar dan saling menasihatilah satu sama lain. "Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa." (ay 13). Selagi masih ada "hari ini", selagi masih ada kesempatan, bertobatlah segera.

Tuhan memang terus siap memberikan pengampunan dan sudah berjanji untuk memutihkan dosa kita, tidak lagi mengingat-ingat dosa kita dan membuangnya sejauh timur dari barat, tapi jika kita terus menunda-nunda, ada saat dimana kesempatan itu tidak lagi ada. Jika Tuhan hari ini mengingatkan kita, janganlah menunda dengan mengira bahwa lebih mudah melakukannya kemudian. Itu tidak akan pernah lebih mudah, yang ada malah akan menjadi lebih sulit. Jika Roh Kudus hari ini mengoreksi kita, ikutilah segera petunjukNya. Lakukan hari ini juga dan jangan tunggu lebih lama. Jagalah hati kita untuk tetap lembut. Tetap jaga hati kita untuk tetap peka mendengar dan mematuhi serta melaksanakan petunjuk Tuhan. Pastikan agar kita tidak menjadi orang-orang yang mengeraskan leher alias menjadi orang-orang yang tegar tengkuk sebelum hukuman itu jatuh pada kita tanpa bisa dipulihkan lagi.

Jangan keraskan hati jika mendengar suara Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tanda-tanda alam menyampaikan pesan iman

Lukas 21:20-28:"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu."Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."

Renungan :

Tiap hari kita mengalami aneka peristiwa alam. Tanda-tanda alam ini mempunyai makna yang mendalam. Sebagai orang beriman, kita cukup bijak menyikapi aneka peristiwa ini dalam kerangka karya keselamatan Allah. Melalui aneka peristiwa itu, Allah mau mengatakan sesuatu kepada kita. Allah mempunyai rencana yang indah dalam hidup kita. Sudahkah kita mampu menyikapi tiap peristiwa dengan iman? Jawaban Anda menunjukkan kedewasaan hidup Anda sendiri.

Renungan Harian Air Hidup: RAHASIA KEBERHASILAN ABRAHAM (1)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
RAHASIA KEBERHASILAN ABRAHAM (1)
Nov 28th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2012 -

Baca:  Kejadian 13:1-18

"sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya."  Kejadian 13:15

Siapa diantara kita yang mau hidup pas-pasan, gagal dan tidak diberkati?  Tak seorang pun.  Sebaliknya jika ditanya siapa yang ingin hidupnya berhasil dan diberkati Tuhan?  Dengan serempak semua orang pasti akan mengangkat tangan.  Memang, hidup yang berhasil dan diberkati adalah dambaan setiap orang.  Namun untuk mencapai goal itu ada langkah-langkah yang harus kita kerjakan, dalam bahasa rohaninya 'ada harga yang harus kita bayar'.  Semua langkah-langkah itu sudah tertulis secara terperinci di dalam Alkitab, namun seringkali kita abaikan.  Salah satunya:  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Seringkali kita menuntut Tuhan untuk memberkati kita, tapi kita sendiri tidak mengutamakan Kerajaan Allah dan keberadaannya;  kita tidak mau bayar harga!

     Abraham adalah contoh orang yang sangat berhasil dan diberkati Tuhan.  Ia mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya secara luar biasa;  bukan hanya diberkati, tapi Abraham juga menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.  Bahkan Alkitab menyatakan bahwa Abraham disebut sebagai sahabat Allah  (baca Yakobus 2:23).  Ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat karib dengan Abraham.  Alkitab menyatakan bahwa jika Tuhan karib dengan seseorang,  "...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).  Mengapa Tuhan sangat memberkati Abraham dan menjadikan dia begitu spesial?  Pertama, karena Abraham adalah orang yang taat.  Ketaatan adalah langkah untuk menikmati berkat Tuhan.  Tuhan berfirman,  "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;"  (Kejadian 12:1).  Kita tahu bahwa orang-orang di daerah asal Abraham dan termasuk sanak saudaranya adalah para penyembah berhala.  Karena itu Tuhan memerintahkan Abraham untuk memisahkan diri dari mereka, dan ia pun taat kepada perintah Tuhan.

     Ketaatan Abraham meninggalkan negerinya dan juga keluarganya, walaupun ia belum tahu persis ke mana harus pergi, adalah bukti betapa ia sangat percaya kepada Tuhan.  Ini adalah iman!  Iman yang disertai dengan perbuatan inilah iman yang hidup, percaya walaupun secara kasat mata belum melihat!  (Bersambung)

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Selasa, 27 November 2012

Berhenti Sejenak

Ayat bacaan: Mazmur 46:11
=======================
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"

Apabila anda mengendarai mobil lalu terus dan terus memacunya tanpa berhenti sedikitpun, apa yang akan terjadi? Pada suatu ketika mesin mobil itu akan meledak. Mobil yang hanya dipakai tapi tidak dirawat pun tentu akan lebih cepat rusak ketimbang mobil yang teratur diperiksa dan mengalami perawatan. Tubuh kita pun demikian. Cobalah terus bekerja tanpa henti, tanpa tidur, tanpa rehat, anda akan jatuh sakit atau bisa mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Orang yang kurang istirahat akan cenderung lebih cepat terpancing emosi, labil moodnya dan sulit konsentrasi ketimbang orang yang sudah melakukan istirahat yang cukup. Kita memang harus berbuat sebaik-baiknya dalam bekerja, belajar atau dalam melakukan berbagai kegiatan positif dalam hidup, tapi ada kalanya kita harus mengambil jeda. Eventually we have to press the pause button to reshape, refreshen or rejuvenate ourselves before continuing our tasks.

Kita harus tahu kapan kita harus 'berhenti' sejenak meski pekerjaan masih menggunung di depan mata. Kalau kita sudah sampai pada batas titik jenuh dan masih memaksakan diri, selain kesehatan kita terancam, hasil yang dicapai pun tidak akan bisa maksimal. Kita bisa cepat merasa marah, muak lalu mengamuk kepada setiap orang, termasuk orang-orang yang sama sekali tidak bersalah apa-apa. Maka dari itu sebelum kita terjebak untuk mengambil tindakan-tindakan yang salah, we should press the pause button and take a break. Ada waktu dimana kita harus bekerja, ada saat dimana kita harus terus melakukan sesuatu, tapi ada pula saat-saat dimana kita harus berhenti sejenak. Ada saat untuk bicara, tapi ada pula saat untuk diam. Dalam mengontrol emosi pun demikian. Ketika suasana sudah begitu menyesakkan dan anda merasa ingin mengamuk, itu tandanya anda harus menekan tombol pause atau bahkan stop sejenak agar emosi anda tidak makin membara tapi bisa berangsur turun. Masalah mungkin belum selesai, tugas-tugas mungkin masih banyak, peperangan atau pergumulan masih akan terus berlangsung, tapi ada saatnya kita harus berhenti sejenak sebelum kita mengambil tindakan yang keliru dan hanya dilandasi oleh emosi belaka. Sebuah Firman Tuhan pun mengingatkan kita akan hal ini. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Let be and be still, and know that I am God. Berhentilah sejenak, diamlah, dan renungkan bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu yang sedang ada bersama kita.

Kisah kunjungan Yesus ke rumah Maria dan Marta menggambarkan hal ini dengan baik. Yesus datang berkunjung ke rumah mereka. Kunjungan dari Yesus? Betapa istimewanya! Marta pun segera sibuk melakukan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk melayani Yesus. Tapi kita tahu Maria justru melakukan yang sebaliknya. Tidak seperti Marta, Maria memilih untuk duduk diam di dekat kaki Tuhan Yesus untuk terus mendengarkan perkataanNya. (Lukas 10:39). Ketika Marta protes dan menganggap Maria seolah-olah tidak peduli, Yesus pun berkata: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (ay 41-42). Kita pun sering berlaku seperti ini. Kita sibuk melakukan segala sesuatu semampu kita, dan terus merasa kesal apabila situasi tidak kunjung menjadi baik meski kita sudah mati-matian berusaha mengatasinya. Kita terus berusaha dan berusaha lewat segala daya upaya dan cara, tapi sayangnya kita lupa bahwa ada waktu dimana kita harus berhenti dan kemudian mendatangi Tuhan, berdiam di hadiratNya untuk mendengar suaraNya. That's the thing that we tend to forget when we are too busy.

Mari lihat sekali lagi pesan Tuhan hari ini yang sesungguhnya sangat jelas."Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Take a break, be still, and look up to God. Lihatlah Yesus, Dia pun luar biasa sibuknya melayani dalam rentang waktu yang sangat singkat sebelum harus menjalani karya penebusanNya bagi kita. Tapi meski demikian, Yesus tahu bahwa ada waktu-waktu khusus yang harus Dia ambil untuk mendengar suara Bapa. Yesus bisa melakukannya di pagi hari : "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35) atau di malam hari, "Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ." (Matius 14:23). Juga ketika beban tekanan yang memuncak menjelang penangkapanNya sempat membuat Yesus merasa sangat takut. Disaat seperti itupun Yesus memilih untuk berhenti dan berdoa kepada Bapa seperti yang dilakukanNya di taman Getsemani. (Matius 26:36-46). Perhatikan bagaimana nyata perbedaan sebelum dan sesudah Yesus berdoa. Yesus tahu kapan Dia harus kembali 'me-recharge' diriNya agar bisa kembali melakukan segala sesuatu tepat seperti keinginan Bapa. Seperti itu pula kita seharusnya.

Kita harus tahu kapan harus jalan, kapan harus lari, tapi juga harus tahu kapan harus berhenti. Kita harus memiliki kemampuan untuk itu. Kemampuan untuk tahu kapan harus berhenti sangat erat kaitannya dengan kekuatan untuk mengontrol diri, emosi maupun untuk mawas diri. Sebelum situasi menjadi tidak terkontrol lagi, kinerja menurun atau kita melakukan hal-hal yang destruktif baik dalam aktivitas maupun kepada diri sendiri, kita perlu mengambil waktu untuk berdiam sejenak, duduk diam dalam hadiratNya dan mendengar suaraNya. Ambil contoh kecil di pagi hari. Daripada langsung stres memikirkan serangkaian tugas menumpuk hari ini, mengapa tidak mengambil waktu sejenak untuk bersaat teduh? Seperti yang saya sebut dalam renungan kemarin, bukankah Tuhan menjanjikan rahmatNya yang baru setiap pagi? (Ratapan 3:21-23). Mengapa hal seindah itu harus kita lewatkan dan lebih memilih untuk membiarkan diri kita hidup dalam ritme 'chaos' tanpa sukacita sejak pagi hari? Jika itu anda lakukan, anda akan merasakan sendiri bahwa itu akan membuat segalanya jauh lebih baik dan mengarahkan anda untuk mencapai hasil yang terbaik dan maksimal.

Be still, and know that He is such a loving Father.

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

29 nov

"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."
(Why 18:1-2.21-23; Luk 21:20-28)

"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Aneka macam penderitaan atau musibah pada umumnya mengingatkan dan menyadarkan orang akan jati dirinya sebagai orang beriman, orang yang senantiasa berorientasi pada Penyelenggaraan Ilahi. Namun demikian kami berharap kepada kita semua, segenap umat beriman, untuk senantiasa berorientasi pada Penyelenggaraan Ilahi tanpa menunggu terjadinya penderitaan atau musibah. "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Setiap hari kiranya kita mengalami atau menghadapi aneka macam peristiwa yang mendorong dan memotivasi kita untuk berorientasi pada Penyelenggaraan Ilahi, yaitu aneka peristiwa yang terkait dengan perkembangan dan pertumbuhan ciptaanNya di bumi ini, entah itu dalam diri manusia, binatang maupun tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan merupakan karya Tuhan, maka hendaknya kita buka mata hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap karyaNya. Anda semua kiranya mendambakan keselamatan dan kebahagiaan sejati, maka hendaknya jangan mengadakan aneka bentuk intervensi terhadap pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya, melainkan dengan rendah hati, sabar dan lemah lembut imani karyaNya yang menjadi nyata dalam pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya, dengan kata lain ikuti proses pertumbuhan dan perkembangan yang dianugerahkan oleh Tuhan.

·   "Dan seorang malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan, lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya: "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu.Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan" (Why 18:21-23). Kutipan yang menggambarkan kehancuran atau pemusnahan apa yang ada di permukaan bumi ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Kita semua diingatkan bahwa apa yang ada di permukaan bumi ini bersifat sementara saja, termasuk manusia, apalagi aneka jenis barang atau kekayaan duniawi. Karena hanya sementara saja, sebagaimana telah saya ingatkan, marilah kita hidup dan bertindak sebaik mungkin, sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan. Hendaknya aneka jenis harta benda atau kekayaan duniawi difungsikan untuk membantu kita mengusahakan keselamatan jiwa kita, demikian juga kecantikan atau ketampanan diri kita hendaknya juga dihayati sebagai anugerah Tuhan, sehingga jika kita semakin cantik atau tampan hendaknya semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Kami berharap kita semua tidak mengkomersielkan diri kita yang cantik atau tampan demi kenikmatan fisik, social atau emosional, melainkan fungsikan secara spiritual, artinya biarlah mereka yang melihat kecantikan atau ketampanan kita semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, maka janganlah anda yang cantik atau tampan menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat dosa.

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya" (Mzm 100:2-3)
Ign 29 November 2012

28 nov

"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu"
(Why 15:1-4; Luk 21:12-19)

"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh  dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan di atas menggambarkan adanya permusuhan dan peperangan yang membabi buta, saling menghancurkan dan memusnahkan. Kekacauan atau keributan dapat terjadi di sana-sini dan dalam keadaan demikian ada kecenderungan orang untuk hidup dan bertindak seenaknya sendiri, atau bahkan meninggalkan iman kepercayaannya. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar dalam situasi dan kondisi macam apapun kita tetap setia pada iman kepercayaan kita, karena "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu", artinya selamat. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan hidup selamat dan damai sejahtera dalam kondisi atau situasi apapun, maka marilah kita senantiasa setia pada iman kepercayaan kita. Kiranya setelah cukup lama kita berusaha hidup baik, menghayati sabda-sabda Tuhan, berpartisipasi dalam aneka kegiatan ibadat maupun pendalaman iman kita semakin handal dan mendalam dalam hal iman. Maka hendaknya terus diperdalam dan diperkembangkan iman kepercayaan anda kepada Tuhan, agar ketika harus menghadapi aneka kekacauan dan keributan kita tidak mengingkari iman kita dengan hidup seenaknya, mencari keuntungan pribadi. Dalam keributan dan kekacauan kita dipanggil untuk menjadi  saksi iman, orang yang tak tergoyahkan oleh aneka godaan dan rayuan untuk melakukan kejahatan. Ketika secara fisik kita tak mampu mengatasi kekacauan atau keributan, maka hendaknya dihadapi secara spiritual, yaitu dengan berdoa. Percayalah bahwa jika kita sungguh-sungguh berdoa pasti kita akan terbebaskan dari aneka pencobaan, godaan dan rayuan untuk berdosa.

·   "Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu." (Why 15:4). Kutipan ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua agar dalam situasi dan kondisi apapun kita tetap setia pada iman, tetap beriman pada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan, "karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakimanMu". Aneka musibah dan bencana alam memang pada umumnya menyadarkan dan memotivasi orang untuk kembali bersembah sujud kepada Tuhan, meninggalkan cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan perintah dan kehendak Tuhan. Apakah untuk bertobat atau memperbaharui diri orang harus menunggu adanya korban lebih dahulu? Baiklah kita tidak perlu menunggu adanya korban segera bertobat atau memperbaharui diri, demikian juga tidak perlu menunggu perintah dari orang lain. Kami percaya bahwa anda sekalian setiap hari berdoa, yang berarti berusaha bersembah sujud kepada Tuhan, maka hendaknya kebiasaan tersebut jangan menjadi luntur atau ditinggalkan, melainkan terus-menerus diperkembangkan dan diperdalam sehingga pribadi  kita seutuhnya berbakti kepada Tuhan alias hidup suci, bersih dan bermoral. Pendidikan moral atau budi pekerti di dalam keluarga-keluarga maupun di sekolah-sekolah hendaknya menjadi perhatian, dengan kata lain anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik secara inklusif dalam kesibukan mereka dalam hal moral atau budi pekerti luhur. Cara atau metode pendidikan moral atau budi pekerti hemat saya pertama-tama melalui tindakan atau perilaku bukan wacana atau omongan. Perilaku atau tindakan anda sendirilah yang akan menjadi hakim bagi anda alias yang menentukan baik atau buruknya pribadi anda. Dari buahnya dikenal pohonnya, dari perilakunya dikenal siapa orangnya, demikian kata sebuah pepatah.

" Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa."(Mzm 98:1-2)
Ign 28 November 2012

Hidup iman mengalami saat-saat hangat dan saat-saat lesu

Lukas 21:12-19

Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh. dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."

Renungan:

Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan saya akan seorang Suster. Suster ini berasal dari keluarga dan lingkungan bukan Katolik. Semakin ia berusaha mencari informasi menjadi Suster, semakin hatinya tergoda untuk menjadi biarawati. Tetapi orangtua pasti menentangnya; sanak-saudara dan lingkup keluarganya pun demikian. Ia mencari akal. Kepada keluarganya ia berkata: "Saya mau sekolah. Tempatnya jauh. Kalian tak perlu mencemaskan saya." Masa kritis tiba, tatkala orangtua curiga: sekolah terlalu lama; masa libur juga sangat singkat. Pihak keluarga ingin mengetahui apa yang terjadi. Sang Suster berdoa agar panggilan jangan putus. Perlahan-lahan dan dengan segala cara, Suster memberitahukan panggilannya kepada keluarga. Yakin akan rahmat Allah, ia memasrahkan segalanya kepada Tuhan, dalam membimbing panggilannya dan didukung oleh keluarganya.

Menurut Rasul Paulus, hidup iman kita mirip dengan gelanggang pertandingan, dan "setiap orang turut berlari, untuk memperoleh medali".Sebenarnya, hidup iman bukanlah melulu militansi, melainkan seperti dikatakan oleh Santa Theresiadari Lisieux: hidup iman mengalami saat-saat hangat dan saat-saat lesu. Menyiasati hidup yang demikian, seturut nasehatnya, ada tiga diskresi: Pertama tahu bersyukur atas dorongan kehangataniman yang dari Tuhan. Kedua bersabar dalam masa suram. Ketiga usaha untuk bangun kembali. Jangan terlalu lama biarkan diri terhanyut dalam kelelapan iman.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta)

 

Renungan Harian Air Hidup: SAAT TAK BERDAYA, KUASA TUHAN NYATA

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
SAAT TAK BERDAYA, KUASA TUHAN NYATA
Nov 27th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2012 -

Baca:  2 Korintus 12:1-10

"Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."  2 Korintus 12:10

Pada umumnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk membanggakan dirinya atau bermegah karena memiliki kelebihan dibandingkan orang lain:  merasa berhasil, kuat, pintar, kaya, tampan, cantik, terkenal dan sebagainya.  Terlebih-lebih jika kita merasa bahwa kita tidak memerlukan Tuhan.  Berhati-hatilah!

     Tuhan menegur jemaat di Laodikia,  "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,"  (Wahyu 3:17).  Mari kita belajar dari sikap Rasul Paulus:  "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus,"  (Galatia 6:14).  Sesungguhnya Rasul Paulus memiliki alasan yang kuat untuk bermegah karena ia adalah orang yang cerdas dan pemberita Injil yang dipakai Tuhan secara luar biasa, tetapi ia tidak pernah membanggakan itu semua.  Rasul Paulus lebih senang dan rela di dalam kelemahan.  Mengapa?  Sebab di saat ia lemah ia akan selalu disadarkan bahwa kekuatan manusia itu sangat terbatas sehingga ia sangat memerlukan Tuhan setiap waktu.  Kala kita tidak mampu dan tidak berdaya dan kita menyerah pada Tuhan, saat itulah Tuhan akan campur tangan dan menyatakan kuasaNya atas kita.

     Suatu ketika raja Yosafat harus menghadapi pergumulan yang berat, karena negerinya mendapat serangan dari bani Moab dan Amon, plus pasukan orang Meunim.  Posisi Yosafat benar-benar terjepit dan tak berdaya.  Dalam ketidakberdayaannya itu Yosafat  "...mengambil keputusan untuk mencari Tuhan. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa."  (2 Tawarikh 20:3).  Tuhan pun melawat mereka dan melalui nabi Yahaziel, mereka diperintahkan untuk tidak takut, sebab  "Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur."  (2 Tawarikh 20:17a).  Mereka justru diperintahkan untuk menaikkan nyanyian pujian bagi Tuhan.  Dan ketika mereka memuji-muji, Tuhan hadir dan kuasaNya dinyatakan dengan dahsyat.  Akhirnya Yosafat dan rakyatnya mengalami kemenangan yang gemilang.

Dalam ketidakberdayaan kita percayalah kepada Tuhan, karena Ia selalu punya cara yang ajaib untuk menolong kita!

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Senin, 26 November 2012

Rahmat Yang Baru Setiap Pagi

Ayat bacaan: Ratapan 3:21-23
====================
"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"


Adakah diantara teman-teman yang hari ini merasakan kelelahan dan penat luar biasa akibat aktivitas yang anda lakukan? Apakah itu dalam pekerjaan, pelayanan atau bagi yang masih belajar mungkin lelah ditimbun setumpuk tugas yang tampaknya tidak ada habisnya. Saya mengalami hal tersebut akhir-akhir ini, dan betapa saya ingin bisa bangun dengan segar, dengan kekuatan dan semangat baru jika saya tidur dalam keadaan lelah malam hari. A brand new day with a brand new freshness, brand new strength, and of course brand new blessings. Bukankah itu yang kita butuhkan disaat kita merasa begitu capai? Sekarang pertanyaannya, is there any such thing in this life? Jawabannya, yes there is! Tuhan sudah menjanjikan langsung hal seperti itu, dan karenanya itu bukanlah sebuah utopia atau harapan yang tak kunjung ada. Semua itu mungkin, semua itu Dia sediakan bagi kita. Praise the Lord for that!

Disaat tumpukan kegiatan terasa menyiksa, anda pun akan merasa sukacita anda seolah terampas sejak anda bangun pagi. Begitu bangun anda melihat jam, lalu berkata: "aduh saya sudah terlambat! saya seharusnya sudah berangkat sekarang!" atau "aduh, deadline hari ini, tapi belum selesai..." dan sebagainya. Ini bisa dan seringkali menjadi isi dari pikiran kita ketika bangun. Sekarang pikirkanlah alangkah sayangnya apabila semua perasaan itu membuat kita tidak lagi merasakan berkat Tuhan yang baru setiap pagi. Setiap pagi? Ya, firman Tuhan berkata setiap pagi. Artinya ada rahmatNya tercurah, turun disaat kita hendak memulai sebuah hari yang baru. No matter what, no matter how, He will provide it all for us with all His love. Seperti itulah indahnya hidup bersamaNya. Begitu kita bangun, ada rahmat Tuhan yang langsung menyapa kita. Anda lelah tadi malam, pagi ini anda segar dengan kekuatan baru, semangat baru, gairah baru dan tentu saja berkat yang baru. Bukan sisa kemarin, bukan nanti bakal dikasih, tetapi sesuatu yang baru, setiap pagi. Bukankah itu luar biasa indahnya? Itulah yang dijanjikan Tuhan, yang sayangnya akan kita lewatkan apabila kita tidak menyadari itu dan lebih memilih untuk memulai hari dengan setumpuk pikiran rumit, kegelisahan, gerutu dan sebagainya.

Ayat yang menyatakan itu tertulis jelas dalam Alkitab yang bunyinya seperti ini:  "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:21-23). Sang Penulis kitab ini tahu kemana ia harus mengarahkan fokusnya ditengah timbunan agenda atau kesibukan yang terkadang bisa begitu menyiksa. Ia menyadari betul bahwa kasih setia Tuhan itu tiada terbatas dan begitu besar buat kita. Rahmat Tuhan pun demikian, tidak ada habisnya, dan selalu baru setiap pagi. All provided fresh and new every morning. Jika demikian, mengapa kita harus ragu-ragu dalam menaruh pengharapan kepadaNya? Inilah yang seharusnya kita ingat agar kita bisa memulai hari baru dengan sukacita penuh tanpa terganggu oleh beban pikiran atau kesibukan yang sebentar lagi akan kita lakukan. Jadi jelas bahwa kita harus mengingatkan diri kita tentang kesetiaan dan kebaikan Tuhan setiap pagi.

Anda bisa membuka Mazmur 103 saja untuk mengintip segala kebaikan Tuhan yang Dia janjikan dan sediakan bagi kita. Dia menjanjikan pengampunan dosa (ay 3), kesembuhan (3),  penebusan (4), penobatan dengan mahkota kasih setia dan rahmat (4), pemenuhan kebutuhan kita dengan hal-hal yang baik sehingga kita awet muda seperti burung rajawali (ay 5).Tuhan menyediakan keadilan dan hukum bagi orang tertindas, Dia ingin memerdekakan kita (ay 6), menyatakan rencanaNya atau jalan-jalanNya (ay 7), menyatakan diriNya sebagai penyayang, pengasih, panjang sabar dan punya kasih setia berlimpah (ay 8) dan sebagainya. Baru dari satu penggalan dalam Alkitab saja kita sudah bisa melihat bagaimana kebaikan Tuhan yang Dia siapkan bagi kita. Ini baru secuil dari begitu banyak ayat yang menyatakan kebaikanNya. Semua itu Dia janjikan hadir bagi diri kita dalam keadaan baru setiap pagi, fresh and new every morning.

Seandainya semua itu masih kurang, lihatlah ayat dalam Yesaya 40:31 berikut ini: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Orang yang menanti-nantikan Tuhan dengan taat dan tekun akan mendapatkan kekuatan baru. Mereka, atau kita, akan seperti burung rajawali yang terbang mengatasi badai dengan sepasang sayap yang kuat, tidak akan gampang lelah meski yang dihadapi adalah badai yang berat sekalipun. Ini merupakan janji-janji Tuhan yang akan sangat meneguhkan dan menguatkan kita terlebih di saat beban berat yang membuat kita kelelahan menerpa kita hari-hari ini.

Pastikanlah diri anda untuk mengingat semua ini setiap pagi, dan mengucap syukurlah akan semua kebaikan Tuhan itu ketika anda bangun. Terus ingatkan jiwa anda untuk menyadari betapa baiknya Tuhan itu, dan segera gantikan segala kegelisahan atau beban-beban pikiran yang biasa mengganggu anda di pagi hari. Jangan pernah lupakan rahmatNya yang baru yang Dia limpahkan sebagai anugerah yang luar biasa bagi anda. Pertahankan terus sehingga anda akan mampu terus bertumbuh dengan iman yagn semakin kuat dan subur. Dan tentu saja, anda tidak perlu takut kehabisan tenaga lagi atau malah kehabisan berkat Tuhan, karena Dia akan selalu siap memperbaharuinya tiap pagi. Mengetahui apa saja yang menjadi berkat Tuhan itu baik, tetapi jangan berhenti hanya sampai mengetahui saja. Mari terus mengucap syukur dan pastikan setiap hari anda merasakan kebaikanNya, dan perhatikanlah itu semua agar menjadi nyata dan hidup dalam diri anda.

Rahmat Tuhan tidak terbatas dan selalu baru setiap pagi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

27nov


"Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan"
(Why 14:14-20; Luk 21:5-11)

" Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit" (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Musim penghujan di wilayah Indonesia pada hari-hari ini mungkin sudah merata di seluruh wilayah. Di beberapa daerah dapat terjadi bencana alam, misalnya banjir, tanah longsor, puting beliung, banjir lahar dingin di lereng gunung Merapi dst… , yang mengakibatkan kehancuran atau kerusakan bangunan atau sarana-prasarana kebutuhan hidup sehari-hari. Di beberapa daerah ketegangan antar suku dan bangsa juga masing terjadi, mereka saling menghancurkan dan membunuh. Tanda-tanda yang dahyat macam itu dapat mendorong orang untuk berpikir atau berangan-angan: apakah dunia akan segera musnah alias akhir zaman segera tiba. Memang semua yang ada dipermukaan bumi ini pada waktunya akan musnah atau berlalu tanpa bekas. Hidup di dunia ini bagi kita semua juga tidak lama, hanya sebentar saja dan kematian kita akan terjadi kapan kita juga tidak tahu. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan ada sekalian untuk senantiasa hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, mengikuti ajaran-ajaran benar bukan ajaran salah dan menyesatkan. Aneka bentuk pemalsuan juga dapat merebak di sana-sini, maka hendaknya sungguh waspada mana yang asli atau palsu, dan hendaknya kemudian lebih memilih yang asli. Dan tentu saja kita sendiri juga senantiasa hidup dan bertindak dengan jujur, apa adanya, tidak bersandiwara atau pura-pura. Hilangkan atau hancurkan aneka bentuk kepalsuan serta kebohongan dalam diri anda sedini mungkin dan jangan ditunda-tunda, jika anda mendambakan hidup selamat, bahagia dan damai sejahtera lahir maupun batin, jasmani maupun rohani, fisik maupun spiritual. Pertanyaan refleksi pribadi: apakah kita semua dalam perjalanan penghayatan iman sampai kini semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi?

·   "Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak." Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumi pun dituailah.Dan seorang malaikat lain keluar dari Bait Suci yang di sorga; juga padanya ada sebilah sabit tajam.Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit" (Why 14:15-18). Kutipan ini kiranya menggambarkan kemurkaan Allah terhadap ciptaan-ciptaanNya, karena dosa dan kebejaran moral ciptaan-ciptaanNya, terutama manusia. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak semua saja yang masih berdosa atau tak/kurang bermoral untuk segera bertobat dan memperbaharui diri, tidak ada kata terlambat untuk bertobat atau memperbaharui diri. Kemurkaan Allah terjadi bukan karena kehendakNya, melainkan karena dosa dan kebobrokan kita sebagai manusia, yang tak tahu syukur dan terima kasih dalam cara hidup dan cara bertindak. Marilah kita bayangkan bahwa besok kita akan mati atau meninggal dunia: apakah yang akan anda lakukan hari jika besok harus meninggal dunia? Tentu ada orang yang berpikir: karena hidup tinggal satu hari maka baiklah berfoya-foya seenaknya. Hemat kami pikiran yang benar dan harus menjadi nyata dalam tindakan adalah bahwa karena tinggal satu hari maka saya akan melakukan perbuatan baik apapun tanpa pandang jenis tugas atau pekerjaan.

"Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:10-13)
Ign 27 November 2012

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari