Minggu, 30 September 2012

2 Okt


"Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga."
(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Malam minggu pada umumnya merupakan kesempatan bagi remaja atau muda-mudi untuk berkumpul bersama atau berpacaran, saling bertermu dengan pacar masing-masing. Ada kisah, sebut saja namanya Tono dan Tini (nama samaran): malam minggu itu Tono mengunjungi Tini pacarnya yang cantik di rumahnya, dan orangtua Tini pun mengizinkannya. Tono dan Tini begitu mesra bercanda, dan tiba-tiba hujan deras dan hujan pun sangat lama sampai tengah malam belum reda. Orangtua Tini maupun adik-adiknya sudah tidur pulas, sedangkan Tono dan Tini masih bercengkerama. Suatu saat, dalam berduaan, Tono membisiki Tini, untuk membuktikan cintakasih mereka dengan hubungan seksual. Mendengar bisikan tersebut Tini tidak melawan, tetapi minta untuk mencek apakah orangtua, adik-adiknya maupu , tetangga, peronda dan penjaga malam sudah tertidur pulas, karena kalau belum tidur nanti ketahuan serta kemudian sungguh memalukan dan menjadi masalah. Dengan ceria Tono mencek satu-persatu sesuai permintaan Tini, dan hasilnya menggembirakan: semuanya telah tertidur pulas. Tono melaporkan semuanya itu kepada Tini dan membisikkannya untuk bermesraan dalam hubungan seksual. Namun Tini berkata: "Mas, Tuhan tidak pernah tidur dan melihat apa yang kita lakukan". Mendengar kata-kata Tini, Tono pun sadar akan kecerobohannya. Tuhan tidak pernah tidur dan senantiasa melihat dan mendampingi hidup dan kerja kita, yaitu melalui malaikat-malaikanya, yang disebut malaikat pelindung yang kita kenangkan hari ini. Masing-masing dari kita memiliki malaikat pelindung, maka hendaknya meskipun sendirian senantiasa melakukan apa yang baik, mulia dan berbudi pekerti luhur, tidak melakukan dosa atau perbuatan-perbuatan amoral melawan kehendak Tuhan.

·   "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab nama-Ku ada di dalam dia." (Kel 23:20-21). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua akan fungsi malaikat pelindung yang mendampingi perjalanan hidup kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Malaikat pelindung antara lain berjalan di depan kita sebagai penunjuk jalan yang harus kita lalui, sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, maka marilah dengan setia dan taat kita ikuti petunjuknya. Petunjuk malaikat pelindung itu antara lain menggejala dalam kehendak baik saudara-saudari kita, maka marilah kita dengarkan, resapkan dan kemudian kita lakukan kehendak baik saudara-saudari kita. Kami percaya bahwa kita semua memiliki kehendak baik, maka marilah kita sampaikan kehendak baik kita kepada saudara-saudari kita serta kita dengarkan dengan rendah hati kehendak baik saudara-saudari kita. Kita sinerjikan kehendak baik kita sehingga kita sama-sama melakukan apa yang baik dan dengan demikian kehidupan bersama senantiasa baik adanya. Malaikat sering digambarkan sebagai anak kecil telanjang yang bersayap, suatu cara untuk menghayati kesucian dan ketulusan malaikat, yang memang benarlah bahwa malaikat satu tingkat lebih tinggi dari manusia. Kita ikuti kesucian dan ketulusan malaikat pelindung, dengan kata lain marilah kita bersama-sama berusaha hidup suci dan tulus, tidak pernah melakukan kejahatan sekecil apapun, melainkan kita senantiasa saling berbuat baik satu sama lain. Kita juga dapat bercermin pada anak-anak kecil, yang polos, tulus dan ceria, menarik dan mempesona.
"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok." (Mzm 91:1-4)
Ign 2 Oktober 2012

Renungan Harian Air Hidup: MEMPERSEMBAHKAN TUBUH UNTUK TUHAN (1)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
MEMPERSEMBAHKAN TUBUH UNTUK TUHAN (1)
Sep 30th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Oktober 2012 -

Baca:  Roma 12:1-8

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  Roma 12:2

Tiada terasa waktu berlalu begitu cepatnya, kita sudah sampai di hari pertama bulan Oktober 2012.  Sudahkah kita menjadi seorang Kristen yang 'berbeda' dari dunia ini dan menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita?  Berbeda dari dunia bukan berarti harus mengasingkan diri atau memusuhi orang-orang dunia.  Justru sebaliknya kita harus berbaur dengan mereka tetapi dengan kehidupan (perilaku) yang berbeda, sehingga hidup kita menjadi buah bibir yang positif.

     Yang dikehendaki Tuhan atas kita sebagai orang percaya adalah tidak menjadi serupa dengan dunia ini.  Tidak serupa dalam hal apa?  Kalau orang-orang dunia menyerahkan tubuhnya untuk memuaskan hawa nafsu atau keinginan dagingnya, maka kita tidak diperkenan melakukan hal yang serupa, karena tubuh kita adalah milik Tuhan, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"  (1 Korintus 6:19-20), "Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu."  (1 Korintus 3:17).  Jadi kita harus mempersembahkan tubuh kita untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk kesenangan daging kita;  itulah yang disebut dengan ibadah yang sejati.

     Ibadah yang sejati tidak berbicara tentang 'jam terbang' kita dalam pelayanan, keaktivan kita dalam ibadah atau besarnya jumlah persembahan yang kita bawa ke rumah Tuhan, tapi berbicara tentang mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan.  Mempersembahkan tubuh kepada Tuhan berarti memisahkan atau mengkhususkan tubuh kita ini hanya untuk Tuhan semata, bukan untuk perkara-perkara duniawi.

Karena itu Alkitab menegaskan,  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Yesus: pembawa kelegaan di tengah kesesakan

Mat. 18:1-5

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Renungan:

Nabi Yesaya mengajak umat Israel bergembira,bersorak-sorai, bersukacita. Mengapa? Tak terbayangkan setelah hidup begitu lama merana, terasing, terlantar, di daerah pembuangan, Babilon, mereka bisa kembali ke tanah leluhur mereka, Palestina. Memang benar, janji Tuhan memberi kenyamanan hidup ketika berada kembali di Palestina belum sepenuhnya tergenapi. Tetapi daripada menanti dengan hati galau, gelisah, mengeluh dan menuntut Tuhan segera memberi kenyamanan hidup, lebih baik melihat karya besar nyata Allah yang baru saja mereka alami lalu mensyukurinya, karena pelan tapi pasti Allah akan menggenapi janjiNya. Begitu 
Yesaya hadir membawa kelegaaan dan kesejukkan di tengah kegalauan hati umat Israel.

Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus bagaikan Nabi Yesaya. Ia membawa kelegaan bagi orang berdosa dengan berdoa dan bermatiraga bagi pertobatan mereka. Bahkan lebih dari itu, ia memberi kelegaan kepada Yesus dengan menyediakan diri seutuhnya untuk berbagi sukaduka hidup dengan Yesus. Kita ini bagaimana: membawa kelegaan di tengah kesesakan atau membawa kesesakan di tengah kelegaan?

(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, yayasan Pustaka Nusatama, di muat di www.mirifica.net)

Biji Mata Tuhan

Ayat bacaan: Ulangan 32:10
=====================
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."

Bagi yang suka mendengar lagu-lagu rohani tentu tahu sebuah lagu terkenal karangan Jeffrey S Tjandra yang berjudul Seperti Bapa Sayang AnakNya. Hari ini saya mendengar lagu tersebut dalam playlist saya, dan salah satu bagian reffrainnya berbunyi:
Sperti Bapa Sayang Anaknya
Demikianlah Engkau Mengasihiku
Kau Jadikan Biji MataMu
Kau Berikan Smua Yg Ada PadaMu

Jeffrey menuliskan bahwa Bapa begitu sayang kepada kita, hingga Dia menjadikan kita biji mataNya. Ini tertulis di dalam Alkitab, yaitu dalam Ulangan 32:10 yang bunyinya: "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."

Mata adalah satu dari panca indra yang punya fungsi sangat penting. Tanpa mata maka segalanya akan terlihat gelap. Kita tidak akan bisa melihat apapun. Apakah itu berbagai keragaman ciptaan Tuhan, keindahan warna-warni dunia, segala karya seni tak tertandingi buah karyaNya akan luput dari penglihatan kita tanpa adanya sepasang mata. Mata pun merupakan salah satu objek keindahan tersendiri yang sering kita kagumi. Kita tentu pernah terpesona melihat mata yang indah milik seseorang? Contact lense dengan warna-warna menarik pun tersedia di mana-mana untuk mempercantik mata. Tidak hanya pada bola mata saja, tetapi wanita pun suka memoles area sekitar mata mereka dengan berbagai warna, baik pada kelopak, bulu mata dan alis. Agar tidak silau orang pun melindungi matanya dengan kaca mata hitam. Kalau anda bekerja sebagai pengelas, anda pun harus melindungi mata anda dari percikan api las dalam bekerja. Ini semua menggambarkan betapa berharga dan pentingnya mata bagi kita.

Jika manusia menganggap mata itu penting atas banyak alasan, demikian pula bagi Tuhan. Betapa indahnya ketika Tuhan menganggap kita bagai biji mataNya. Dia akan senantiasa menjaga, melindungi dan mengawasi kita bagaikan menjaga biji mataNya sendiri. Itulah yang tertulis di dalam Ulangan 32:10 tadi. Bagian ini termasuk dalam rangkaian nyanyian Musa yang ternyata cukup penting, karena kelak pada kitab Wahyu nyanyian ini kembali disebutkan. "Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!" (Wahyu 15:3). Pada akhir jaman nanti, mereka yang menang atas binatang dan patungnya dan orang-orang yang ditandai dengan angka (bilangan) akan menyanyikan kembali nyanyian Musa, bersama-sama dengan nyanyian Anak Domba dengan diiringi kecapi Allah. (ay 2). Luar biasa bukan? Artinya pernyataan kita sebagai biji matanya Tuhan akan terus ada hingga akhir jaman.

Adakah orang yang akan dengan sengaja merusak matanya sendiri? Tentu tidak. Jika kita merusak mata kita sendiri, sama artinya dengan merusak diri kita sendiri. Tidak ada bagian tubuh kita yang tidak berguna, Tuhan telah melengkapi kita secara luar biasa, termasuk di dalamnya mata, salah satu organ tubuh yang sangat penting agar kita dapat melihat. Semua keindahan alam beserta keragamannya, jutaan budaya berbeda-beda dengan daya tariknya sendiri-sendiri, segala kebesaran Tuhan lewat ciptaan-ciptaanNya yang luar biasa, semua bisa kita saksikan lewat mata. Kita membaca betapa Daud menyadari betul keindahan ciptaan Tuhan yang menunjukkan kebesaranNya dalam Mazmur 104:1-35. Lihatlah salah satu petikan dari perikop itu. "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." (Mazmur 104:24). Mata merupakan salah satu organ terpenting yang memampukan kita untuk menikmati itu semua. Tanpa mata akan sulit bagi kita untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan. Betapa indahnya mengetahui bahwa kita yang tidak ada apa-apanya dan kerap mengecewakanNya ternyata begitu penting bagi Tuhan. Begitu penting sehingga akan selalu Dia perhatikan seperti halnya Dia memperhatikan biji mataNya sendiri.

Mari kita lihat sebentar sebuah bagian dari kisah hidup Daud. Ketika Daud dikejar-kejar musuh, Daud pun mengaitkannya dengan biji mata ini dalam menantikan perlindungan Tuhan. "Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku." (Mazmur 17:9). Lalu marilah kita lihat bagaimana bunyi Firman Tuhan yang memberi jaminan pemeliharaan atas hidup kita. "Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu--sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya" (Zakharia 2:8). Firman Tuhan berkata: barang siapa menjamah kita anak-anakNya itu sama artinya dengan menjamah biji mataNya. Bagi mereka-mereka ini, demikian kata Tuhan: "Sesungguhnya Aku akan menggerakkan tangan-Ku terhadap mereka, dan mereka akan menjadi jarahan bagi orang-orang yang tadinya takluk kepada mereka. Maka kamu akan mengetahui bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku." (ay 9). Sebuah jaminan perlindungan luar biasa sudah dinyatakan Tuhan sendiri atas kita, dengan menyatakan bahwa kita itu begitu penting seperti biji mataNya sendiri.

Jika Tuhan sudah menjanjikan sebuah jaminan pemeliharaan yang sama pentingnya seperti melindungi biji mataNya sendiri, maka itu artinya kita tidak perlu khawatir, tidak perlu ragu, tidak perlu takut dalam menatap hari depan. Meskipun itu semua belum bisa kita lihat, meski mungkin hari ini kita masih berhadapan dengan ketidakpastian atau bahkan jika himpitan berbagai masalah kehidupan masih terus menekan kita, jangan khawatir, karena biar bagaimanapun Tuhan sudah menyatakan bahwa kita merupakan biji mataNya sampai kapanpun. Begitu berharganya kita di mata Tuhan, Dia akan senantiasa ada bersama kita, mengawasi dan melindungi kita dari segala hal agar bisa mendapat hidup yang aman lengkap dengan segala kelimpahannya. Apapun yang kita hadapi hari ini, yakinlah bahwa kita akan selalu menjadi biji mata Tuhan sampai kapanpun. Puji Tuhan dan bersyukurlah untuk itu.

Kita berharga di mata Tuhan seperti biji mataNya sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

renungan harian online: Biji Mata Tuhan

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Biji Mata Tuhan
Sep 30th 2012, 15:00

Ayat bacaan: Ulangan 32:10
=====================
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."

Bagi yang suka mendengar lagu-lagu rohani tentu tahu sebuah lagu terkenal karangan Jeffrey S Tjandra yang berjudul Seperti Bapa Sayang AnakNya. Hari ini saya mendengar lagu tersebut dalam playlist saya, dan salah satu bagian reffrainnya berbunyi:
Sperti Bapa Sayang Anaknya
Demikianlah Engkau Mengasihiku
Kau Jadikan Biji MataMu
Kau Berikan Smua Yg Ada PadaMu

Jeffrey menuliskan bahwa Bapa begitu sayang kepada kita, hingga Dia menjadikan kita biji mataNya. Ini tertulis di dalam Alkitab, yaitu dalam Ulangan 32:10 yang bunyinya: "Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."

Mata adalah satu dari panca indra yang punya fungsi sangat penting. Tanpa mata maka segalanya akan terlihat gelap. Kita tidak akan bisa melihat apapun. Apakah itu berbagai keragaman ciptaan Tuhan, keindahan warna-warni dunia, segala karya seni tak tertandingi buah karyaNya akan luput dari penglihatan kita tanpa adanya sepasang mata. Mata pun merupakan salah satu objek keindahan tersendiri yang sering kita kagumi. Kita tentu pernah terpesona melihat mata yang indah milik seseorang? Contact lense dengan warna-warna menarik pun tersedia di mana-mana untuk mempercantik mata. Tidak hanya pada bola mata saja, tetapi wanita pun suka memoles area sekitar mata mereka dengan berbagai warna, baik pada kelopak, bulu mata dan alis. Agar tidak silau orang pun melindungi matanya dengan kaca mata hitam. Kalau anda bekerja sebagai pengelas, anda pun harus melindungi mata anda dari percikan api las dalam bekerja. Ini semua menggambarkan betapa berharga dan pentingnya mata bagi kita.

Jika manusia menganggap mata itu penting atas banyak alasan, demikian pula bagi Tuhan. Betapa indahnya ketika Tuhan menganggap kita bagai biji mataNya. Dia akan senantiasa menjaga, melindungi dan mengawasi kita bagaikan menjaga biji mataNya sendiri. Itulah yang tertulis di dalam Ulangan 32:10 tadi. Bagian ini termasuk dalam rangkaian nyanyian Musa yang ternyata cukup penting, karena kelak pada kitab Wahyu nyanyian ini kembali disebutkan. "Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!" (Wahyu 15:3). Pada akhir jaman nanti, mereka yang menang atas binatang dan patungnya dan orang-orang yang ditandai dengan angka (bilangan) akan menyanyikan kembali nyanyian Musa, bersama-sama dengan nyanyian Anak Domba dengan diiringi kecapi Allah. (ay 2). Luar biasa bukan? Artinya pernyataan kita sebagai biji matanya Tuhan akan terus ada hingga akhir jaman.

Adakah orang yang akan dengan sengaja merusak matanya sendiri? Tentu tidak. Jika kita merusak mata kita sendiri, sama artinya dengan merusak diri kita sendiri. Tidak ada bagian tubuh kita yang tidak berguna, Tuhan telah melengkapi kita secara luar biasa, termasuk di dalamnya mata, salah satu organ tubuh yang sangat penting agar kita dapat melihat. Semua keindahan alam beserta keragamannya, jutaan budaya berbeda-beda dengan daya tariknya sendiri-sendiri, segala kebesaran Tuhan lewat ciptaan-ciptaanNya yang luar biasa, semua bisa kita saksikan lewat mata. Kita membaca betapa Daud menyadari betul keindahan ciptaan Tuhan yang menunjukkan kebesaranNya dalam Mazmur 104:1-35. Lihatlah salah satu petikan dari perikop itu. "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu." (Mazmur 104:24). Mata merupakan salah satu organ terpenting yang memampukan kita untuk menikmati itu semua. Tanpa mata akan sulit bagi kita untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan. Betapa indahnya mengetahui bahwa kita yang tidak ada apa-apanya dan kerap mengecewakanNya ternyata begitu penting bagi Tuhan. Begitu penting sehingga akan selalu Dia perhatikan seperti halnya Dia memperhatikan biji mataNya sendiri.

Mari kita lihat sebentar sebuah bagian dari kisah hidup Daud. Ketika Daud dikejar-kejar musuh, Daud pun mengaitkannya dengan biji mata ini dalam menantikan perlindungan Tuhan. "Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku." (Mazmur 17:9). Lalu marilah kita lihat bagaimana bunyi Firman Tuhan yang memberi jaminan pemeliharaan atas hidup kita. "Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu--sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya" (Zakharia 2:8). Firman Tuhan berkata: barang siapa menjamah kita anak-anakNya itu sama artinya dengan menjamah biji mataNya. Bagi mereka-mereka ini, demikian kata Tuhan: "Sesungguhnya Aku akan menggerakkan tangan-Ku terhadap mereka, dan mereka akan menjadi jarahan bagi orang-orang yang tadinya takluk kepada mereka. Maka kamu akan mengetahui bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku." (ay 9). Sebuah jaminan perlindungan luar biasa sudah dinyatakan Tuhan sendiri atas kita, dengan menyatakan bahwa kita itu begitu penting seperti biji mataNya sendiri.

Jika Tuhan sudah menjanjikan sebuah jaminan pemeliharaan yang sama pentingnya seperti melindungi biji mataNya sendiri, maka itu artinya kita tidak perlu khawatir, tidak perlu ragu, tidak perlu takut dalam menatap hari depan. Meskipun itu semua belum bisa kita lihat, meski mungkin hari ini kita masih berhadapan dengan ketidakpastian atau bahkan jika himpitan berbagai masalah kehidupan masih terus menekan kita, jangan khawatir, karena biar bagaimanapun Tuhan sudah menyatakan bahwa kita merupakan biji mataNya sampai kapanpun. Begitu berharganya kita di mata Tuhan, Dia akan senantiasa ada bersama kita, mengawasi dan melindungi kita dari segala hal agar bisa mendapat hidup yang aman lengkap dengan segala kelimpahannya. Apapun yang kita hadapi hari ini, yakinlah bahwa kita akan selalu menjadi biji mata Tuhan sampai kapanpun. Puji Tuhan dan bersyukurlah untuk itu.

Kita berharga di mata Tuhan seperti biji mataNya sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Air Hidup'

To confirm that you no longer wish to receive updates from 'Renungan Harian Air Hidup', please click on the following link:

http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/qD0Rzf/4dBQTp


If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.

Confirm your unsubscription from 'renungan harian online'

To confirm that you no longer wish to receive updates from 'renungan harian online', please click on the following link:

http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/gTvF5y/Gt7bP


If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.

Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'

To confirm that you no longer wish to receive updates from 'Renungan Harian Kita', please click on the following link:

http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/2xj1b2


If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.

Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'

To confirm that you no longer wish to receive updates from 'Renungan Harian Kita', please click on the following link:

http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/4mbGV2


If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.

Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'

To confirm that you no longer wish to receive updates from 'Renungan Harian Kita', please click on the following link:

http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/4z5NM9


If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.

Confirm your unsubscription from 'Renungan Harian Kita'

To confirm that you no longer wish to receive updates from 'Renungan Harian Kita', please click on the following link:

http://blogtrottr.com/unsubscribe/confirm/dvmm4H/25KpGc


If you weren't expecting to receive this email, then simply ignore it and we'll go away.

1Okt

"Yesus memanggil seorang anak kecil"

(1Kor 12;31-13:13; Mat 18:1-5)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."(Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-Kanak Yesus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Anak-anak kecil atau bayi sedikit banyak bagaikan anak-anak binatang yang masih kecil atau baru lahir, antara lain diperlakukan apa saja pasti akan ikut alias taat. Salah satu cirikhas anak-anak adalah memiliki keterbukaan dan kerendahan hati luar biasa, itulah yang juga dihayati oleh St.Teresia yang kita kenangkan pada hari ini. Maka kita sebagai umat beriman, yang berarti senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, juga dipanggil untuk hidup taat dan rendah hati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang masih hidup dengan sombong untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan hidup rendah hati. Sekali lagi saya angkat apa itu rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" . Wujud atau penghayatan keutamaan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika harus menghadapi dan mengerjakan tugas berat, sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau mengalami kegagalan dan keterbatasan. Jika anda menghadapi atau mengalami hal itu hendaknya kemudian dihayati sebagai syukur dan terima kasih, karena Tuhan telah memperlihatkan atau menunjukkan bahwa kita adalah manusia lemah, rapuh dan penuh dengan dosa. Beriman sejati berarti menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatannya. Maka entah gagal atau sukses dalam hidup hendaknya senantiasa bersyukur dan berterima kasih.

·   "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna." (1Kor 13:1-3), demikian kesaksian iman Paulus. Cintakasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama maupun pengajar hidup baik dan bermoral. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapan pun, tanpa pandang bulu. Mungkin pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah cintakasih atau korban cintakasih, dengan kata lain masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih'. Jika masing-masing dari kita mampu secara mendalam menghayati diri sebagai 'yang terkasih' maka hidup saling mengasihi dapat kita lakukan dengan mudah, karena bertemu dengan orang lain, siapapun, berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih tiada ketakutan atau kekhawatiran sedikitpun dan kita dapat melaksanakan segala macam tugas baik yang diserahkan kepada kita. Tugas dan pekerjaan seberat dan sebesar apapun jika dihadapi dan disikapi dengan dan oleh cintakasih akan dapat kita selesaikan dengan baik. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua dan para guru/pendidik untuk mendidik dan mendampingi anak-anak atau para peserta didiknya dalam cintakasih dan kebebasan Injili. Anak-anak ada dan diciptakan dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan sejati, maka juga akan dapat tumbuh berkembang dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan jika mereka dididik dan didampingi dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan Injili atau sejati. Wujud cintakasih antara antara lain dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

Ign 1 Oktober 2012

Note: bulan Oktober adalah bulan Rosario, maka diharapkan kita berdoa Rosario sendiri atau bersama-sama setiap hari.


Sabtu, 29 September 2012

Renungan Harian Kita: Salah Jurusan

Renungan Harian Kita
Renungan harian online kristen dan katolik, santapan harian, bahan saat teduh, Kumpulan khotbah hamba Tuhan, Mujizat Tuhan, Mujizat kesembuhan, Kata-kata bijak, kata-kata penghiburan, kata-kata motivasi, lirik dan chord lagu rohani, kisah cinta dan sahabat sejati, humor, kisah nyata dan kesaksian kristen, dan kisah-kisah kehidupan yang mengharukan dan menguatkan Iman rohani kita. Anda bisa berbagi cerita dengan mengirim cerita Anda ke renunganhariankita@yahoo.com // via fulltextrssfeed.com
Salah Jurusan
Sep 30th 2012, 05:18

Ulangan 5:32
Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 78; Ibrani 12; Yeremia 5-6

Hal yang sama sebenarnya juga terjadi di dunia kerja. Ada banyak orang yang bekerja di bidang yang berbeda dengan apa yang ia pelajari secara akademis. Alasannya pun macam-macam, merasa tidak ada pilihan lain, tidak ingin menganggur, gaji yang ditawarkan menarik, dan sebagainya. Sayangnya, banyak yang akhirnya melupakan bahwa peluang itu pun sebenarnya merupakan salah satu rancangan Tuhan dalam hidup mereka.

Bacaan kali ini tidak hanya mengingatkan kita untuk menyadari betapa keinginan kita bisa berbeda dengan keinginan Tuhan. Sehingga amatlah penting bagi kita untuk mencari tahu rencana dan kehendakNya, lalu menjalankannya.

Mungkin saja pekerjaan kita sekarang dimaksudkan sebagai batu lompatan untuk bekerja di tempat yang lebih baik lagi. Tapi satu hal yang harus kita ingat, di manapun kita berada, Tuhan ingin kita memberi dampak. Tidak sekedar menjadikannya batu lompatan, kita perlu mencari tahu hal apa yang Tuhan ingin kita kerjakan di sana. Mungkin perbaikan sistem laporan, perbaikan sistem teknologi informasi, mungkin juga Tuhan ingin kita merintis persekutuan, tapi apapun itu, tugas kita adalah mencari tahu kehendakNya.

Apa dampak yang Anda torehkan di tempat Anda bekerja?

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Salah Jurusan

Ulangan 5:32
Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 78; Ibrani 12; Yeremia 5-6

Hal yang sama sebenarnya juga terjadi di dunia kerja. Ada banyak orang yang bekerja di bidang yang berbeda dengan apa yang ia pelajari secara akademis. Alasannya pun macam-macam, merasa tidak ada pilihan lain, tidak ingin menganggur, gaji yang ditawarkan menarik, dan sebagainya. Sayangnya, banyak yang akhirnya melupakan bahwa peluang itu pun sebenarnya merupakan salah satu rancangan Tuhan dalam hidup mereka.

Bacaan kali ini tidak hanya mengingatkan kita untuk menyadari betapa keinginan kita bisa berbeda dengan keinginan Tuhan. Sehingga amatlah penting bagi kita untuk mencari tahu rencana dan kehendakNya, lalu menjalankannya.

Mungkin saja pekerjaan kita sekarang dimaksudkan sebagai batu lompatan untuk bekerja di tempat yang lebih baik lagi. Tapi satu hal yang harus kita ingat, di manapun kita berada, Tuhan ingin kita memberi dampak. Tidak sekedar menjadikannya batu lompatan, kita perlu mencari tahu hal apa yang Tuhan ingin kita kerjakan di sana. Mungkin perbaikan sistem laporan, perbaikan sistem teknologi informasi, mungkin juga Tuhan ingin kita merintis persekutuan, tapi apapun itu, tugas kita adalah mencari tahu kehendakNya.

Apa dampak yang Anda torehkan di tempat Anda bekerja?

Renungan Harian Air Hidup: ORANG MERDEKA (2)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
ORANG MERDEKA (2)
Sep 29th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2012 -

Baca:  1 Petrus 2:11-17

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah."  1 Petrus 2:16

Sebagai orang yang telah dimerdekakan dari dosa, kita benar-benar dituntut hidup benar sebagai manusia baru sebab  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Artinya kita tidak lagi hidup menurut keinginan daging tetapi tunduk kepada pimpinan Roh Kudus.  Itulah sebabnya paulus menasihati agar kita tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan yang ada (ayat nas).

     Karena kita telah dimerdekakan dalam Kristus, secara otomatis tubuh kita bukan lagi menjadi milik kita sendiri, melainkan milik Kristus sepenuhnya.  "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20).  Inilah pernyataan Rasul Paulus, "Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:19b-20a).  Oleh karena itu kita harus meresponsnya dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan (baca Roma 12:1).  Sudahkah kita mempersembahkan hidup kita untuk Tuhan?

     Dalam Matius 20:28 dikatakan,  "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa melalui pelayananNya, maka sudah seharusnya kita pun meneladani Dia yaitu melayani Tuhan dan juga sesama.  Rasul Paulus berpesan,  "...hiduplah sebagai hamba Allah."  Tuhan Yesus adalah Tuan kita, sedangkan kita adalah hambaNya dan tugas seorang hamba adalah melayani, bukan minta dilayani.

Selagi ada kesempatan mari melayani Tuhan dengan penuh kesetiaan dan dedikasi karena kita telah dimerdekakanNya!

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Kerajaan Allah sangat berharga

Mrk 9:38-43,45,47-48

Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.

Renungan:

Orang yang suka mengartikan Kitab Suci secara harafiah, akan mengalami kesulitan besar dengan bacaan Injil hari ini. Kalau diterapkan secara harafiah, kita akan bertemu dengan banyak orang yang tercungkil matanya, terpotong tangan atau kakinya, dan lebih banyak lagi yang terpotong lidahnya, karena kita paling banyak berdosa dengan lidah! Yesus memberi sebuah perbandingan: Kerajaan Allah dan anggota tubuh. Tubuh kita fana; kalau kita mati, harus kita tinggalkan. Tubuh itu lalu membusuk dan menyatu dengan tanah. Namun demikian, kita sangat menyayanginya. Kita tidak mau kehilangan apa pun daripadanya. Dengan tubuh ini kita berekspresi: mengungkapkan cinta, senang, sedih, kecewa. Dengan tubuh ini kita bekerja, berbuat baik. Tapi dengan tubuh yang sama ini kita berbuat dosa. Tangan bisa kita ulurkan untuk memberi, menolong, meringankan, membelai. Tangan yang sama ini bisa kita pakai untuk merampas, memukul, menampar, mencubit, menindas, menyakiti. Apakah karena itu tangan ini kita potong saja? Tentu tidak. Sebab yang berdosa bukanlah tangan melainkan hati. Dari hati keluar pikiran dan rencana jahat, dan tangan hanya pelaksana yang buta. Yesus membandingkan Kerajaan Allah dengan anggota tubuh kita. Ia mengajarkan bahwa Kerajaan Allah sangat berharga, jauh melebihi harta milik dan anggota tubuh. Jadi kalau harus pilih kehilangan Kerajaan Allah atau kehilangan anggota badan yang membuatku berdosa, lebih baik kehilangan anggota tubuh ketimbang kehilangan Kerajaan Allah.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, yayasan Pustaka Nusatama)

renungan harian online: Dari Tanah Liat

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Dari Tanah Liat
Sep 29th 2012, 15:00

Ayat bacaan: Yesaya 64:8
======================
"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."

Kesombongan dan kepongahan orang bukanlah hal yang langka untuk kita lihat hari ini. Ada begitu banyak orang yang merasa diatas angin penuh kuasa hingga sama sekali tidak merasa bersalah untuk menindas atau merendahkan orang lain. Apakah itu dari harta kekayaan, status, pangkat dan jabatan, atau di sisi lain merasa kuat karena termasuk dalam anggota geng, punya koneksi atau hubungan dengan orang 'kuat', atau sekedar otot dan wajah seram yang dipercaya akan membuat orang takut ketika bertemu muka. Hari ini ketika sedang mengemudi di malam hari, saya bertemu dengan geng bermotor berjumlah puluhan yang berlaku seenaknya di jalan. Mereka terkenal tidak ragu-ragu dalam menyakiti orang lain di jalan raya, sehingga siapapun akan segera menghindar daripada mendapat masalah. Saat ini mungkin mereka merasa punya kekuatan atau kuasa besar yang bahkan membuat polisi memilih untuk menutup mata mereka, tapi sadarkah mereka bahwa 'show of force' mereka hanya berlaku sangat singkat di dunia yang fana ini? Pada saatnya kelak mereka harus menghadapi Sang Pencipta, dan tidak ada otot, senjata atau kekuatan apapun yang bisa mereka andalkan untuk mengelak dari pertanggungjawaban sepenuhnya atas perbuatan mereka selama hidup. Mereka lupa bahwa meski mereka punya kekuatan saat ini, mereka sama seperti kita, tidak lebih dari sosok yang kata Alkitab hanya dibentuk dari tanah liat.

Ayat bacaan hari ini menggambarkan 'bahan baku' pembuatan kita manusia. "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Jika kita melihat ayat ini,maka jelaslah bahwa kita tidak seharusnya bersikap sok kuasa, pamer kekuatan, arogan atau sombong. Mengapa? Karena kita ini ternyata tidak lebih dari seonggok tanah liat. Dalam ayat lain Yesaya mengatakan bahwa manusia tidaklah lebih dari hembusan nafas semata, sehingga kita jangan pernah menaruh harapan terlalu tinggi pada sebuah figur atau sosok manusia. "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Selain itu kita juga harus sadar bahwa masa hidup kita di dunia pun singkat. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Jika kita menyadari hal ini, dimana usia kita secara total terhitung sejak bayi hingga tua hanya sesingkat itu, maka alangkah memalukannya jika kita masih merasa berhak untuk berlaku semena-mena apalagi menyakiti orang lain hanya ketika kita pada saat ini merasa punya 'modal' untuk itu. Pada suatu ketika semua manusia harus siap untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama di dunia ini di hadapan Tuhan. Dan ingatlah bahwa Tuhan tidak bisa disogok dan tidak akan takut pada siapapun atau apapun, karena Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya, dan kita hanyalah ciptaanNya yang dibentuk dengan tanah liat dan diberi nyawa lewat hembusan nafasNya sendiri.

Jika kita adalah tanah liat, maka Tuhan adalah Penjunan kita. Sebagai tanah liat tentu kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Tanah liat tidak pernah bisa mengatur pembuatnya untuk membentuk dirinya sesuai dengan keinginannya. Tapi si pembuatlah yang pasti mengenal jenis tanah liat dan seperti apa ia bisa dibentuk, seindah mungkin. Demikianlah sebuah pelajaran yang dipetik oleh Yeremia lewat seorang tukang periuk. Dalam pembuka Yeremia 18 kita membaca bahwa Tuhan menyuruh Yeremia ke tukang periuk untuk mendapat pelajaran penting mengenai hakekat manusia dan hubungannya dengan Tuhan. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4). Ini hasil pengamatan Yeremia. Lalu Tuhan berkata: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" (ay 6). Ya, Tuhanlah sang Pembuat, sedang kita adalah tanah liat yang berada di tangan sang Pembuat. Karenanya bukan segala kehebatan, kekuatan dan harta kita yang bisa membuat kita menjadi baik, berkelimpahan dan selamat, namun semata-mata karena kehebatan Tuhan membentuk kita-lah maka kita bisa menjadi bejana-bejana yang indah. Menyombongkan diri atau berlindung di belakang orang lain adalah sebuah sikap yang memalukan, karena itu artinya si orang tersebut tidak menyadari betul siapa dia sebenarnya. Malah Alkitab mencatat demikian "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5).

Jika Tuhan sebagai sang Penjunan atau sang Pembuat periuk/bejana yang mengenal karakter kita, para "tanah liat", dengan sangat baik, apa yang menjadi rencanaNya? Demikian firman Tuhan. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (29:11). Untuk mencapai tujuan itu, terkadang proses pembentukan karakter diperlukan, dan hal itu seringkali tidak nyaman bahkan menyakitkan. Tapi lihatlah nanti, sebuah bejana yang sangat indah akan terbentuk. Kita hanyalah tanah liat yang tidak lebih dari embusan nafas. Tidak seharusnya kita bersikap paling hebat di atas segala-galanya dan hidup seenaknya dengan kekuatan diri kita sendiri maupun orang lain. Ingatlah bahwa di atas sana ada Tuhan, Sang Penjunan yang begitu mengasihi kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa. Jauhkanlah kesombongan dan keangkuhan dari diri kita. Sebaliknya hiduplah rendah hati, rajin menolong sesama dan berserahlah secara penuh kepada Tuhan dalam segala hal. Semua perbuatan kita pada waktunya harus kita pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perhatikan baik sikap kita. Pergunakan segala yang Dia beri untuk memberkati orang dan memuliakan Tuhan, bukan untuk merugikan orang lain dan mempermalukan Tuhan di dalamnya.

Kita hanyalah tanah liat hasil buatan tangan Tuhan, karenanya tidak ada yang perlu disombongkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Dari Tanah Liat

Ayat bacaan: Yesaya 64:8
======================
"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."

Kesombongan dan kepongahan orang bukanlah hal yang langka untuk kita lihat hari ini. Ada begitu banyak orang yang merasa diatas angin penuh kuasa hingga sama sekali tidak merasa bersalah untuk menindas atau merendahkan orang lain. Apakah itu dari harta kekayaan, status, pangkat dan jabatan, atau di sisi lain merasa kuat karena termasuk dalam anggota geng, punya koneksi atau hubungan dengan orang 'kuat', atau sekedar otot dan wajah seram yang dipercaya akan membuat orang takut ketika bertemu muka. Hari ini ketika sedang mengemudi di malam hari, saya bertemu dengan geng bermotor berjumlah puluhan yang berlaku seenaknya di jalan. Mereka terkenal tidak ragu-ragu dalam menyakiti orang lain di jalan raya, sehingga siapapun akan segera menghindar daripada mendapat masalah. Saat ini mungkin mereka merasa punya kekuatan atau kuasa besar yang bahkan membuat polisi memilih untuk menutup mata mereka, tapi sadarkah mereka bahwa 'show of force' mereka hanya berlaku sangat singkat di dunia yang fana ini? Pada saatnya kelak mereka harus menghadapi Sang Pencipta, dan tidak ada otot, senjata atau kekuatan apapun yang bisa mereka andalkan untuk mengelak dari pertanggungjawaban sepenuhnya atas perbuatan mereka selama hidup. Mereka lupa bahwa meski mereka punya kekuatan saat ini, mereka sama seperti kita, tidak lebih dari sosok yang kata Alkitab hanya dibentuk dari tanah liat.

Ayat bacaan hari ini menggambarkan 'bahan baku' pembuatan kita manusia. "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Jika kita melihat ayat ini,maka jelaslah bahwa kita tidak seharusnya bersikap sok kuasa, pamer kekuatan, arogan atau sombong. Mengapa? Karena kita ini ternyata tidak lebih dari seonggok tanah liat. Dalam ayat lain Yesaya mengatakan bahwa manusia tidaklah lebih dari hembusan nafas semata, sehingga kita jangan pernah menaruh harapan terlalu tinggi pada sebuah figur atau sosok manusia. "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Selain itu kita juga harus sadar bahwa masa hidup kita di dunia pun singkat. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Jika kita menyadari hal ini, dimana usia kita secara total terhitung sejak bayi hingga tua hanya sesingkat itu, maka alangkah memalukannya jika kita masih merasa berhak untuk berlaku semena-mena apalagi menyakiti orang lain hanya ketika kita pada saat ini merasa punya 'modal' untuk itu. Pada suatu ketika semua manusia harus siap untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama di dunia ini di hadapan Tuhan. Dan ingatlah bahwa Tuhan tidak bisa disogok dan tidak akan takut pada siapapun atau apapun, karena Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya, dan kita hanyalah ciptaanNya yang dibentuk dengan tanah liat dan diberi nyawa lewat hembusan nafasNya sendiri.

Jika kita adalah tanah liat, maka Tuhan adalah Penjunan kita. Sebagai tanah liat tentu kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Tanah liat tidak pernah bisa mengatur pembuatnya untuk membentuk dirinya sesuai dengan keinginannya. Tapi si pembuatlah yang pasti mengenal jenis tanah liat dan seperti apa ia bisa dibentuk, seindah mungkin. Demikianlah sebuah pelajaran yang dipetik oleh Yeremia lewat seorang tukang periuk. Dalam pembuka Yeremia 18 kita membaca bahwa Tuhan menyuruh Yeremia ke tukang periuk untuk mendapat pelajaran penting mengenai hakekat manusia dan hubungannya dengan Tuhan. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." (Yeremia 18:4). Ini hasil pengamatan Yeremia. Lalu Tuhan berkata: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!" (ay 6). Ya, Tuhanlah sang Pembuat, sedang kita adalah tanah liat yang berada di tangan sang Pembuat. Karenanya bukan segala kehebatan, kekuatan dan harta kita yang bisa membuat kita menjadi baik, berkelimpahan dan selamat, namun semata-mata karena kehebatan Tuhan membentuk kita-lah maka kita bisa menjadi bejana-bejana yang indah. Menyombongkan diri atau berlindung di belakang orang lain adalah sebuah sikap yang memalukan, karena itu artinya si orang tersebut tidak menyadari betul siapa dia sebenarnya. Malah Alkitab mencatat demikian "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5).

Jika Tuhan sebagai sang Penjunan atau sang Pembuat periuk/bejana yang mengenal karakter kita, para "tanah liat", dengan sangat baik, apa yang menjadi rencanaNya? Demikian firman Tuhan. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (29:11). Untuk mencapai tujuan itu, terkadang proses pembentukan karakter diperlukan, dan hal itu seringkali tidak nyaman bahkan menyakitkan. Tapi lihatlah nanti, sebuah bejana yang sangat indah akan terbentuk. Kita hanyalah tanah liat yang tidak lebih dari embusan nafas. Tidak seharusnya kita bersikap paling hebat di atas segala-galanya dan hidup seenaknya dengan kekuatan diri kita sendiri maupun orang lain. Ingatlah bahwa di atas sana ada Tuhan, Sang Penjunan yang begitu mengasihi kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa. Jauhkanlah kesombongan dan keangkuhan dari diri kita. Sebaliknya hiduplah rendah hati, rajin menolong sesama dan berserahlah secara penuh kepada Tuhan dalam segala hal. Semua perbuatan kita pada waktunya harus kita pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perhatikan baik sikap kita. Pergunakan segala yang Dia beri untuk memberkati orang dan memuliakan Tuhan, bukan untuk merugikan orang lain dan mempermalukan Tuhan di dalamnya.

Kita hanyalah tanah liat hasil buatan tangan Tuhan, karenanya tidak ada yang perlu disombongkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Jumat, 28 September 2012

RS: Kebanggaan atas Karya Sempurna

Guys, saat kita usai atau berhasil menyelesaikan satu pekerjaan atau tanggung, perasaan apakah yang muncul ada di dalam hati kita? Rasa lega (sambil menghela nafas panjang), karena akhirnya kita bisa juga menyelesaikan semua itu? Atau, rasa puas, karena kita telah melakukan yang terbaik? Ketahuilah, bahwa Allah tidak terlalu tertarik atau terkesan dengan APA yang telah kita raih selama ini -tidak perduli seberapa hebat atau besarnya hal tersebut, tetapi BAGAIMANA cara kita melakukan atau mendapatkan semua itu. Allah adalah sumber dan empunya segala sesuatu yang boleh kita raih dan miliki. Sebab itu, Ia lebih perduli pada besarnya usaha kita saat melakukan segala sesuatu, dan bukannya pada besarnya hasil yang telah kita raih dan miliki.

Kita ini sepertinya perlu belajar dari motto Djie Sam Soe (234), yaitu selalu memiliki KEBANGGAAN ATAS KARYA SEMPURNA. Yup, tidak cuma sekedar selesai saja, tapi selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik di dalam apapun yang dikerjakan. Alkitab menulis, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan SEGENAP HATIMU untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai UPAH. Kristus adalah tuan dan kamu hamba- Nya." (Kol 3:23-24). Saya percaya bahwa ini bukan 'upah' atas apa yang telah kita hasilkan dari usaha kita selama ini, tetapi atas usaha yang telah kita lakukan untuk melahirkan atau meraih sesuatu hal. Upah atas kesungguhan kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik di dalam apapun yang kita lakukan atau kerjakan.

Hari ini, masing-masing dari kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Entah itu, di dalam hidup rumah tangga, keluarga, pekerjaan atau pelayanan. Nah, yang menjadi pertanyaan, sudahkah kita melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan? Adakah kebanggaan atas karya sempurna? Adakah Allah akan bangga dengan cara kita melakukan segala sesuatu di dalam hidup kita, hingga Ia memberikan upah? Kiranya Roh Kudus boleh menerangi hati kita. Tuhan memberkati!

Kekuatan Rohani

Yohanes 1: 47-51

Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

Renungan:

Kita merayakan tiga Malaekat Agung yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan sendiri dalam Karya Keselamatan manusia. Inilah tanda nyata kasih Tuhan kepada manusia. Ketiga Malaikat Agung itu mempunyai tugas khusus dari Tuhan untuk membantu manusia dalam pergolakan hidupnya. Tuhan selalu memperhatikan manusia dalam seluruh perjuangannya agar manusia dapat selamat. Oleh sebab itulah bantuan para Malaekat itu sangat dibutuhkan bagi keselamatan manusia. Selain itu dibutuhkan pula kerjasama dari manusia agar rencana Allah sungguh dapat terlaksana di dalam diri manusia.

Di dalam diri manusia ada Roh Allah sendiri, maka manusia mempunyai kekuatan rohani yang harus selalu dijaga. Namun ketika manusia lemah, maka kekuatan jahat dapat menguasainya. Manusia sendiri harus selalu menyatukan dirinya dengan kekuatan Tuhan supaya tidak mudah untuk disesatkan. Keterbukaan hati manusia sangat membantu rahmat Allah untuk bekerja di dalam diri manusia. Maka marilah kita bekerjasama dengan rahmat Allah itu di dalam diri kita. Dalam perjalanan jaman sekarang, sebenarnya kita semakin membutuhkan pertolongan para malaekat untuk membantu kita dalam mengarungi hidup dengan berbagai situasinya yang tidak ringan. Malaekat Allah akan membantu kita dalam memilah berbagai tawaran yang diberikan oleh dunia sekarang ini agar dapat memutuskan dengan bijaksana. Marilah kita membuka hati kita kepada Tuhan.

(Renungan Harian Mutiara Iman 2012, yayasan Pustaka Nusatama)

29 sept


"Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat Allah"
(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)

" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Malaikat adalah ciptaan Allah yang berada 'di atas' manusia, artinya lebih tinggi daripada manusia. "Para malaikat dan manusia, ciptaan yang berakal budi dan bebas, harus menyongsong tujuan terakhir dengan kehendak bebas dan mengutamakan tujuan itu karena cinta" (Kamus Gereja Katolik no 311). Malaikat sebagai ciptaan Allah antara lain memiliki tugas untuk meneruskan kehendak Allah kepada manusia atau mendampingi manusia dalam mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu keselamatan jiwanya. Hari ini kita kenangkan para Malaikat Agung, yang diimani menjadi komandan para malaikat dalam fungsi khususnya, yaitu Mikael memimpin para malaikat dalam memerangi kejahatan, Gabriel memimpin para malaikat dalam mewartakan apa-apa yang baik, sedangkan Rafael memimpin para malaikat dalam karya penyembuhan orang sakit. Sebagai umat beriman kita diharapkan peka terhadap bisikan dan sentuhan malaikat, yang antara lain dapat menggejala dalam aneka kehendak atau pikiran baik, ajakan-ajakan untuk berbuat baik, entah itu memerangi kejahatan, menyembuhkan mereka yang sedang menderita sakit atau mewartakan apa-apa yang baik. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk memperdalam dan memperkembangkan kepekaan untuk melihat dan mendengarkan, agar kita juga mampu melihat dan mendengarkan apa yang bergejolak dalam hati kita sendiri maupun hati saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita perdalam kejernihan suara hati kita, dan untuk itu antara lain senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia.

·    "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut" (Why 12:10-11), demikian suara dari sorga, yang kiranya baik kita renungkan dan refleksikan. Para malaikat memang antara lain menjadi penyalur "keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah" bagi manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Situasi hidup bersama pada masa kini kiranya membutuhkan keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah, karena masih cukup orang-orang yang berpengaruh dalam hidup bersama hidup dan bertindak seenaknya sendiri, demi kepentingan sendiri atau kelompok/organisasinya. "Bonum commune" (= kepentingan umum), itulah yang dikehendaki oleh Allah melalui hidup dan kerja kita apapun dan dimana pun. Secara khusus kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang ada dalam jajaran kuasa dan pemerintahan untuk senantiasa berfungsi sebagai utusan-utusan Allah sehingga dalam menjalankan kuasa atau pemerintahannya sesuai dengan kehendak Allah, demi kepentingan atau kesejahteraan umum. Maka selama masih ada warga masyarakat yang miskin dan menderita berarti mereka yang berada di jajaran kuasa dan pemerintahan hanya mementingkan kebutuhan pribadi atau kelompoknya. Ingatlah bahwa anda sebagai yang pegang kuasa dan pemerintahan harus menjadi 'abdi/pelayan rakyat', berarti yang menjadi tuan atau atasan anda adalah rakyat, maka bahagiakan dan sejahterakan rakyat. Perhatikan dan tiru para kepala daerah yang sungguh memperhatikan dan mensejahterakan rakyat kecil.

" Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN"
(Mzm 138:1-5)
Ign 29 September 2012

Minggu Biasa XXVI

Mg Biasa XXVI: Bil 11:25-29; Yak 5:1-8; Mrk 9:38-43.45.47-48
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku."
Ketika saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, saya sering bepergian cukup lama berhubungan dengan tugas tersebut, entah di dalam negeri atau ke luar negeri. Waktu itu saya bepergian ke luar negeri dan begitu pulang kembali ke tempat tinggal, wisma uskup, saya memperoleh informasi  bahwa salah seorang pegawai telah dipanggil Tuhan. Dalam hati saya bertanya-tanya: bagaimana urusan pemakaman dst.., tiba-tiba salah seorang pegawai yang bertugas dalam keuangan memberi laporan kepada saya bahwa telah mengeluarkan uang melebihi dari wewenang yang dimiliki guna urusan pemakaman pegawai yang dipanggil Tuhan tersebut. Yang bersangkutan minta maaf, namun sebaliknya saya sangat berterima kasih atau kebijakan dan tindakannya, karena ia telah melakukan tugas yang seharusnya menjadi tugas atau pekerjaan saya. Dalam hidup sehari-hari hal itu dapat terjadi dalam diri siapa saja, dimana tugas pekerjaan utamanya dikerjakan orang lain: ada yang marah-marah karena merasa dilecehkan atau dilangkahi, sebagaimana dikatakan para rasul kepada Yesus, yang melaporkan bahwa ada orang yang mengusir setan atau mengadakan mujizat dalam nama Yesus. Yesus tidak marah, melainkan mengingatkan para rasul, sebagaimana saya kutipkan di atas. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus di bawah ini.
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku." (Mrk 9:39)
Semua yang dimaksudkan dengan mujizat atau perbuatan baik, mulia, luhur dan bermoral berasal dari Tuhan atau tindakan sebagai perwujudan kehendak Tuhan. Dengan kata lain sungguh dilakukan oleh orang yang sungguh beriman handal dan mendalam. Tuhan menghendaki apa yang diciptakan dalam keadaan baik adanya, maka jika terjadi dalam diri ciptaanNya tidak baik serta ada orang yang berusaha dengan kerja keras memperbaikinya, berarti orang yang bersangkutan tidak mengumpat atau melawan kehendak Tuhan. Maka ketika ada orang yang berbuat demikian hendaknya disyukuri dan diterimakasihi, bukan dicegah atau dilarang.
Dalam sabda hari ini kita semua juga diingatkan agar senantiasa memfungsikan semua anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang baik, luhur dan bermoral. Dengan keras dan tegas Yesus bersabda bahwa jika ada anggota tubuh kita yang melakukan perbuatan tidak baik, tidak luhur dan tidak bermoral, lebih baik dipotong saja. Apa yang disabdakan oleh Yesus ini kiranya pada masa sekarang juga masih dilakukan oleh aliran agama Islam tertentu, sebagaimana kita ketahui akan adanya hukuman mati dengan dipancung atau dirajam sampai mati atau pemotongan anggota tubuh yang melakukan kejahatan. Maka kami harapkan kita semua memfungsikan semua anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang baik, mulia, luhur dan bermoral.
Pelanggaran pemfungsian anggota mulai dari pikiran atau otak, yang kemudian menjadi nyata dalam omongan/mulut atau bahkan langsung ke tindakan konkret dengan kaki atau tangan. Melalui mulut misalnya dengan omongan keras atau marah-marah, bicara jorok atau porno, sedangkan dengan tangan atau kaki pada umumnya melukai orang lain. Masuknya pikiran jahat pada umumnya melalui mata atau telinga; apa yang dilihat dan didengarkan memotivasi pikiran untuk memikirkan sesuatu, yang selanjutnya menjadi nyata dalam tindakan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua agar memfungsikan mata dan telinga alias indera penglihatan dan pendengaran guna membina pikiran dan hati kita berpikir dan berperasaan jernih, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita akhirnya juga bersih dan jernih. Jika pikiran dan hati kita bersih dan jernih, maka kita juga tidak akan mudah marah ketika ada orang melakukan apa yang baik, sebagaimana kita lakukan alias tidak menjadi curiga atau bahkan melarangnya.
Kepada kita semua juga diingatkan bahwa lebih baik anggota tubuh kita tidak sempurna tetapi bersih dan suci daripada anggota tubuh lengkap dan sempurna  tetapi senantiasa digunakan untuk melakukan kejahatan. Dalam aneka pemberitaan, entah melalui TV atau youtube, kita sering melihat orang-orang cacat fisik namun sungguh unggul dalam suatu permainan olah raga atau sukses hidup berkeluarga. Semoga kita semua yang memiliki anggota tubuh utuh dan sehat suskses dalam aneka tugas dan kewajiban maupun penghayatan panggilan.
"Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir." (Yak 5:1-3).
Apa yang dikatakan oleh Yakobus di atas ini  kiranya merupakan peringatan jelas dan tegas bagi siapapun yang bersikap mental materialistis atau duniawi selama hidup di dunia ini. Maka kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk tidak bersikap mental materialistis, namun sungguh hidup sederhana dan tentu saja juga tidak materialistis, maklum ada orang yang terpaksa hidup sederhana karena kemiskinannya tetapi bersikap mental materialistis. Aneka bentuk harta benda dan uang ketika kita mati atau dipanggil Tuhan tiada gunanya lagi, atau bahkan ketika anda kaya raya akan harta benda dan uang tetapi kurang memperhatikan pendidikan anak-anak anda, maka harta benda dan uang yang anda tinggalkan pasti akan menjadi rebutan dan menimbulkan kericuhan dalam diri anak-anak yang anda tinggalkan.
Peringatan Yakobus di atas hendaknya sungguh menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi mereka yang kaya akan harta benda atau uang. Memang tidak salah anda menjadi kaya akan harta benda atau uang, namun hendaknya fungsikan harta benda atau uang anda sebagai bantuan atau pertolongan bagi anda untuk mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa. Semakin anda memiliki banyak harta benda dan uang kami harapkan anda juga semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia
"Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi." (Bil 11:25). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pertolongan bagi kita dalam mawas diri, terutama dalam rangka mengenali peringatan Tuhan melalui gejala-gejala alam yang terjadi dalam lingkungan hidup kita. Dalam hal ini kiranya para petani sungguh mahir, artinya mereka sungguh peka akan peringatan Tuhan melalui peristiwa alam. Secara konkret kami ingatkan perihal bencana banjir maupun kekeringan yang sering terjadi. Bukankah banjir maupun kekeringan terjadi karena keserakahan manusia dalam menggunakan hasil bumi,  seperti pembabatan hutan maupun pertambangan yang tak peduli terhadap lingkungan hidup. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang serakah menggunakan 'hasil bumi' untuk mengendalikan diri, dan ingatlah akan anak-cucu-cicit atau keturunan anda di masa depan.
"Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar" (Mzm 19:10.12-14)
Ign 30 September 2012

Renungan Harian Air Hidup: ORANG MERDEKA (1)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
ORANG MERDEKA (1)
Sep 28th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2012 -

Baca:  Galatia 5:1-15

"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."  Galatia 5:13

Sebagai orang Kristen atau pengikut Kristus kita dituntut memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang di luar Tuhan, karena status kita adalah orang-orang percaya.  Sedangkan orang-orang di luar Tuhan tidak disebut sebagai orang percaya.  Apakah orang percaya hidup setali tiga uang dengan orang tidak percaya?  Tentu tidak.  Karena itu kita harus mempertanggungjawabkan 'status' istimewa ini.  Akankah kita menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja dan menjalani hidup ala kadarnya tanpa menyadari untuk apa kita dipanggil sebagai orang percaya?

     Rasul Paulus menegaskan bahwa kita ini adalah orang-orang yang merdeka, karena  "...Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan."  (Galatia 5:1).  Tuhan Yesus telah mengorbankan nyawaNya di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita.  Melalui pengorbanNya kita diselamatkan, dilepaskan dari segala kutuk dosa dan bukan lagi menjadi hamba dosa,  "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran."  (Roma 6:18).  Jadi ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa kita dipanggil untuk merdeka.

     Apa arti merdeka?  Merdeka berarti bebas dari perhambaan, penjajahan;  terbebas dari tuntutan;  tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang atau pihak lain.  Berarti tidak terbelenggu oleh segala sesuatu yang menghamba atau memperbudak.  Dalam kata merdeka terkandung dua pengertian, yaitu merdeka secara de jure (hukum) dan merdeka secara de facto (nyata).  Contohnya adalah keberadaan negara kita ini yang secara de jure telah merdeka pada 17 Agustus 1945, tetapi secara de facto (kenyataannya) masyarakat Indonesia belum benar-benar merdeka, masih terjajah secara ekonomi sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin kian dalam, ketidakadilan di bidang hukum juga masih terjadi.  Pada saat seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, secara de jure ia sudah dimerdekakan dari dosa.  Tapi secara de facto masih banyak orang percaya yang belum merdeka, masih saja terikat oleh berbagai macam keinginan daging.  (Bersambung).

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari