Kamis, 31 Mei 2012

Renungan Harian Kita: Perbaikan Dini

Renungan Harian Kita
Renungan harian online kristen dan katolik, santapan harian, bahan saat teduh, Kumpulan khotbah hamba Tuhan, Mujizat Tuhan, Mujizat kesembuhan, Kata-kata bijak, kata-kata penghiburan, kata-kata motivasi, lirik dan chord lagu rohani, kisah cinta dan sahabat sejati, humor, kisah nyata dan kesaksian kristen, dan kisah-kisah kehidupan yang mengharukan dan menguatkan Iman rohani kita. Anda bisa berbagi cerita dengan mengirim cerita Anda ke renunganhariankita@yahoo.com // via fulltextrssfeed.com
Perbaikan Dini
Jun 1st 2012, 02:13

Mazmur 90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 147; Yohanes 7; 2 Samuel 21-22

AIDS adalah salah satu epidemik terbesar di dunia dan kita tidak memeranginya dengan cukup baik karena pada awalnya sering ditutup-tutupi dan dianggap memalukan. Cina baru mau mengakuinya tahun 2002 setelah angka statistik penderitanya yang sangat tinggi. India sempat ngotot kalau penyakit ini hanya diderita pekerja seks komersial dan pelaku seks bebas. Presiden Mbeki dari Afrika Selatan mengatakan pada New York Times bahwa dia tidak pernah kenal seorangpun mengidap AIDS padahal lebih dari 30 juta penduduk Afrika terkena AIDS (HIV positif).

Menurut laporan UNAIDS, badan PBB yang menangani masalah AIDS dan HIV, penyakit ini telah membunuh lebih dari 25 juta orang. Secara global, pada tahun 2007, 46 juta orang hidup dengan HIV. Menurut UNFPA (United Nations Population Fund) pengidap HIV/AIDS bisa mencapai 290 juta orang pada tahun 2050. Dari Depkes Indonesia, lebih dari 2.000 orang meninggal karena AIDS pada tahun lalu. Wabah ini telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membunuh sumber daya manusia termasuk anak-anak. Coba saja jika masalah ini diakui dan dhtangani dari awal mungkin akibatnya tidak separah ini.

Hal yang sama juga bisa berlaku dengan karakter dan kebiasaan buruk kita. Seringkali kita tidak mau menangani kelemahan kita dengan segera karena menganggapnya cuma sesuatu yang sepele yang bisa ditutup-tutupi. Padahal jika kita mau menanganinya dengan segera, ia akan meminimalisasikan kerusakan hidup yang lebih berat lagi. Banyak kebiasaan buruk dalam pekerjaan seperti kebiasaan datang terlambat, rajin melihat situs porno, korupsi kecil-kecilan, bekerja asal selesai saja, atau sifat yang tidak mau belajar yang jika dibiarkan terus, lama-kelamaan bisa menghancurkan kehidupan, karir maupun keluarga kita.

Lakukan perbaikan sedini mungkin sebelum terlambat.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Perbaikan Dini

Mazmur 90:12
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 147; Yohanes 7; 2 Samuel 21-22

AIDS adalah salah satu epidemik terbesar di dunia dan kita tidak memeranginya dengan cukup baik karena pada awalnya sering ditutup-tutupi dan dianggap memalukan. Cina baru mau mengakuinya tahun 2002 setelah angka statistik penderitanya yang sangat tinggi. India sempat ngotot kalau penyakit ini hanya diderita pekerja seks komersial dan pelaku seks bebas. Presiden Mbeki dari Afrika Selatan mengatakan pada New York Times bahwa dia tidak pernah kenal seorangpun mengidap AIDS padahal lebih dari 30 juta penduduk Afrika terkena AIDS (HIV positif).

Menurut laporan UNAIDS, badan PBB yang menangani masalah AIDS dan HIV, penyakit ini telah membunuh lebih dari 25 juta orang. Secara global, pada tahun 2007, 46 juta orang hidup dengan HIV. Menurut UNFPA (United Nations Population Fund) pengidap HIV/AIDS bisa mencapai 290 juta orang pada tahun 2050. Dari Depkes Indonesia, lebih dari 2.000 orang meninggal karena AIDS pada tahun lalu. Wabah ini telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membunuh sumber daya manusia termasuk anak-anak. Coba saja jika masalah ini diakui dan dhtangani dari awal mungkin akibatnya tidak separah ini.

Hal yang sama juga bisa berlaku dengan karakter dan kebiasaan buruk kita. Seringkali kita tidak mau menangani kelemahan kita dengan segera karena menganggapnya cuma sesuatu yang sepele yang bisa ditutup-tutupi. Padahal jika kita mau menanganinya dengan segera, ia akan meminimalisasikan kerusakan hidup yang lebih berat lagi. Banyak kebiasaan buruk dalam pekerjaan seperti kebiasaan datang terlambat, rajin melihat situs porno, korupsi kecil-kecilan, bekerja asal selesai saja, atau sifat yang tidak mau belajar yang jika dibiarkan terus, lama-kelamaan bisa menghancurkan kehidupan, karir maupun keluarga kita.

Lakukan perbaikan sedini mungkin sebelum terlambat.

Saat Teduh: Firman Tuhan yang Berkuasa

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Firman Tuhan yang Berkuasa
Jun 1st 2012, 00:02

Posted on Jumat, 1 Juni, 2012 by saatteduh

- Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus -

Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 107

Kekuasaan dan keajaiban firman Tuhan telah terbukti dalam segala kondisi di sepanjang zaman.

Allah menciptakan dunia ini melalui firman-Nya. Melalui firman-Nya pula, Allah memelihara ciptaan-Nya. Bahkan, melalui Firman yang menjadi daging, Allah menebus manusia yang beriman kepada-Nya. Pemazmur memuji firman Tuhan yang berkuasa melalui mazmurnya. Pemazmur memakai berbagai peristiwa untuk memuji-muji karya Tuhan.

Peristiwa pertama adalah tentang para pengembara yang kelaparan dan tersesat. Ketika mereka berdoa, Allah melalui firman-Nya memelihara mereka. Para pengembara bukan hanya mendapatkan pemenuhan materi, namun lebih dari itu, Tuhan memimpin mereka sampai ke tempat tujuan mereka (107:4-9).

Peristiwa kedua adalah tentang para tahanan. Para tahanan adalah orang-orang yang tidak memiliki harapan hidup lagi. Kesalahan dan dosa membuat mereka tinggal menanti vonis yang berat yang seringkali berujung maut. Namun, Allah menyelamatkan mereka dari kerangkeng besi yang mengurung mereka (107:10-15).

Peristiwa ketiga adalah tentang para pendosa yang mengalami sakit penyakit. Pada zaman Perjanjian Lama, penyakit seringkali disebabkan oleh dosa. Allah yang penuh belas kasihan dapat menyembuhkan dan mengampuni mereka melalui firman-Nya (107:16-22).

Peristiwa keempat adalah tentang pelaut yang mengarungi lautan. Ketika angin badai menimpa dan menghancurkan mereka, Allah menenangkan badai melalui firman-Nya (107:23-32, bandingkan dengan Matius 8:23-27). Allah mengendalikan kehidupan dan alam melalui firman-Nya yang berkuasa (Mazmur 107:33-41). Oleh karena itu, hendaklah orang yang berhikmat memperhatikan dan menaati firman Tuhan (107:42-43). [WY]+

Mazmur 119:74 "Orang-orang yang takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita, sebab aku berharap kepada firman-Mu."

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Diubah untuk melayani

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Diubah untuk melayani
May 31st 2012, 23:14

Posted on Jumat, 1 Juni, 2012 by saatteduh

Baca: Kisah Para Rasul 10:9-16

Barangsiapa bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, ia akan diubah dan dibentuk oleh Tuhan menjadi pribadi yang makin serupa dengan Kristus dan siap dipakai untuk melayani Dia di mana pun ia diutus.

Petrus adalah seorang yang bersungguh-sungguh di dalam Tuhan. Hal itu terlihat dari bagaimana tekunnya ia berdoa. Namun sebagaimana orang Yahudi pada umumnya waktu itu, Petrus belum bisa melihat orang dari golongan nonYahudi sebagai orang-orang yang juga dikasihi Allah dan yang harus ia terima sebagai sesama manusia. Perbedaan suku, bangsa, dan budaya menghalangi Petrus untuk melayani sesamanya. Hal ini tentu saja akan menyulitkan dirinya dalam mengemban tugas sebagai seorang rasul, sebab kemana pun Petrus pergi sudah pasti ia akan bertemu dengan berbagai macam orang yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Allah mengambil inisiatif untuk mengajar Petrus melalui cara yang cukup spektakuler agar Petrus sadar bahwa di hadapan Allah semua orang, baik Yahudi maupun nonYahudi sama-sama memiliki kesempatan untuk menerima Yesus sekaligus diterima oleh Tuhan sebagai anak-anak-Nya. Berkat kesabaran Allah dalam mengajar Petrus melalui suatu penglihatan, sudut pandang hamba-Nya ini pun berubah.

Allah begitu sabar dalam menerima kekurangan Petrus dan dengan penuh kasih mengubah dia menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah pun ingin mengubah setiap kekurangan kita jika kita bersungguh-sungguh dalam mencari kehendak-Nya.

Maukah kita juga diubah oleh Tuhan untuk dapat melayani dunia di sekitar kita dengan lebih baik? Adakah dalam hidup ini kita juga mempunyai kecenderungan untuk membeda-bedakan orang berdasarkan suku, pendidikan, status sosial, amal saleh atau kekayaannya? Jika ya, maka biarlah seperti Petrus, kita pun boleh diubah oleh Tuhan untuk lebih mampu menerima dan melayani setiap orang yang Ia kirimkan pada kita sebagai pribadi yang sama-sama membutuhkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka pribadi.

Dikutip dari Santapan Harian. Hak Cipta : Yayasan Persekutuan   Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab,  artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat diperoleh dengan membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph:3442461-2; 3519742-3; Fax: 344972; email:   ppa@ppa.or.id.Informasi lengkap : PPA di: http://www.ppa.or.id

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Renungan Harian Air Hidup: DARI BIASA MENJADI LUAR BIASA

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
DARI BIASA MENJADI LUAR BIASA
May 31st 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 3:14-21

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  Efesus 3:20

Banyak dari kita yang berpikir Tuhan hanya memakai orang-orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau pintar, kaya dan kuat saja untuk Ia pakai sebagai kemuliaanNya.  Lalu, kita yang merasa diri sebagai orang yang biasa-biasa saja dan tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan, menjadi rendah diri dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan.  Perhatikan ayat ini:  "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."  (1 Korintus 1:27-29).  Justru orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh dunia dan orang-orang  "biasa"  dapat dipakai Tuhan secara ajaib, karena  "...Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan,"  Jadi kita pun dapa melakukan perkara-perkara besar dan ajaib asal kita percaya bahwa Tuhan sanggup memakai hidup kita menurut kuasaNya.

     Tokoh-tokoh besar seperti Abraham, Musa, Daud, Gideon, Yosua dan lain-lain adalah orang-orang biasa yang dipakai dan diurapi Tuhan menjadi orang-orang yang luar biasa.  Tuhan tidak mencari orang-orang yang mampu, kuat atau pintar, tetapi Dia mencari orang yang mau, yaitu mau untuk diproses dan dibentuknya menjadi bejanaNya yang mulia dan berharga.  Saat ini Tuhan sedang mencari orang-orang yang mengasihi Dia dengan sungguh, memiliki hati yang benar dan memiliki tekad untuk memberi yang terbaik bagiNya.  Manusia melihat penampilan luar seseorang dan apa yang terlihat secara kasat mata, tetapi Tuhan melihat hati  (baca 1 Samuel 16:7). 

     Jika saat ini Tuhan memilih dan mengurapi kita menjadi alatNya, itu semata-mata karena anugerahNya.  Karena itu jangan ada yang membanggakan diri atau menyombongkan diri.  Tidak ada alasan sedikit pun bagi kita untuk bermegah.

Tetaplah rendah hati dalam pelayanan, jangan sekali-kali mencari hormat pujian manusia, karena segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan saja!

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Selamat Hidup Bermakna

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Selamat Hidup Bermakna
May 31st 2012, 17:00

Posted on Jumat, 1 Juni, 2012 by saatteduh

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 1 Juni 2012 -

Baca: Kejadian 5:1-24 Ayat Mas: Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. (Kejadian 5:24) Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung

"Selamat panjang umur". Salam itu selalu kita katakan kepada rekan yang berulang tahun sebagai ucapan selamat sekaligus doa. Ya, panjang umur kerap kali dikaitkan dengan hidup yang bahagia. Bagaimana dengan orang yang pendek umur? Sungguhkah mereka tak bahagia sebab tak lagi bisa meneruskan hidup? Benarkah panjang umur merupakan jaminan hidup bahagia dan penuh arti?

Tokoh-tokoh yang disebutkan dalam bacaan Alkitab hari ini memiliki umur yang panjang: Adam 930 tahun (ayat 5); Set 912 tahun (ayat 8); Kenan 910 tahun (ayat 14); Yared 962 tahun (ayat 20); Henokh 365 tahun (ayat 23). Jika kita cermati, terdapat rumusan berulang dalam penulisan kalimat-kalimat tersebut. "X berumur Y tahun, lalu ia mati." Keterangan "lalu ia mati" menunjukkan bahwa betapa pun panjang umur manusia bahkan hingga ratusan tahun manusia pasti mati. Namun, di antara skema yang berulang, terselip catatan menarik yang menyertai kehidupan Henokh. Umurnya lebih pendek dari yang lain, tetapi ia "hidup bergaul dengan Allah" (ayat 24). Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkannya: "Henokh selalu hidup akrab dengan Allah". Dikatakan, ia tidak mati, tetapi diangkat oleh Allah. "Pendek umur" bukan masalah baginya sebab ia telah hidup bagi Tuhan selama di dunia.

Panjang umur ialah berkat Tuhan; tak salah jika menginginkannya. Kita bisa melihat lebih banyak karya Tuhan dalam perjalanan hidup yang lebih panjang. Namun, bagaimana kita menjalaninya, itu jauh lebih penting. Mari memohon Tuhan menolong kita untuk menjalani hidup yang bermakna bersama-Nya sampai kita berjumpa dengan Dia di surga; tak hanya menjalani hidup di dunia untuk kemudian mati sia-sia. Selamat hidup bermakna. –DEW

BUKAN PANJANG UMUR YANG MEMBUAT HIDUP BERMAKNA, MELAINKAN UNTUK APA DAN BERSAMA SIAPA KITA MENJALANINYA.

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

RSS Santapan Harian: Jumat, 1 Juni 2012 - Diubah untuk melayani (Kisah Para Rasul 10:9-16)

RSS Santapan Harian
Daftar Edisi RSS Santapan Harian // via fulltextrssfeed.com
Jumat, 1 Juni 2012 - Diubah untuk melayani (Kisah Para Rasul 10:9-16)
May 31st 2012, 17:33

Judul: Diubah untuk melayani Barangsiapa bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, ia akan diubah dan dibentuk oleh Tuhan menjadi pribadi yang makin serupa dengan Kristus dan siap dipakai untuk melayani Dia di mana pun ia diutus.

Petrus adalah seorang yang bersungguh-sungguh di dalam Tuhan. Hal itu terlihat dari bagaimana tekunnya ia berdoa. Namun sebagaimana orang Yahudi pada umumnya waktu itu, Petrus belum bisa melihat orang dari golongan nonYahudi sebagai orang-orang yang juga dikasihi Allah dan yang harus ia terima sebagai sesama manusia. Perbedaan suku, bangsa, dan budaya menghalangi Petrus untuk melayani sesamanya. Hal ini tentu saja akan menyulitkan dirinya dalam mengemban tugas sebagai seorang rasul, sebab kemana pun Petrus pergi sudah pasti ia akan bertemu dengan berbagai macam orang yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Allah mengambil inisiatif untuk mengajar Petrus melalui cara yang cukup spektakuler agar Petrus sadar bahwa di hadapan Allah semua orang, baik Yahudi maupun nonYahudi sama-sama memiliki kesempatan untuk menerima Yesus sekaligus diterima oleh Tuhan sebagai anak-anak-Nya. Berkat kesabaran Allah dalam mengajar Petrus melalui suatu penglihatan, sudut pandang hamba-Nya ini pun berubah.

Allah begitu sabar dalam menerima kekurangan Petrus dan dengan penuh kasih mengubah dia menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah pun ingin mengubah setiap kekurangan kita jika kita bersungguh-sungguh dalam mencari kehendak-Nya.

Maukah kita juga diubah oleh Tuhan untuk dapat melayani dunia di sekitar kita dengan lebih baik? Adakah dalam hidup ini kita juga mempunyai kecenderungan untuk membeda-bedakan orang berdasarkan suku, pendidikan, status sosial, amal saleh atau kekayaannya? Jika ya, maka biarlah seperti Petrus, kita pun boleh diubah oleh Tuhan untuk lebih mampu menerima dan melayani setiap orang yang Ia kirimkan pada kita sebagai pribadi yang sama-sama membutuhkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka pribadi.

Diskusi renungan ini di Facebook: http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/06/01/

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Scripture Union Indonesia (a.k.a PPA): Diubah untuk melayani

Scripture Union Indonesia (a.k.a PPA)
Santapan Harian - Untuk Kehidupan Rohani yang Segar, Kuat, dan Sigap // via fulltextrssfeed.com
Diubah untuk melayani
May 31st 2012, 17:00

Posted on June 1, 2012 by SHA

Baca: Kisah Para Rasul 10:9-16

Barangsiapa bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, ia akan diubah dan dibentuk oleh Tuhan menjadi pribadi yang makin serupa dengan Kristus dan siap dipakai untuk melayani Dia di mana pun ia diutus.

Petrus adalah seorang yang bersungguh-sungguh di dalam Tuhan. Hal itu terlihat dari bagaimana tekunnya ia berdoa. Namun sebagaimana orang Yahudi pada umumnya waktu itu, Petrus belum bisa melihat orang dari golongan nonYahudi sebagai orang-orang yang juga dikasihi Allah dan yang harus ia terima sebagai sesama manusia. Perbedaan suku, bangsa, dan budaya menghalangi Petrus untuk melayani sesamanya. Hal ini tentu saja akan menyulitkan dirinya dalam mengemban tugas sebagai seorang rasul, sebab kemana pun Petrus pergi sudah pasti ia akan bertemu dengan berbagai macam orang yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Allah mengambil inisiatif untuk mengajar Petrus melalui cara yang cukup spektakuler agar Petrus sadar bahwa di hadapan Allah semua orang, baik Yahudi maupun nonYahudi sama-sama memiliki kesempatan untuk menerima Yesus sekaligus diterima oleh Tuhan sebagai anak-anak-Nya. Berkat kesabaran Allah dalam mengajar Petrus melalui suatu penglihatan, sudut pandang hamba-Nya ini pun berubah.

Allah begitu sabar dalam menerima kekurangan Petrus dan dengan penuh kasih mengubah dia menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah pun ingin mengubah setiap kekurangan kita jika kita bersungguh-sungguh dalam mencari kehendak-Nya.

Maukah kita juga diubah oleh Tuhan untuk dapat melayani dunia di sekitar kita dengan lebih baik? Adakah dalam hidup ini kita juga mempunyai kecenderungan untuk membeda-bedakan orang berdasarkan suku, pendidikan, status sosial, amal saleh atau kekayaannya? Jika ya, maka biarlah seperti Petrus, kita pun boleh diubah oleh Tuhan untuk lebih mampu menerima dan melayani setiap orang yang Ia kirimkan pada kita sebagai pribadi yang sama-sama membutuhkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka pribadi.

This entry was posted in SHA. Bookmark the permalink.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

1 Juni


"Kamu adalah garam dunia"

(1Kor 1:18-25; Mat 5:13-19)

 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Mat 5:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yustinus, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Garam sedikit sebagai kelengkapan bumbu makanan membuat makanan yang bersangkutan enak dan nikmat, demikian juga api yang kecil dapat menjadi besar ketika digunakan untuk membakar sampah atau bangunan. "Saya sendiri tak ingin tergolek begittu saja seperti dalam museum. Saya ingin hidup di tengah pergolakan kehidupan", demikin kutipan dalam Majalah Tempo, dalam rangka mengenangkan almarhum Yustinus Kardinal Darmojuwono pr, setelah Yang Mulia dipanggil Tuhan pada tanggal 3 Februari 1994. Bapak Kardinal Darmojuwono pr ketika dibaptis menjadi katolik diberi nama pelindung St.Yustinus, dan kiranya kita semua tahu bahwa Yang Mulia sungguh menjadi 'garam dan terang dunia' dalam rangka menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusannya. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St.Yustinus hari ini kami mengajak segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus untuk dapat menjadi 'garam dan terang dunia' dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Menjadi 'garam dan terang dunia' berarti cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa membuat lingkungan hidupnya enak dan nikmat untuk didiami serta dapat membantu orang lain semakin menemukan jati diri dan panggilannya alias menerangi mereka yang berada di dalam kegelapan atau kebingungan. Maka marilah kita mawas diri apakah derap langkah dan kinerja kita senantiasa membuat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat didiami maupun membantu orang lain untuk semakin menemukan jati diri dan panggilan hidupnya. Kita semua juga dipanggil untuk mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan dengan sepenuh hati, betapapun sederhana atau kecil tata tertib atau aturan tersebut.

·   "Pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah" (1Kor 1:18). Taat dan setia dalam melaksanakan aneka tata tertib atau aturan tak akan pernah terlepas dari perjuangan dan pengorbanan maupun penderitaan. Orang yang taat dan setia memang menunjukkan bahwa kekuatan atau rahmat Allah hidup dan bekerja dalam dirinya yang lemah dan rapuh alias yang bersangkutan dengan sepenuh hati, jiwa, pikiran dan tenaga melaksanakan tata tertib atau aturan maupun menghayati panggilan. Kita yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk setia meneladan Dia, yang telah rela menderita, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati demi keselamatan seluruh dunia. Kami percaya bahwa para ibu yang telah mengandung dan melahirkan anaknya memiliki pengalaman akan pendeitaan sebagai konsekwensi pada jati diri dan panggilannya, dan penderitaan yang telah dialaminya merupakan jalan menuju  kesejahteraan atau kebahagiaan sejati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kiranya setiap hari kita membuat tanda salib, dengan harapan hidup dan bertindak meneladan Yang Tersalib, dengan kata lain mempersembahkan diri seutuhnya pada panggilan maupun tugas pengutusan. Setia pada tugas dan panggilan tak akan pernah terlepas dari penderitaan dan pengorbanan, maka hendaknya ketika harus menderita dan berkorban demi tugas dan panggilan, kami harapkan untuk terus gembira dan ceria menghadapinya, karena dengan demikian penderitaan dan pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih dan dibiasakan dalam hal kesetiaan, yang mungkin harus disertai dengan penderitaan dan pengorbanan.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN. Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan," (Mzm 33:2-7) Ign 1 Juni 2012


Mengalami Pendisiplinan Tuhan

Ayat bacaan: Ibrani 12:7
========================
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"

pendisiplinan TuhanMenjelang akhir era 70an ada seorang anak remaja yang sontak menjadi idola di Amerika. Banyak orang menganggapnya sebagai boyband pertama di dunia. Suaranya yang merdu, penampilannya yang cakap membuatnya menjadi terkenal dalam waktu singkat. Sayangnya di tengah kesuksesan itu ia kemudian terlibat dalam obat-obatan terlarang dan membuat pelanggaran di beberapa tempat umum. Beberapa kali ia lolos dari penjara dan mendapat hukuman rehabilitasi dan denda, tapi itu tidak membuatnya kapok. Akhirnya ketika ia membuat pelanggaran kembali, ia pun harus mendekam di penjara selama sekitar sebulan setengah. Disana ia kemudian mendapatkan pelajaran berharga. "Tampaknya saya memang harus rela mendekam di penjara, dan disana saya bisa melakukan itrospeksi terhadap segala kesalahan yang sudah saya lakukan. Jika mau hidup baik, kita harus menjauhi obat-obat terlarang." katanya kemudian dalam sebuah wawancara. Sebuah hukuman memang tidak enak untuk dijalani. Tapi jika itu demi kebaikan, kita harus rela menanggung konsekuensinya dan belajar dari hal itu. Hari ini ia sudah menjadi seorang yang dewasa dan kembali hidup normal. The turning point for him came when he was sentenced into prison. Ia kini bisa berkata bahwa lebih baik hukuman itu ia terima ketimbang ia harus mati akibat overdosis, kecelakaan karena mengemudi dalam keadaan "fly"/mabuk dan lainnya.

Ketika anda masih kecil tentu ada waktu-waktu dimana anda dihukum orang tua karena berbuat salah. Hukuman bisa terasa menyakitkan, bahkan sebagian orang masih mengingat pengalaman tersebut hingga dewasa. Meski tidak enak, tapi itu semua adalah demi kebaikan sendiri juga. Ada yang mengatakan bahwa tanpa pernah jatuh seseorang tidak akan pernah bisa naik sepeda, dan sama seperti itu, kita tidak akan bisa menjadi siapa diri kita hari ini tanpa pernah mendapatkan hukuman dari orang tua di saat kita masih kecil, atau dalam proses perjalanan hidup kita hingga hari ini.

Sama seperti orang tua yang terpaksa harus mendisiplinkan anaknya lewat hukuman, Tuhan sebagai Bapa yang penuh kasih pun terkadang perlu untuk mendisiplinkan kita. Ketika menjalaninya bisa jadi terasa menyakitkan. Kita terkadang mengeluh bahkan berteriak karena menganggap Tuhan terlalu keras atau malah menuduhNya tidak adil. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. Tentu tidak seperti itu. Kita harus tahu bahwa terkadang kita bisa melakukan kesalahan, dan karenanya kita butuh ditegur atau bahkan dihukum. Itu bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua. All for our own sake. Dan itu akan jauh lebih baik ketimbang kita dibiarkan terus melenceng dan kemudian harus kehilangan keselamatan yang sudah diberikan Kristus bagi kita.

Penulis Ibrani menjelaskan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan serta tujuannya. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena punya sifat kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng keluar jalur. Para orang tua tentu paham pentingnya mengganjar anak-anak mereka yang masih kecil dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Seperti itu pula-lah kita dimata Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela, karenanya Tuhan menganggap perlu untuk mendisplinkan kita jika berbuat salah. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). It shows His concern and His love. Kalau begitu, seharusnya bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma berkata: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan bisa menerima janji-janjiNya secara utuh. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan.

Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat dihukum. Jangan bersungut-sungut, jangan menyerah, jangan putus asa, jangan pula mengeraskan hati dan membangkang. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Mengalami pendisiplinan Tuhan harusnya kita pandang sebagai sesuatu yang membahagiakan. Itu diingatkan Yakobus untuk kita cermati. Itu merupakan "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Jika anda tengah mengalaminya, tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan.

Bersyukurlah ketika Tuhan menegur, karena itu tandanya Dia mengasihi kita sebagai anak-anakNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

renungan harian online: Mengalami Pendisiplinan Tuhan

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Mengalami Pendisiplinan Tuhan
May 31st 2012, 15:00

Ayat bacaan: Ibrani 12:7 ======================== "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" pendisiplinan TuhanMenjelang akhir era 70an ada seorang anak remaja yang sontak menjadi idola di Amerika. Banyak orang menganggapnya sebagai boyband pertama di dunia. Suaranya yang merdu, penampilannya yang cakap membuatnya menjadi terkenal dalam waktu singkat. Sayangnya di tengah kesuksesan itu ia kemudian terlibat dalam obat-obatan terlarang dan membuat pelanggaran di beberapa tempat umum. Beberapa kali ia lolos dari penjara dan mendapat hukuman rehabilitasi dan denda, tapi itu tidak membuatnya kapok. Akhirnya ketika ia membuat pelanggaran kembali, ia pun harus mendekam di penjara selama sekitar sebulan setengah. Disana ia kemudian mendapatkan pelajaran berharga. "Tampaknya saya memang harus rela mendekam di penjara, dan disana saya bisa melakukan itrospeksi terhadap segala kesalahan yang sudah saya lakukan. Jika mau hidup baik, kita harus menjauhi obat-obat terlarang." katanya kemudian dalam sebuah wawancara. Sebuah hukuman memang tidak enak untuk dijalani. Tapi jika itu demi kebaikan, kita harus rela menanggung konsekuensinya dan belajar dari hal itu. Hari ini ia sudah menjadi seorang yang dewasa dan kembali hidup normal. The turning point for him came when he was sentenced into prison. Ia kini bisa berkata bahwa lebih baik hukuman itu ia terima ketimbang ia harus mati akibat overdosis, kecelakaan karena mengemudi dalam keadaan "fly"/mabuk dan lainnya. Ketika anda masih kecil tentu ada waktu-waktu dimana anda dihukum orang tua karena berbuat salah. Hukuman bisa terasa menyakitkan, bahkan sebagian orang masih mengingat pengalaman tersebut hingga dewasa. Meski tidak enak, tapi itu semua adalah demi kebaikan sendiri juga. Ada yang mengatakan bahwa tanpa pernah jatuh seseorang tidak akan pernah bisa naik sepeda, dan sama seperti itu, kita tidak akan bisa menjadi siapa diri kita hari ini tanpa pernah mendapatkan hukuman dari orang tua di saat kita masih kecil, atau dalam proses perjalanan hidup kita hingga hari ini. Sama seperti orang tua yang terpaksa harus mendisiplinkan anaknya lewat hukuman, Tuhan sebagai Bapa yang penuh kasih pun terkadang perlu untuk mendisiplinkan kita. Ketika menjalaninya bisa jadi terasa menyakitkan. Kita terkadang mengeluh bahkan berteriak karena menganggap Tuhan terlalu keras atau malah menuduhNya tidak adil. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. Tentu tidak seperti itu. Kita harus tahu bahwa terkadang kita bisa melakukan kesalahan, dan karenanya kita butuh ditegur atau bahkan dihukum. Itu bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua. All for our own sake. Dan itu akan jauh lebih baik ketimbang kita dibiarkan terus melenceng dan kemudian harus kehilangan keselamatan yang sudah diberikan Kristus bagi kita. Penulis Ibrani menjelaskan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan serta tujuannya. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena punya sifat kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng keluar jalur. Para orang tua tentu paham pentingnya mengganjar anak-anak mereka yang masih kecil dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Seperti itu pula-lah kita dimata Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela, karenanya Tuhan menganggap perlu untuk mendisplinkan kita jika berbuat salah. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). It shows His concern and His love. Kalau begitu, seharusnya bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma berkata: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan bisa menerima janji-janjiNya secara utuh. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat dihukum. Jangan bersungut-sungut, jangan menyerah, jangan putus asa, jangan pula mengeraskan hati dan membangkang. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Mengalami pendisiplinan Tuhan harusnya kita pandang sebagai sesuatu yang membahagiakan. Itu diingatkan Yakobus untuk kita cermati. Itu merupakan "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Jika anda tengah mengalaminya, tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan. Bersyukurlah ketika Tuhan menegur, karena itu tandanya Dia mengasihi kita sebagai anak-anakNya Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

renungan harian online: Mengalami Pendisiplinan Tuhan

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Mengalami Pendisiplinan Tuhan
May 31st 2012, 15:00

Ayat bacaan: Ibrani 12:7 ======================== "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" pendisiplinan TuhanMenjelang akhir era 70an ada seorang anak remaja yang sontak menjadi idola di Amerika. Banyak orang menganggapnya sebagai boyband pertama di dunia. Suaranya yang merdu, penampilannya yang cakap membuatnya menjadi terkenal dalam waktu singkat. Sayangnya di tengah kesuksesan itu ia kemudian terlibat dalam obat-obatan terlarang dan membuat pelanggaran di beberapa tempat umum. Beberapa kali ia lolos dari penjara dan mendapat hukuman rehabilitasi dan denda, tapi itu tidak membuatnya kapok. Akhirnya ketika ia membuat pelanggaran kembali, ia pun harus mendekam di penjara selama sekitar sebulan setengah. Disana ia kemudian mendapatkan pelajaran berharga. "Tampaknya saya memang harus rela mendekam di penjara, dan disana saya bisa melakukan itrospeksi terhadap segala kesalahan yang sudah saya lakukan. Jika mau hidup baik, kita harus menjauhi obat-obat terlarang." katanya kemudian dalam sebuah wawancara. Sebuah hukuman memang tidak enak untuk dijalani. Tapi jika itu demi kebaikan, kita harus rela menanggung konsekuensinya dan belajar dari hal itu. Hari ini ia sudah menjadi seorang yang dewasa dan kembali hidup normal. The turning point for him came when he was sentenced into prison. Ia kini bisa berkata bahwa lebih baik hukuman itu ia terima ketimbang ia harus mati akibat overdosis, kecelakaan karena mengemudi dalam keadaan "fly"/mabuk dan lainnya. Ketika anda masih kecil tentu ada waktu-waktu dimana anda dihukum orang tua karena berbuat salah. Hukuman bisa terasa menyakitkan, bahkan sebagian orang masih mengingat pengalaman tersebut hingga dewasa. Meski tidak enak, tapi itu semua adalah demi kebaikan sendiri juga. Ada yang mengatakan bahwa tanpa pernah jatuh seseorang tidak akan pernah bisa naik sepeda, dan sama seperti itu, kita tidak akan bisa menjadi siapa diri kita hari ini tanpa pernah mendapatkan hukuman dari orang tua di saat kita masih kecil, atau dalam proses perjalanan hidup kita hingga hari ini. Sama seperti orang tua yang terpaksa harus mendisiplinkan anaknya lewat hukuman, Tuhan sebagai Bapa yang penuh kasih pun terkadang perlu untuk mendisiplinkan kita. Ketika menjalaninya bisa jadi terasa menyakitkan. Kita terkadang mengeluh bahkan berteriak karena menganggap Tuhan terlalu keras atau malah menuduhNya tidak adil. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. Tentu tidak seperti itu. Kita harus tahu bahwa terkadang kita bisa melakukan kesalahan, dan karenanya kita butuh ditegur atau bahkan dihukum. Itu bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua. All for our own sake. Dan itu akan jauh lebih baik ketimbang kita dibiarkan terus melenceng dan kemudian harus kehilangan keselamatan yang sudah diberikan Kristus bagi kita. Penulis Ibrani menjelaskan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan serta tujuannya. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena punya sifat kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng keluar jalur. Para orang tua tentu paham pentingnya mengganjar anak-anak mereka yang masih kecil dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Seperti itu pula-lah kita dimata Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela, karenanya Tuhan menganggap perlu untuk mendisplinkan kita jika berbuat salah. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). It shows His concern and His love. Kalau begitu, seharusnya bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma berkata: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan bisa menerima janji-janjiNya secara utuh. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat dihukum. Jangan bersungut-sungut, jangan menyerah, jangan putus asa, jangan pula mengeraskan hati dan membangkang. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Mengalami pendisiplinan Tuhan harusnya kita pandang sebagai sesuatu yang membahagiakan. Itu diingatkan Yakobus untuk kita cermati. Itu merupakan "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Jika anda tengah mengalaminya, tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan. Bersyukurlah ketika Tuhan menegur, karena itu tandanya Dia mengasihi kita sebagai anak-anakNya Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Rabu, 30 Mei 2012

Renungan Harian Kita: Pursuit Of Knowledge

Renungan Harian Kita
Renungan harian online kristen dan katolik, santapan harian, bahan saat teduh, Kumpulan khotbah hamba Tuhan, Mujizat Tuhan, Mujizat kesembuhan, Kata-kata bijak, kata-kata penghiburan, kata-kata motivasi, lirik dan chord lagu rohani, kisah cinta dan sahabat sejati, humor, kisah nyata dan kesaksian kristen, dan kisah-kisah kehidupan yang mengharukan dan menguatkan Iman rohani kita. Anda bisa berbagi cerita dengan mengirim cerita Anda ke renunganhariankita@yahoo.com // via fulltextrssfeed.com
Pursuit Of Knowledge
May 31st 2012, 02:30

Pengkhotbah 12:12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 146; Yohanes 6; 2 Samuel 19-20

Siapa memiliki pengetahuan, memiliki otoritas. Pertama kali saya mendengar kalimat tersebut dari Peter Drucker, the Father of Modern Marketing. Saya merasa bahwa pengetahuan merupakan suatu hal yang wajib dikejar dalam kehidupan ini. Tidak ada seorang pun ingin menjadi orang yang bodoh karena hampir seluruh posisi strategis dalam dunia usaha dikuasai oleh mereka yang memiliki intelektual tinggi. Tidak heran begitu banyak orang yang rela bekerja dan belajar berjam-jam demi mengejar sesuatu yang disebut pengetahuan, bahkan sekalipun hal tersebut mengorbankan kesehatan dan waktu mereka demi keluarga.

Ketika kita berbicara mengenai pengetahuan, ada kehidupan seorang tokoh yang patut menjadi perenungan dalam hal ini. Raja Salomo merupakan orang yang sangat pandai. Ia menjadi raja dalam usia muda dan menulis banyak buku serta amsal. Namun demikian, pada akhir kehidupannya ia berkata bahwa pengejaran akan pengetahuan adalah sia-sia tanpa hidup takut akan Tuhan. Sebagaimana para ahli Farisi, Salomo juga mengetahui banyak akan kebenaran, namun ia tidak melakukan apa yang diajarkannya tersebut.

Pengetahuan tidak pernah ada batasnya. Saya tidak sedang berbicara bahwa Anda tidak perlu belajar dan terus berusaha menjadi orang yang pandai. Tetapi jauh lebih dalam dari hal itu adalah jangan pernah mengijinkan pengejaran akan pengetahuan menghentikan pengejaran Anda akan pribadi dari Tuhan sendiri.

Intelektual dapat mempesona orang, namun hanya kasih yang mengubah hidup seseorang.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Pursuit Of Knowledge

Pengkhotbah 12:12
Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 146; Yohanes 6; 2 Samuel 19-20

Siapa memiliki pengetahuan, memiliki otoritas. Pertama kali saya mendengar kalimat tersebut dari Peter Drucker, the Father of Modern Marketing. Saya merasa bahwa pengetahuan merupakan suatu hal yang wajib dikejar dalam kehidupan ini. Tidak ada seorang pun ingin menjadi orang yang bodoh karena hampir seluruh posisi strategis dalam dunia usaha dikuasai oleh mereka yang memiliki intelektual tinggi. Tidak heran begitu banyak orang yang rela bekerja dan belajar berjam-jam demi mengejar sesuatu yang disebut pengetahuan, bahkan sekalipun hal tersebut mengorbankan kesehatan dan waktu mereka demi keluarga.

Ketika kita berbicara mengenai pengetahuan, ada kehidupan seorang tokoh yang patut menjadi perenungan dalam hal ini. Raja Salomo merupakan orang yang sangat pandai. Ia menjadi raja dalam usia muda dan menulis banyak buku serta amsal. Namun demikian, pada akhir kehidupannya ia berkata bahwa pengejaran akan pengetahuan adalah sia-sia tanpa hidup takut akan Tuhan. Sebagaimana para ahli Farisi, Salomo juga mengetahui banyak akan kebenaran, namun ia tidak melakukan apa yang diajarkannya tersebut.

Pengetahuan tidak pernah ada batasnya. Saya tidak sedang berbicara bahwa Anda tidak perlu belajar dan terus berusaha menjadi orang yang pandai. Tetapi jauh lebih dalam dari hal itu adalah jangan pernah mengijinkan pengejaran akan pengetahuan menghentikan pengejaran Anda akan pribadi dari Tuhan sendiri.

Intelektual dapat mempesona orang, namun hanya kasih yang mengubah hidup seseorang.

Saat Teduh: Belajar dari Sejarah

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Belajar dari Sejarah
May 31st 2012, 00:05

Posted on Kamis, 31 Mei, 2012 by saatteduh

- Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus -

Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 106

Kesalahan pada masa lalu adalah pelajaran berharga bagi masa kini.

Pemberontakan dan ketidaktaatan bangsa Israel terhadap Tuhan pada masa lalu merupakan cermin dari pemberontakan dan ketidaktaatan kita pada masa kini. Seringkali kesalahan dan dosa yang kita lakukan disebabkan karena kita tidak mau belajar dari sejarah, bukan hanya sejarah kita sendiri, melainkan juga sejarah para pendahulu kita. Bila kita renungkan, sangat disayangkan bahwa kita sering jatuh ke dalam lobang dosa yang sama karena kita ogahbelajar dari sejarah. Mengapa banyak orang yang tidak mau belajar dari sejarah? Kemungkinan besar adalah karena kita beranggapan bahwa sejarah itu tidak berkaitan dengan diri kita. Orientasi pada diri sendiri membuat kita tidak mempedulikan hal-hal yang tidak berkaitan dengan diri kita. Pengalaman orang lain bukan pengalaman kita sehingga kita malas mengetahui sejarah orang lain, terlebih mempelajari dan mengambil hikmahnya. Boro-boro belajar dari sejarah orang lain, belajar dari sejarah sendiri pun tidak. Di sinilah letak permasalahannya!

Mazmur yang kita baca hari ini merupakan catatan sejarah tentang kegagalan bangsa Israel. Mengapa catatan sejarah ini dipakai sebagai ratapan oleh pemazmur? Karena pemazmur sungguh-sungguh meratapi dan menyesali dosa dan kesalahan yang telah dilakukan oleh para pendahulunya. Sikap pemazmur ini luar biasa. Biasanya manusia meratapi dan menyesali dosanya sendiri, tetapi tidak demikian dengan pemazmur. Pemazmur memandang dosa dan kesalahan para pendahulunya sebagai sesuatu yang dapat pula ia lakukan. Melalui ratapan dan penyesalannya, pemazmur belajar dan bertobat sehingga tidak melakukan dosa dan kesalahan yang sama. Sungguh teladan yang luar biasa! [WY]

1 Korintus 10:12 "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Anugerah Allah bagi semua bangsa

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Anugerah Allah bagi semua bangsa
May 30th 2012, 23:18

Posted on Kamis, 31 Mei, 2012 by saatteduh

Baca: Kisah Para Rasul 10:1-8

Dalam iklim kemajemukan seperti sekarang ini, ada kecenderungan untuk membagi masyarakat ke dalam golongan dan kelompok. Persoalan muncul ketika golongan yang satu mulai curiga dan membuat penilaian negatif terhadap kelompok yang lain.

Bangsa Israel mengira merekalah satu-satunya bangsa yang terpilih. Namun Allah juga memberikan anugerah keselamatan pada bangsa lain. Kornelius adalah seorang Italia, bangsa penjajah. Bagi masyarakat Yahudi saat itu, amatlah sulit menerima kenyataan bahwa orang seperti Kornelius dapat memiliki hubungan dengan Tuhan.

Penuturan Lukas tentang adanya malaikat yang berbicara kepada Kornelius (3), merupakan berita yang mengejutkan bagi orang Yahudi kala itu. Sebab, jelaslah bahwa ternyata Allah dapat berbicara kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa membeda-bedakan bangsa dan suku mereka. Sebenarnya, dapat saja Allah hanya mengirimkan seorang utusan kepada Petrus untuk datang kepada Kornelius dan melayani dia, tetapi ternyata Allah juga mengirimkan seorang utusan untuk datang kepada Kornelius agar ia mencari Petrus. Apa arti penting dari kejadian ini? Bagi pembaca tulisan Lukas, berita itu menjadi penegasan bahwa Allah Israel adalah Allah yang juga berdaulat atas orang Italia.

Keselamatan adalah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia seturut hikmat dan kehendak-Nya. Kita yang sudah percaya, tidak jarang melupakan betapa pentingnya memiliki hati yang sungguh-sungguh untuk mencari kehendak Tuhan dan melakukan segala kebaikan. Melalui peristiwa Kornelius ini, biarlah kita juga diingatkan betapa Tuhan menaruh perhatian pada tindakan-tindakan kita sebagai orang yang percaya. Kesungguhan Kornelius dalam mencari Tuhan dan kebaikan hatinya untuk menolong orang lain menghasilkan berkat yang besar bagi dirinya dan keluarganya. Berkat itu adalah mengenal Allah sejati melalui Yesus Kristus.

Betapa besar kasih karunia Tuhan, sehingga kita tidak boleh lupa bersyukur pada-Nya melalui perbuatan-perbuatan baik kita.

Dikutip dari Santapan Harian. Hak Cipta : Yayasan Persekutuan   Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab,  artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat diperoleh dengan membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph:3442461-2; 3519742-3; Fax: 344972; email:   ppa@ppa.or.id.Informasi lengkap : PPA di: http://www.ppa.or.id

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Renungan Harian Air Hidup: ORANG KRISTEN HARUS PUNYA KASIH (2)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
ORANG KRISTEN HARUS PUNYA KASIH (2)
May 30th 2012, 18:00

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2012 -

Baca:  1 Yohanes 4:1-21 

"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  1 Yohanes 4:8

Tuhan Yesus berkata,  "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."  (Matius 22:37-40).  Itulah sebabnya jika kita menguasai semua hukum atau ajaran Kristen tapi kita kehilangan kasih sebagai inti dan yang utama, maka semua yang kita miliki dan semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali.  Bila saat ini yang kita pikirkan hanyalah diri sendiri, kesibukan kita, kesenangan kita tanpa kita mau mempedulikan orang lain yang sangat membutuhkan uluran tangan kita, ini adalah tanda bahwa kasih kita mulai luntur, dan bisa dipastikan kita tidak lagi mencintai Tuhan dengan sungguh dan terhadap sesama kita.

     Kedua, kasih adalah Allah itu sendiri.  Jadi Allah bukan saja memiliki kasih, tetapi Dia adalah kasih.  Tidak ada sifat yang lebih agung daripada kasih Allah.  Bukti nyata kasih Allah adalah  "...Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Jika kita mengaku bahwa kita adalah anak-anak Allah, kasih harus menjadi bagian hidup kita.  Bukan kasih yang hanya digembar-gemborkan melalui ucapan saja, tapi kasih yang diwujudkan dalam tindakan yang konkrit.  Jika orang Kristen yang tidak memiliki kasih ia telah gagal dalam pengiringannya kepada Tuhan dan sia-sialah kekristenannya.  Ditegaskan:  "...jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."  (1 Yohanes 4:11).  Sudahkah kasih itu terpancar melalui hidup kita?  Ataukah banyak orang sudah terlanjur kecewa karena melihat tidak ada kasih di dalam kita?

     Ketiga, kasih adalah perintah Tuhan.  Dikatakan:  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (Yohanes 13:34).  Karena memiliki kasih itu adalah perintah dari Tuhan, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus taat.

Kasih adalah untuk membuktikan bahwa kita ini adalah murid-murid Yesus;  jika tidak ada kasih di dalam kita, kita tidak layak disebut murid Yesus!

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari