Senin, 30 April 2012

Renungan Harian Kita: Melibatkan Allah

Renungan Harian Kita
Renungan harian online kristen dan katolik, santapan harian, bahan saat teduh, Kumpulan khotbah hamba Tuhan, Mujizat Tuhan, Mujizat kesembuhan, Kata-kata bijak, kata-kata penghiburan, kata-kata motivasi, lirik dan chord lagu rohani, kisah cinta dan sahabat sejati, humor, kisah nyata dan kesaksian kristen, dan kisah-kisah kehidupan yang mengharukan dan menguatkan Iman rohani kita. Anda bisa berbagi cerita dengan mengirim cerita Anda ke renunganhariankita@yahoo.com // via fulltextrssfeed.com
Melibatkan Allah
May 1st 2012, 04:20

Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 121; 1 Korintus 10; 1 Samuel 8-9

Ungkapan 'melibatkan Allah' sudah tidak asing lagi bagi orang percaya. 'Melibatkan Allah dalam segala perkara', 'melibatkan Allah dalam rumah tangga', 'melibatkan Allah dalam pekerjaan' dan masih banyak lagi kalimat serupa itu. Apakah artinya? Tentu kita berharap Allah 'turut bekerja' dalam setiap aspek kehidupan kita bukan? Namun coba direnungkan sejenak, siapakah yang aktif (melibatkan) dan siapakah yang pasif (dilibatkan)?

Seringkali yang terjadi terbalik. Ada kesan bahwa Allah menjadi pihak yang pasif, menunggu giliran untuk bertindak. Itupun kalau kita mengizinkan Dia bertindak, padahal sesungguhnya Dia berdaulat atas hidup kita. Dia berkuasa melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Kalau bukan atas izin Allah, kita tidak dapat melakukan apapun. Kebebasan kita mengambil keputusan hanya ada karena Dia yang mengizinkan.

Ketika kita ingin 'melibatkan Dia' dalam setiap langkah hidup kita adalah terbaik jika disertai dengan sikap berserah dan patuh. Memutuskan untuk patuh dan taat di bawah kendali Allah bergantung sepenuhnya kepada keputusan dan rencana-Nya, dan menantikan apa yang hendak dinyatakan-Nya kadang tidak semudah yang dibayangkan. Tapi mari belajar bahwa bukan lagi kita yang berhak menentukan apakah Dia boleh turut bekerja atau tidak, tapi menyerahkan semuanya kepada Allah.

Atas kehendak Allah sendiri, Ia selalu terlibat dan aktif bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang percaya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Melibatkan Allah

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 121; 1 Korintus 10; 1 Samuel 8-9

Ungkapan ‘melibatkan Allah' sudah tidak asing lagi bagi orang percaya. ‘Melibatkan Allah dalam segala perkara', ‘melibatkan Allah dalam rumah tangga', ‘melibatkan Allah dalam pekerjaan' dan masih banyak lagi kalimat serupa itu. Apakah artinya? Tentu kita berharap Allah ‘turut bekerja' dalam setiap aspek kehidupan kita bukan? Namun coba direnungkan sejenak, siapakah yang aktif (melibatkan) dan siapakah yang pasif (dilibatkan)?

Seringkali yang terjadi terbalik. Ada kesan bahwa Allah menjadi pihak yang pasif, menunggu giliran untuk bertindak. Itupun kalau kita mengizinkan Dia bertindak, padahal sesungguhnya Dia berdaulat atas hidup kita. Dia berkuasa melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Kalau bukan atas izin Allah, kita tidak dapat melakukan apapun. Kebebasan kita mengambil keputusan hanya ada karena Dia yang mengizinkan.

Ketika kita ingin ‘melibatkan Dia' dalam setiap langkah hidup kita adalah terbaik jika disertai dengan sikap berserah dan patuh. Memutuskan untuk patuh dan taat di bawah kendali Allah bergantung sepenuhnya kepada keputusan dan rencana-Nya, dan menantikan apa yang hendak dinyatakan-Nya kadang tidak semudah yang dibayangkan. Tapi mari belajar bahwa bukan lagi kita yang berhak menentukan apakah Dia boleh turut bekerja atau tidak, tapi menyerahkan semuanya kepada Allah.

Atas kehendak Allah sendiri, Ia selalu terlibat dan aktif bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang percaya.

Renungan Harian Air Hidup: MEMPEROLEH BERKAT LEBIH (1)

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
MEMPEROLEH BERKAT LEBIH (1)
May 1st 2012, 00:51

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2012 -

Baca:  Efesus 3:14-21

"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  Efesus 3:20

Setiap orang tentunya tidak ingin hidup dalam kekurangan atau pas-pasan.  Kita pasti ingin mendapatkan sesuatu yang lebih.  Seorang pelajar atau mahasiswa tentunya tidak ingin meraih nilai yang pas-pasan.  Ia akan tekun belajar sampai ia memperoleh nilai yang memuaskan atau di atas rata-rata;  seorang karyawan rela kerja lembur hingga larut dengan harapan akan mendapatkan penghasilan atau gaji lebih dari biasanya.  Semua orang bekerja keras dan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan hasil yang lebih.

     Sayangnya saat ini banyak orang telah menempuh jalan yang sesat, tidak halal, melanggar hukum, mengesampingkan rasa malu, mengorbankan harga diri, hidup dalam ketidaktaatan demi mendapatkan hasil yang lebih.  Mereka terlibat dalam berbagai skandal:  penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan dengan melakukan kecurangan dalam hal keuangan (korupsi), memanipulasi pajak, menekan upah buruh dan sebagainya.  Alkitab dengan keras memperingatkan:  "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana,"  (Amsal 22:8a).  Sebagai orang percaya, jangan sekali-kali kita melakukan perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan, karena hal itu adalah dosa.  Bukan hanya mempermalukan nama Tuhan, tapi kita juga harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan kelak.  Ingat!  Asal kita hidup dalam kebenaran (taat), maka berkat-berkat Tuhan akan dicurahkan atas kita.

     Untuk mendapatkan hasil yang lebih atau mengalami berkat-berkat Tuhan kita dapat belajar dari salah satu tokoh Alkitab yaitu Salomo.  Ketika bertemu dengan Tuhan Salomo mendapatkan berkat-berkat yang luar biasa, lebih dari yang diduga.  Padahal ia hanya meminta hikmat kepada Tuhan.

"...engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau."  (1 Raja-Raja 3:11-12).

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Rindu akan keselamatan orang lain

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Rindu akan keselamatan orang lain
Apr 30th 2012, 23:17

Posted on Selasa, 1 Mei, 2012 by saatteduh

Baca: Roma 9:1-5

Berbeda dengan Petrus yang memberitakan Injil kepada kaum Yahudi, Paulus dipakai secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada kaum nonYahudi. Meski begitu, Paulus selalu merindukan agar kaum Yahudi menerima keselamatan. Itu sebabnya, ke mana pun Paulus pergi memberitakan Injil, ia selalu mencari tempat ibadah Yahudi agar dapat melayani kaum tersebut.

Kerinduan Paulus jelas tergambar dari hati nuraninya yang sangat berduka karena kaum sebangsanya menolak Injil. Jika mungkin, Paulus bahkan rela terkutuk dan terpisah dari Kristus demi keselamatan orang Yahudi. Ia rela berkorban dan binasa bila hal itu dapat menyelamatkan mereka. Di dalam PL, kerinduan Paulus mirip dengan Musa yang rela binasa demi pengampunan umat Israel (Kel. 32:31-32).

Mengapa Paulus dan juga Musa rela berkorban sedemikian untuk keselamatan Israel? Karena Israel telah mendapatkan banyak hak istimewa dari Allah dan melalui mereka Mesias datang (4-5).Sayangnya, bangsa Israel sendiri tidak menghargai keistimewaan itu. Mereka tidak hidup sesuai kehendak Allah, mereka pun tidak mau datang dan percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Sebagai gantinya, bangsa Israel justru menjadi sombong dan menyalibkan Dia. Padahal Yesus adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kol. 2:9).

Belajar dari Paulus, adakah kita juga mempunyai kerinduan yang sama agar orang lain mendapatkan keselamatan? Adakah kita juga merindukan dengan sungguh-sungguh agar orang-orang berbalik kepada Yesus, termasuk orang-orang yang memberi penolakan keras, seperti yang dilakukan bangsa Israel? Bila ya, marilah kita memakai setiap kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil kepada orang lain atau membawa mereka ke gereja agar mereka sendiri dapat bertemu Tuhan Yesus dan mendapat hidup yang kekal. Marilah kita juga berdoa, agar Tuhan bekerja dalam melembutkan hati orang-orang yang secara keras menolak Injil Tuhan Yesus.

Dikutip dari Santapan Harian. Hak Cipta : Yayasan Persekutuan   Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab,  artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat diperoleh dengan membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph:3442461-2; 3519742-3; Fax: 344972; email:   ppa@ppa.or.id.Informasi lengkap : PPA di: http://www.ppa.or.id

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Mengenal Sepintas Kitab Hagai

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Mengenal Sepintas Kitab Hagai
May 1st 2012, 00:03

Posted on Selasa, 1 Mei, 2012 by saatteduh

Kitab Hagai ditulis oleh Nabi Hagai pada pertengahan tahun 520 BC, pada masa pemerintahan Darius I (552-486 BC). Hagai hidup pada dua era yang berbeda yaitu era pembuangan dan era pascapembuangan. Hagai lahir di Yerusalem, menyaksikan penghancuran Yerusalem, bahkan ikut dalam pembuangan ke Babel. Namun, ia juga merupakan satu dari 50.000 orang Israel gelombang pertama yang kembali dari pembuangan ke Babel pada masa Dekrit Koresh tahun 536 BC dengan tujuan untuk mendirikan kembali Bait Allah di Yerusalem (Ezra 3:1-13).

Masyarakat Yehuda yang hidup pada masa penulisan kitab Hagai ber-ada dalam keadaan yang sangat putus asa. Keputusasaan mereka setidaknya disebabkan oleh dua hal, yaitu:

Pertama, mereka sangat menderita di Yerusalem karena kerja keras mereka tidak pernah menghasilkan panen yang memadai (Hagai 1:5-7). Kehidupan seperti ini amat kontras dengan kehidupan mereka yang mapan dan berkecukupan selama pembuangan di Babel. Hal ini membuat mereka frustrasi, patah semangat, menyesal, bahkan merasa bahwa Tuhan tidak mempedulikan mereka dan tidak menepati janji.

Kedua, pembangunan Bait Allah sudah terhenti selama 16 tahun. Pada tahun 536 BC, Hagai dan orang-orang Israel yang lain pulang dari Babel dengan misi membangun kembali Bait Allah. Namun, proses pembangunan Bait Allah tidak berjalan lancar karena mendapat tentangan keras dari orang-orang Samaria. Kondisi ini diperparah lagi oleh kenyataan bahwa pengganti Koresh tidak memberikan dukungan penuh bagi pembangunan kembali Bait Allah. Akibatnya, orang Israel yang kembali ini menjadi putus asa, enggan untuk melanjutkan pembangunan Bait Allah, dan sibuk dengan urusan mereka sendiri. Bagi mereka, janji pemulihan Allah atas Israel tidak akan terjadi pada generasi mereka dan mereka masih harus menunggu lama.

Di tengah keputusasaan dan keengganan bangsa Israel untuk kembali membangun Bait Allah inilah Nabi Hagai bernubuat. Dalam waktu empat bulan, Hagai menyampaikan empat nubuat (1:1; 2:2, 11, 21) dan serangkaian motivasi yang berisi janji penyertaan Allah dan kepastian penggenapan janji pemulihan Allah atas Israel. Selain itu, ia juga menyampaikan tuntutan bagi Israel untuk berkomitmen dalam kekudusan. Hasilnya, bangsa Israel dari berbagai lapisan—mulai dari bupati, imam besar, sampai rakyat biasa—termotivasi untuk melanjutkan pekerjaan pembangunan Bait Allah dalam komitmen kekudusan hingga bangsa Israel dapat menyaksikan sendiri penggenapan janji pemulihan dari Allah atas Israel, penyertaan Allah, dan berkat Allah atas mereka. [H]

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Sibuk dengan Urusan Sendiri

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Sibuk dengan Urusan Sendiri
May 1st 2012, 00:03

Posted on Selasa, 1 Mei, 2012 by saatteduh

- Diambil dari Renungan Gereja Kristus Yesus -

Baca juga: Mengenal sepintas kitab Hagai

Bacaan Alkitab hari ini: Hagai 1

Tidak peduli dengan urusan Tuhan dan sibuk dengan urusan sendiri berarti tidak peduli terhadap kehadiran dan pemerintahan Allah.

Pada tahun 520 BC, kondisi Israel sudah jauh berbeda dari kondisi saat mereka pulang dari pembuangan. Raja Darius mendukung penuh pembangunan Bait Allah dan tidak ada lagi tentangan dari orang Samaria. Sekalipun demikian, bangsa Israel berkata, "belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN" (1:2). Mereka enggan membangun Bait Allah sekalipun kondisi sudah membaik karena mereka merasa bahwa kehidupan mereka sulit dan panen mereka tidak maksimal. Ketimbang mendirikan Bait Allah yang tidak jelas masa depannya, mereka merasa lebih baik dan lebih penting untuk memperjuangkan kepentingan dan rumah mereka sendiri. Mereka tidak sadar bahwa kondisi mereka yang sulit—panen yang tidak pernah maksimal—justru disebabkan oleh keengganan memba-ngun Bait Allah serta hati yang terlalu berfokus pada kepentingan mereka sendiri, bukan kepentingan Tuhan (1:9b, 10-11).

Keengganan membangun Bait Allah merupakan kejahatan serius karena keengganan itu menunjukkan ketidakpedulian akan kehadiran dan pemerintahan Allah yang dilambangkan oleh keberadaan Bait Allah. Ketidakpedulian itu dipertegas oleh fokus kesibukan mereka pada urusan pribadi. Nabi Hagai memperingatkan seluruh bangsa itu untuk bertobat dan segera melanjutkan pembangunan Bait Allah agar berkat Allah turun atas mereka. Fokus pada kepentingan pribadi dan ketidakpedulian terhadap rencana Allah merupakan tanda ketidakpedulian—bahkan tanda pemberontakan—terhadap kehadiran dan pemerintahan Allah atas hidup kita. Sepatutnyalah, kepentingan Allah mendapat tempat utama dalam hidup kita![H]

Hagai 1:4 "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?"

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Scripture Union Indonesia (a.k.a PPA): Rindu akan keselamatan orang lain

Scripture Union Indonesia (a.k.a PPA)
Santapan Harian - Untuk Kehidupan Rohani yang Segar, Kuat, dan Sigap // via fulltextrssfeed.com
Rindu akan keselamatan orang lain
Apr 30th 2012, 17:00

Posted on May 1, 2012 by SHA

Baca: Roma 9:1-5

Berbeda dengan Petrus yang memberitakan Injil kepada kaum Yahudi, Paulus dipakai secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada kaum nonYahudi. Meski begitu, Paulus selalu merindukan agar kaum Yahudi menerima keselamatan. Itu sebabnya, ke mana pun Paulus pergi memberitakan Injil, ia selalu mencari tempat ibadah Yahudi agar dapat melayani kaum tersebut.

Kerinduan Paulus jelas tergambar dari hati nuraninya yang sangat berduka karena kaum sebangsanya menolak Injil. Jika mungkin, Paulus bahkan rela terkutuk dan terpisah dari Kristus demi keselamatan orang Yahudi. Ia rela berkorban dan binasa bila hal itu dapat menyelamatkan mereka. Di dalam PL, kerinduan Paulus mirip dengan Musa yang rela binasa demi pengampunan umat Israel (Kel. 32:31-32).

Mengapa Paulus dan juga Musa rela berkorban sedemikian untuk keselamatan Israel? Karena Israel telah mendapatkan banyak hak istimewa dari Allah dan melalui mereka Mesias datang (4-5).Sayangnya, bangsa Israel sendiri tidak menghargai keistimewaan itu. Mereka tidak hidup sesuai kehendak Allah, mereka pun tidak mau datang dan percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Sebagai gantinya, bangsa Israel justru menjadi sombong dan menyalibkan Dia. Padahal Yesus adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kol. 2:9).

Belajar dari Paulus, adakah kita juga mempunyai kerinduan yang sama agar orang lain mendapatkan keselamatan? Adakah kita juga merindukan dengan sungguh-sungguh agar orang-orang berbalik kepada Yesus, termasuk orang-orang yang memberi penolakan keras, seperti yang dilakukan bangsa Israel? Bila ya, marilah kita memakai setiap kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil kepada orang lain atau membawa mereka ke gereja agar mereka sendiri dapat bertemu Tuhan Yesus dan mendapat hidup yang kekal. Marilah kita juga berdoa, agar Tuhan bekerja dalam melembutkan hati orang-orang yang secara keras menolak Injil Tuhan Yesus.

This entry was posted in SHA. Bookmark the permalink.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

RSS Santapan Harian: Selasa, 1 Mei 2012 - Rindu akan keselamatan orang lain (Roma 9:1-5)

RSS Santapan Harian
Daftar Edisi RSS Santapan Harian // via fulltextrssfeed.com
Selasa, 1 Mei 2012 - Rindu akan keselamatan orang lain (Roma 9:1-5)
Apr 30th 2012, 17:55

Judul: Rindu akan keselamatan orang lain Berbeda dengan Petrus yang memberitakan Injil kepada kaum Yahudi, Paulus dipakai secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada kaum nonYahudi. Meski begitu, Paulus selalu merindukan agar kaum Yahudi menerima keselamatan. Itu sebabnya, ke mana pun Paulus pergi memberitakan Injil, ia selalu mencari tempat ibadah Yahudi agar dapat melayani kaum tersebut.

Kerinduan Paulus jelas tergambar dari hati nuraninya yang sangat berduka karena kaum sebangsanya menolak Injil. Jika mungkin, Paulus bahkan rela terkutuk dan terpisah dari Kristus demi keselamatan orang Yahudi. Ia rela berkorban dan binasa bila hal itu dapat menyelamatkan mereka. Di dalam PL, kerinduan Paulus mirip dengan Musa yang rela binasa demi pengampunan umat Israel (Kel. 32:31-32).

Mengapa Paulus dan juga Musa rela berkorban sedemikian untuk keselamatan Israel? Karena Israel telah mendapatkan banyak hak istimewa dari Allah dan melalui mereka Mesias datang (4-5).Sayangnya, bangsa Israel sendiri tidak menghargai keistimewaan itu. Mereka tidak hidup sesuai kehendak Allah, mereka pun tidak mau datang dan percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Sebagai gantinya, bangsa Israel justru menjadi sombong dan menyalibkan Dia. Padahal Yesus adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kol. 2:9).

Belajar dari Paulus, adakah kita juga mempunyai kerinduan yang sama agar orang lain mendapatkan keselamatan? Adakah kita juga merindukan dengan sungguh-sungguh agar orang-orang berbalik kepada Yesus, termasuk orang-orang yang memberi penolakan keras, seperti yang dilakukan bangsa Israel? Bila ya, marilah kita memakai setiap kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil kepada orang lain atau membawa mereka ke gereja agar mereka sendiri dapat bertemu Tuhan Yesus dan mendapat hidup yang kekal. Marilah kita juga berdoa, agar Tuhan bekerja dalam melembutkan hati orang-orang yang secara keras menolak Injil Tuhan Yesus.

Diskusi renungan ini di Facebook: http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/05/01/

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

RSS Renungan Harian: Selasa, 1 Mei 2012 - HATI PENUH PUJIAN (1 Tesalonika 5:12-22)

RSS Renungan Harian
Daftar Edisi RSS Renungan Harian // via fulltextrssfeed.com

Selasa, 1 Mei 2012 - HATI PENUH PUJIAN (1 Tesalonika 5:12-22)
Apr 30th 2012, 17:42

Bacaan : 1 Tesalonika 5:12-22

Pada 1960, Dean Denler, suami Ruth Meyers (penulis 31 Days of Praise), dirawat karena kanker terminal. Saat itulah ia memutuskan untuk membuat kamar rumah sakitnya suatu tempat kediaman istimewa bagi Tuhan. "Aku akan memuji Tuhan sepanjang kekekalan, " katanya kepada Ruth, "tapi hanya selama waktuku yang singkat di bumi aku dapat membawa kesukaan bagi-Nya dengan memuji Dia di tengah kesakitan." Ketika meninggal, teman dekatnya berkata, "Kamar Dean menjadi suatu tempat suci, ranjangnya sebuah mimbar; dan semua yang datang untuk menghiburnya diberkati." Lagu pujian memang tidak menyembuhkan fisik Dean. Namun, orang dapat mencermati bagaimana pujian yang lahir dari hati penuh syukur mengubah cara pandangnya terhadap penyakit; dan membawa orang lain memuliakan Allah.

Paulus juga berpesan agar jemaat di Tesalonika bersyukur dalam segala hal (ayat 18). Mengapa? Sebab itulah yang dikehendaki Tuhan. Ya, Anda tidak salah baca. Mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak Kristus. Sukacita dan syukur jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi banyak orang, bukan karena segala sesuatu lancar bagi mereka (lihat 1 Tesalonika 1:6-9). Penindasan tidak menghalangi hati yang dipenuhi syukur melahirkan pujian bagi Tuhan.

Dalam hal apa atau saat-saat seperti apakah Anda memuji Tuhan bersukacita dan bersyukur kepada-Nya? Apakah pujian Anda kepada Tuhan kerap dipengaruhi keadaan sekitar? Pujilah Tuhan, sebab itulah kehendak-Nya. Itu menyukakan hati-Nya, dan membawa orang lain memandang kemuliaan-Nya. --WIS

BERSYUKURLAH DALAM SEGALA HAL.

TUNJUKKAN BETAPA TUHAN LAYAK DIPUJI DALAM SEGALA SITUASI.

Diskusi renungan ini di Facebook: http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2012/05/01/
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Hati Penuh Pujian

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Hati Penuh Pujian
Apr 30th 2012, 17:00

Posted on Selasa, 1 Mei, 2012 by saatteduh

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 1 Mei 2012 -

Baca: 1 Tesalonika 5:12-22 Ayat Mat: Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:16-18) Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 133

Pada 1960, Dean Denler, suami Ruth Meyers (penulis 31 Days of Praise), dirawat karena kanker terminal. Saat itulah ia memutuskan untuk membuat kamar rumah sakitnya suatu tempat kediaman istimewa bagi Tuhan. "Aku akan memuji Tuhan sepanjang kekekalan, " katanya kepada Ruth, "tapi hanya selama waktuku yang singkat di bumi aku dapat membawa kesukaan bagi-Nya dengan memuji Dia di tengah kesakitan." Ketika meninggal, teman dekatnya berkata, "Kamar Dean menjadi suatu tempat suci, ranjangnya sebuah mimbar; dan semua yang datang untuk menghiburnya diberkati." Lagu pujian memang tidak menyembuhkan fisik Dean. Namun, orang dapat mencermati bagaimana pujian yang lahir dari hati penuh syukur mengubah cara pandangnya terhadap penyakit; dan membawa orang lain memuliakan Allah.

Paulus juga berpesan agar jemaat di Tesalonika bersyukur dalam segala hal (ayat 18). Mengapa? Sebab itulah yang dikehendaki Tuhan. Ya, Anda tidak salah baca. Mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak Kristus. Sukacita dan syukur jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi banyak orang, bukan karena segala sesuatu lancar bagi mereka (lihat 1 Tesalonika 1:6-9). Penindasan tidak menghalangi hati yang dipenuhi syukur melahirkan pujian bagi Tuhan.

Dalam hal apa atau saat-saat seperti apakah Anda memuji Tuhan bersukacita dan bersyukur kepada-Nya? Apakah pujian Anda kepada Tuhan kerap dipengaruhi keadaan sekitar? Pujilah Tuhan, sebab itulah kehendak-Nya. Itu menyukakan hati-Nya, dan membawa orang lain memandang kemuliaan-Nya. –WIS

BERSYUKURLAH DALAM SEGALA HAL. TUNJUKKAN BETAPA TUHAN LAYAK DIPUJI DALAM SEGALA SITUASI.

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Nyanyian Burung Menyambut Pagi

Ayat bacaan: Mazmur 40:3
====================
"Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan."

nyanyian burungSatu hal yang saya suka ketika bangun pagi adalah kicauan burung. Burung-burung berkicau riang bagai penyanyi yang bersukacita menyambut datangnya hari yang baru. Pagi terasa sangat indah dengan hadirnya suara burung-burung ini. Begitu merdu, hingga sukacita mereka mampu membawa perasaan bahagia dan damai dalam hati. Pagi ini saya bangun cepat karena saya punya jadwal mengajar pagi, dan saya mengambil waktu sejenak untuk menikmati udara pagi yang segar, menatap cerahnya hari baru diiringi suara kicauan burung-burung dan mengucap syukur kepada Tuhan atas keindahan hari di pagi ini. Jika kita tanyakan mengapa dan untuk apa sebenarnya burung bernyanyi kepada ahli biologi maka mereka akan menjawab: karena mereka bisa dan harus. Secara naluri burung bernyanyi guna menarik perhatian pasangannya dan untuk mempertahankan teritori mereka. Tapi lebih dari fungsi burung bernyanyi ini, apa yang kita dengar adalah lebih dari itu. Bagi saya pribadi ini mengingatkan saya betapa alam ini diciptakan Tuhan secara luar biasa indahnya dan penuh dengan nyanyian.

Organ yang membuat burung bernyanyi itu bernama syrinx, dan bukan larynx seperti yang dimiliki manusia. Syrinx terletak lebih dalam di dalam tubuh burung jika dibandingkan larynx pada manusia. Syrinx menurut para ahli biologi adalah kotak suara burung yang menimbulkan suara kicauan merdu seperti nyanyian ini. Meski secara ilmiah demikian, masih banyak hal yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti mengapa suara yang keluar bisa sedemikian merdu. Sebagai orang awam, apabila pertanyaan mengapa burung bernyanyi ditanyakan pada saya, saya akan menjawab bahwa itu adalah anugrah Tuhan yang sangat indah. Tuhan menaruh lagu dalam hati mereka, membuat mereka berkicau riang atau bernyanyi lagu yang terdengar indah di telinga kita.

Jika Tuhan menaruh lagu di dalam hati burung, hal yang sama sebenarnya juga diberikan Tuhan pada kita dan itu bisa kita baca dalam kitab Mazmur. "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." (Mazmur 40:3). Lihatlah dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberi inspirasi pada kita, meletakkan nyanyian baru dalam mulut kita untuk kembali dipakai memujiNya. Sama seperti kita yang menyukai lagu, Tuhan pun demikian. God loves music. Bagi saya musik adalah salah satu anugerahNya yang terindah, karena saya tidak bisa membayangkan bagaimana suram dan keringnya hidup jika tidak ada musik atau lagu di dalamnya. Dan lihat pula bahwa lewat lagu kita bisa membawa orang untuk mengenalNya, bertobat dan percaya kepadaNya. Sampai hari ini hal tersebut masih kerap terjadi. Begitu banyaknya orang yang dijamah Tuhan lewat lagu-lagu pujian atau penyembahan, bahkan lagu-lagu biasa yang inspiratif. Semua itu berasal dari Tuhan, dan hendaknya itu kita pakai kembali untuk memuliakan Tuhan.

Begitu banyak ciptaan Tuhan yang kita nikmati setiap saat, begitu banyak karyaNya yang sangat indah, sehingga sudah selayaknya kita memberikan pujian kepada Tuhan, dan salah satunya adalah lewat nyanyian penuh sukacita. Kitab Mazmur berbicara banyak tentang keindahan ciptaan Tuhan dan semua berkatNya, perlindunganNya dan kasihNya bagi kita, dan berkali-kali pula dalam kitab Mazmur kita mendapatkan ajakan untuk bernyanyi memanjatkan syukur bagi Tuhan. "Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." (Mazmur 104:33) Ajakan untuk memuji segala perbuatan ajaib Tuhan lewat nyanyian baru pun berkumandang di banyak ayat pada Mazmur. "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus." (Mazmur 98:1). Lalu Pemazmur pun berseru: "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Make a joyful noise to the Lord, all the earth; break forth and sing for joy, yes, sing praises!" (Mazmur 98:4). Sing praises, nyanyikan puji-pujian bagiNya. Itu jauh lebih baik ketimbang kita hanya mengisi mulut kita dengan keluh kesah, umpatan atau hal-hal negatif lainnya. Selain itu bisa meneguhkan semangat kita dan membuat kita penuh sukacita, itupun akan besar artinya bagi Tuhan.

Kicauan merdu burung yang saya dengar hari ini menjadi peringatan bagi saya bahwa sebenarnya kita pun telah dianugrahkan oleh Tuhan suara dengan nyanyian-nyanyian yang bisa kita pakai untuk memuliakan Tuhan.Kita bisa  berterimakasih atas semua berkatNya dalam hidup kita lewat puji-pujian yang indah. Allah kita adalah Allah yang luar biasa dan sangat mengasihi kita. Dia layak untuk itu! "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Wahyu 4:11). Mendengar burung-burung yang bernyanyi riang di pagi hari, mari kita pun melakukan hal yang sama. Beri persembahkan pujian-pujian yang terbaik lewat nyanyian yang penuh sukacita. Teruslah bernyanyi dan muliakan Tuhan lewat itu.

Let's sing for joy at the work of His hands

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

renungan harian online: Nyanyian Burung Menyambut Pagi

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Nyanyian Burung Menyambut Pagi
Apr 30th 2012, 15:00

Ayat bacaan: Mazmur 40:3 ==================== "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." nyanyian burungSatu hal yang saya suka ketika bangun pagi adalah kicauan burung. Burung-burung berkicau riang bagai penyanyi yang bersukacita menyambut datangnya hari yang baru. Pagi terasa sangat indah dengan hadirnya suara burung-burung ini. Begitu merdu, hingga sukacita mereka mampu membawa perasaan bahagia dan damai dalam hati. Pagi ini saya bangun cepat karena saya punya jadwal mengajar pagi, dan saya mengambil waktu sejenak untuk menikmati udara pagi yang segar, menatap cerahnya hari baru diiringi suara kicauan burung-burung dan mengucap syukur kepada Tuhan atas keindahan hari di pagi ini. Jika kita tanyakan mengapa dan untuk apa sebenarnya burung bernyanyi kepada ahli biologi maka mereka akan menjawab: karena mereka bisa dan harus. Secara naluri burung bernyanyi guna menarik perhatian pasangannya dan untuk mempertahankan teritori mereka. Tapi lebih dari fungsi burung bernyanyi ini, apa yang kita dengar adalah lebih dari itu. Bagi saya pribadi ini mengingatkan saya betapa alam ini diciptakan Tuhan secara luar biasa indahnya dan penuh dengan nyanyian. Organ yang membuat burung bernyanyi itu bernama syrinx, dan bukan larynx seperti yang dimiliki manusia. Syrinx terletak lebih dalam di dalam tubuh burung jika dibandingkan larynx pada manusia. Syrinx menurut para ahli biologi adalah kotak suara burung yang menimbulkan suara kicauan merdu seperti nyanyian ini. Meski secara ilmiah demikian, masih banyak hal yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti mengapa suara yang keluar bisa sedemikian merdu. Sebagai orang awam, apabila pertanyaan mengapa burung bernyanyi ditanyakan pada saya, saya akan menjawab bahwa itu adalah anugrah Tuhan yang sangat indah. Tuhan menaruh lagu dalam hati mereka, membuat mereka berkicau riang atau bernyanyi lagu yang terdengar indah di telinga kita. Jika Tuhan menaruh lagu di dalam hati burung, hal yang sama sebenarnya juga diberikan Tuhan pada kita dan itu bisa kita baca dalam kitab Mazmur. "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." (Mazmur 40:3). Lihatlah dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberi inspirasi pada kita, meletakkan nyanyian baru dalam mulut kita untuk kembali dipakai memujiNya. Sama seperti kita yang menyukai lagu, Tuhan pun demikian. God loves music. Bagi saya musik adalah salah satu anugerahNya yang terindah, karena saya tidak bisa membayangkan bagaimana suram dan keringnya hidup jika tidak ada musik atau lagu di dalamnya. Dan lihat pula bahwa lewat lagu kita bisa membawa orang untuk mengenalNya, bertobat dan percaya kepadaNya. Sampai hari ini hal tersebut masih kerap terjadi. Begitu banyaknya orang yang dijamah Tuhan lewat lagu-lagu pujian atau penyembahan, bahkan lagu-lagu biasa yang inspiratif. Semua itu berasal dari Tuhan, dan hendaknya itu kita pakai kembali untuk memuliakan Tuhan. Begitu banyak ciptaan Tuhan yang kita nikmati setiap saat, begitu banyak karyaNya yang sangat indah, sehingga sudah selayaknya kita memberikan pujian kepada Tuhan, dan salah satunya adalah lewat nyanyian penuh sukacita. Kitab Mazmur berbicara banyak tentang keindahan ciptaan Tuhan dan semua berkatNya, perlindunganNya dan kasihNya bagi kita, dan berkali-kali pula dalam kitab Mazmur kita mendapatkan ajakan untuk bernyanyi memanjatkan syukur bagi Tuhan. "Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." (Mazmur 104:33) Ajakan untuk memuji segala perbuatan ajaib Tuhan lewat nyanyian baru pun berkumandang di banyak ayat pada Mazmur. "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus." (Mazmur 98:1). Lalu Pemazmur pun berseru: "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Make a joyful noise to the Lord, all the earth; break forth and sing for joy, yes, sing praises!" (Mazmur 98:4). Sing praises, nyanyikan puji-pujian bagiNya. Itu jauh lebih baik ketimbang kita hanya mengisi mulut kita dengan keluh kesah, umpatan atau hal-hal negatif lainnya. Selain itu bisa meneguhkan semangat kita dan membuat kita penuh sukacita, itupun akan besar artinya bagi Tuhan. Kicauan merdu burung yang saya dengar hari ini menjadi peringatan bagi saya bahwa sebenarnya kita pun telah dianugrahkan oleh Tuhan suara dengan nyanyian-nyanyian yang bisa kita pakai untuk memuliakan Tuhan.Kita bisa  berterimakasih atas semua berkatNya dalam hidup kita lewat puji-pujian yang indah. Allah kita adalah Allah yang luar biasa dan sangat mengasihi kita. Dia layak untuk itu! "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Wahyu 4:11). Mendengar burung-burung yang bernyanyi riang di pagi hari, mari kita pun melakukan hal yang sama. Beri persembahkan pujian-pujian yang terbaik lewat nyanyian yang penuh sukacita. Teruslah bernyanyi dan muliakan Tuhan lewat itu. Let's sing for joy at the work of His hands Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

renungan harian online: Nyanyian Burung Menyambut Pagi

renungan harian online
renungan harian online bagi yang haus akan Tuhan
Nyanyian Burung Menyambut Pagi
Apr 30th 2012, 15:00

Ayat bacaan: Mazmur 40:3 ==================== "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." nyanyian burungSatu hal yang saya suka ketika bangun pagi adalah kicauan burung. Burung-burung berkicau riang bagai penyanyi yang bersukacita menyambut datangnya hari yang baru. Pagi terasa sangat indah dengan hadirnya suara burung-burung ini. Begitu merdu, hingga sukacita mereka mampu membawa perasaan bahagia dan damai dalam hati. Pagi ini saya bangun cepat karena saya punya jadwal mengajar pagi, dan saya mengambil waktu sejenak untuk menikmati udara pagi yang segar, menatap cerahnya hari baru diiringi suara kicauan burung-burung dan mengucap syukur kepada Tuhan atas keindahan hari di pagi ini. Jika kita tanyakan mengapa dan untuk apa sebenarnya burung bernyanyi kepada ahli biologi maka mereka akan menjawab: karena mereka bisa dan harus. Secara naluri burung bernyanyi guna menarik perhatian pasangannya dan untuk mempertahankan teritori mereka. Tapi lebih dari fungsi burung bernyanyi ini, apa yang kita dengar adalah lebih dari itu. Bagi saya pribadi ini mengingatkan saya betapa alam ini diciptakan Tuhan secara luar biasa indahnya dan penuh dengan nyanyian. Organ yang membuat burung bernyanyi itu bernama syrinx, dan bukan larynx seperti yang dimiliki manusia. Syrinx terletak lebih dalam di dalam tubuh burung jika dibandingkan larynx pada manusia. Syrinx menurut para ahli biologi adalah kotak suara burung yang menimbulkan suara kicauan merdu seperti nyanyian ini. Meski secara ilmiah demikian, masih banyak hal yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti mengapa suara yang keluar bisa sedemikian merdu. Sebagai orang awam, apabila pertanyaan mengapa burung bernyanyi ditanyakan pada saya, saya akan menjawab bahwa itu adalah anugrah Tuhan yang sangat indah. Tuhan menaruh lagu dalam hati mereka, membuat mereka berkicau riang atau bernyanyi lagu yang terdengar indah di telinga kita. Jika Tuhan menaruh lagu di dalam hati burung, hal yang sama sebenarnya juga diberikan Tuhan pada kita dan itu bisa kita baca dalam kitab Mazmur. "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." (Mazmur 40:3). Lihatlah dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberi inspirasi pada kita, meletakkan nyanyian baru dalam mulut kita untuk kembali dipakai memujiNya. Sama seperti kita yang menyukai lagu, Tuhan pun demikian. God loves music. Bagi saya musik adalah salah satu anugerahNya yang terindah, karena saya tidak bisa membayangkan bagaimana suram dan keringnya hidup jika tidak ada musik atau lagu di dalamnya. Dan lihat pula bahwa lewat lagu kita bisa membawa orang untuk mengenalNya, bertobat dan percaya kepadaNya. Sampai hari ini hal tersebut masih kerap terjadi. Begitu banyaknya orang yang dijamah Tuhan lewat lagu-lagu pujian atau penyembahan, bahkan lagu-lagu biasa yang inspiratif. Semua itu berasal dari Tuhan, dan hendaknya itu kita pakai kembali untuk memuliakan Tuhan. Begitu banyak ciptaan Tuhan yang kita nikmati setiap saat, begitu banyak karyaNya yang sangat indah, sehingga sudah selayaknya kita memberikan pujian kepada Tuhan, dan salah satunya adalah lewat nyanyian penuh sukacita. Kitab Mazmur berbicara banyak tentang keindahan ciptaan Tuhan dan semua berkatNya, perlindunganNya dan kasihNya bagi kita, dan berkali-kali pula dalam kitab Mazmur kita mendapatkan ajakan untuk bernyanyi memanjatkan syukur bagi Tuhan. "Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." (Mazmur 104:33) Ajakan untuk memuji segala perbuatan ajaib Tuhan lewat nyanyian baru pun berkumandang di banyak ayat pada Mazmur. "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus." (Mazmur 98:1). Lalu Pemazmur pun berseru: "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Make a joyful noise to the Lord, all the earth; break forth and sing for joy, yes, sing praises!" (Mazmur 98:4). Sing praises, nyanyikan puji-pujian bagiNya. Itu jauh lebih baik ketimbang kita hanya mengisi mulut kita dengan keluh kesah, umpatan atau hal-hal negatif lainnya. Selain itu bisa meneguhkan semangat kita dan membuat kita penuh sukacita, itupun akan besar artinya bagi Tuhan. Kicauan merdu burung yang saya dengar hari ini menjadi peringatan bagi saya bahwa sebenarnya kita pun telah dianugrahkan oleh Tuhan suara dengan nyanyian-nyanyian yang bisa kita pakai untuk memuliakan Tuhan.Kita bisa  berterimakasih atas semua berkatNya dalam hidup kita lewat puji-pujian yang indah. Allah kita adalah Allah yang luar biasa dan sangat mengasihi kita. Dia layak untuk itu! "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Wahyu 4:11). Mendengar burung-burung yang bernyanyi riang di pagi hari, mari kita pun melakukan hal yang sama. Beri persembahkan pujian-pujian yang terbaik lewat nyanyian yang penuh sukacita. Teruslah bernyanyi dan muliakan Tuhan lewat itu. Let's sing for joy at the work of His hands Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

30 April

"Ia memanggil domba-dombanya menurut namanya dan menuntunnya ke luar"

(Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10)

 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika "semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yoh 10:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Warta Gembira hari ini sedikit banyak meneruskan atau memperdalam warta gembira kemarin. Perumpamaan periha gembala sebagaimana dikisahkan dalam kutipan di atas hemat saya bagus sekali untuk direnungkan dan dicecap dalam-dalam oleh siapapun yang berprofesi sebagai pemimpin, guru atau pendidik, pendamping dst.. dalam kehidupan bersama apapun. "Cura personalis" (= pemeliharaan atau perawatan secara pribadi), demikian salah satu semangat Ignatian yang kiranya sangat bagus untuk mewujudkan panggilan sebagai gembala baik yang "memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar". Para orangtua kiranya mengenal cukup baik anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan bagi mereka, maka kami harapkan dalam semangat cintakasih dan kebebasan Injili mendidik dan mendampingi anak-anak demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anak di masa depan. Dalam dan dengan semangat cintakasih pula kami dambakan kepada para guru atau pendidik dalam mendidik dan mendampingi para peserta didik, selain itu hendaknya guru atau pendidik juga mengenal dengan baik semua peserta didik yang dipercayakan oleh orangtuanya untuk dididik dan dibina lebih lanjut. Hendaknya juga dihayati motto bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani".  Kepada para pemimpin atau atasan dalam hidup dan kerja bersama dalam bentuk apapun kami harapkan sungguh mengenal para pembantu atau anak buahnya. "Tak kenal tak sayang", demikian kata sebuah pepatah, yang berarti semakin mengenal akan semakin menyayangi. Marilah kita 'tuntun' anak-anak, peserta didik, bawahan atau anggota, menuju ke tempat yang menyuburkan dan menyehatkan kehidupan phisik maupun spiritual.

·   "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup." (Kis 11:18). Warta Gembira atau karya penyelamatan yang menuntut pertobatan memang tidak terbatas pada suku dan bangsa tertentu, melainkan bagi seluruh umat manusia di bumi ini, tanpa pandang bulu. Maka kepada segenap umat katolik kami harapkan di dalam hidup bermasyarakat dapat menjadi saksi keselamatan atau warta gembira bagi segenap warga masyarakat. Demikian juga kepada para pegawai atau pekerja katolik di perusahaan atau kantor kami harapkan juga dapat  menjadi saksi keselamatan dan warta gembira. Tentu saja kita sendiri senantiasa bertobat terus-menerus, artinya siap sedia untuk terus-menerus diperbaharui sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman. Kiranya kita semua dapat belajar atau bercermin pada para misionaris yang dengan penuh pengorbanan serta pelayanan telah meninggalkan tanah tumpah darahnya guna mewartakan kabar baik atau karya penyelamatan ke tempat yang jauh. Memang mewartakan karya penyelamatan butuh pengorbanan dan pelayanan, sebagaimana juga telah dilakukan Sang Penyelamat yang telah melepaskan kebesaranNya (ke –Allah-anNya) mendatangi umat manusia di bumi ini. Kami berharap semangat berkorban dan melayani sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua. Saling melayani dan berkorban hendaknya terjadi dalam hidup berkeluarga, dihayati oleh seluruh anggota keluarga.

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"

(Mzm 42:2-3)

Ign 30 April 2012  

 


1Mei


"Aku dan Bapa adalah satu"

(Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30)

" Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Yahudi tidak percaya kepada Yesus, bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia, maka semakin Yesus menyingkapkan jatidiriNya mereka semakin bimbang, semakin tidak percaya. Bagaimana kita yang beriman kepadaNya, apakah mengalami kebimbangan dalam penghayatan iman? Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian senantiasa bersatu denganNya dalam situasi atau kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun. Maka marilah kita meneladan Yesus, yang senantiasa setia melakukan pekerjaan yang diserahkan oleh Bapa yang mengutusNya serta bersabda bahwa "Aku dan Bapa adalah satu". Jika kita senantiasa bersatu dan bersama dengan Tuhan, maka meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan berat, kita tak akan pernah takut dan bimbang. Tak seorang pun dapat memisahkan kita dari Tuhan jika kita sungguh percaya dan menyerahkan diri kepadaNya, karena Tuhan maha kuat dan maha kuasa, sehingga siapapun yang senantiasa bersatu denganNya akan mampu menguasai dan mengalahkan aneka tantangan, hambatan maupun masalah. Kebetulan hari ini kita memasuki bulan Mei, yaitu bulan Maria, maka marilah kita tingkatkan juga devosi kita kepada Bunda Maria, antara lain dengan berdoa rosario. Ingatlah dan sadari bahwa berdoa rosario berarti kita mengulang-ulang doa-doa pokok atau utama, yang tidak lain berisi iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Maka rajin berdoa rosario , iman kita pasti diteguhkan dan dikuatkan serta diperdalam, semakin handal dan tangguh dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan.

·   "Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan" (Kis 11:21), demikian berita perihal apa yang dialami oleh para rasul dalam rangka mewartakan Injil atau Kabar Gembira, Kabar Baik. Menjadi pewarta kabar baik atau kabar gembira berarti senantiasa berada dalam keadaan baik dan gembira, kerena Tuhan senantiasa menyertainya. Bagi orang yang sungguh beriman tidak ada alasan untuk tidak baik dan tidak gembira. Orang yang senantiasa kelihatan gembira di dunia ini adalah orang gila, yang senyum dan tertawa terus dimana-mana, karena mereka telah melintasi stress-nya, sehingga semua orang, besar-kecil, tua-muda atau anak-anak tertarik kepadanya. Tentu kami tidak mengharapkan anda menjadi gila atau sakit jiwa, melainkan marilah meneladan kegembiraan dan keceriaan orang gila, yang menarik dan memikat. Jika kita senantiasa dalam keadaan gembira maka kita juga tak akan mudah jatuh sakit, kita akan berada dalam keadaan segar bugar, baik jiwa, hati, akal budi maupun tubuh kita, tentu saja kegembiraan kita sungguh asli bukan sandiwara, sebagai wujud atau penghayatan kesatuan dengan Tuhan. Biarlah melakukan kesaksian kegembiraan kita kemudian semakin banyak orang 'berbalik kepada Tuhan' alias bertobat, meninggalkan cara hidup dan cara bertindak yang berlawanan dengan kehendak Tuhan serta kemudiaan dengan setia melaksanakan kehendak Tuhan. Setia melaksanakan kehendak Tuhan berarti setia menghayati panggilan dan tugas pengutusan, entah terpanggil sebagai imam, bruder, suster maupun bapak-ibu atau suami-isteri. Kami percaya ketika kita ditahbiskan menjadi imam, mengucapkan kaul kekal hidup membiara, atau saling berjanji sebagai suami-isteri berada dalam kegembiraan luar biasa, maka marilah kegembiraan tersebut terus menerus kita hayati sampai mati atau dipanggil Tuhan.

"Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.  Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana." Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya." (Mzm 87:1-5)

Ign 1 Mei 2012


Minggu, 29 April 2012

Renungan Harian Air Hidup: SALOMO: Hati yang Mulai Berubah!

Renungan Harian Air Hidup
Saduran dari buku Renungan Harian Air Hidup // via fulltextrssfeed.com
SALOMO: Hati yang Mulai Berubah!
Apr 30th 2012, 01:20

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2012 -

Baca:  1 Raja-Raja 11:1-13

"'Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.' Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta."  1 Raja-Raja 11:2

Dalam Yohanes 10:10 dikatakan,  "Pencuri (Iblis) datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  Karena itu berbagai cara dilakukan Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia.  Jika gagal dengan cara yang satu, Iblis akan mencoba cara yang lain.  jika melalui kejadian yang buruk, sakit-penyakit tidak berhasil, Iblis akan mencoba mencari celah yang lain.  Salah satunya adalah melalui kelimpahan atau berkat.  Berapa banyak orang jatuh dalam dosa justru pada saat ia diberkati.  Sementara saat berada dalam penderitaan seseorang dapat begitu dekat dan bergaul karib dengan Tuhan.  Tetapi saat ia berlimpah dengan harta hatinya tidak lagi terpaut kepada Tuhan, karena Alkitab mengatakan: "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).

     Kita bisa belajar dari kisah hidup raja Salomo.  Ia adalah seorang raja yang  "...melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat."  (1 Raja-Raja 10:23);  hikmat, kekayaan, kekuasaan dan popularitas Salomo benar-benar tak tertandingi oleh raja mana pun yang ada di dunia.  Dan sungguh benar bahwa semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya.  Semua itu membuat Salomo lupa diri dan kian terlena;  harta, tahta dan wanita secara perlahan telah mengubah arah hidupnya.  Hatinya mulai berubah!  Ia tidak lagi mengindahkan perintah Tuhan.  Nasihat dan pesan dari ayahnya, Daud,  "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,..."  (1 Raja-Raja 2:3)  ia lupakan dan mulai berkompromi dengan dosa.

     Mengapa Salomo menjadi seperti itu?  Semua itu berawal ketika ia  "...mencintai banyak perempuan asing.  Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,"  (ayat 1).  Karena perempuan-perempuan asing itulah iman Salomo menjadi goyah dan hatinya menjadi condong kepada ilah-ilah mereka.  Padahal dengan tegas Tuhan sudah melarang Salomo untuk bergaul dengan mereka, karena  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Tuhan pun menjadi sangat marah!

Goncangan hebat terjadi di akhir pemerintahan Salomo dan kerajaannya pun koyak.

Related Posts :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Saat Teduh: Kitalah umat pemenang

Saat Teduh
Sesaat Bersama Tuhan // via fulltextrssfeed.com
Kitalah umat pemenang
Apr 29th 2012, 23:20

Posted on Senin, 30 April, 2012 by saatteduh

Baca: Roma 8:31-39

Dalam setiap pertandingan atau perlombaan pasti ada menang-kalah. Yang menang pasti bersukacita, berpesta dan bergembira. Sementara bagi yang kalah, timbul tangisan, dan penyesalan yang dalam, sambil berusaha untuk membalas kembali jika ada pertandingan atau perlombaan yang sama pada waktu berikutnya. Lalu bagaimana orang yang percaya kepada Tuhan? Di manakah posisinya? Menang atau kalah?

Paulus tegas mengatakan dalam renungan kita hari ini, bahwa kita adalah umat pemenang oleh karena kasih Allah (37). Ketika kita melawan kuasa dosa, Dia sendiri yang bersama kita untuk memenangkan pertempuran melawan dosa. Kita menang melawan dosa karena kematian dan kebangkitan Yesus (31-32). Ketika ada orang yang menggugat keberadaan kita sebagai anak-anak Allah, Dia tampil sebagai Pembela Yang Agung bagi kita (33-34). Ketika kita berjuang melawan berbagai penderitaan, penyakit, cobaan dan penganiayaan, Dia tampil sebagai orang yang mengasihi dan mendampingi kita dengan tulus sampai kita melewati masa-masa sulit tersebut (35-36). Allah adalah penjamin hidup anak-anak-Nya bahwa mereka tidak mungkin bisa jadi pecundang di dunia ini. Tidak ada yang bisa memisahkan anak-anak Allah dari kasih dan kuasa Allah. Mereka adalah pemenang. Kita adalah pemenang.

Menjadi pemenang di dunia ini berbeda dengan menjadi pemenang dalam Tuhan. Setiap juara di setiap pertandingan atau perlombaan di dunia ini ada batasannya. Mungkin besok akan muncul juara baru lagi dan kita menjadi pihak yang kalah. Tidak selamanya kita menjadi juara! Tetapi di dalam Tuhan, kita akan menjadi pemenang untuk selama-lamanya. Tidak ada seorang pun yang dapat merebut piala kehidupan yang kita peroleh dari Tuhan baik manusia yang hidup dan mati, termasuk pemerintah dan penguasa di dunia. Bahkan malaikat pun tidak (38-39). Mengapa? Karena Tuhan selalu bersama dengan kita (32b). Oleh karena itu mari kita menjaga dengan baik piala kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita sampai selama-lamanya.

Dikutip dari Santapan Harian. Hak Cipta : Yayasan Persekutuan   Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab,  artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat diperoleh dengan membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph:3442461-2; 3519742-3; Fax: 344972; email:   ppa@ppa.or.id.Informasi lengkap : PPA di: http://www.ppa.or.id

Like this:

Be the first to like this post.

Filed under: Renungan Harian

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari