Kamis, 16 Agustus 2012

Keluarga Satu Suara

Ayat bacaan: Kejadian 6:22
======================
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."

Sejauh mana kesatuan suara dalam keluarga anda saat ini? Faktanya kebanyakan keluarga secara unit masih terlihat satu namun di dalamnya sangatlah keropos. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing punya keinginan sendiri, sehingga sangatlah sulit untuk mencapai satu suara dalam memutuskan segala sesuatu. Saya menyadari bahwa masing-masing orang punya kepribadian atau sifat yang berbeda-beda, sehingga keputusan pun memang bisa berbeda dari satu kepala ke kepala lainnya. Ada juga yang otoriter dan harus selalu menang sendiri, itupun bisa mendatangkan masalah karena pihak lainnya akan menentang dan mengambil jalan yang berbeda. Jika sudah begini, situasipun makin tidak kondusif. Ada begitu banyak keluarga yang isinya sudah tidak lagi searah, apalagi satu suara dalam memutuskan sesuatu. Bagi saya pribadi, mencari kesepakatan dalam memutuskan sesuatu terutama yang penting merupakan hal yang mutlak dalam membina rumah tangga. Benar, seperti anda juga, ada kalanya itu sulit dilakukan. Tapi biar bagaimanapun saya akan selalu mengajak istri saya untuk berbicara dan kemudian mengambil langkah yang sama-sama kita sepakati. Kalaupun kita belum bertemu dengan yang namanya kesepakatan, kita akan berdoa bersama untuk mendengar apa kata Tuhan.

Kita tidak boleh anti terhadap perbedaan. Adalah wajar apabila semua orang punya pandangan yang akan mengarah kepada penyelesaian yang berbeda pula dalam mengatasi masalah baik besar maupun kecil. Akan tetapi Alkitab menekankan pentingnya sebuah kesatuan dalam sebuah keluarga. Yang penting adalah bagaimana kita mencari sebuah titik temu, agar semua keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi seluruh anggota keluarga, didasarkan pada kesepakatan bersama dan tentunya harus sesuai dengan firman Tuhan. Dengan menekankan hal itu dalam keluarga saya, saya membuktikan sendiri betapa suasana dalam rumah tangga terasa damai dan bahagia. Masalah tetap ada dan akan selalu ada, namun apapun itu kami hadapi bersama-sama seiring dan sejalan. Frekuensi perselisihan bisa berkurang secara drastis. Saling menyalahkan akan sangat minimal kalaupun harus ada. Ada atau tidak masalah, kami percaya ada Tuhan bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa dan tetap berdoa untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Karena itulah walaupun terkadang keputusan secara pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada, dan itulah yang kami pilih untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan.

Mari kita melihat kesatuan keluarga ini lewat kisah Nuh. Pada masa itu manusia dikatakan benar-benar telah rusak di hadapan Allah (Kejadian 6:11). Isi dunia dikatakan hanyalah kejahatan. "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi." (ay 12). Karena itulah Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk di bumi, kecuali Nuh, yang dikatakan sebagai orang benar, tidak bercela, dan hidup bergaul dengan Allah. (ay 1). Tuhan menyuruh Nuh yang sudah sangat tua untuk membangun bahtera yang ukurannya super besar. Itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal karena pada waktu itu hujan belum pernah tercatat pernah turun, sehingga orang-orang yang hidup pada masa itu belum pernah melihat banjir. Apa yang dilakukan Nuh mengikuti perintah Tuhan tentu lucu, aneh atau bahkan dianggap gila bagi orang lain pada masa itu. Mengingat bahwa manusia pada saat itu dikatakan menjalankan hidup yang rusak di bumi,  Nuh dan keluarga tentu mereka cemooh ketika membangun bahtera itu. Tapi Alkitab mencatat ketaatan Nuh yang terus mengerjakan hingga selesai. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (ay 22). Menghadapi olok-olok dan menjadi bahan tertawaan selama membangun kapal dalam jangka waktu panjang tentu tidak gampang. Apa yang membuat Nuh tegar untuk menyelesaikan itu semua? Selain Nuh percaya penuh pada Tuhan, saya melihat pula adanya dukungan dari pihak keluarganya. Tanpa itu semua, niscaya Nuh akan mudah patah semangat menghadapi tekanan. Dari mana kita bisa tahu itu? benar, tidak ada ayat yang menulis tentang itu, tapi perhatikan pula bahwa tidak satupun ayat yang menyatakan mereka berbantah-bantah. Mereka semua patuh dan taat untuk masuk ke dalam bahtera setelah selesai dibangun. Berdasarkan hal itu, kita bisa mengetahui bahwa ketiga anak dan istri Nuh pasti mendukung penuh apa yang ia lakukan. Mereka sepakat, seiring dan sejalan. Bukan tidak mungkin pekerjaan Nuh dalam membangun kapal yang luar biasa besar itu pun tidak sendirian, melainkan dibantu oleh seluruh anggota keluarganya. Dan ketika air bah turun, keluarga Nuh pun selamat, kemudian diberkati Tuhan. (9:1).

Bersepakat dalam segala hal dalam keluarga akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini yang sering kita lihat justru sebaliknya. Kalau suami ke kiri, maka istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan keharmonisan keluarga. Yesus berkata: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Ada kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Itu janji Tuhan. Bagaimana itu bisa hadir apabila tidak ada kesatuan lagi dalam keluarga? Semua itu pun akan luput dari kita.

Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah kerjasama dalam kesatuan yang harmonis, saling dukung, saling bantu, satu suara. Dari kisah Nuh, kita melihat bahwa kerjasama harmonis bukan saja terjadi antara suami-istri dan anak, namun ada campur tangan Tuhan pula di dalamnya. Ketika Nuh disuruh membangun bahtera, perhatikan Tuhan memberitahukan secara rinci mengenai bagaimana membangun bahtera tersebut. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memperoleh keselamatan, sebuah kerjasama tim juga harus melibatkan Tuhan. Dalam pengambilan keputusan, atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Tentu saja. Ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Tuhan berbicara baik lewat hati nurani, lewat orang lain, atau penglihatan dan sebagainya. Namun seringkali kita mengabaikan semuanya dalam mengambil keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Kita tidak menganggap penting untuk melibatkan anggota keluarga lainnya dalam mengambil keputusan. Ini jelas bukan bentuk kerjasama tim yang baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memutus ikatan itu, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah?

Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami istri bukan lagi dua, melainkan satu. Satu bukan saja dalam pengertian jasmani, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam berbagai hal. Para suami bisa melibatkan istri untuk mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang sudah punya anak yang sudah beranjak dewasa, mereka pun perlu diajak untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Dan Yesus sendiri akan berada ditengah-tengah anda.

Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari