Jumat, 30 September 2011

Aku Adalah Bapa Yang Sempurna

Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Seorang ayah dapat mengingat ketika anak-anaknya masih kecil, mereka akan membual bahwa ayah mereka adalah ayah terkuat di dunia. Mereka sangat yakin akan hal itu. Mereka juga percaya bahwa ayahnya adalah ayah terpintar, tertampan dan lain-lain. Namun ketika anak-anaknya mulai bertumbuh, mereka diperhadapkan dengan kenyataan yang keras bahwa ayahnya bukanlah pahlawan super seperti yang pernah mereka pikir sebelumnya.

Ia bukanlah ayah yang terkuat atau terpintar atau tertampan didunia. Ia hanyalah ayah mereka saja. Ketika anak-anaknya mengasihi dia terlepas dari semua kekurangan-kekurangan dan ketidak-sempurnaannya, ayahnya yakin bahwa ia tidak menghidupkan pengharapan- pengharapan masa kecil mereka dengan menjadi ayah yang sempurna.

Kita semua telah datang ke dunia ini dengan pengharapan untuk dikasihi tanpa syarat. Hanya saja ketika kita mulai bertumbuh, kita mulai menyadari bahwa kita mungkin tidak akan dikasihi dan dipedulikan seperti yang telah kita harapkan karena kasih orang tua kita yang bersyarat. Ketika kenyataan akan keterbatasan manusiawi orang tua menerpa kita, maka ada rasa ketidak-puasan dan kekecewaan yang mengikutinya. Di atas semuanya, kita telah diciptakan untuk dikasihi secara sempurna. Namun jika menempatkan diri kita di posisi orang tua kita, maka kita akan memahami bahwa mereka juga membawa pengharapan-pengharapan masa kecil untuk dikasihi seperti yang kita miliki. Dan seperti halnya kita, mereka juga merasa tidak puas terhadap orang tua mereka dan mereka hanya dapat meneruskan kasih dan penerimaan yang mereka terima pertama kali.

Ketidak-puasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi kita untuk dapat mengenal Allah sebagai Bapa. Sebab sudah merupakan kecenderungan bahwa kita akan berhubungan dengan Allah seperti halnya kita berhubungan dengan bapa duniawi kita. Namun Allah tidak seperti bapa duniawi kita, sebab Matius 5:48 mengatakan bahwa Dia adalah Bapa yang sempurna dan Dia mengasihi kita dengan sempurna.

Jika kita bersedia untuk menanggalkan luka dan ketidak-puasan yang telah kita alami dengan orang tua kita, maka itu akan membawa kebebasan baru untuk menerima kasih yang selalu kita impikan dari Bapa yang sempurna. Jika kita dapat mengampuni orang tua kita untuk semua rasa sakit yang telah mereka timbulkan, dan memandang kepada Allah yang selalu akan memenuhi kebutuhan kita akan kasih. Ia tidak akan membiarkan engkau, Ia tidak akan mengecewakanmu, sebab Ia sempurna dalam segala hal dan Ia mau menjadi Bapamu dengan sempurna.

Mengandalkan Kekuatan Tuhan (1)

Ayat bacaan: Yeremia 17:7
=================
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"

kekuatan TuhanAnda tentu mengenal tokoh superhero rekaan Marvel Comics yang bernama Hulk. Mahluk raksasa dengan otot-otot seperti bongkahan batu ini akan timbul di saat Dr Bruce Banner, seorang ilmuwan mulai emosi. Fiksinya, Bruce mengalami itu karena terkena sinar gamma yang ia ciptakan sendiri secara tidak sengaja. Jika anda menonton versi perdana serial televisinya di tahun 70an maka anda akan mendapatkan sebuah prelude atau kisah pembuka awal sebelum Hulk ini terbentuk. Disana digambarkan seorang ibu yang panik melihat anaknya terperangkap di dalam mobil yang terguling lalu tiba-tiba mendapat kekuatan besar di luar batas kemampuannya dalam kepanikan. Ia bisa menggulingkan mobil untuk kembali tegak agar anaknya bisa keluar. Apakah ini mungkin terjadi? Jawabannya mungkin. Kita sering terkaget-kaget ketika kita bisa melakukan sesuatu di luar dugaan pada saat terdesak. Adik ipar saya pernah mengalami hal ini ketika ia berusia 5 tahun. Pada saat itu secara tidak sengaja api menyala dengan besarnya disekitar kompor, dan ia tengah berada berdua dengan kakaknya. Kedua orang tuanya sedang tidak dirumah. Ditengah kepanikannya melihat api yang besar, entah dari mana kekuatannya datang, tetapi ia sanggup mengangkat seember penuh air untuk menyiram api itu, dan itu ia lakukan berkali-kali. Anak perempuan kecil berusia 5 tahun sanggup mengangkat seember penuh air, itu secara normal tidak mungkin. Tetapi kekuatan super itu bisa terjadi pada manusia ketika berada dalam keadaan terdesak. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli pun menyimpulkan hal yang sama. Itulah yang menjadi adegan pembuka serial televisi Hulk 32 tahun yang lalu ketika Dr Bruce Banner melakukan penelitian akan hal ini.

Jika secara nyata manusia bisa mengeluarkan sesuatu yang diluar batas kemampuannya ketika berada dalam keadaan terdesak, bayangkanlah apabila anda berjalan bersama Tuhan yang punya kuasa dan kekuatan tidak terbatas. Mempergunakan kuasa dan kekuatan Tuhan memampukan kita untuk melakukan banyak hal yang mengejutkan, yang bahkan tidak kita duga sebelumnya. Kekuatan disini tidak harus diartikan secara harafiah seperti mampu mengangkat beban sangat berat melainkan secara umum. Misalnya? Sukses meski pendidikan kita rendah, melakukan terobosan-terobosan hebat dalam keterbatasan kemampuan kita sebagai manusia, atau sembuh dari penyakit yang sudah divonis tidak akan bisa sembuh lagi. Berbagai pertolongan Tuhan berupa mukjizat yang ajaib bisa terjadi, dan itu bisa menjadi bagian kita apabila kita mengandalkan kekuatanNya lebih dari apapun.

Mari kita lihat satu contoh bagaimana kuasa yang diberikan Tuhan secara langsung kepada anak-anakNya berikut ini. "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (lukas 10:19). Kata kuasa dalam ayat ini dalam bahasa Inggrisnya dirinci lebih jauh dengan "physical and mental strength and ability". Tuhan memampukan kita untuk mampu mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini bahkan mengalahkan roh-roh jahat. Ini akan memberi perbedaan nyata antara berjalan mengandalkan diri sendiri dan mengandalkan Tuhan.

Kita juga bisa melihat kunci kemenangan Daud dalam menghadapi peperangan. Daud tahu bahwa mengandalkan manusia itu adalah sia-sia belaka. Ia berkata "Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita." (Mazmur 60:13-14). Itu bentuk gaya hidup Daud yang ternyata berkenan bagi Tuhan. Dan ketika ia berperang, ia selalu memperoleh kemenangan. Bukan karena kehebatannya, tapi Alkitab jelas berkata karena Tuhan. "TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang." (2 Samuel 8:6b,14b). Bukan kehebatan Daud, tetapi Tuhanlah yang memberinya kemenangan. Itu yang terjadi apabila kita mengandalkan Tuhan lebih dari segalanya.

(bersambung)

Mengandalkan Kekuatan Tuhan (1)

Ayat bacaan: Yeremia 17:7
=================
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"

kekuatan TuhanAnda tentu mengenal tokoh superhero rekaan Marvel Comics yang bernama Hulk. Mahluk raksasa dengan otot-otot seperti bongkahan batu ini akan timbul di saat Dr Bruce Banner, seorang ilmuwan mulai emosi. Fiksinya, Bruce mengalami itu karena terkena sinar gamma yang ia ciptakan sendiri secara tidak sengaja. Jika anda menonton versi perdana serial televisinya di tahun 70an maka anda akan mendapatkan sebuah prelude atau kisah pembuka awal sebelum Hulk ini terbentuk. Disana digambarkan seorang ibu yang panik melihat anaknya terperangkap di dalam mobil yang terguling lalu tiba-tiba mendapat kekuatan besar di luar batas kemampuannya dalam kepanikan. Ia bisa menggulingkan mobil untuk kembali tegak agar anaknya bisa keluar. Apakah ini mungkin terjadi? Jawabannya mungkin. Kita sering terkaget-kaget ketika kita bisa melakukan sesuatu di luar dugaan pada saat terdesak. Adik ipar saya pernah mengalami hal ini ketika ia berusia 5 tahun. Pada saat itu secara tidak sengaja api menyala dengan besarnya disekitar kompor, dan ia tengah berada berdua dengan kakaknya. Kedua orang tuanya sedang tidak dirumah. Ditengah kepanikannya melihat api yang besar, entah dari mana kekuatannya datang, tetapi ia sanggup mengangkat seember penuh air untuk menyiram api itu, dan itu ia lakukan berkali-kali. Anak perempuan kecil berusia 5 tahun sanggup mengangkat seember penuh air, itu secara normal tidak mungkin. Tetapi kekuatan super itu bisa terjadi pada manusia ketika berada dalam keadaan terdesak. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli pun menyimpulkan hal yang sama. Itulah yang menjadi adegan pembuka serial televisi Hulk 32 tahun yang lalu ketika Dr Bruce Banner melakukan penelitian akan hal ini.

Jika secara nyata manusia bisa mengeluarkan sesuatu yang diluar batas kemampuannya ketika berada dalam keadaan terdesak, bayangkanlah apabila anda berjalan bersama Tuhan yang punya kuasa dan kekuatan tidak terbatas. Mempergunakan kuasa dan kekuatan Tuhan memampukan kita untuk melakukan banyak hal yang mengejutkan, yang bahkan tidak kita duga sebelumnya. Kekuatan disini tidak harus diartikan secara harafiah seperti mampu mengangkat beban sangat berat melainkan secara umum. Misalnya? Sukses meski pendidikan kita rendah, melakukan terobosan-terobosan hebat dalam keterbatasan kemampuan kita sebagai manusia, atau sembuh dari penyakit yang sudah divonis tidak akan bisa sembuh lagi. Berbagai pertolongan Tuhan berupa mukjizat yang ajaib bisa terjadi, dan itu bisa menjadi bagian kita apabila kita mengandalkan kekuatanNya lebih dari apapun.

Mari kita lihat satu contoh bagaimana kuasa yang diberikan Tuhan secara langsung kepada anak-anakNya berikut ini. "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (lukas 10:19). Kata kuasa dalam ayat ini dalam bahasa Inggrisnya dirinci lebih jauh dengan "physical and mental strength and ability". Tuhan memampukan kita untuk mampu mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini bahkan mengalahkan roh-roh jahat. Ini akan memberi perbedaan nyata antara berjalan mengandalkan diri sendiri dan mengandalkan Tuhan.

Kita juga bisa melihat kunci kemenangan Daud dalam menghadapi peperangan. Daud tahu bahwa mengandalkan manusia itu adalah sia-sia belaka. Ia berkata "Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita." (Mazmur 60:13-14). Itu bentuk gaya hidup Daud yang ternyata berkenan bagi Tuhan. Dan ketika ia berperang, ia selalu memperoleh kemenangan. Bukan karena kehebatannya, tapi Alkitab jelas berkata karena Tuhan. "TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke manapun ia pergi berperang." (2 Samuel 8:6b,14b). Bukan kehebatan Daud, tetapi Tuhanlah yang memberinya kemenangan. Itu yang terjadi apabila kita mengandalkan Tuhan lebih dari segalanya.

(bersambung)

Kamis, 29 September 2011

30 spt


"Barangsiapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku"
(Bar 1:15-22; Luk 10:13-16)
 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."(Luk 10: 13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Hieronimus, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St.Hieronimus dikenal sebagai penterjemah Kitab Suci dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Latin, yang ia kerjakan kurang lebih selama 20 tahun, jangka waktu yang cukup lama. Dari pengalaman membaca dan menterjemahkan kitab suci, yang berarti sungguh memahami isi kitab suci, ia berpesan kepada kita semua :"Sekarang kita harus menterjemahkan nas-nas Kitab Suci ke dalam perbuatan, daripada berbicara muluk-muluk perihal yang kudus, lebih baik kita jabarkan dalam hidup sehari-hari"(Ensiklopedi Orang Kudus, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 1985/cetakan kelima, hal 150). Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk 'dibacakan dan didengarkan', maka hendaknya mereka yang bertugas membacakan kitab suci sungguh membacakan sedangkan yang mendengarkan sungguh mendengarkan. Mayoritas dari kita kiranya lebih banyak mendengarkan daripada membacakan, maka marilah kita hayati sabda Yesus "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.". Mendengarkan hemat saya merupakan keutamaan yang harus diperdalam dan dihayati oleh umat beriman atau beragama. Saya percaya jika kita memiliki kehendak baik, hati, jiwa dan akal budi baik, maka apa yang kita dengarkan pasti mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, maka jika kita mendengarkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dengan demikian kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita perdalam dan teguhkan tugas dan panggilan kita sebagai pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
·   "Kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang telah Tuhan utus kepada kami.Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami" (Bar 1:21-22). Kutipan di atas ini mungkin menjadi nyata dalam diri kita semua, yaitu kurang atau tidak mendengarkan suara Tuhan. Menurut penelitian kebanyakan orang hanya mampu paling besar 25% kebenaran informasi atau ajaran yang didengarkannya, dengan kata lain benarlah bahwa kita kurang mendengarkan: anak-anak kurang atau tidak mendengarkan nasihat dan saran orangtuanya, para peserta didik kurang atau tidak mendengarkan apa yang diajarkan atau disampaikan oleh para guru atau pendidik, umat kurang atau mendengarkan kotbah pastor/pendeta/kyai dst… dan mungkin antar kita sendiri juga kurang atau tidak saling mendengarkan. Karena kurang atau tidak mendengarkan itulah kita sering "melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan" alias berbuat dosa atau berbuat jahat. Jika orang tidak atau kurang mendengarkan sesamanya manusia, maka yang bersangkutan juga kurang atau tidak mendengarkan suara Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa keutamaan mendengarkan merupakan indera pertama kali yang kita hayati atau lakukan; ketika kita masih berada di dalam rahim ibu kita masing-masing kita sudah dapat mendengarkan dan ketika kita masih bayi juga lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Maka jika kita pada saat ini kurang atau tidak mendengarkan berarti kita tidak setia pada diri kita masing-masing atau kita mencederai diri. Marilah 'back to basic", bertobat dan memperbaharui diri untuk menjadi pendengar-pendengar yang baik, sebagaimana telah kita hayati ketika kita masih berada di dalam rahim ibu maupun masih bayi atau kanak-kanak. Sekali lagi kami berharap kepada orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya menjadi pendengar yang baik, sehingga juga menjadi pelaksana-pelaksana yang baik juga.
"Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik-Mu, menajiskan bait kudus-Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing.Mereka memberikan mayat hamba-hamba-Mu sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada binatang-binatang liar di bumi. Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air sekeliling Yerusalem, dan tidak ada yang menguburkan. Kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami. Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau murka terus-menerus, dan cemburu-Mu berkobar-kobar seperti api?" (Mzm 79:1-5)
Ign 30 September 2011

29 spt


"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia"
(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)
" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta St.Gabriel, Mikael dan Rafael, Malaikat Agung , hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Allah menganugerahi setiap manusia malaikat, yang disebut malaikat pelindung, yang bertugas mendampingi hidup manusia di dunia ini. Pendampingannya dapat berupa nasihat, peringatan, dukungan, informasi gembira dst…demi keselamatan dan kebahagiaan manusia, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwanya. Malaikat pelindung menjadi kepanjangan para malaikat agung, Gabriel, Mikael dan Rafael, yang bertugas menyampaikan warta gembira, membantu manusia dalam perang melawan setan dan menemani manusia dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak segenap umat beriman dan beragama untuk mengimani dan menghayati pendampingan malaikat pelindung bagi kita masing-masing. Ketika ada warta gembira dan menyelamatkan marilah kita sebarluaskan kepada saudara-saudari kita, ketika menghadapi godaan atau rayuan setan marilah kita lawan bersama malaikat pelindung kita, dan ketika sedang melaksanakan tugas, kewajiban dan perutusan marilah kita bekerja bersama malaikat pelindung. Hendaknya kita tidak takut dan gentar dalam hidup ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, karena malaikat Allah 'turun naik kepada kepala kita masing-masing', sehingga kita senantiasa berpikir  sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sangat tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka semoga pikiran kita senantiasa meneladan apa yang dipikirkan oleh Allah, yaitu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia ini, sehingga apapun yang kita lakukan menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Kita juga dipanggil untuk jujur terhadap diri sendiri dan tiada kepalsuan sedikitpun dalam diri kita.
·    "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Why 12:10-11).  "Keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah" telah tiba dalam diri kita dan kebersamaan hidup kita sebagai umat beriman. Sebagai umat beriman kita dikuasai dan diperintah oleh Allah, dan karena Allah adalah maha segalanya maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan perintahNya. Semua perintah Allah kiranya dapat dipadatkan ke dalam perintah untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun. " Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7), demikian ajaran Paulus perihal kasih. Yang baik kita renungkan dan hayati pada masa kini hemat saya adalah "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan masih banyak orang suka menyimpan kesalahan orang lain, yang menjadi sumber kemarahan, yang kemudian berkembang menjadi permusuhan dan perpecahan, sehingga hidup bersama tidak harmonis sebagaimana didambakan atau dirindukan oleh banyak orang. Hemat saya menyimpan kesalahan orang lain dan marah merupakan bentuk pelanggaran harkat martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kami berharap saling mengasihi dan mengampuni dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga oleh orangtua, entah dengan nasihat, saran maupun teladan.
"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab" (Dan 7:9-10)
Ign 29 September 2011

29 spt


"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia"
(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)
" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta St.Gabriel, Mikael dan Rafael, Malaikat Agung , hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Allah menganugerahi setiap manusia malaikat, yang disebut malaikat pelindung, yang bertugas mendampingi hidup manusia di dunia ini. Pendampingannya dapat berupa nasihat, peringatan, dukungan, informasi gembira dst…demi keselamatan dan kebahagiaan manusia, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwanya. Malaikat pelindung menjadi kepanjangan para malaikat agung, Gabriel, Mikael dan Rafael, yang bertugas menyampaikan warta gembira, membantu manusia dalam perang melawan setan dan menemani manusia dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak segenap umat beriman dan beragama untuk mengimani dan menghayati pendampingan malaikat pelindung bagi kita masing-masing. Ketika ada warta gembira dan menyelamatkan marilah kita sebarluaskan kepada saudara-saudari kita, ketika menghadapi godaan atau rayuan setan marilah kita lawan bersama malaikat pelindung kita, dan ketika sedang melaksanakan tugas, kewajiban dan perutusan marilah kita bekerja bersama malaikat pelindung. Hendaknya kita tidak takut dan gentar dalam hidup ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, karena malaikat Allah 'turun naik kepada kepala kita masing-masing', sehingga kita senantiasa berpikir  sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sangat tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka semoga pikiran kita senantiasa meneladan apa yang dipikirkan oleh Allah, yaitu keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia ini, sehingga apapun yang kita lakukan menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Kita juga dipanggil untuk jujur terhadap diri sendiri dan tiada kepalsuan sedikitpun dalam diri kita.
·    "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." (Why 12:10-11).  "Keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah" telah tiba dalam diri kita dan kebersamaan hidup kita sebagai umat beriman. Sebagai umat beriman kita dikuasai dan diperintah oleh Allah, dan karena Allah adalah maha segalanya maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan perintahNya. Semua perintah Allah kiranya dapat dipadatkan ke dalam perintah untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun. " Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7), demikian ajaran Paulus perihal kasih. Yang baik kita renungkan dan hayati pada masa kini hemat saya adalah "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan masih banyak orang suka menyimpan kesalahan orang lain, yang menjadi sumber kemarahan, yang kemudian berkembang menjadi permusuhan dan perpecahan, sehingga hidup bersama tidak harmonis sebagaimana didambakan atau dirindukan oleh banyak orang. Hemat saya menyimpan kesalahan orang lain dan marah merupakan bentuk pelanggaran harkat martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kami berharap saling mengasihi dan mengampuni dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga oleh orangtua, entah dengan nasihat, saran maupun teladan.
"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab" (Dan 7:9-10)
Ign 29 September 2011

30 spt


"Barangsiapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku"
(Bar 1:15-22; Luk 10:13-16)
 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."(Luk 10: 13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Hieronimus, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St.Hieronimus dikenal sebagai penterjemah Kitab Suci dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Latin, yang ia kerjakan kurang lebih selama 20 tahun, jangka waktu yang cukup lama. Dari pengalaman membaca dan menterjemahkan kitab suci, yang berarti sungguh memahami isi kitab suci, ia berpesan kepada kita semua :"Sekarang kita harus menterjemahkan nas-nas Kitab Suci ke dalam perbuatan, daripada berbicara muluk-muluk perihal yang kudus, lebih baik kita jabarkan dalam hidup sehari-hari"(Ensiklopedi Orang Kudus, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta 1985/cetakan kelima, hal 150). Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk 'dibacakan dan didengarkan', maka hendaknya mereka yang bertugas membacakan kitab suci sungguh membacakan sedangkan yang mendengarkan sungguh mendengarkan. Mayoritas dari kita kiranya lebih banyak mendengarkan daripada membacakan, maka marilah kita hayati sabda Yesus "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.". Mendengarkan hemat saya merupakan keutamaan yang harus diperdalam dan dihayati oleh umat beriman atau beragama. Saya percaya jika kita memiliki kehendak baik, hati, jiwa dan akal budi baik, maka apa yang kita dengarkan pasti mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, maka jika kita mendengarkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dengan demikian kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita perdalam dan teguhkan tugas dan panggilan kita sebagai pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
·   "Kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang telah Tuhan utus kepada kami.Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan, Allah kami" (Bar 1:21-22). Kutipan di atas ini mungkin menjadi nyata dalam diri kita semua, yaitu kurang atau tidak mendengarkan suara Tuhan. Menurut penelitian kebanyakan orang hanya mampu paling besar 25% kebenaran informasi atau ajaran yang didengarkannya, dengan kata lain benarlah bahwa kita kurang mendengarkan: anak-anak kurang atau tidak mendengarkan nasihat dan saran orangtuanya, para peserta didik kurang atau tidak mendengarkan apa yang diajarkan atau disampaikan oleh para guru atau pendidik, umat kurang atau mendengarkan kotbah pastor/pendeta/kyai dst… dan mungkin antar kita sendiri juga kurang atau tidak saling mendengarkan. Karena kurang atau tidak mendengarkan itulah kita sering "melakukan apa yang durjana dalam pandangan Tuhan" alias berbuat dosa atau berbuat jahat. Jika orang tidak atau kurang mendengarkan sesamanya manusia, maka yang bersangkutan juga kurang atau tidak mendengarkan suara Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa keutamaan mendengarkan merupakan indera pertama kali yang kita hayati atau lakukan; ketika kita masih berada di dalam rahim ibu kita masing-masing kita sudah dapat mendengarkan dan ketika kita masih bayi juga lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Maka jika kita pada saat ini kurang atau tidak mendengarkan berarti kita tidak setia pada diri kita masing-masing atau kita mencederai diri. Marilah 'back to basic", bertobat dan memperbaharui diri untuk menjadi pendengar-pendengar yang baik, sebagaimana telah kita hayati ketika kita masih berada di dalam rahim ibu maupun masih bayi atau kanak-kanak. Sekali lagi kami berharap kepada orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya menjadi pendengar yang baik, sehingga juga menjadi pelaksana-pelaksana yang baik juga.
"Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik-Mu, menajiskan bait kudus-Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing.Mereka memberikan mayat hamba-hamba-Mu sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada binatang-binatang liar di bumi. Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air sekeliling Yerusalem, dan tidak ada yang menguburkan. Kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami. Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau murka terus-menerus, dan cemburu-Mu berkobar-kobar seperti api?" (Mzm 79:1-5)
Ign 30 September 2011

Crazy Little Thing Called Love (2)

(sambungan)

Ada sebuah ayat yang sangat menarik dalam 1 Korintus 13:8. Disana disebutkan "Kasih tidak berkesudahan." Dalam versi English Amplified bunyinya terdengar jauh lebih indah. "Love never fails". Cinta tidak pernah gagal. Ini adalah sebuah pernyataan yang sungguh kuat tentang kasih. Kasih tidak akan pernah gagal untuk membuat perubahan-perubahan dalam kehidupan kita menuju ke arah yang lebih baik. Saya sering menyatakan ini, seandainya alkitab diperas habis, maka inti sari yang akan kita peroleh adalah kasih. Semua bermuara kepada kasih. Ini pula yang menjadi dua hukum yang terutama yang diberikan Yesus sendiri. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40).

Sekarang pikirkanlah ini. Apabila Allah mengasihi kita sebegitu besar, bukankah kita pun harus mengasihi Tuhan kembali, dan harus pula bisa mengaplikasikan kasih yang sama kepada sesama? Bukankah itu bunyi hukum yang terutama dimana seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi tercakup di dalamnya seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri? Tidakkah keterlaluan jika kita malah mengisi hidup dengan banyak kebencian, iri hati, dengki, ketidakpedulian, kesombongan dan sebagainya? Alkitab sudah mengingatkan dengan keras: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Dan itu benar, mengingat Allah sendiri mengasihi kita semua dengan kasih setiaNya yang melimpah dan sudah membuktikan itu semua. Kita bisa saja mengelak dan berkata bahwa kadar kasih dalam setiap orang itu berbeda-beda, tetapi perhatikan pula bahwa Alkitab sudah menyebutkan bahwa kita semua telah memiliki bentuk kasih yang seperti itu dalam hidup kita! Dalam Roma 5:5 dikatakan: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." Dari ayat ini kita bisa membaca dengan jelas bahwa kasih Tuhan TELAH dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Bukan akan, bakal atau mudah-mudahan dicurahkan, tetapi SUDAH. Artinya, semua itu sebenarnya sudah kita miliki sepenuhnya lewat Roh Kudus. Tinggal kita yang memutuskan apakah kita mau berjalan dalam hidup ini dengan digerakkan oleh kasih atau kita masih terus berpusat pada kepentingan diri sendiri dan sulit untuk mengasihi dan bersyukur buat orang lain.


Kasih merupakan elemen terpenting yang seharusnya menjadi pola dasar kehidupan kekristenan. Ketika yang lain akan berakhir, tidak demikian halnya dengan kasih. Kasih punya kekuatan yang sangat besar, bahkan Tuhan sendiri bisa digerakkan oleh kasih ini dengan begitu luar biasanya.  Kasih akan terus menuntun kita ke dalam koridor yang benar menuju keselamatan, dan masih akan berlaku di kehidupan kekal nanti. Begitu besarnya arti kasih bagi Tuhan, demikian pula seharusnya bagi kita. Mengasihi bukan hanya kepada sanak saudara, keluarga atau kekasih saja, melainkan harus pula menyentuh orang-orang lain terlebih mereka yang tersisihkan, terbuang, teraniaya dan tengah bertarung melawan kejamnya dunia ini sendirian. Kasih harus mampu menggerakkan kita sejauh itu. That's how crazy the little thing called love can and should be.

Kasih punya kekuatan besar yang bahkan sanggup menggerakkan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Crazy Little Thing Called Love (2)

(sambungan)

Ada sebuah ayat yang sangat menarik dalam 1 Korintus 13:8. Disana disebutkan "Kasih tidak berkesudahan." Dalam versi English Amplified bunyinya terdengar jauh lebih indah. "Love never fails". Cinta tidak pernah gagal. Ini adalah sebuah pernyataan yang sungguh kuat tentang kasih. Kasih tidak akan pernah gagal untuk membuat perubahan-perubahan dalam kehidupan kita menuju ke arah yang lebih baik. Saya sering menyatakan ini, seandainya alkitab diperas habis, maka inti sari yang akan kita peroleh adalah kasih. Semua bermuara kepada kasih. Ini pula yang menjadi dua hukum yang terutama yang diberikan Yesus sendiri. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40).

Sekarang pikirkanlah ini. Apabila Allah mengasihi kita sebegitu besar, bukankah kita pun harus mengasihi Tuhan kembali, dan harus pula bisa mengaplikasikan kasih yang sama kepada sesama? Bukankah itu bunyi hukum yang terutama dimana seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi tercakup di dalamnya seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri? Tidakkah keterlaluan jika kita malah mengisi hidup dengan banyak kebencian, iri hati, dengki, ketidakpedulian, kesombongan dan sebagainya? Alkitab sudah mengingatkan dengan keras: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Dan itu benar, mengingat Allah sendiri mengasihi kita semua dengan kasih setiaNya yang melimpah dan sudah membuktikan itu semua. Kita bisa saja mengelak dan berkata bahwa kadar kasih dalam setiap orang itu berbeda-beda, tetapi perhatikan pula bahwa Alkitab sudah menyebutkan bahwa kita semua telah memiliki bentuk kasih yang seperti itu dalam hidup kita! Dalam Roma 5:5 dikatakan: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." Dari ayat ini kita bisa membaca dengan jelas bahwa kasih Tuhan TELAH dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Bukan akan, bakal atau mudah-mudahan dicurahkan, tetapi SUDAH. Artinya, semua itu sebenarnya sudah kita miliki sepenuhnya lewat Roh Kudus. Tinggal kita yang memutuskan apakah kita mau berjalan dalam hidup ini dengan digerakkan oleh kasih atau kita masih terus berpusat pada kepentingan diri sendiri dan sulit untuk mengasihi dan bersyukur buat orang lain.


Kasih merupakan elemen terpenting yang seharusnya menjadi pola dasar kehidupan kekristenan. Ketika yang lain akan berakhir, tidak demikian halnya dengan kasih. Kasih punya kekuatan yang sangat besar, bahkan Tuhan sendiri bisa digerakkan oleh kasih ini dengan begitu luar biasanya.  Kasih akan terus menuntun kita ke dalam koridor yang benar menuju keselamatan, dan masih akan berlaku di kehidupan kekal nanti. Begitu besarnya arti kasih bagi Tuhan, demikian pula seharusnya bagi kita. Mengasihi bukan hanya kepada sanak saudara, keluarga atau kekasih saja, melainkan harus pula menyentuh orang-orang lain terlebih mereka yang tersisihkan, terbuang, teraniaya dan tengah bertarung melawan kejamnya dunia ini sendirian. Kasih harus mampu menggerakkan kita sejauh itu. That's how crazy the little thing called love can and should be.

Kasih punya kekuatan besar yang bahkan sanggup menggerakkan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Rabu, 28 September 2011

Crazy Little Thing Called Love (1)

Ayat bacaan: Roma 5:8
===============
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

loveAnda kenal lagu karangan Freddie Mercury "Crazy Little Thing Called Love"? Lagu ini menjadi satu dari best hits Queen yang diciptakan pada tahun 1979. Lagu unik ini sepertinya terinspirasi dari Elvis Presley karena irama rock n roll dalam lagu ini jauh lebih menampilkan gaya musik Elvis ketimbang karya-karya Queen biasanya. Belakangan lagu ini diaransir ulang oleh David Foster dan dinyanyikan oleh Michael Buble dengan orkestrasi big band dan kembali menjadi hit dunia. Apa yang ingin saya bahas bukanlah sejarah lagu ini, bukan pula pengarang atau penyanyinya, tetapi judul. Crazy Little Thing Called Love. Kasih atau cinta, dikatakan sebagai sebuah crazy little thing alias sesuatu yang gila, tidak masuk akal. Tidakkah itu benar? Cinta bisa membuat kita rela melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, tidak terduga dan sebagainya. Cinta bisa membuat kita yang tadinya penakut tiba-tiba berubah menjadi pemberani, cinta bahkan bisa membuat kita siap mati demi seseorang yang kita cintai. Cinta bisa begitu mengejutkan dan menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang lebih dari batas kemampuan kita, dan lucunya seringkali hal yang tidak pernah bisa kita perbuat sebelumnya kemudian terjadi, dan itu atas nama cinta. Love makes the world go round, kata pepatah asing, dan itu benar adanya. Entahlah, mungkin saya terlalu romantis jadi orang, tetapi bagi saya cinta memang segalanya. Saya rela mengorbankan apapun demi orang yang saya cintai atau kasihi. Bagi seorang ahli kimia, cinta mungkin dianggap sebagai sebuah reaksi kimia yang kompleks yang belum diketahui senyawa-senyawanya. Ada percikan asmara, ada kontak yang bisa membuat kita bergetar atau merasa deg-degan ketika berada di dekat orang yang kita sayangi. Jelas ada reaksi yang terjadi disana, tetapi biarlah itu menjadi pemikiran para ahli, karena saya bukan orang yang berkecimpung di dalam sisi ilmiah dari segala sesuatu termasuk dari sebuah hal gila bernama cinta.

Jika bagi manusia nilai kasih atau cinta itu sebegitu besarnya, sebenarnya seperti itu pula besarnya arti sebuah kasih bagi Tuhan. Tuhan adalah sosok yang sangat penuh dengan kasih. He's so full of love. CaraNya mengasihi kita tidak terhitung banyaknya, dan seringkali itu mengagetkan kita lewat kasihNya yang besar itu. Sebuah bukti yang tidak terbantahkan akan kasih Allah tertulis dalam sebuah ayat emas yang sudah teramat sangat kita kenal. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Sebuah misi mencengangkan dilakukan oleh Yesus yang turun ke dunia, mengambil rupa seorang hamba dan rela menjalani semua dengan taat, mengalami perilaku-perilaku di luar perikemanusiaan hingga mati di kayu salib. Jika anda sebagai ayah kemudian melihat anak anda mengalami semua ini demi sebuah tujuan, apapun itu, apa yang anda rasakan? Merasakan keperihan yang teramat sangat dalam hati, menangis, itu mungkin baru yang minimal yang akan anda rasakan ditengah berkecamuknya berbagai rasa perih lainnya. Saya yakin itu pun dirasakan oleh Tuhan. Tetapi lihatlah bahwa Tuhan tetap memilih untuk merelakan AnakNya yang tunggal ini demi kita. Semua agar kita tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Semua demi menyelamatkan kita, umat manusia dari kematian, memindahkan kita dari kematian untuk masuk ke dalam keselamatan. Mencengangkan? Jelas. Apa yang kita perbuat untuk memperoleh hal itu? Apakah kita begitu luar biasa baiknya sehingga Allah berhutang budi kepada kita? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, kita terus saja menyakiti dan mengecewakanNya dengan perbuatan-perbuatan kita yang seringkali tidak sedikitpun menghargai Pencipta kita. Manusia terus berbuat dosa dan menyakiti hati Allah. Tetapi lihatlah apa yang terjadi. Dalam keadaan kita masih penuh dosa, Tuhan ternyata masih memutuskan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa besar demi kita. Tidak tanggung-tanggung, AnakNya pun diberikan kepada kita untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, memikul seluruh dosa dan pelanggaran kita dan menebus semua itu hingga tuntas. Firman Tuhan secara jelas menyatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kekuatan apa yang mampu menggerakkan Allah untuk mengambil keputusan yang sangat mencengangkan ini? Jawabannya hanya satu, yaitu KASIH. Adalah kekuatan kasih yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk menganugerahkan kita semua, yang seharusnya tidak layak, dengan keselamatan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini", itu bunyi ayat emas dalam Yohanes 3:16, itu dan hanya itulah alasannya. That's the power of love, a crazy little thing called love.

Begitu besarnya kekuatan kasih atau cinta ini sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan. Tidak ada kekuatan apapun lagi yang mampu menandinginya. Paulus mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang tetap harus kita lakukan. "Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap...Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:8,13).  Diantara ketiganya, lihatlah bahwa kasih dikatakan sebagai yang terbesar. Dan Tuhan sudah membuktikannya. Yesus rela melakukan semuanya atas dasar kasihNya yang terlalu besar bagi kita. Mungkin kita mau mengorbankan nyawa demi anak atau istri/suami, orang tua atau saudara, tapi maukah kita memberikan nyawa bagi orang yang tidak kita kenal sama sekali? Atau kepada orang yang berperilaku jahat? Kita tidak mau, tapi Tuhan mau. Itu adalah bukti dari kasihNya yang begitu besar, yang sudah Dia lakukan bagi kita semua. Jika hari ini kita hidup dalam sebuah alam kehidupan yang dekat secara pribadi dengan Tuhan dan bisa merasakan hadiratNya yang begitu indah penuh damai, jika hari ini kita memiliki Roh Kudus yang senantiasa menuntun kita agar tidak salah melangkah, jika hari ini kita sudah diberikan kunci kerajaan Surga, artinya diberikan keselamatan lengkap dengan petunjuk melangkah agar semua itu terjadi dalam kepastian, itu semua adalah berkat Yesus yang rela turun ke dunia mengambil rupa seorang hamba, dan itu adalah penggenapan dari kehendak Allah yang didasari kasih kepada semua manusia.


(bersambung)

Crazy Little Thing Called Love (1)

Ayat bacaan: Roma 5:8
===============
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

loveAnda kenal lagu karangan Freddie Mercury "Crazy Little Thing Called Love"? Lagu ini menjadi satu dari best hits Queen yang diciptakan pada tahun 1979. Lagu unik ini sepertinya terinspirasi dari Elvis Presley karena irama rock n roll dalam lagu ini jauh lebih menampilkan gaya musik Elvis ketimbang karya-karya Queen biasanya. Belakangan lagu ini diaransir ulang oleh David Foster dan dinyanyikan oleh Michael Buble dengan orkestrasi big band dan kembali menjadi hit dunia. Apa yang ingin saya bahas bukanlah sejarah lagu ini, bukan pula pengarang atau penyanyinya, tetapi judul. Crazy Little Thing Called Love. Kasih atau cinta, dikatakan sebagai sebuah crazy little thing alias sesuatu yang gila, tidak masuk akal. Tidakkah itu benar? Cinta bisa membuat kita rela melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, tidak terduga dan sebagainya. Cinta bisa membuat kita yang tadinya penakut tiba-tiba berubah menjadi pemberani, cinta bahkan bisa membuat kita siap mati demi seseorang yang kita cintai. Cinta bisa begitu mengejutkan dan menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang lebih dari batas kemampuan kita, dan lucunya seringkali hal yang tidak pernah bisa kita perbuat sebelumnya kemudian terjadi, dan itu atas nama cinta. Love makes the world go round, kata pepatah asing, dan itu benar adanya. Entahlah, mungkin saya terlalu romantis jadi orang, tetapi bagi saya cinta memang segalanya. Saya rela mengorbankan apapun demi orang yang saya cintai atau kasihi. Bagi seorang ahli kimia, cinta mungkin dianggap sebagai sebuah reaksi kimia yang kompleks yang belum diketahui senyawa-senyawanya. Ada percikan asmara, ada kontak yang bisa membuat kita bergetar atau merasa deg-degan ketika berada di dekat orang yang kita sayangi. Jelas ada reaksi yang terjadi disana, tetapi biarlah itu menjadi pemikiran para ahli, karena saya bukan orang yang berkecimpung di dalam sisi ilmiah dari segala sesuatu termasuk dari sebuah hal gila bernama cinta.

Jika bagi manusia nilai kasih atau cinta itu sebegitu besarnya, sebenarnya seperti itu pula besarnya arti sebuah kasih bagi Tuhan. Tuhan adalah sosok yang sangat penuh dengan kasih. He's so full of love. CaraNya mengasihi kita tidak terhitung banyaknya, dan seringkali itu mengagetkan kita lewat kasihNya yang besar itu. Sebuah bukti yang tidak terbantahkan akan kasih Allah tertulis dalam sebuah ayat emas yang sudah teramat sangat kita kenal. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Sebuah misi mencengangkan dilakukan oleh Yesus yang turun ke dunia, mengambil rupa seorang hamba dan rela menjalani semua dengan taat, mengalami perilaku-perilaku di luar perikemanusiaan hingga mati di kayu salib. Jika anda sebagai ayah kemudian melihat anak anda mengalami semua ini demi sebuah tujuan, apapun itu, apa yang anda rasakan? Merasakan keperihan yang teramat sangat dalam hati, menangis, itu mungkin baru yang minimal yang akan anda rasakan ditengah berkecamuknya berbagai rasa perih lainnya. Saya yakin itu pun dirasakan oleh Tuhan. Tetapi lihatlah bahwa Tuhan tetap memilih untuk merelakan AnakNya yang tunggal ini demi kita. Semua agar kita tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Semua demi menyelamatkan kita, umat manusia dari kematian, memindahkan kita dari kematian untuk masuk ke dalam keselamatan. Mencengangkan? Jelas. Apa yang kita perbuat untuk memperoleh hal itu? Apakah kita begitu luar biasa baiknya sehingga Allah berhutang budi kepada kita? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, kita terus saja menyakiti dan mengecewakanNya dengan perbuatan-perbuatan kita yang seringkali tidak sedikitpun menghargai Pencipta kita. Manusia terus berbuat dosa dan menyakiti hati Allah. Tetapi lihatlah apa yang terjadi. Dalam keadaan kita masih penuh dosa, Tuhan ternyata masih memutuskan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa besar demi kita. Tidak tanggung-tanggung, AnakNya pun diberikan kepada kita untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, memikul seluruh dosa dan pelanggaran kita dan menebus semua itu hingga tuntas. Firman Tuhan secara jelas menyatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kekuatan apa yang mampu menggerakkan Allah untuk mengambil keputusan yang sangat mencengangkan ini? Jawabannya hanya satu, yaitu KASIH. Adalah kekuatan kasih yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk menganugerahkan kita semua, yang seharusnya tidak layak, dengan keselamatan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini", itu bunyi ayat emas dalam Yohanes 3:16, itu dan hanya itulah alasannya. That's the power of love, a crazy little thing called love.

Begitu besarnya kekuatan kasih atau cinta ini sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan. Tidak ada kekuatan apapun lagi yang mampu menandinginya. Paulus mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang tetap harus kita lakukan. "Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap...Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:8,13).  Diantara ketiganya, lihatlah bahwa kasih dikatakan sebagai yang terbesar. Dan Tuhan sudah membuktikannya. Yesus rela melakukan semuanya atas dasar kasihNya yang terlalu besar bagi kita. Mungkin kita mau mengorbankan nyawa demi anak atau istri/suami, orang tua atau saudara, tapi maukah kita memberikan nyawa bagi orang yang tidak kita kenal sama sekali? Atau kepada orang yang berperilaku jahat? Kita tidak mau, tapi Tuhan mau. Itu adalah bukti dari kasihNya yang begitu besar, yang sudah Dia lakukan bagi kita semua. Jika hari ini kita hidup dalam sebuah alam kehidupan yang dekat secara pribadi dengan Tuhan dan bisa merasakan hadiratNya yang begitu indah penuh damai, jika hari ini kita memiliki Roh Kudus yang senantiasa menuntun kita agar tidak salah melangkah, jika hari ini kita sudah diberikan kunci kerajaan Surga, artinya diberikan keselamatan lengkap dengan petunjuk melangkah agar semua itu terjadi dalam kepastian, itu semua adalah berkat Yesus yang rela turun ke dunia mengambil rupa seorang hamba, dan itu adalah penggenapan dari kehendak Allah yang didasari kasih kepada semua manusia.


(bersambung)

Mengampuni Itu Penting!

Matius 6:14-15
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.

Berbicara tentang seseorang yang penuh pengampunan, kita bisa perhatikan kisah Yusuf. Saudara-saudara Yusuf melakukan hal-hal yang begitu kejam terhadapnya. Suatu hari, saudara-saudaranya yang pernah mengkhianatinya dibawa ke hadapannya. Dalam kondisi Yusuf pegang kendali (kala itu ia seorang penguasa), hanya dengan satu kata saja dari mulutnya, mereka bisa dipenggal kepalanya. Saat itu bisa jadi saat yang tepat bagi Yusuf untuk membalaskan dendamnya. Tapi ia berkata kepada mereka bahwa ia bukanlah pengganti Allah dalam hal penghukuman.

Apakah saudara-saudara Yusuf layak untuk diampuni? Tidak. Namun apabila kita merenungkan kembali hal tersebut, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, "Apakah saya layak diampuni oleh Tuhan?" Tidak. Jadi kita harus mengampuni seperti Tuhan telah mengampuni kita. Lepaskan - ampuni - lupakan - letakkan di belakangmu - maju ke depan.

Jika kita menolak untuk mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, kita akan menjadi orang yang pahit. Masalah dengan kepahitan selalu mempengaruhi sekitar kita. Bahkan juga terhadap pekerjaan kita.

Apabila ada orang yang bersalah, sesegera mungkin kita harus belajar mengampuni. Ini bukanlah hal yang mudah, saya akui itu. Namun jika kita mengampuni seseorang, sebenarnya kita sedang membebaskan seorang tahanan - yaitu diri kita sendiri.

Jika kita selalu menghakimi seseorang, kita tidak akan pernah bisa mengasihinya.

Selasa, 27 September 2011

SEBAGAI SURAT KRISTUS YANG TERBUKA

Bahan Bacaan Renungan Harian Kristen hari ini :
II Korintus 3:1-8

Sejak jaman dahulu orang memang sudah gemar menulis surat. Diukir di atas loh batu, menggunakan buluh yang dicelup pada tinta, pena, pulpen hingga mengetik, semua itu merupakan perkembangan dari hal tulis menulis ini. Surat bukan hal asing bagi kita, hampir semua orang pernah menerima surat ataupun berkirim surat. Ada banyak macam jenis surat, diantaranya; surat cinta, surat undangan, surat wasiat, surat hutang, surat tagihan, surat nikah, surat keputusan, surat elektronik, surat edaran, surat terbuka, dan ada pula surat kaleng. Surat sebagai salah satu media untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan sikap seseorang mengenai suatu hal. Isi surat menggambarkan maksud dari seseorang atau bahkan bisa memberikan informasi mengenai isi hati, pikiran dan bahkan karakter seseorang. Kedalaman hati dan karakter seseorang bisa diketahui salah satunya melalui karakter tulisan dan gaya bahasa dalam sebuah surat.
Lalu apa artinya menjadi surat Kristus?  Terlebih, sebagai surat Kristus yang terbuka? Rasul Paulus menyatakan kita adalah Surat Kristus yang dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang. Dengan demikian kita  menjadi surat yang terbuka, surat yang dapat diketahui oleh semua orang. Sebagai surat Kristus kita menyatakan apa yang menjadi pikiran dan perasaan Kristus. Kristus adalah sosok pribadi yang terbuka, kemanapun Dia pergi selalu dapat dikenali oleh semua orang. Dia pribadi yang menebarkan kasih dan bahkan membuka “rahasia sorga” yaitu rencana Allah dalam rangka menyelamatkan manusia. Keterbukaan dan kejelasan diri harus kita utamakan dalam bergaul dengan orang lain, apalagi ketika mengirim surat. Sadarkah kita jika diri kita pun sebenarnya merupakan sebuah surat, bukan hanya surat tapi juga surat terbuka? Ya, kita adalah  surat terbuka yang bisa dibaca banyak orang.
Surat Kristus berarti surat yang membawa terang. Sama seperti Kristus yang merupakan Terang Dunia, kita pun seharusnya siap menjadi terang yang bisa dibaca oleh orang lain dengan mudah, lewat tulisan Roh Kudus, Roh Allah sendiri dalam loh-loh daging atau hati kita. Yesus berkata "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Karena itulah kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, hingga kita bisa mencapai tingkatan yang diinginkan Tuhan bagi kita. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Disaat seperti itulah kita bisa menjadi surat Kristus yang benar untuk dibaca banyak orang.

Sebagai orang percaya, kita seharusnya menjadi surat yang bukan sembarang surat, tapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca oleh orang lain. Firman Tuhan berkata "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (2 Korintus 3:3). We are like a piece of paper that can be read by everyone. Apapun yang tertulis dalam hidup kita, bagaimana cara hidup kita, sikap dan tingkah laku kita, perbuatan kita, itu semua begitu terang benderang untuk dibaca oleh orang lain. Orang percaya seharusnya menjadi sebuah surat Kristus. Yang bukan ditulis dengan tinta biasa, bukan pada loh-loh batu, tapi ditulis oleh Roh Allah yang hidup langsung ke dalam hati kita. Dan dari hati kitalah terpancar cara hidup kita, yang akan mampu dibaca orang lain. Jika yang tertulis jelek, maka jelek pulalah yang dibaca orang, sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus, maka orangpun bisa "membaca" siapa Kristus sebenarnya lewat diri kita.

Sebagai anak Tuhan kita telah dianugerahkan Roh Kudus, dan dalam hati kitalah Dia berdiam. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6). Apakah hati kita berisi firman Tuhan dan mencerminkan Kristus dengan benar, atau kita terus menerus menunjukkan karakter jelek, itu akan mempengaruhi pengenalan orang akan Kristus. Rajin beribadah, selalu menyebut Tuhan, tapi berperilaku jelek, tidakkah itu akan membuat orang menertawakan Tuhan dan Juru Selamat kita? Ini adalah sesuatu yang sangat perlu kita renungkan.

Penulis kitab Amsal juga mengingatkan kita untuk terus menjaga hati, karena dari sanalah sebenarnya sebuah kehidupan itu terpancar. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Artinya, apapun yang terpancar keluar merupakan cerminan dari bagaimana keadaan hati kita. Yesus pun mengingatkan pentingnya menjaga hati,"sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23).

1. Kita adalah surat Kristus yang ditulis oleh Roh Allah

Jika Anda memiliki sepucuk surat dari Mark Twain di loteng Anda, nilai nominalnya bisa sangat mahal. Sebuah surat pribadi sepanjang sembilan halaman yang ia tulis kepada putrinya pada tahun 1875 terjual seharga 33.000 dolar di tahun 1991. Surat-menyurat biasa dengan penulis Tom Sawyer biasanya berharga 1.200 hingga 1.500 dolar per halaman. Para ahli mengatakan bahwa walaupun Twain menulis 50.000 surat sepanjang hidupnya, permintaan akan surat-surat pribadi dari salah satu penulis favorit Amerika ini masih tetap tinggi.  Anda mungkin tidak memiliki sepucuk surat pun dari Mark Twain, namun sesungguhnya Anda memiliki kumpulan surat yang tak ternilai harganya. Karena di dalam diri Anda adalah isi kitab Kristus itu sendiri yang tak ternilai harganya. Dan surat-surat itu sungguh berharga, karena mengandung kisah yang tak ternilai tentang Yesus Kristus. Bagi setiap orang kristiani, nilai terpenting dari surat kehidupan bukanlah nilai nominalnya, melainkan hikmat bagi hati yang terbuka, yakni hikmat dari Allah sendiri.

Kesaksian yang paling efektif dari orang Kristen terhadap orang yang belum percaya adalah hidup orang Kristen itu sendiri. Hidup seseorang yang telah diubahkan karena kasih dan kuasa Kristus berbicara jauh lebih “keras” daripada ribuan kata-kata. Jadi, hidup orang Kristen yang telah diubahkan adalah “senjata” yang ampuh untuk menjangkau orang-orang yang belum diselamatkan. Namun sayang, kenyataannya justru sebaliknya. Tidak sedikit orang yang tidak tertarik atau bahkan antipati kepada kekristenan justru karena hidup orang Kristen itu sendiri. Sebut saja misalnya, Mahatma Gandhi, di depan ribuan mahasiswa Kristen di Colombo pernah berujar, “Seandainya kekristenan hanyalah kotbah di bukit, maka saya telah menjadi orang Kristen. Tetapi karena hidup orang-orang Kristenlah maka saya tidak mau menjadi Kristen.”

Pengalaman yang menyakitkan dialami oleh Gandhi adalah ketika ia ditolak untuk masuk ke dalam gereja oleh orang-orang kulit putih dengan alasan kulitnya tidak berwarna sama dengan mereka. Friedrich Nietzche, seorang filsuf atheis, pernah menjawab pertanyaan mengapa ia sangat membenci kekristenan. Dia menjawab, “saya akan percaya pada jalan keselamatan mereka (orang Kristen), apabila mereka sedikit lebih terlihat seperti orang yang sudah diselamatkan.”

Ada lagi kisah tentang Anton Szandor LaVey sang pendiri gereja Setan. Pada mulanya LaVey adalah seorang yang taat beribadah bahkan melayani di gereja. Di dalam pengalamannya, LaVey melihat banyak pria kristen yang hidup dalam kemunafikan. Pada hari Minggu mereka ini terlihat sebagai orang-orang yang saleh di gereja, tapi di hari-hari lain mereka berkanjang di dalam berbagai dosa dan kenistaan. Pengalaman itu mendorong LaVey untuk mendirikan gereja (setan) di mana para anggotanya bebas mengumbar nafsu tanpa dibungkus kemunafikan.

Masih banyak lagi orang-orang seperti Gandhi, Nietzche dan LaVey di sekitar kita. Mungkin mereka adalah orangtua, anggota keluarga, sahabat-sahabat atau orang-orang yang mengenal kita yang urung menjadi Kristen karena melihat hidup kita. Betapa sering kita tidak mampu menampakkan diri sebagai “surat pujian” dari Allah, karena dalam prakteknya kita lebih banyak menebarkan benih kebencian, pikiran jahat, percabulan, perzinahan, keserakahan, kelicikan, iri hati, hujat, kesombongan dan seribu macam rupa keduniawian di antara sesama manusia.

2. Sebagai surat Kristus kita harus menjadi sebuah kisah tentang cinta Yesus

Seperti halnya Yesus mencintai anda, setiap sendi kehidupan kita juga sudah selayaknya menjadi kertas yang dipakai oleh guratan pena Tuhan untuk menyatakan kasihNya yang begitu besar kepada dunia ini. Roh Allah tidak sekedar memberikan coretan kasar tapi sebuah gambaran akan kasih yang begitu indah sebagai gambaran Kristus. Apakah itu bisa dibaca orang lain, atau malah kita meninggalkan goresan-goresan kasar yang mencabik-cabik hati orang lain? Seperti apa Kristus yang kita gambarkan lewat diri kita? Sejak hari ini, marilah kita terus menjaga hati kita. Penuhi terus dengan firman Tuhan yang penuh kuasa. Ijinkan Roh Kudus terus menulis tentang Kristus dalam hati kita, dan biarlah Tuhan dipermuliakan dengan segala gambaran yang muncul keluar dari diri kita. Ingatlah bahwa diri kita selalu ibarat surat terbuka yang bisa dibaca banyak orang. Apa isi surat yang terbaca lewat anda hari ini?

Di sebuah universitas di Inggris, sekelompok mahasiswa mengajukan pertanyaan berikut, "Kamu ingin menjadi apa?" Mereka melontarkan berbagai jawaban yang berbeda-beda, yakni atlet berprestasi, politisi yang berpengaruh, cendekiawan terkenal. Dengan malu-malu, namun pasti, seorang mahasiswa mengatakan sesuatu sehingga timbul keheningan yang dalam, "Kalian boleh menertawakan saya, tapi saya ingin menjadi orang kudus." Bayangkan, orang kudus! Apa pun konsep mahasiswa itu tentang orang kudus, banyak orang di masyarakat sekuler kita yang akan memandang aneh ambisi tersebut. Namun sebagai orang kristiani, hal itu sepatutnya menjadi prioritas tertinggi dalam hidup kita. Inti dari kekudusan adalah menyerupai Yesus. Paulus berkata bahwa tujuan utama Allah Bapa adalah menjadikan kita serupa dengan Anak-Nya (Roma 8:29).

Tentu saja, setiap orang percaya memiliki jaminan keserupaan yang sempurna dengan Kristus di dunia yang akan datang nanti. Namun, Allah tidak ingin kita menanti dengan pasif hingga kita memasuki surga, di mana perubahan adikodrati itu terjadi (1 Yohanes 3:2). Kita harus bekerja sama dengan Roh Kudus untuk tumbuh menjadi lebih dan semakin lebih menyerupai Kristus "di dalam dunia ini" (4:17). Ya, kita sudah menjadi orang-orang kudus karena kita beriman di dalam Kristus Yesus (Filipi 1:1). Namun, setiap hari kita menghadapi tantangan untuk menjadi diri kita yang sebenarnya, yakni keserupaan dengan Kristus di setiap bidang kehidupan kita.

3. Sebagai surat Kristus kita harus mencerminkan kemuliaan Kristus

Dalam 2 Korintus 3:18, digambarkan bahwa kita "mencerminkan kemuliaan Tuhan". Apabila kita mencerminkan kemuliaan-Nya, kita akan diubah "menjadi serupa dengan gambar-Nya", yaitu menyerupai Kristus. Barangkali kita bertanya-tanya mengapa cara berpikir dan perilaku kita masih jauh dari serupa dengan Kristus. Mungkin pertanyaan berikut ini dapat menolong: "Hidup siapakah yang kita cerminkan?" Umat Allah harus mencerminkan kemuliaan Allah. Untuk itu kita harus membiasakan diri mencerminkan kemuliaan-Nya. Kita harus membaca dan merenungkan firman-Nya. Kita harus berdoa dan memercayai Roh Kudus Allah untuk bekerja di dalam hati kita. Barulah setelah itu kita dapat menaati perintah-Nya dan berpegang pada janji-Nya. Kemuliaan siapakah yang dalam hidup kita?

Raut muka adalah cerminan hati. Apakah orang lain melihat Yesus pada raut muka Anda? Ketika Musa turun dari Gunung Sinai setelah bertemu dengan Allah, wajahnya begitu bercahaya sehingga bangsa Israel tidak mampu menatapnya (Keluaran 34:29,30; 2 Korintus 3:7). Paulus membandingkan kemuliaan itu dengan kemuliaan lebih besar yang dapat dialami oleh mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Kristus. Ia mengatakan bahwa kita diubahkan oleh Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita, sehingga kita akan semakin menyerupai Tuhan Yesus (2 Korintus 3:18). Tak ada kosmetik wajah yang lebih baik dibandingkan anugerah Allah yang mengubahkan. Persahabatan dengan Kristus mungkin tidak membuat wajah kita sempurna, tetapi dapat menggantikan keriput dan kerutan di dahi dengan kedamaian batin yang memancarkan keindahan Kristus melalui diri kita.

Dalam beberapa hal, hukum Taurat Musa bagi orang kristiani sama seperti kruk bagi seorang atlet. Keduanya baik apabila diperlukan dan digunakan dengan benar. Namun, kruk tidak dapat digunakan untuk memenangkan perlombaan lari cepat 90 meter. Demikian juga bersandar pada sebuah sistem hukum tidak pernah dapat membawa kemenangan rohani bagi kita. Paulus menekankan penyusutan kebesaran hukum Perjanjian Lama dengan membandingkannya dengan kemuliaan hidup dan kebebasan di dalam Roh yang tiada taranya. Mengacu pada wajah Musa yang bersinar setelah menerima Sepuluh Perintah Allah, Rasul Paulus berkata bahwa memudarnya sinar wajah Musa sama seperti wahyu di Gunung Sinai yang diterimanya. Wahyu itu bersifat sementara dan tidak lengkap. Orang Israel akan segera menyadari bahwa pesan Allah dari gunung itu juga standar yang akan digunakan untuk menghakimi mereka.

Namun, di mana Roh Kudus memerintah, di sana terdapat anugerah yang melimpah, dan keagungan-Nya jauh melebihi keagungan Taurat itu. Bayangkan sebatang korek api yang menyala di dalam sebuah tempat yang gelap gulita. Munculnya nyala api yang tiba-tiba itu memberikan sebuah pertunjukan sinar yang mengesankan. Namun, jika Anda menyalakan sebuah korek api di bawah terik sinar matahari, percikan sinarnya akan tampak tidak berarti. Kesepuluh perintah tersebut bersifat menuntut dan pada akhirnya menghakimi. Akan tetapi, hidup di dalam Roh membawa pengalaman kuasa Allah yang mengubahkan ke dalam hati kita

Pudarnya keagungan Taurat tidak sebanding dengan kemuliaan anugerah Allah. Perjanjian baru itu lebih baik daripada perjanjian lama (bd.Rom 7:1-25) karena mengampuni sama sekali dosa dari orang-orang yang bertobat (Ibr 8:12), menjadikan mereka anak- anak Allah (Rom 8:15-16), memberikan mereka hati dan tabiat yang baru sehingga dapat mengasihi dan menaati Allah dengan spontan (Ibr 8:10; bd. Yeh 11:19-20), menuntun mereka kepada hubungan pribadi yang lebih intim dengan Yesus Kristus dan Bapa di sorga (Ibr 8:11), serta menyediakan pengalaman yang lebih indah di dalam Roh Kudus (Yoel 2:28; Kis 1:5-8; Kis 2:16-17,33,38-39; Rom 8:14- 15,26).

Kabar baik tentang Kristus harus dimulai dari diri kita, sehingga apakah sesama kita juga dapat membaca “Injil” di dalam diri kita, yaitu kualitas kehidupan dan spiritualitas iman serta kasih kita kepada Kristus. Jadi makin jelaslah bagi kita bahwa tugas pemberitaan Injil bukan sekedar kumpulan kata-kata saleh dan rohani agar orang-orang di sekitar kita mengenal Kristus sebagai Juru-selamatnya. Tetapi pemberitaan Injil secara esensial menyangkut kualitas hidup kita di hadapan Allah dan sesama, yaitu apakah hidup kita sungguh-sungguh telah menjadi surat pujian dan surat Kristus ?
______________________________
(Oleh: Pdt.Kristinus Unting, STh.,M.Div)

POHON YANG BAIK VS POHON YANG TIDAK BAIK

Bahan Bacaan Renungan Harian Kristen hari ini : Lukas 6:43-45

Pohon Ara (Ficus Carica) adalah sejenis pohon beringin. Di Indonesia ada sekitar 30 jenis pohon Ara yang dapat dijumpai buahnya sepanjang tahun. Buah Ara ini sangat disukai oleh satwa hutan dan burung-burung. Pada umumnya, dalam setahun pohon ara dapat berbuah sebanyak tiga kali. Buah pertama disebut bikurah atau buah sulung. Inilah yang disebut sebagai buah ara hijau. Orang Israel mempunyai ketetapan bahwa buah sulung merupakan milik Tuhan. Buah kedua disebut buah ara bungaran. Buah kedua ini rasanya segar dan enak serta buahnya paling banyak. Pada saat inilah pemilik pohon berhak memanfaatkannya untuk    penghidupannya, termasuk menjadikannya sebagai komoditas ekonomi. Buah ketiga disebut buah pag. Buah ini tidak boleh diambil pemiliknya, karena merupakan hak orang-orang Lewi dan orang-orang miskin. Ini berarti sebatang pohon yang sehat dapat memberi buah selama sepuluh bulan.
Pada zaman Hellenisme (Yunani-Romawi) buah ara merupakan salah satu komoditi ekonomi penting setelah anggur dan minyak zaitun, sehingga orang-orang Yunani membuat undang-undang khusus untuk mengatur pengeksporannya. Daunnya dapat dimanfaatkan untuk membungkus buah-buahan yang baru dipetik untuk dibawa ke pasar dan sekarang ini menjadi komoditas yang mahal. Buah ara selain dapat dimakan langsung, juga dapat dibuat kue yang mahal harganya, karena makanan ini pun biasa dihidangkan bagi raja-raja (2Raj. 20:7; Yes. 38:27). Meski begitu kue buah juga ara merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat dan kerap dibawa saat bepergian (1 Sam. 25:18).

Sedangkan Anggur? Anggur  merupakan tanaman buah berupa perdu merambat yang termasuk ke dalam keluarga Vitaceae. Tanaman ini sudah dibudidayakan sejak 4000 SM di Timur Tengah. Buah ini biasanya digunakan untuk membuat jus anggur, jelly,  minuman anggur,  minyak biji anggur, dan kismis, atau dimakan langsung. Buah anggur dikenal karena mengandung banyak senyawa polifenol dan resveratol yang berperan aktif dalam berbagai metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil penelitian para ahli biakui bahwa buah anggur mengandung flavanoid, yakni antioksidan yang akan membantu memperlambat proses penuaan akibat radikal bebas. Buah anggur pun kaya vitamin A, C, B6, folat, serta mineral penting (potassium, kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, dan selenium). Anggur memiliki kekuatan yang memadukan dan meningkatkan kelembapan di paru-paru. Anggur merah memiliki kandungan antibakterial dan antivirus yang kuat sehingga mampu melindungi tubuh dari infeksi.

Disamping itu, anggur mampu meningkatkan kesehatan otak dan menjaganya dari serangan penyakit seperti Alzheimer. Sebab, anggur mengandung resveratol, sebuah polifenol yang akan mengurangi tingkat amyloidal-beta peptides pada penderita Alzheimer. Anggur  juga mengandung asam organik, gula, dan selulosa yang bertindak sebagai pencahar. Jus anggur ungu mampu mencegah kanker payudara yang secara signifikan mengurangi massa tumor pada payudara. Demikian juga jus anggur mengandung energi instan. Dan jus anggur putih kaya akan zat besi untuk mengurangi kelelahan. Disamping itu, oksida nitrat yang terkandung pada anggur sangat bermanfaat untuk mencegah gumpalan dan mengurangi risiko penyakit jantung. Antioksidannya juga menghentikan oksidasi kolesterol LDL alias kolesterol jahat yang menghambat pembuluh darah. Anggur mengeluarkan panas dan menyembuhkan gangguan pencernaan serta iritasi pada perut. Bahkan, Anggur mampu menyingkirkan asam pada sistem ginjal yang akan mengurangi gangguan tekanan di ginjal.

Dalam beberapa kesempatan, Yesus menggunakan perumpamaan pohon dan buah dalam pengajaran-Nya. Dalam Lukas pasal 6 ayat 44 yang setara dengan Matius pasal 12 ayat 33;  Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya, “Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara, dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.” Di dalam Alkitab kehidupan orang Kristen sering digambarkan dengan kehidupan pohon. Yesus juga menggunakan metafor tentang pohon untuk menggambarkan pembedaan manakah orang Kristen sejati dan manakah yang palsu (ayat 43-44). Pohon yang baik pasti mengeluarkan buah-buah yang baik. Sebaliknya, pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah-buah yang buruk. Yang baik selalu melahirkan yang baik pula. Ini prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Demikian juga orang baik akan melakukan perbuatan baik karena di dalamnya (hatinya) hanya ada kebaikan, sedangkan orang jahat hanya melakukan kejahatan karena di dalamnya (hatinya) penuh kejahatan.

Buah ditentukan oleh pohonnya. Pohon ara jelas akan berbuahkan ara, sedangkan pohon anggur jelas akan berbuahkan anggur. Sedangkan semak duri tidak mungkin dapat menghasilkan buah yang baik semisal buah ara atau pun anggur. Bagaimana kualitas "buah" kehidupan kita? Keluarga? Pekerjaan? Tuhan Yesus tentu kecewa terhadap pohon yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Yesus tentu tidak menghendaki kita para murid-Nya  seperti pohon ara, yang hanya indah dipandang tapi tidak berbuah. Tidak membawa manfaat bagi orang. Pohon yang berbuah baik  menggambarkan kehidupan orang benar, sedangkan pohon yang tidak berbuah baik menggambarkan kehidupan orang fasik. (bdk.Mzm.1:1-6).  Lalu, siapakah orang-orang Kristen yang benar dan palsu itu? Lalu apa saja bentuk buah-buah kehidupan kita sebagai orang percaya yang diharapkan?

Para penafsir Alkitab mengatakan bahwa ‘buah’ adalah ‘kehidupan’ orang itu. Jadi, ‘buah yang baik’ menunjuk pada ‘kehidupan yang baik’, sedangkan ‘buah yang tidak baik’ menunjuk pada ‘kehidupan yang tidak baik’. Kalau kita membandingkan antara Mat 7:16-20 / Luk 6 43-45 dengan Mat 3:8-10 dan Mat 12:24,33-37 (perhatikan bahwa ketiga bagian ini mengandung ayat-ayat yang mirip / sama. Jadi, arti ‘buah’ dalam ketiga bagian ini pasti sama), maka jelas bahwa ‘buah’ artinya adalah ‘kehidupan’. Arti ini cocok dengan konteks (lihat Mat 7:21,23 yang menunjukkan kehidupan yang jahat dari nabi palsu), dan arti ini juga didukung oleh bagian-bagian Kitab Suci yang lain yang menunjukkan bahwa nabi palsu mempunyai hidup yang tidak baik, seperti mengejar keuntungan (Yer 8:10  Tit 1:11  2Pet 2:3), bersikap baik terhadap orang yang menguntungkan (Mikha 3:5), dsb. Tidak baiknya kehidupan juga bisa kelihatan dari kata-katanya. Ini terlihat dari ay 45 - “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”. Ayat ini menunjukkan bahwa dari kata-kata yang tidak baik terlihat hati yang tidak baik.

Kata-kata yang tidak baik ini tidak harus diartikan sebagai kata-kata kotor, cabul, makian, dusta, dan sebagainya. Untuk itu perhatikan kata-kata William Barclay berikut ini: “Nothing shows the state of a man’s heart so well as the words he speaks when he is not carefully considering his words, when he is talking freely and saying, as we put it, the first thing which comes into his head. If you ask directions to a certain place, one person may tell you it is near such and such a church; another, that it is near such and such a cinema; another, that it is near such and such a football ground; another, that it is near such and such a public house. The very words of the answer to a chance question often show where a man’s thoughts most naturally turn and where the interests of his heart lie” (Tidak ada yang menunjukkan keadaan hati manusia dengan begitu baik seperti kata-kata yang ia ucapkan pada waktu ia tidak mempertimbangkan kata-katanya dengan teliti, pada waktu ia berbicara secara bebas dan mengatakan hal-hal pertama yang timbul pada pikirannya. Jika engkau menanyakan arah ke suatu tempat tertentu, satu orang akan memberitahumu bahwa itu dekat dengan sebuah gereja tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan sebuah bioskop tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan lapangan sepak bola tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan suatu bangunan umum tertentu. Kata-kata dari jawaban terhadap pertanyaan sembarangan sering menunjukkan kemana pikiran-pikiran orang itu mengarah secara alamiah dan dimana letaknya kesenangan-kesenangan hatinya). Lalu apa saja  prinsip-prinsip yang harus dimiliki agar kita dapat menjadi pohon yang berbuah baik?

I.Dasar Pertumbuhan Pohon yang Baik

Pohon akan tumbuh sehat jika ia mendapatkan makanan yang cukup dan sehat. Kehidupan orang Kristen yang sehat ialah ajaran Firman Tuhan yang sehat, yang menjadi kesukaannya, yang terus menerus menjadi santapannya, sehingga ia tidak berjalan menurut kesukaan orang fasik yang seperti sekam tidak berguna (bdk. Mzm.1:1,4,5).  Berkaitan dengan hal ini, ada dua kata yang penting untuk dipahami di sini, yaitu: ascentia and fiducia. Ascentia adalah "ascent" mental, pengetahuan mengenai keberadaan sesuatu. Setan-setan mengakui dan percaya bahwa Allah ada. Fiducia lebih dari ascentia. Ia melibatkan suatu kepercayaan penuh kepada sesuatu, penyerahan total kepadanya, suatu kepercayaan penuh dan penerimaan atas sesuatu. Ini adalah jenis iman yang dimiliki oleh orang Kristen dalam Kristus. Seorang Kristen, karenanya, memiliki fiducia; yakni, ia memiliki iman sejati dan percaya kepada Kristus, tidak hanya sekedar mengakui bahwa Ia pernah hidup di bumi pada suatu masa tertentu. Cara lain untuk menjelaskan perbedaan kedua kata ini adalah banyak orang di dunia percaya bahwa Yesus pernah hidup di bumi: ascentia. Tetapi mereka tidak percaya bahwa Ia adalah Juru Selamat mereka, satu-satunya tempat berpaling dan menaruh kepercayaan untuk pengampunan atas dosa-dosa mereka. Ascentia tidak membawa kepada perbuatan. Fiducia menghasilkan perbuatan yang berkenan kepada Allah. Ascentia tidak berasal dari hati. Fiducia yang berasal dari hati. Hanya Firman Tuhan yang sehat yang menjamin seorang Kristen dapat berbuah sesuai kehendak-Nya. Alkitab mengajarkan beberapa prinsip tentang pertumbuhan iman yang sehat:

Pertama, Alkitab menyaksikan, bahwa iman yang sehat adalah iman yang Theocentris (berpusat pada Allah). Orang yang makin bertumbuh imannya adalah orang yang belajar untuk mengutamakan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah dan bukan bagi kepentingan dirinya sendiri. Yohanes Pembaptis memiliki obsesi, yaitu dia harus makin kecil, tetapi Kristus yang makin besar (Yoh 3:30). Orang yang bertumbuh imannya bukan lagi si “AKU” yang duduk di atas tahta, tetapi Allah Tritunggal. Banyak orang yang mundur dari pekerjaan Tuhan karena tersinggung. Hal utama yang membuat dia tersinggung adalah karena ke “aku”annya tidak dihargai. Seharusnya sebagai anak Tuhan ia sadar, bahwa hidupnya sudah dibeli, harganya telah lunas dibayar, karena itu orientasi hidupnya hanyalah untuk kemuliaan bagi Allah dan bukan bagi dirinya sendiri (1Kor 6:19-20, Rom 14:7-9, 1Kor 10:31). “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.”( Fil 3:10).

Kedua, orang Kristen yang bertumbuh dengan sehat adalah orang yang mengutamakan pengenalan akan Kristus lebih dari yang lain (Fil 3:10). Bagaikan orang yang jatuh cinta, selalu ingin dekat pada sang kekasih dan mengenalnya dengan lebih dalam serta melakukan apa yang disenangi kekasihnya, demikian pula mirip dengan orang yang mengalami kasih Kristus (Yoh 14:15). Kasih akan Kristus saat ini diwujudkan dengan kerinduan yang terus menerus untuk mengenal firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Jemaat mula-mula punya kerinduan yang besar untuk menyelidiki firman Tuhan dengan segenap hati (Kis 17:11, bnd Luk 8:15). “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan." (Luk 8:15)

Ketiga, orang yang bertumbuh imannya dengan sehat, adalah rela ber”korban” demi pekerjaan Tuhan (kerajaan Allah). Pada umumnya manusia selalu mencari aman untuk kepentingan dirinya sendiri. Tetapi orang yang telah bertumbuh dalam iman yang benar, tidak akan memikirkan untung rugi dalam mengikut Tuhan. Dia belajar mempersembahkan hidupnya (Rom 12:1) dan bahkan siap “rugi” demi Kristus, karena sudah mendapat “untung” terlalu banyak. Ia tidak lagi menguitamakan bagaimana dirinya bisa mendapat berkat, tetapi bagaimana dia bisa menjadi saluran berkat. Nilai pengorbanan Kristus itulah yang menjadi penggerak utama dalam dirinya untuk belajar memberi yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan (2Kor 5:14, Luk 19:8, 21:4), komitmen untuk memprioritaskan pelebaran Kerajaan Allah (1Kor 9:16), bahkan rela mati bagi Kristus (2Tim 4:6, Fil 2:17).

Keempat, Iman yang benar bukan positive thinking atau sugesti diri. Banyak orang yang mengaitkan iman dengan percaya yang pasti menyembuhkan, hidup penuh sukses, makin kaya, doa yang pasti dikabulkan dan lain-lain. Iman semacam ini adalah iman yang menyesatkan dan anthropocentris. Iman yang benar adalah iman yang mau tunduk pada kehendak Allah dan percaya, bahwa apa saja yang menjadi kehendak Allah (bukan kehendak saya) itulah yang akan terjadi dan saya akan belajar mengamininya serta taat dengan memberikan respon yang terbaik. Iman yang benar adalah iman yang berpikir dengan positif (bukan positive thinking) dan berpikir dengan positif adalah berpikir yang mau tunduk dengan apapun yang menjadi kehendak Allah. Positive thinking adalah suatu aliran sesat yang mengajarkan, bahwa kita bisa merubah keadaan dengan kekuatan berpikir kita. Kesesatan ajaran positive thinking adalah tidak mengandalkan kekuatan pada Tuhan, tetapi berpusat pada diri sendiri (Anthropocentris).

Kelima, Iman yang benar bukan identik dengan moral dan tingkah laku agama. Banyak orang berpikir, bahwa saya sudah beriman dengan saya rajin ke gereja, rajin memberi persembahan dan melakukan segala aktifitas rohani. Kesalahan utama bangsa Israel adalah menganggap segala kesalehan dan aktifitas rohani sudah membuktikan mereka orang beriman dan akan dapat membuat hati Tuhan senang, Tuhan bukan berhala yang bisa senyum bila ada orang yang “menyogok” atau “menyuap”nya. Hal yang terpenting dalam ibadah adalah relasi (hubungan pribadi) dengan Tuhan, alias “hati” yang dekat dengan Tuhan. Percuma segala aktivitas rohani seseorang, bila semua itu dilakukan dengan hati yang jauh dari Tuhan. Dan hati yang dekat dengan Tuhan adalah hati yang telah diubahkan oleh Roh Kudus, dilahir barukan, yang telah mengalami pertobatan sejati, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Orang yang telah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya adalah orang yang pasti memprioritaskan Tuhan dan pekerjaanNya dalam hidupnya.

II. Pohon yang Menghasilkan buah berkualitas

Puncak kehidupan sebuah pohon adalah menghasilkan buah, itulah natur pohon yang semestinya. Metafor yang dilukiskan oleh Yesus sungguh indah, bila kita mengerti kehidupan sebuah pohon, demikian pula mestinya kehidupan kita sebagai orang Kristen yang berbuah. Hanya murid Tuhan sejati, yang fondasi kehidupannya dibangun berdasar pada firman Tuhan, yang akan bertahan menghadapi badai kehidupan (47-48).  Iman percaya kita haruslah menjadi iman yang aktif berbuah, bukan iman yang pasif dan statis. Iman yang berbuah adalah iman yang terus menerus dipraktekkan, dijalankan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan sekedar iman untuk pemuasan batin kita semata. Tanpa buah dalam kehidupan kita, iman kita tidak berguna bagi Tuhan. Kehidupan iman yang berbuah adalah bila hidup kita selalu berada dalam Kristus.

Sebagai anak-anak Allah, kita harus tahu bahwa jika kita menghasilkan buah yang buruk, maka itu berarti kita bukan Kristen sama sekali. Karena di dalam Matius 7:18 dikatakan, "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik," tepat seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes dalam 1 Yoh 5:18, "setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa," artinya, tidak terus menerus berbuat dosa. Jadi, janganlah berkata, "Tak peduli bagaimanapun caraku menjalani kehidupan ini, yang penting aku orang Kristen." Tak heran jika orang dunia berkata, "Aku tidak dapat melihat di mana letak perbedaan antara seorang Kristen dengan yang lain."

Seharusnya ada perbedaan yang mencolok antara keduanya. Jika hidup Anda tidak berbeda dari hidup orang dunia, maka besar kemungkinan Anda bukanlah orang Kristen sejati seperti yang Yesus kehendaki. Harus ada perbedaan yang nyata antara buah yang baik dengan buah yang tidak baik. Hal tentang arti buah itu sendiri bisa kita lihat di dalam Galatia pasal 5. Di sana kita diberitahu tentang buah dari daging, yang digambarkan sebagai perbuatan daging. Perbuatan dan buah adalah hal yang sama di dalam Kitab Suci. Anda akan melihat adanya kasih, sukacita yang tertib, damai sejahtera, kelemah lembutan, kerendahan hati, dst.  Hal-hal ini akan membuat orang yang bersangkutan tampil berbeda dari yang lain. Bisa terlihat dari semua hal-hal kecil yang dia lakukan. Sungguh indah jika Anda melihat seorang Kristen yang sikapnya sangat menyenangkan!

Yesus meminta kita tinggal di dalam Dia dan menjadi ranting-rantingNya. Yesus tidak meminta kita menjadi diri kita sendiri, menjadi pohon kita sendiri, tetapi menjadi bagian dari diriNya, menjadi ranting-rantingNya. Diluar kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Menjadi ranting diluar Yesus saja tidak akan menghasilkan buah, apalagi menjadi pohon yang berdiri sendiri. Kita akan menjadi pohon yang tidak berbuah dan ditebang sang empunya lahan, yaitu Allah sendiri. Allah yang adalah Sang Empunya lahan menuntut buah, dan buah itu hanya bisa datang dari pohon Yesus Kristus itu sendiri. Kita hanya bisa berbuah sesuai dengan buah yang diinginkan Allah, yaitu buah-buah roh, kalau kita hidup didalam Yesus, dan Yesus didalam kita. Tanpa itu, buah yang kita hasilkan adalah buah-buah yang tidak disukai Allah. Seperti Apa Pohon dan Buah Anda?  Tuhan mengenal umat-Nya. Dia tahu mana yang sejati dan mana yang palsu. Yang palsu pada suatu hari akan terbongkar kepalsuannya, sama seperti semak duri yang tak berguna. Yang sejati, pada suatu hari akan nampak kesejatiannya, sama seperti buah ara atau anggur yang berguna bagi kehidupan.  Karena itu, ukuran kesejatian seorang anak Tuhan terletak pada kesetiaannya untuk terus menerus menghasilkan buah-buah kebenaran.

III. Pohon yang Selalu Berbuah di Segala Musim

Kita akan akan menghasilkan buah, tak peduli apapun musim yang yang kita hadapi, kalau kita hidup dalam Yesus dan menerima kasihNya. Sebagai orang kristen kita tidak lagi menjadi tanaman yang berdiri sendiri dan bersandar kepada kemampuan kita untuk hidup. Ketika kita mengikuti Kristus, kita adalah bagian dari Tubuh Kristus, kita adalah murid-muridNya. Kita adalah ranting dari pohon utama kita yaitu Yesus Kristus. Yesus menjadi pohon utama kita, dan kita hidup didalam Dia dan menjadi ranting-rantingNya. Kita bukan lagi pohon kita sendiri, kita tidak lagi hidup yang berdiri sendiri, tetapi hidup kita adalah bagian dari hidup Kristus itu sendiri. Yesus mengatakan dalam Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Hidup kita memang tidak selalu indah setiap hari. Ada waktunya kita menikmati berkat Tuhan yang berlimpah dalam hidup kita, namun ada waktunya pencobaan datang menerpa hidup kita. Dalam saat-saat yang baik maupun yang terendah dalam hidup kita, apakah Tuhan menjadi sumber inspirasi kita? Apakah hidup kita masih memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah? Kehidupan iman yang berbuah adalah bila hidup kita selalu berada dalam Kristus. Hidup kita memang tidak selalu indah setiap hari. Ada waktunya kita menikmati berkat Tuhan yang berlimpah dalam hidup kita, namun ada waktunya pencobaan datang menerpa hidup kita. Dalam saat-saat yang baik maupun yang terendah dalam hidup kita, apakah Tuhan menjadi sumber inspirasi kita? Apakah hidup kita masih memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah?

Secara  ilmiah memang pohon berbuah ada skilusmya, ada musimnya. Ada saatnya ia berbuah ada saatnya ia tidak berbuah. Walaupun demikian  Allah Sang Pencipta dapat memberikan berbagai hal yang melawan apa yang ‘normal’ yang umumnya terjadi, karena memang Dialah pemilik dan pencipta kehidupan. Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya, karena mereka akan tetap menghasilkan buah walaupun bukan ‘musim’nya. Seperti itulah yang diharapkan akan keberadaan kita sebagai saksi Kristus, selalu ditunggu untuk tetap berbuah kasih,  menghasilkan perbuatan baik, memberikan perkataan baik, membangunkan semangat senantiasa. Berkarya bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Selalu, setiap saat dan tidak mengenal musim. Tidak tergantung apapun situasinya.

Tanpa sadar kita sering penuh dengan alasan bila terlibat dalam pelayanan dan dalam membangun relasi dengan Tuhan. Baru berdoa kalau ada masalah, baru ikut pertemuan lingkungan kalau diadakan dirumah sendiri, baru ikut Misa kalau dapat tempat duduk yang enak. Baru ikut koor kalau seragam disediakan, baru ikutan kepanityaan kalau pulsa dan transport tersedia. Dan banyak lagi litani ‘kalau’… itupun kalau doanya dijawab. Kita lupa bahwa Tuhan telah mencintai kita sehabis-habisnya tanpa syarat, tanpa ‘kalau’ bahkan saat kita masih belum mengenalNya, belum bertobat dan belum membalas kasihNya. Kita lupa bahwa orang-orang disekitar kitapun ada yang tetap mendoakan dan mengasihi kita tanpa syarat, tetap mengharapkan yang terbaik dari kita. Kalau saja kita terus menerus membangun relasi yang akrab dengan Tuhan, selalu berupaya mencari tahu dan mengenali kehadiranNya lewat setiap kondisi bahkan lewat setiap perjumpaan, maka seharusnya kita akan melatih diri kita untuk senantiasa memberikan buah-buah rohani yang banyak dinikmati orang-orang disekitar kita. Tanpa syarat, tanpa menunggu musim.

Yesus meminta kita tinggal di dalam Dia dan menjadi ranting-rantingNya. Yesus tidak meminta kita menjadi diri kita sendiri, menjadi pohon kita sendiri, tetapi menjadi bagian dari diriNya, menjadi ranting-rantingNya. Diluar kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Menjadi ranting diluar Yesus saja tidak akan menghasilkan buah, apalagi menjadi pohon yang berdiri sendiri. Kita akan menjadi pohon yang tidak berbuah dan ditebang sang empunya lahan, yaitu Allah sendiri. Allah yang adalah Sang Empunya lahan menuntut buah, dan buah itu hanya bisa datang dari pohon Yesus Kristus itu sendiri. Kita hanya bisa berbuah sesuai dengan buah yang diinginkan Allah, yaitu buah-buah roh, kalau kita hidup didalam Yesus, dan Yesus didalam kita. Tanpa itu, buah yang kita hasilkan adalah buah-buah yang tidak disukai Allah. Seperti Apa Pohon dan Buah Anda?  Tuhan mengenal umat-Nya. Dia tahu mana yang sejati dan mana yang palsu. Yang palsu pada suatu hari akan terbongkar kepalsuannya, sama seperti semak duri yang tak berguna. Yang sejati, pada suatu hari akan nampak kesejatiannya, sama seperti buah ara atau anggur yang berguna bagi kehidupan.  Karena itu, ukuran kesejatian seorang anak Tuhan terletak pada kesetiaannya untuk terus menerus menghasilkan buah-buah kebenaran.*  AMIN.
________________________________
(Oleh: Pdt.Kristinus Unting, STh.,M.Div)

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari