Selasa, 31 Mei 2011

Akses yang Sama

Ibrani 4:16
“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 2; Yohanes 12; 1 Tawarikh 16-17

Suatu kali seorang pendeta yang sedang ikut dalam sebuah penerbangan bertanya kepada pilot kapal yang tak lain merupakan sahabatnya sejak kecil, “pesawat kamu kan ini berukuran kecil, apakah kamu pernah mempunyai masalah ketika mengudarakan dan mendaratkan pesawat kecil kamu di bandara yang didominasi pesawat berukuran besar?” Dengan santai, pilot ini menjawab, “Pesawat saya mungkin kecil, tetapi saya mempunyai hak, kesempatan, dan akses yang sama di bandara itu dengan orang lain bahkan sama dengan pesawat jumbo jet!”

Begitu halnya dengan doa, seperti orang percaya yang menghampiri takhta kasih karunia. Tidak peduli siapa kita, atau betapa kecilnya kita dibandingkan orang lain, atau betapa kecilnya kita dibandingkan orang lain, atau betapa rendahnya lingkungan kehidupan kita, kita tidak mengantre di belakang orang lain. Tak ada yang mendapat perlakuan utama.

Di dunia yang menawarkan perlakuan istimewa kepada orang kaya, orang terkenal, dan orang yang berpengaruh, sungguh kita disemangati karena mengetahui bahwa setiap anak Allah mempunyai jalan masuk yang sama menuju Bapa di surga. Pemazmur berkata, “TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan” (Mazmur 145:18).

Dengan jaminan ini, kita semua dapat “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” dalam doa, karena mengetahui bahwa Allah yang penuh kasih tak akan pernah membuang kita.

Doa adalah suatu jalur terbuka menuju surga.

Sumber: Kingdom Magazine Februari 2010

Mengemudi Dalam Kegelapan

Ayat bacaan: Mazmur 119:105
====================
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

mengemudi dalam gelapPernahkah anda tersesat di sebuah jalan gelap di malam hari? Saya pernah mengalaminya di sebuah tempat yang sama sekali masih asing bagi saya. Tidak ada penerangan apapun, karena di kiri kanan saya hanyalah pohon-pohon tinggi seperti sebuah hutan. Jalan yang bisa dilalui mobil pun begitu sempit, sehingga keadaan cukup menyeramkan untuk dilewati pada saat itu. Apa yang bisa diandalkan hanyalah penerangan dari lampu mobil yang tidak cukup jauh untuk bisa menyinari jalan keluar. Artinya, pada saat itu saya belum melihat kemana akhir dari jalan itu, apakah saya akan kembali ke jalan utama untuk menuju ke tempat tujuan atau sebaliknya semakin jauh tersesat. Pada waktu itu belum ada teknologi GPS (Global Positioning System) yang bisa menjadi penunjuk arah, sehingga suasananya membuat saya sempat takut. Satu-satunya andalan, sekali lagi, hanyalah lampu mobil yang sinarnya terbatas. Minimal saya masih bisa melihat jalan dan tidak menabrak pohon atau lainnya. Daripada berhenti, saya lebih baik terus melaju dan percaya kepada penerangan lampu mobil yang terbatas itu. Setidaknya lampu mobil itu bisa menerangi saya untuk terus maju. Pada akhirnya saya kembali ke jalan utama dan selamat sampai ke tujuan tanpa kurang suatu apapun.

Hari ini saya mengingat kembali pengalaman menegangkan itu, dan berpikir bahwa hidup pun seringkali penuh ketidakpastian, bahkan ada kalanya situasi terlihat begitu gelap sehingga kita bisa merasa khawatir atau takut menatap kemungkinan yang akan terjadi esok hari. Kemampuan kita yang sangat terbatas membuat kita tidak bisa melihat apa yang terjadi di masa depan. Kita hanya bisa memilih untuk terus berjalan atau sebaliknya berhenti bahkan mundur. Betapa seringnya ketidakpastian membuat kita hidup dalam ketakutan dan berpikir bahwa itulah akhir dari segala-galanya, apalagi jika apa yang kita hadapi terlihat begitu gelap tanpa seberkas cahaya sedikitpun di ujung sana. Tetapi lihatlah apa yang dikatakan Pemazmur. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Your word is a lamp to my feet and a light to my path, demikian bunyi dalam bahasa Inggrisnya. Pemazmur tahu bagaimana kegelapan akan masa depan itu sanggup membuat kita hidup penuh kekhawatiran. Ia tahu bahwa kemampuan kita dalam membaca masa depan sungguh sangat terbatas. Oleh karena itulah, seperti halnya pengalaman saya mengemudi dalam kegelapan malam di tengah hutan dengan pertolongan lampu mobil saja, Tuhan pun menjanjikan pelita dan terang agar kita mampu terus melangkah setahap demi setahap dalam kegelapan itu untuk bisa mencapai tujuan. FirmanNya, itulah yang akan mampu membimbing setiap langkah kita, bertindak bagai pelita bercahaya untuk menerangi setiap langkah agar kita bisa tiba pada sebuah kemenangan seperti yang dikehendaki Tuhan bagi kita. Jika demikian, bayangkan apabila kita mengabaikan untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Bayangkan jika kita tidak mengetahui apa-apa tentang janji Tuhan dan peringatan-peringatanNya, maka tidak akan ada pelita apapun yang menuntun kita dalam melalui kegelapan yang panjang.

Apa yang direncanakan Tuhan kepada kita semua sesungguhnya jelas. Tuhan mengatakan "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Apa yang disediakan Tuhan di depan sana adalah rancangan damai sejahtera dan bukan kecelakaan, dan Dia sudah mencanangkan hari depan yang penuh harapan sejak semula bagi kita. Artinya, segelap apapun situasi yang kita hadapi hari ini, ada sesuatu yang bersinar terang di depan sana, sebuah hari depan yang sangat menjanjikan. Tuhan juga sudah menegaskan "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Pemazmur juga pernah merasakan bagaimana berjalan dalam gelap, namun ia merasakan kehadiran Tuhan dalam membimbing langkahnya setapak demi setapak untuk keluar dari situasi itu. "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Jika Pemazmur tahu akan hal itu dan bisa berjalan dalam langkah imannya dengan keberanian dan keyakinan, kita pun harus bisa seperti itu. Sebab Tuhan tidak pernah berubah, Dia tetap sama dahulu, sekarang dan sampai selamanya. Janjinya teguh, Dia adalah Allah yang setia yang tidak akan pernah ingkar janji.

Alkitab juga mengingatkan kita agar tidak putus asa ketika terjatuh dalam situasi yang sukar. Yakobus mengatakan: "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:3-4). Perhatikan bahwa Tuhan sudah menjanjikan bahwa meski kita jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan seperti yang disebutkan dalam ayat 2, pencobaan-pencobaan itu bukanlah untuk membuat kita hancur melainkan malah akan memberi manfaat positif bagi diri kita. They are all there to make us even better, not bitter.

Jika ada diantara teman-teman yang sedang merasakan seperti mengemudi dalam kegelapan, ingatlah bahwa Tuhan sudah menyediakan pelita agar anda bisa terus berjalan selangkah demi selangkah untuk menggenapi rencanaNya. Firman Tuhan akan selalu menerangi setiap langkah yang anda ambil agar bisa terus berjalan mencapai tujuan. Meski anda belum melihat titik akhirnya dan masih merasa segala sesuatunya gelap, jangan khawatir dan jangan pernah kehilangan harapan. Anda tidak akan pernah terjerembab jika anda terus berjalan dengan pelita yang berasal dari Firman Tuhan.

Tuhan menyediakan pelita lewat FirmanNya untuk terus menuntun kita setahap demi setahap



Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Mengemudi Dalam Kegelapan

Ayat bacaan: Mazmur 119:105
====================
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

mengemudi dalam gelapPernahkah anda tersesat di sebuah jalan gelap di malam hari? Saya pernah mengalaminya di sebuah tempat yang sama sekali masih asing bagi saya. Tidak ada penerangan apapun, karena di kiri kanan saya hanyalah pohon-pohon tinggi seperti sebuah hutan. Jalan yang bisa dilalui mobil pun begitu sempit, sehingga keadaan cukup menyeramkan untuk dilewati pada saat itu. Apa yang bisa diandalkan hanyalah penerangan dari lampu mobil yang tidak cukup jauh untuk bisa menyinari jalan keluar. Artinya, pada saat itu saya belum melihat kemana akhir dari jalan itu, apakah saya akan kembali ke jalan utama untuk menuju ke tempat tujuan atau sebaliknya semakin jauh tersesat. Pada waktu itu belum ada teknologi GPS (Global Positioning System) yang bisa menjadi penunjuk arah, sehingga suasananya membuat saya sempat takut. Satu-satunya andalan, sekali lagi, hanyalah lampu mobil yang sinarnya terbatas. Minimal saya masih bisa melihat jalan dan tidak menabrak pohon atau lainnya. Daripada berhenti, saya lebih baik terus melaju dan percaya kepada penerangan lampu mobil yang terbatas itu. Setidaknya lampu mobil itu bisa menerangi saya untuk terus maju. Pada akhirnya saya kembali ke jalan utama dan selamat sampai ke tujuan tanpa kurang suatu apapun.

Hari ini saya mengingat kembali pengalaman menegangkan itu, dan berpikir bahwa hidup pun seringkali penuh ketidakpastian, bahkan ada kalanya situasi terlihat begitu gelap sehingga kita bisa merasa khawatir atau takut menatap kemungkinan yang akan terjadi esok hari. Kemampuan kita yang sangat terbatas membuat kita tidak bisa melihat apa yang terjadi di masa depan. Kita hanya bisa memilih untuk terus berjalan atau sebaliknya berhenti bahkan mundur. Betapa seringnya ketidakpastian membuat kita hidup dalam ketakutan dan berpikir bahwa itulah akhir dari segala-galanya, apalagi jika apa yang kita hadapi terlihat begitu gelap tanpa seberkas cahaya sedikitpun di ujung sana. Tetapi lihatlah apa yang dikatakan Pemazmur. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Your word is a lamp to my feet and a light to my path, demikian bunyi dalam bahasa Inggrisnya. Pemazmur tahu bagaimana kegelapan akan masa depan itu sanggup membuat kita hidup penuh kekhawatiran. Ia tahu bahwa kemampuan kita dalam membaca masa depan sungguh sangat terbatas. Oleh karena itulah, seperti halnya pengalaman saya mengemudi dalam kegelapan malam di tengah hutan dengan pertolongan lampu mobil saja, Tuhan pun menjanjikan pelita dan terang agar kita mampu terus melangkah setahap demi setahap dalam kegelapan itu untuk bisa mencapai tujuan. FirmanNya, itulah yang akan mampu membimbing setiap langkah kita, bertindak bagai pelita bercahaya untuk menerangi setiap langkah agar kita bisa tiba pada sebuah kemenangan seperti yang dikehendaki Tuhan bagi kita. Jika demikian, bayangkan apabila kita mengabaikan untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Bayangkan jika kita tidak mengetahui apa-apa tentang janji Tuhan dan peringatan-peringatanNya, maka tidak akan ada pelita apapun yang menuntun kita dalam melalui kegelapan yang panjang.

Apa yang direncanakan Tuhan kepada kita semua sesungguhnya jelas. Tuhan mengatakan "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Apa yang disediakan Tuhan di depan sana adalah rancangan damai sejahtera dan bukan kecelakaan, dan Dia sudah mencanangkan hari depan yang penuh harapan sejak semula bagi kita. Artinya, segelap apapun situasi yang kita hadapi hari ini, ada sesuatu yang bersinar terang di depan sana, sebuah hari depan yang sangat menjanjikan. Tuhan juga sudah menegaskan "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Pemazmur juga pernah merasakan bagaimana berjalan dalam gelap, namun ia merasakan kehadiran Tuhan dalam membimbing langkahnya setapak demi setapak untuk keluar dari situasi itu. "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Jika Pemazmur tahu akan hal itu dan bisa berjalan dalam langkah imannya dengan keberanian dan keyakinan, kita pun harus bisa seperti itu. Sebab Tuhan tidak pernah berubah, Dia tetap sama dahulu, sekarang dan sampai selamanya. Janjinya teguh, Dia adalah Allah yang setia yang tidak akan pernah ingkar janji.

Alkitab juga mengingatkan kita agar tidak putus asa ketika terjatuh dalam situasi yang sukar. Yakobus mengatakan: "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:3-4). Perhatikan bahwa Tuhan sudah menjanjikan bahwa meski kita jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan seperti yang disebutkan dalam ayat 2, pencobaan-pencobaan itu bukanlah untuk membuat kita hancur melainkan malah akan memberi manfaat positif bagi diri kita. They are all there to make us even better, not bitter.

Jika ada diantara teman-teman yang sedang merasakan seperti mengemudi dalam kegelapan, ingatlah bahwa Tuhan sudah menyediakan pelita agar anda bisa terus berjalan selangkah demi selangkah untuk menggenapi rencanaNya. Firman Tuhan akan selalu menerangi setiap langkah yang anda ambil agar bisa terus berjalan mencapai tujuan. Meski anda belum melihat titik akhirnya dan masih merasa segala sesuatunya gelap, jangan khawatir dan jangan pernah kehilangan harapan. Anda tidak akan pernah terjerembab jika anda terus berjalan dengan pelita yang berasal dari Firman Tuhan.

Tuhan menyediakan pelita lewat FirmanNya untuk terus menuntun kita setahap demi setahap



Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Senin, 30 Mei 2011

1Juni - Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15

"Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran"

(Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15)

" Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.  Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.  Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.  Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku." (Yoh 16:12-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St Yustinus hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini hari terakhir menjelang Hari Raya Kenaikan serta memasuki Novena Roh Kudus dalam rangka mempersiapkan diri Pesta Pentekosta. Sebelum naik ke sorga Yesus menjanjikan akan mengutus Roh Kudus yang "akan memimpin kamu ke dalam sekuruh kebenaran: sebab Ia  tidak akan berkata-kata dari diriNya senidri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang". Untuk itu dari pihak kita diharapkan sungguh membuka diri: hati, jiwa, akal budi dan tubuh terhadap bisikan atau bimbingan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada kita. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk tidak menutup diri, melainkan membuka diri sepenuhnya. Hemat saya agar kita sungguh terbuka pada Roh Kudus kita harus terbuka terhadap saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama kita; untuk itu kita harus jujur serta tidak menyembunyikan apapun bagi saudara-saudari kita, dan tentu saja kita juga menerima keterbukaan orang lain, maka kami berharap apa yang kita terima dari orang lain sungguh  kita manfaatkan untuk hal-hal baik alias berbuat baik. Kami berharap antar anggota keluarga atau komunitas dapat menjadi teladan dalam hal keterbukaan ini. Di dalam keluarga suami-isteri hendaknya dapat menjadi teladan keterbukaan pada anak-anaknya: terbuka dalam hal keuangan, bepergian, perasaan, pikiran, harapan, cita-cita, keprihatinan dst… sebagaimana (maaf kalau  sedikit porno) antar suami-isteri terbuka sepenuhnya secara phisik ketika sedang memadu kasih, berhubungan seksual. Di sekolah-sekolah kami berharap para guru dapat menjadi teladan keterbukaan dan kejujuran bagi para peserta didik. Marilah kita masuki Novena Roh Kudus yang akan dataang dengan sikap terbuka dan jujur.

·   "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.  Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia." (Kis 17:28-29), demikian kutipan kotbah Paulus. Apa yang dikatakan oleh Paulus ini kiranya dapat menjadi pegangan atau contoh bagi para pengkotbah, entah awam atau imam, seraya meneladan St.Yustinus yang kita kenangkan hari ini. Marilah sebagai umat Allah kita sadari dan hayati bahwa kita dapat hidup bahagia, damai sejahtera dan selamat jika kita "hidup dan bergerak di dalam Dia"  alias tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi, seenaknya sendiri. Maka meneruskan perihal keterbukaan di atas, kami mengajak kita semua marilah kita membuka diri terhadap aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, yang berfungsi menuntun dan membimbing cara hidup dan cara bertindak kita menuju ke kebahagiaan atau keselamatan sejati. Meskipun sendirian di suatu tempat kami berharap kita tetap setia pada tata tertib yang ada, demikian juga ketika berada di kamar sendirian kami berharap kita tetap setia pada panggilan maupun jati diri kita masing-masing, artinya tidak melakukan yang aneh-aneh yang dapat membahayakan keselamatan jiwa kita. Ingatlah dan hayati bahwa Allah senantiasa melihat dan menyertai kita melalui malaikat-malaikatNya, malaikat pelindung kita masing-masing, dengan kata lain apapun yang kita lakukan diketahui oleh Allah. Hendaknya aneka macam harta benda yang kita miliki atau kuasai dan nikmati difungsikan agar kita semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah.

"Halleluya! Pujilah Tuhan di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia hai segala malaikatNya, pujilah Dia, hai segala bintang terang" (Mzm 148:1-2)

Ign 1 Juni 2011


1Juni - Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15

"Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran"

(Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15)

" Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.  Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.  Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.  Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku." (Yoh 16:12-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St Yustinus hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini hari terakhir menjelang Hari Raya Kenaikan serta memasuki Novena Roh Kudus dalam rangka mempersiapkan diri Pesta Pentekosta. Sebelum naik ke sorga Yesus menjanjikan akan mengutus Roh Kudus yang "akan memimpin kamu ke dalam sekuruh kebenaran: sebab Ia  tidak akan berkata-kata dari diriNya senidri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang". Untuk itu dari pihak kita diharapkan sungguh membuka diri: hati, jiwa, akal budi dan tubuh terhadap bisikan atau bimbingan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada kita. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk tidak menutup diri, melainkan membuka diri sepenuhnya. Hemat saya agar kita sungguh terbuka pada Roh Kudus kita harus terbuka terhadap saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama kita; untuk itu kita harus jujur serta tidak menyembunyikan apapun bagi saudara-saudari kita, dan tentu saja kita juga menerima keterbukaan orang lain, maka kami berharap apa yang kita terima dari orang lain sungguh  kita manfaatkan untuk hal-hal baik alias berbuat baik. Kami berharap antar anggota keluarga atau komunitas dapat menjadi teladan dalam hal keterbukaan ini. Di dalam keluarga suami-isteri hendaknya dapat menjadi teladan keterbukaan pada anak-anaknya: terbuka dalam hal keuangan, bepergian, perasaan, pikiran, harapan, cita-cita, keprihatinan dst… sebagaimana (maaf kalau  sedikit porno) antar suami-isteri terbuka sepenuhnya secara phisik ketika sedang memadu kasih, berhubungan seksual. Di sekolah-sekolah kami berharap para guru dapat menjadi teladan keterbukaan dan kejujuran bagi para peserta didik. Marilah kita masuki Novena Roh Kudus yang akan dataang dengan sikap terbuka dan jujur.

·   "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.  Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia." (Kis 17:28-29), demikian kutipan kotbah Paulus. Apa yang dikatakan oleh Paulus ini kiranya dapat menjadi pegangan atau contoh bagi para pengkotbah, entah awam atau imam, seraya meneladan St.Yustinus yang kita kenangkan hari ini. Marilah sebagai umat Allah kita sadari dan hayati bahwa kita dapat hidup bahagia, damai sejahtera dan selamat jika kita "hidup dan bergerak di dalam Dia"  alias tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi, seenaknya sendiri. Maka meneruskan perihal keterbukaan di atas, kami mengajak kita semua marilah kita membuka diri terhadap aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, yang berfungsi menuntun dan membimbing cara hidup dan cara bertindak kita menuju ke kebahagiaan atau keselamatan sejati. Meskipun sendirian di suatu tempat kami berharap kita tetap setia pada tata tertib yang ada, demikian juga ketika berada di kamar sendirian kami berharap kita tetap setia pada panggilan maupun jati diri kita masing-masing, artinya tidak melakukan yang aneh-aneh yang dapat membahayakan keselamatan jiwa kita. Ingatlah dan hayati bahwa Allah senantiasa melihat dan menyertai kita melalui malaikat-malaikatNya, malaikat pelindung kita masing-masing, dengan kata lain apapun yang kita lakukan diketahui oleh Allah. Hendaknya aneka macam harta benda yang kita miliki atau kuasai dan nikmati difungsikan agar kita semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah.

"Halleluya! Pujilah Tuhan di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia hai segala malaikatNya, pujilah Dia, hai segala bintang terang" (Mzm 148:1-2)

Ign 1 Juni 2011


31 Mei - Rm 12:9-16b; Luk 1:39-56

"Diberkatilah engkau  di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu"

(Rm 12:9-16b; Luk 1:39-56)

" Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.  Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.  Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,  lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?  Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.  Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."  Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,  dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,  sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,  karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.  Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;  Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;  Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."  Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya." (Luk 1:39-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Mengunjungi Elisabeth hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bunda Maria sungguh teladan umat beriman yang unggul, lebih-lebih dalam partisipasi untuk mewartakan Kabar Gembira, kedatangan Penyelamat Dunia. Begitu ia menerima penampakan dari malaikat bahwa ia akan mengandung Penyelamat Dunia karena  Roh Kudus serta berita bahwa saudarinya Elisabeth yang sudah lansia sedang mengandung anaknya yang pertama, ia segera mengunjungi Elisabeth, saudarinya tersebut. Entah ia juga akan memberitahukan bahwa dirinya akan mengandung Penyelamat Dunia karena Roh Kudus atau mau ikut bergembira bersama Elisabeth bagi saya tidak tahu, namun kiranya Bunda Maria ingin ikut bergembira bersama Elisabeth. Pada masa kini gereja, yang dibangun di tanah dimana Elisabeth dahulu diimani tinggal telah menjadi tempat yang didatangi oleh para peziarah, dan secara khusus para isteri yang belum dianugerahi anak mohon rahmat Allah melalui Elisabeth agar segera dianugerahi anak. Yang juga menarik bagi saya dalam bacaan di atas ialah bahwa dua perempuan yang penuh dengan Roh Kudus bertemu saling memuji dengan rendah hati. Maka dengan ini kami berharap  kepada rekan-rekan perempuan untuk dapat menjadi teladan dalam saling memuji dengan rendah hati di dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun. Kami juga mengajak kita semua untuk meneladan Bunda Maria yang cepat tanggap untuk ikut bergembira dengan saudaranya yang sedang bergembira, dan mungkin hal ini antara lain dapat kita lakukan dengan memberi salam atau ucapan proficiat kepada saudara-saudari kita yang sedang berbahagia, misalnya pada hari ulang tahun, kelahiran anak, sukses dalam kerja atau belajar, dst..

·   "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, menangislah bersama dengan orang yang sedang menangis! Hendaklah kamu sehati dan sepikir dalam hidupmu bersama, janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana" (Rm 12:15-16a), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua. Marilah peringatan atau ajakan ini kita hayati dalam hidup kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Kita diajak atau diingatkan untuk hidup dalam persaudaraan sejati serta memperhatikan perkara-perkara sederhana dalam hidup kita. Kiranya kita semua tahu bahwa apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah hal-hal yang sederhana seperti makan, minum, tidur, istirahat, berjalan, dst.. alias untuk kebutuhan hidup pribadi kita tidak butuh hal-hal yang istimewa atau luar biasa. Peringatan Paulus ini mengajak kita semua untuk hidup dalam persaudaraan sejati, yang dijiwai oleh kesederhanaan, sederhana dalam berkata-kata, bertindak, sederhana dalam hal makan dan minum, yang penting sehat dan bergizi, sederhana dalam cara hidup, dst..  Hemat saya ketika kita semua dapat dan berani hidup dengan sederhana maka persaudaraan sejati akan dengan mudah untuk diusahakan dan dihayati, karena dengan demikian perbedaan antar kita cukup tipis, terutama dalam hal kepemilikan atau penguasaan harta benda, yang sering dengan mudah menimbulkan jarak jauh antar kita.

"Sungguh Allah itu keselamatanku, aku percaya dengan tidak gemetar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan masmurku. Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan  dari mata air keselamatan" (Yes 12:2-3)

Ign 31 Mei 2011


31 Mei - Rm 12:9-16b; Luk 1:39-56

"Diberkatilah engkau  di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu"

(Rm 12:9-16b; Luk 1:39-56)

" Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.  Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.  Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,  lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?  Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.  Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."  Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,  dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,  sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,  karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.  Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;  Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;  Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."  Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya." (Luk 1:39-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Mengunjungi Elisabeth hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bunda Maria sungguh teladan umat beriman yang unggul, lebih-lebih dalam partisipasi untuk mewartakan Kabar Gembira, kedatangan Penyelamat Dunia. Begitu ia menerima penampakan dari malaikat bahwa ia akan mengandung Penyelamat Dunia karena  Roh Kudus serta berita bahwa saudarinya Elisabeth yang sudah lansia sedang mengandung anaknya yang pertama, ia segera mengunjungi Elisabeth, saudarinya tersebut. Entah ia juga akan memberitahukan bahwa dirinya akan mengandung Penyelamat Dunia karena Roh Kudus atau mau ikut bergembira bersama Elisabeth bagi saya tidak tahu, namun kiranya Bunda Maria ingin ikut bergembira bersama Elisabeth. Pada masa kini gereja, yang dibangun di tanah dimana Elisabeth dahulu diimani tinggal telah menjadi tempat yang didatangi oleh para peziarah, dan secara khusus para isteri yang belum dianugerahi anak mohon rahmat Allah melalui Elisabeth agar segera dianugerahi anak. Yang juga menarik bagi saya dalam bacaan di atas ialah bahwa dua perempuan yang penuh dengan Roh Kudus bertemu saling memuji dengan rendah hati. Maka dengan ini kami berharap  kepada rekan-rekan perempuan untuk dapat menjadi teladan dalam saling memuji dengan rendah hati di dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun. Kami juga mengajak kita semua untuk meneladan Bunda Maria yang cepat tanggap untuk ikut bergembira dengan saudaranya yang sedang bergembira, dan mungkin hal ini antara lain dapat kita lakukan dengan memberi salam atau ucapan proficiat kepada saudara-saudari kita yang sedang berbahagia, misalnya pada hari ulang tahun, kelahiran anak, sukses dalam kerja atau belajar, dst..

·   "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, menangislah bersama dengan orang yang sedang menangis! Hendaklah kamu sehati dan sepikir dalam hidupmu bersama, janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana" (Rm 12:15-16a), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua. Marilah peringatan atau ajakan ini kita hayati dalam hidup kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Kita diajak atau diingatkan untuk hidup dalam persaudaraan sejati serta memperhatikan perkara-perkara sederhana dalam hidup kita. Kiranya kita semua tahu bahwa apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah hal-hal yang sederhana seperti makan, minum, tidur, istirahat, berjalan, dst.. alias untuk kebutuhan hidup pribadi kita tidak butuh hal-hal yang istimewa atau luar biasa. Peringatan Paulus ini mengajak kita semua untuk hidup dalam persaudaraan sejati, yang dijiwai oleh kesederhanaan, sederhana dalam berkata-kata, bertindak, sederhana dalam hal makan dan minum, yang penting sehat dan bergizi, sederhana dalam cara hidup, dst..  Hemat saya ketika kita semua dapat dan berani hidup dengan sederhana maka persaudaraan sejati akan dengan mudah untuk diusahakan dan dihayati, karena dengan demikian perbedaan antar kita cukup tipis, terutama dalam hal kepemilikan atau penguasaan harta benda, yang sering dengan mudah menimbulkan jarak jauh antar kita.

"Sungguh Allah itu keselamatanku, aku percaya dengan tidak gemetar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan masmurku. Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan  dari mata air keselamatan" (Yes 12:2-3)

Ign 31 Mei 2011


Kisah 25 Sen

Ayat bacaan: Titus 2:7
=================
"dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu"

jujur dalam perkara kecilSebuah email forward-an saya terima hari ini berisikan sebuah kisah yang menarik. Ceritanya mengenai pengalaman seorang pendeta yang baru saja pindah ke negara bagian lain di Amerika. Beberapa minggu setelah ia tiba disana, pada suatu hari ia naik ke sebuah bus untuk menuju suatu tempat agak ke luar kota. Ketika ia duduk, ia menyadari bahwa ternyata uang kembalian yang diberikan supir berlebih 25 sen. Ia kemudian mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan. Hatinya berkata, "saya harus mengembalikan uang 25 sen ini." Tetapi kemudian pikirannya berkata, "ah lupakan saja, kan cuma 25 sen saja..mengapa harus repot dengan jumlah sekecil itu?" Uang pecahan sekecil itu toh tidak akan merugikan supir dan pengusaha pemilik bus. Ia terus berpikir sepanjang perjalanan. "Mungkin saya sebaiknya menerima saja sebagai sebuah "hadiah kecil dari Tuhan" dan mendiamkan saja pura-pura tidak tahu. Ketika ia sampai di tempat tujuan ia pun berdiri sejenak di pintu, lalu mengembalikan uang pecahan itu kepada supir sambil berkata, "anda tadi kelebihan memberi kembalian." Dan si supir kemudian tersenyum dan berkata: "anda kan pendeta baru di kota ini?" Si pendeta pun terkejut seraya mengiyakan. Lalu supir itu melanjutkan, "saya sedang mencari tempat yang tepat untuk menyembah Tuhan. Saya tadi ingin mencoba anda, apa yang akan anda lakukan jika mendapat kembalian lebih dari yang seharusnya. Baiklah kalau begitu, sampai ketemu hari Minggu." ucap sang supir sambil tersenyum. Pendeta itu pun kemudian tertegun dan berkata, "Ya Tuhan, saya hampir saja menjual AnakMu hanya untuk 25 sen." Ia bersyukur sudah mengambil keputusan yang tepat, meski uang itu sangatlah kecil nilainya dan tidak akan merugikan siapapun.

Adalah penting bagi kita untuk terus bersikap jujur dalam kondisi,situasi apapun dan atas jumlah berapapun. Godaan-godaan seperti itu akan terus datang dalam hidup kita. Kita cenderung mengabaikan untuk bersikap jujur ketika ada keadaan yang menguntungkan kita seperti mendapat kembalian lebih ketika berbelanja misalnya. "Ah biar saja, toh itu salah dia, bukan salah saya.." itu bisa muncul dipikiran kita untuk membuat kita terjebak melakukan hal yang salah. Bahkan yang lebih parah, kita mungkin malah membawa-bawa Tuhan di dalamnya, dengan menganggap bahwa itu hadiah dari Tuhan. Tuhan tidak akan pernah memberi hadiah yang merugikan orang lain. Meski jumlahnya relatif kecil sekalipun, itu tidak akan pernah benar, dan sekecil apapun,sebuah dosa tetaplah dosa.

Cerita ini memberi sebuah keteladanan tepat seperti yang disampaikan Paulus dalam surat untuk Titus. "dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu." (Titus 2:7). Perhatikanlah bahwa pesan ini bukan hanya berlaku bagi pendeta, penginjil atau hamba-hamba Tuhan saja, tetapi juga kepada kita semua orang percaya. Sebagai anak-anak Tuhan kita seharusnya menunjukkan integritas yang baik dengan perbuatan yang sesuai dengan perkataan, sesuai dengan ajaran Tuhan, sesuai dengan gambaran orang percaya yang benar, menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan, seperti yang diajarkan pada kita dalam Matius 3:8. Seperti apa yang dialami oleh pendeta di atas, segala perilaku, perbuatan dan keputusan-keputusan yang kita ambil akan tetap menjadi perhatian orang lain. Alangkah ironisnya apabila kita sebagai anak-anak Tuhan sama sekali tidak mencerminkan sikap seperti Bapa kita, malah sebaliknya memberi citra negatif dengan bersikap munafik, terus mencari kepentingan sendiri tanpa merasa bersalah jika merugikan orang lain. Kelanjutan dari ayat Titus di atas mengingatkan kita agar terus bersikap jujur, "..sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita." (ay 8).

Jujur dalam segala hal merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar atau dinegosiasikan dengan alasan apapun. Salomo yang penuh hikmat berkata "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Dan dalam bagian lain ia berkata "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (3:32). Kita harus ingat bahwa Tuhan bergaul erat dengan orang-orang jujur, sebaliknya dosa sekecil apapun bisa membuat jurang menganga untuk memutuskan hubungan kita dengan Tuhan. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Jangan lupa bahwa kita membawa nama Kristus dalam setiap langkah hidup kita. Email yang saya terima itu ditutup dengan sebuah rangkaian yang sangat baik untuk kita renungkan: Watch your thoughts ; they become words. Watch your words, they become actions. Watch your actions, they become habits. Watch your habits, they become character. Watch your character, it becomes your destiny. Jangan beri toleransi untuk menghalalkan kejahatan, jangan buat timbangan sendiri untuk besar kecil atau boleh tidaknya kita melakukan kecurangan atau menutup mata atas sesuatu yang menguntungkan kita tetapi merugikan orang lain, "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27). Hendaklah kita terus bersikap jujur dalam perkara apapun, agar kita bisa menjadi kesaksian tersendiri akan Kristus di dunia ini.

Jujurlah dalam segala hal tanpa memandang besar kecilnya, karena setiap pelanggaran tetaplah dosa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kisah 25 Sen

Ayat bacaan: Titus 2:7
=================
"dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu"

jujur dalam perkara kecilSebuah email forward-an saya terima hari ini berisikan sebuah kisah yang menarik. Ceritanya mengenai pengalaman seorang pendeta yang baru saja pindah ke negara bagian lain di Amerika. Beberapa minggu setelah ia tiba disana, pada suatu hari ia naik ke sebuah bus untuk menuju suatu tempat agak ke luar kota. Ketika ia duduk, ia menyadari bahwa ternyata uang kembalian yang diberikan supir berlebih 25 sen. Ia kemudian mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan. Hatinya berkata, "saya harus mengembalikan uang 25 sen ini." Tetapi kemudian pikirannya berkata, "ah lupakan saja, kan cuma 25 sen saja..mengapa harus repot dengan jumlah sekecil itu?" Uang pecahan sekecil itu toh tidak akan merugikan supir dan pengusaha pemilik bus. Ia terus berpikir sepanjang perjalanan. "Mungkin saya sebaiknya menerima saja sebagai sebuah "hadiah kecil dari Tuhan" dan mendiamkan saja pura-pura tidak tahu. Ketika ia sampai di tempat tujuan ia pun berdiri sejenak di pintu, lalu mengembalikan uang pecahan itu kepada supir sambil berkata, "anda tadi kelebihan memberi kembalian." Dan si supir kemudian tersenyum dan berkata: "anda kan pendeta baru di kota ini?" Si pendeta pun terkejut seraya mengiyakan. Lalu supir itu melanjutkan, "saya sedang mencari tempat yang tepat untuk menyembah Tuhan. Saya tadi ingin mencoba anda, apa yang akan anda lakukan jika mendapat kembalian lebih dari yang seharusnya. Baiklah kalau begitu, sampai ketemu hari Minggu." ucap sang supir sambil tersenyum. Pendeta itu pun kemudian tertegun dan berkata, "Ya Tuhan, saya hampir saja menjual AnakMu hanya untuk 25 sen." Ia bersyukur sudah mengambil keputusan yang tepat, meski uang itu sangatlah kecil nilainya dan tidak akan merugikan siapapun.

Adalah penting bagi kita untuk terus bersikap jujur dalam kondisi,situasi apapun dan atas jumlah berapapun. Godaan-godaan seperti itu akan terus datang dalam hidup kita. Kita cenderung mengabaikan untuk bersikap jujur ketika ada keadaan yang menguntungkan kita seperti mendapat kembalian lebih ketika berbelanja misalnya. "Ah biar saja, toh itu salah dia, bukan salah saya.." itu bisa muncul dipikiran kita untuk membuat kita terjebak melakukan hal yang salah. Bahkan yang lebih parah, kita mungkin malah membawa-bawa Tuhan di dalamnya, dengan menganggap bahwa itu hadiah dari Tuhan. Tuhan tidak akan pernah memberi hadiah yang merugikan orang lain. Meski jumlahnya relatif kecil sekalipun, itu tidak akan pernah benar, dan sekecil apapun,sebuah dosa tetaplah dosa.

Cerita ini memberi sebuah keteladanan tepat seperti yang disampaikan Paulus dalam surat untuk Titus. "dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu." (Titus 2:7). Perhatikanlah bahwa pesan ini bukan hanya berlaku bagi pendeta, penginjil atau hamba-hamba Tuhan saja, tetapi juga kepada kita semua orang percaya. Sebagai anak-anak Tuhan kita seharusnya menunjukkan integritas yang baik dengan perbuatan yang sesuai dengan perkataan, sesuai dengan ajaran Tuhan, sesuai dengan gambaran orang percaya yang benar, menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan, seperti yang diajarkan pada kita dalam Matius 3:8. Seperti apa yang dialami oleh pendeta di atas, segala perilaku, perbuatan dan keputusan-keputusan yang kita ambil akan tetap menjadi perhatian orang lain. Alangkah ironisnya apabila kita sebagai anak-anak Tuhan sama sekali tidak mencerminkan sikap seperti Bapa kita, malah sebaliknya memberi citra negatif dengan bersikap munafik, terus mencari kepentingan sendiri tanpa merasa bersalah jika merugikan orang lain. Kelanjutan dari ayat Titus di atas mengingatkan kita agar terus bersikap jujur, "..sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita." (ay 8).

Jujur dalam segala hal merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar atau dinegosiasikan dengan alasan apapun. Salomo yang penuh hikmat berkata "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Dan dalam bagian lain ia berkata "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (3:32). Kita harus ingat bahwa Tuhan bergaul erat dengan orang-orang jujur, sebaliknya dosa sekecil apapun bisa membuat jurang menganga untuk memutuskan hubungan kita dengan Tuhan. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Jangan lupa bahwa kita membawa nama Kristus dalam setiap langkah hidup kita. Email yang saya terima itu ditutup dengan sebuah rangkaian yang sangat baik untuk kita renungkan: Watch your thoughts ; they become words. Watch your words, they become actions. Watch your actions, they become habits. Watch your habits, they become character. Watch your character, it becomes your destiny. Jangan beri toleransi untuk menghalalkan kejahatan, jangan buat timbangan sendiri untuk besar kecil atau boleh tidaknya kita melakukan kecurangan atau menutup mata atas sesuatu yang menguntungkan kita tetapi merugikan orang lain, "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27). Hendaklah kita terus bersikap jujur dalam perkara apapun, agar kita bisa menjadi kesaksian tersendiri akan Kristus di dunia ini.

Jujurlah dalam segala hal tanpa memandang besar kecilnya, karena setiap pelanggaran tetaplah dosa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kesempatan Menjalani Hidup

I Tesalonika 5:18
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 1; Yohanes 11; 1 Tawarikh 13-15

Dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang selalu mengeluh setiap harinya. Ada saja hal-hal yang membuat mulut mereka mengucapkan kata-kata yang sia-sia setiap harinya. Pekerjaan yang berat, keluarga yang terlalu banyak menuntut, sahabat-sahabat yang kurang solider, anak-anak yang sulit diajar merupakan beberapa contoh dari banyak problema yang dihadapi manusia.

Orang-orang yang mengaku dirinya kristen pun tak terlepas dari sikap suka mengeluh. Kata-kata yang tertulis di dalam Alkitab seringkali dipakai ketika berdoa untuk melegalkan tindakan bersungut-sungut yang kita lakukan. Namun, kabar baiknya hati Tuhan tidak pernah tersentuh dengan perkataan-perkataan kita seperti itu. Hati-Nya justru tergerak ketika melihat anak-anak-Nya hidup dengan ucapan syukur.

Tuhan bukanlah tidak mengetahui keadaan kita seperti apa sekarang ini atau masalah besar apa yang sedang kita hadapi. Dia tahu semuanya. Bahkan Dia tahu seberapa besar kekuatan kita ketika rintangan datang menghadang.

Tuhan memang Mahabesar dan Mahadahsyat, tetapi Dia tidak mau umat-Nya menjadi umat yang bermental tempe yang sebentar-bentar mengeluh, sebentar-sebentar bersedih dan akhirnya lupa untuk mengucap syukur. Dia ingin kita menjadi orang-orang yang kuat di dalam-Nya yang tidak gampang bersungut-sungut ketika ada masalah dan selalu menghargai setiap pemberian dari-Nya dengan hati yang tulus dan ucapan terima kasih.

Kehidupan ini suatu saat akan berakhir. Ketika itu tiba maka tidak ada lagi waktu untuk menyesali diri dan berangan-angan untuk kembali ke masa lalu. Selagi masa ada kesempatan, mari kita menjalani hidup dengan ucapan syukur kepada Tuhan dan mengerjakan apa yang menjadi bagian kita di dunia ini dengan sebaik mungkin.

Orang yang mengucap syukur adalah orang yang dapat menikmati setiap pemberian Tuhan dalam hidupnya.

Minggu, 29 Mei 2011

30 Mei - Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a

"Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa akan bersaksi tentang Aku"

(Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a)

" Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.  Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.". "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.  Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.  Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.  Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu"' (Yoh 15:26-16:4a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Roh Kebenaran berarti Roh yang bertugas untuk membenarkan atau meneguhkan. Roh Kudus akan membenarkan atau meneguhkan bahwa Yesus adalah saksi karya penyelamatan artinya yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Maka kita semua yang percaya kepadaNya juga dipanggil untuk melakukan yang sama, yaitu kemanapun pergi atau dimanapun berada harus menjadi saksi iman, yang senantiasa berusaha menyelamatkan dunia seisinya. Menghayati panggilan ini kita pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah atau bahkan pengucilab, karena cukup banyak orang yang berpengaruh di dalam kehidupan bersama bertindak menghancurkan lingkungan hidup di dunia ini, antara lain dengan serakah mengambil hasil bumi seperti membabati hutan seenaknya, menguras minyak bumi, perusakan hutan demi tambang batu bara, pembangunan gedung yang merajalela dst..yang semuanya ini menambah 'pemanasan global' yang mengancam kehidupan di dunia ini. Namun sebagai saksi iman meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, hendaknya tidak putus asa atau menyerah, karena Roh Kudus akan mendukung dan menguatkan kita sehingga kita akan mampu menghadapi semuanya itu. Menjadi saksi iman akan Yesus Kristus memang antara lain kita harus siap sedia dan rela untuk 'disalibkan', artinya berjuang dan berkorban demi keselamatan jiwa umat manusia. Maka baiklah ketika menghadapi tantangan, masalah dan hambatan kita kenangkan aneka pesan atau sabda Yesus yang pernah kita dengarkan, renungkan dan hayati. Kita harus siap sedia menghayati panggilan kenabian kita, yang memang pada umumnya bernasib untuk dibenci dan dikucilkan oleh mereka yang bersikap mental materialistis atau duniawi

·   "Jika kamu berpendapat bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku", (Kis 16:15), demikian kata seorang perempuan bernama Lidia kepada Paulus, rasul agung. Di antara sekian banyak orang yang membenci dan mengucilkan pasti masih ada yang siap sedia mendengarkan dan menerima itulah yang terjadi. Dengan kata lain di tengah-tengah kejahatan pasti ada kebaikan, di antara kelemahan pasti ada kekuatan, diantara aneka ancaman pasti ada peluang dan kesempatan. Marilah kebenaran ini kita imani dan hayati, artinya di dalam dan bersama Roh marilah kita lihat aneka kebaikan, kekuatan, peluang dan kesempatan untuk bersaksi tentang iman kita kepada Yesus Kristus, pasti akan kita temukan orang-orang seperti Lidia, yang membuka diri terhadap kesaksian kita atau bahkan mereka mengundang kita untuk menumpang dirumahnya untuk beberapa saat. Apa yang terjadi dalam diri Lidia ini kiranya juga menjadi nyata dalam kehidupan iman atau beragama bersama pada masa kini, yaitu pada umumnya rekan-rekan perempuan lebih berpartisipasi dalam aneka kegiatan dan usaha umat Allah daripada rekan-rekan laki-laki. Sebagai contoh dalam doa bersama di lingkungan atau stasi-stasi pada umumnya lebih banyak dihadiri oleh rekan-rekan perempuan. Mungkin ini juga menjadi penjelasan bahwa rekan-rekan perempuan pada umumnya lebih menerima daripada member.  Maaf kalau sedikit porno: bukankah dalam hubungan seksual antara suami-isteri, laki-laki dan perempuan pihak suami atau laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin perempuan, seraya 'memberi sperma' kepada perempuan, dan sang perempuan pun menerimanya dengan senang hati, gembira, ceria dan kesiap-siagaan tinggi. Terima kasih kepada rekan-rekan perempuan yang dalam kenyataan hidup bersama begitu rela berkorban untuk menerima aneka perlakuan, tugas dan sentuhan atau ajakan.

"Nyanyikanlah bagi Tuhan dengan nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaat orang-orang saleh! Biarlah mereka memuji-muji NamaNya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepadaNya dengan rebana dan kecapi. Sebab Tuhan berkenan kepada umatNya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan"

(Mzm 149:1.3-4).

Ign 30 Mei 2011


30 Mei - Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a

"Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa akan bersaksi tentang Aku"

(Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a)

" Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.  Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.". "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.  Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.  Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.  Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu"' (Yoh 15:26-16:4a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Roh Kebenaran berarti Roh yang bertugas untuk membenarkan atau meneguhkan. Roh Kudus akan membenarkan atau meneguhkan bahwa Yesus adalah saksi karya penyelamatan artinya yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Maka kita semua yang percaya kepadaNya juga dipanggil untuk melakukan yang sama, yaitu kemanapun pergi atau dimanapun berada harus menjadi saksi iman, yang senantiasa berusaha menyelamatkan dunia seisinya. Menghayati panggilan ini kita pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah atau bahkan pengucilab, karena cukup banyak orang yang berpengaruh di dalam kehidupan bersama bertindak menghancurkan lingkungan hidup di dunia ini, antara lain dengan serakah mengambil hasil bumi seperti membabati hutan seenaknya, menguras minyak bumi, perusakan hutan demi tambang batu bara, pembangunan gedung yang merajalela dst..yang semuanya ini menambah 'pemanasan global' yang mengancam kehidupan di dunia ini. Namun sebagai saksi iman meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, hendaknya tidak putus asa atau menyerah, karena Roh Kudus akan mendukung dan menguatkan kita sehingga kita akan mampu menghadapi semuanya itu. Menjadi saksi iman akan Yesus Kristus memang antara lain kita harus siap sedia dan rela untuk 'disalibkan', artinya berjuang dan berkorban demi keselamatan jiwa umat manusia. Maka baiklah ketika menghadapi tantangan, masalah dan hambatan kita kenangkan aneka pesan atau sabda Yesus yang pernah kita dengarkan, renungkan dan hayati. Kita harus siap sedia menghayati panggilan kenabian kita, yang memang pada umumnya bernasib untuk dibenci dan dikucilkan oleh mereka yang bersikap mental materialistis atau duniawi

·   "Jika kamu berpendapat bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku", (Kis 16:15), demikian kata seorang perempuan bernama Lidia kepada Paulus, rasul agung. Di antara sekian banyak orang yang membenci dan mengucilkan pasti masih ada yang siap sedia mendengarkan dan menerima itulah yang terjadi. Dengan kata lain di tengah-tengah kejahatan pasti ada kebaikan, di antara kelemahan pasti ada kekuatan, diantara aneka ancaman pasti ada peluang dan kesempatan. Marilah kebenaran ini kita imani dan hayati, artinya di dalam dan bersama Roh marilah kita lihat aneka kebaikan, kekuatan, peluang dan kesempatan untuk bersaksi tentang iman kita kepada Yesus Kristus, pasti akan kita temukan orang-orang seperti Lidia, yang membuka diri terhadap kesaksian kita atau bahkan mereka mengundang kita untuk menumpang dirumahnya untuk beberapa saat. Apa yang terjadi dalam diri Lidia ini kiranya juga menjadi nyata dalam kehidupan iman atau beragama bersama pada masa kini, yaitu pada umumnya rekan-rekan perempuan lebih berpartisipasi dalam aneka kegiatan dan usaha umat Allah daripada rekan-rekan laki-laki. Sebagai contoh dalam doa bersama di lingkungan atau stasi-stasi pada umumnya lebih banyak dihadiri oleh rekan-rekan perempuan. Mungkin ini juga menjadi penjelasan bahwa rekan-rekan perempuan pada umumnya lebih menerima daripada member.  Maaf kalau sedikit porno: bukankah dalam hubungan seksual antara suami-isteri, laki-laki dan perempuan pihak suami atau laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat kelamin perempuan, seraya 'memberi sperma' kepada perempuan, dan sang perempuan pun menerimanya dengan senang hati, gembira, ceria dan kesiap-siagaan tinggi. Terima kasih kepada rekan-rekan perempuan yang dalam kenyataan hidup bersama begitu rela berkorban untuk menerima aneka perlakuan, tugas dan sentuhan atau ajakan.

"Nyanyikanlah bagi Tuhan dengan nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaat orang-orang saleh! Biarlah mereka memuji-muji NamaNya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepadaNya dengan rebana dan kecapi. Sebab Tuhan berkenan kepada umatNya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan"

(Mzm 149:1.3-4).

Ign 30 Mei 2011


Jalan yang Bergelombang

Filipi 1:29
“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga menderita untuk Dia.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 150; Yohanes 10; 1 Tawarikh 11-12

Ketika orang-orang mengatakan kepada saya bahwa hidup itu susah, saya selalu menjawab demikian, “Tentu saja.” Saya rasa jawaban tersebut lebih memuaskan daripada jawaban lain yang dapat saya utarakan. Penulis Charles Williams berkata, “Dunia ini memang menyengsarakan dalam segala hal. Akan tetapi sungguh tak tertahankan apabila seseorang mengatakan bahwa kita diciptakan untuk menyukai hal tersebut.”

Jalan yang ditunjukkan kepada kita, kerap kali, tampaknya menjauhkan kita dari apa yang dianggap baik, sehingga kita percaya bahwa kita salah jalan dan tersesat. Hal itu terjadi karena banyak di antara kita telah diajar untuk memercayai bahwa jika kita berada di jalur yang benar, maka kebaikan Allah itu sama artinya dengan hidup yang tanpa masalah.

Namun, itu merupakan angan-angan yang sangat berbeda dengan pandangan alkitab. Kasih Allah sering memimpin kita melalui jalan yang menjauhkan kita dari kenyamanan duniawi. Paulus berkata, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” (Filipi 1:29). Apabila kita telah sampai di ujung lembah kekelaman, kita akan mengerti bahwa setiap keadaan diizinkan terjadi demi kebaikan kita.

“Tidak ada jalan yang seaman dan sepasti jalan yang telah kita lewati,” kata seorang pengajar Alkitab, F.B Meyer. “Jika saja kita dapat melihat jalan tersebut sebagaimana Allah selalu melihatnya, maka kita pun pasti akan memilih jalan yang dipilih Allah bagi kita.”

Tidak ada pencobaan yang dapat membuat kita putus asa jika kita memahami alasan Allah mengizinkannya terjadi.

Dengan Pengharapan

Ayat bacaan: 1 Korintus 9:10
=====================
"Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya."

kerja dengan pengharapanSemakin tinggi teknologi, semakin canggih pula robot yang berhasil dibuat. Ada robot yang saat ini bisa membuat pancake, ada yang bisa menari dengan luwes, bahkan menyanyi bersama manusia. Di Jepang ada robot yang tidak lagi berbentuk seperti rangkaian besi bermesin, tetapi sudah bisa tampil seperti android feminin. Robot Actroid F namanya, bukanlah robot yang dibuat untuk berjalan seperti kebanyakan robot sebelumnya. Tetapi kelebihannya ada pada mimik muka yang sangat realistis dan sepintas akan terlihat seperti manusia sungguhan. Secanggih apapun sebuah robot, hingga hari ini robot hanyalah berfungsi sesuai program sebagaimana ia dibuat. Robot tidak memiliki keinginan sendiri, apalagi harapan atau impian. Itu perbedaan besar antara manusia dengan robot. Tetapi ada banyak manusia yang lupa terhadap hal ini dan hidup seperti robot. Bekerja, bekerja dan bekerja, seperti terprogram tanpa harapan apa-apa. Mereka hanya melakukan rutinitas seperti halnya sebuah robot. Ada beberapa orang yang saya kenal hidup seperti ini, dan rata-rata kehilangan gairah hidup. Air mukanya tidak lagi cerah, tidak ada kegembiraan. Mereka bukan lagi orang yang saya kenal sebelumnya. Jika ini yang terjadi, maka itu tanda bahwa ia kehilangan jatidirinya sebagai manusia, dan hidup selayaknya robot terprogram.

Hidup memang sulit, dan itu seringkali menjadi sebab terampasnya kebahagiaan dari hidup seseorang. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi kaku dan dingin karena tekanan pekerjaan yang merubah mereka hidup seperti tanpa jiwa. Kemarin saya sudah membagikan renungan bahwa kita hendaknya bisa bekerja dengan hati lapang, agar kita tidak kehilangan semangat, antusiasme maupun gairah dalam hidup, seperti apa yang dikatakan Firman Tuhan, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Hari ini saya hendak melanjutkan dengan satu lagi sikap hati yang baik untuk ditanamkan dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan, yaitu bekerja dengan pengharapan. Betapa perlunya kita untuk tetap memiliki pengharapan dalam bekerja, bukan hanya melakukannya tanpa jiwa, tanpa target, tanpa impian dan harapan. Mengapa ini penting? Karena tanpa adanya pengharapan kita tak ubahnya seperti robot yang hanya berjalan sesuai program tanpa kerinduan apapun dalam hati. Lihatlah apa kata Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Pada saat itu ia sedang menyitir sebuah tulisan dalam hukum Musa yang berbunyi: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" (1 Korintus 9:9a). Apa yang ia kutip ini berasal dari Ulangan 25:4. Dan Paulus kemudian menanyakan, "Lembukah yang Allah perhatikan?" (ay 9b). Lembukah, atau justru untuk kita itu dimaksudkan? Ayat selanjutnya berbunyi: "Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya." (ay 10). Perhatikanlah bahwa Paulus mengingatkan bahwa kita harus membajak/mengirik alias bekerja dalam pengharapan. Ini merupakan sebuah pesan penting yang akan mampu membuat kita terus memiliki tujuan dalam bekerja, bukan sekedar menyambung hidup dari ke hari tanpa harapan sama sekali.

Bekerja tanpa pengharapan akan membuat nyala semangat di dalam diri kita padam. Tanpa pengharapan kita tidak akan bisa tekun dan memberikan hasil yang terbaik. Itu pun akan menolong kita untuk bisa bersikap setia dan berkomitmen baik bagi tempat kita bekerja maupun atas profesi kita. Kemana pengharapan kita harus diarahkan? Paulus dalam surat Korintus di atas mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengarahkan pengharapan untuk memperoleh bagian kita, in expectation of partaking of the harvest. Dan bagian itu sudah disediakan oleh Tuhan dalam Kristus. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Yesus Kristuslah dasar pengharapan kita (1 Timotius 1:1), dan mengingatkan pula bahwa kita hendaknya "..teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia." (Ibrani 10:23). Allah setia dengan janjiNya, dan Dia akan selalu menepati setiap janji yang telah Dia berikan. Oleh karena itulah kita pun diingatkan bahwa pengharapan tidak akan pernah mengecewakan. (Roma 5:5).

Tidaklah salah jika kita mengharapkan imbalan atas pekerjaan kita, tetapi jangan menjadikannya sebagai satu-satunya tujuan yang terutama. Biar bagaimanapun, kita diingatkan untuk bekerja sebaik-baiknya seperti untuk Tuhan dan bukan manusia. Itulah yang seharusnya menjadi arah tujuan kita dalam bekerja. Memberi yang terbaik seperti melakukannya untuk Tuhan. Dan Tuhan sudah menyediakan upah bagi setiap kita yang melakukannya. Jangan lupakan pula bahwa bukan hanya dalam pekerjaan dunia atau sekuler, tetapi dalam pelayanan pun kita hendaknya melakukan dengan pengharapan. Meski pekerjaan yang kita lakukan begitu menyita waktu, tenaga dan pikiran, meski semua itu saat ini terlihat seolah-olah menutup segala kemungkinan bagi kita untuk berharap apapun, tetaplah pegang pengharapan dalam Kristus erat-erat, karena Alkitab sudah dengan tegas mengatakan bahwa "..masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Bersyukurlah atas pekerjaan yang anda miliki hari ini, dan tetap pegang teguh janji Tuhan bahwa ada pengharapan di dalamnya, dan itu tidak akan pernah sia-sia.

Keep the light of hope on in everything you do

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Dengan Pengharapan

Ayat bacaan: 1 Korintus 9:10
=====================
"Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya."

kerja dengan pengharapanSemakin tinggi teknologi, semakin canggih pula robot yang berhasil dibuat. Ada robot yang saat ini bisa membuat pancake, ada yang bisa menari dengan luwes, bahkan menyanyi bersama manusia. Di Jepang ada robot yang tidak lagi berbentuk seperti rangkaian besi bermesin, tetapi sudah bisa tampil seperti android feminin. Robot Actroid F namanya, bukanlah robot yang dibuat untuk berjalan seperti kebanyakan robot sebelumnya. Tetapi kelebihannya ada pada mimik muka yang sangat realistis dan sepintas akan terlihat seperti manusia sungguhan. Secanggih apapun sebuah robot, hingga hari ini robot hanyalah berfungsi sesuai program sebagaimana ia dibuat. Robot tidak memiliki keinginan sendiri, apalagi harapan atau impian. Itu perbedaan besar antara manusia dengan robot. Tetapi ada banyak manusia yang lupa terhadap hal ini dan hidup seperti robot. Bekerja, bekerja dan bekerja, seperti terprogram tanpa harapan apa-apa. Mereka hanya melakukan rutinitas seperti halnya sebuah robot. Ada beberapa orang yang saya kenal hidup seperti ini, dan rata-rata kehilangan gairah hidup. Air mukanya tidak lagi cerah, tidak ada kegembiraan. Mereka bukan lagi orang yang saya kenal sebelumnya. Jika ini yang terjadi, maka itu tanda bahwa ia kehilangan jatidirinya sebagai manusia, dan hidup selayaknya robot terprogram.

Hidup memang sulit, dan itu seringkali menjadi sebab terampasnya kebahagiaan dari hidup seseorang. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi kaku dan dingin karena tekanan pekerjaan yang merubah mereka hidup seperti tanpa jiwa. Kemarin saya sudah membagikan renungan bahwa kita hendaknya bisa bekerja dengan hati lapang, agar kita tidak kehilangan semangat, antusiasme maupun gairah dalam hidup, seperti apa yang dikatakan Firman Tuhan, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Hari ini saya hendak melanjutkan dengan satu lagi sikap hati yang baik untuk ditanamkan dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan, yaitu bekerja dengan pengharapan. Betapa perlunya kita untuk tetap memiliki pengharapan dalam bekerja, bukan hanya melakukannya tanpa jiwa, tanpa target, tanpa impian dan harapan. Mengapa ini penting? Karena tanpa adanya pengharapan kita tak ubahnya seperti robot yang hanya berjalan sesuai program tanpa kerinduan apapun dalam hati. Lihatlah apa kata Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Pada saat itu ia sedang menyitir sebuah tulisan dalam hukum Musa yang berbunyi: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" (1 Korintus 9:9a). Apa yang ia kutip ini berasal dari Ulangan 25:4. Dan Paulus kemudian menanyakan, "Lembukah yang Allah perhatikan?" (ay 9b). Lembukah, atau justru untuk kita itu dimaksudkan? Ayat selanjutnya berbunyi: "Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya." (ay 10). Perhatikanlah bahwa Paulus mengingatkan bahwa kita harus membajak/mengirik alias bekerja dalam pengharapan. Ini merupakan sebuah pesan penting yang akan mampu membuat kita terus memiliki tujuan dalam bekerja, bukan sekedar menyambung hidup dari ke hari tanpa harapan sama sekali.

Bekerja tanpa pengharapan akan membuat nyala semangat di dalam diri kita padam. Tanpa pengharapan kita tidak akan bisa tekun dan memberikan hasil yang terbaik. Itu pun akan menolong kita untuk bisa bersikap setia dan berkomitmen baik bagi tempat kita bekerja maupun atas profesi kita. Kemana pengharapan kita harus diarahkan? Paulus dalam surat Korintus di atas mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengarahkan pengharapan untuk memperoleh bagian kita, in expectation of partaking of the harvest. Dan bagian itu sudah disediakan oleh Tuhan dalam Kristus. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Yesus Kristuslah dasar pengharapan kita (1 Timotius 1:1), dan mengingatkan pula bahwa kita hendaknya "..teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia." (Ibrani 10:23). Allah setia dengan janjiNya, dan Dia akan selalu menepati setiap janji yang telah Dia berikan. Oleh karena itulah kita pun diingatkan bahwa pengharapan tidak akan pernah mengecewakan. (Roma 5:5).

Tidaklah salah jika kita mengharapkan imbalan atas pekerjaan kita, tetapi jangan menjadikannya sebagai satu-satunya tujuan yang terutama. Biar bagaimanapun, kita diingatkan untuk bekerja sebaik-baiknya seperti untuk Tuhan dan bukan manusia. Itulah yang seharusnya menjadi arah tujuan kita dalam bekerja. Memberi yang terbaik seperti melakukannya untuk Tuhan. Dan Tuhan sudah menyediakan upah bagi setiap kita yang melakukannya. Jangan lupakan pula bahwa bukan hanya dalam pekerjaan dunia atau sekuler, tetapi dalam pelayanan pun kita hendaknya melakukan dengan pengharapan. Meski pekerjaan yang kita lakukan begitu menyita waktu, tenaga dan pikiran, meski semua itu saat ini terlihat seolah-olah menutup segala kemungkinan bagi kita untuk berharap apapun, tetaplah pegang pengharapan dalam Kristus erat-erat, karena Alkitab sudah dengan tegas mengatakan bahwa "..masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Bersyukurlah atas pekerjaan yang anda miliki hari ini, dan tetap pegang teguh janji Tuhan bahwa ada pengharapan di dalamnya, dan itu tidak akan pernah sia-sia.

Keep the light of hope on in everything you do

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sabtu, 28 Mei 2011

Semangat Keberhasilan

Amsal 21:25
“Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 149; Yohanes 9; 1 Raja-Raja 1-2

Jika Anda termasuk orang yang malas dan enggan menghadapi tantangan, selayaknya malu kepada kakek ini. Min Bahadur Sherchan (76), mencapai puncak Gunung Everest di ketinggian 8.850 meter di atas permukaan laut, sekaligus menjadi pria tertua yang mampu melakukannya. Tak tanggung-tanggung, Sherchan mengalahkan kakek asal Jepang yang sebelumnya memegang rekor, yaitu Katsusuke Yanagisawa, yang melakukan itu pada usia 71 tahun.

Untuk meraih keberhasilan, setiap orang harus memaksimalkan setiap kemampuan yang dimilikinya dengan etos kerja yang tinggi. Namun adalah suatu kesia-siaan bila kemampuan yang baik tak didukung etos kerja yang baik pula. Karena tuntutan semakin lama semakin tinggi, maka kita pun juga dituntut untuk meningkatkan kompetensi kita, dari melakukan hal-hal biasa, kini kita harus mampu melakukan hal-hal yang lebih dari itu. Ketika kita tetap ingin melakukan sesuatu dengan biasa-biasa saja, ada kemungkinkan untuk tertinggal dalam usaha dan pekerjaan kita.

Melakukan sesuatu dengan biasa saja tidak jauh berbeda dengan pemalas, yang seringkali mengharapkan sesuatu yang besar tanpa mau berusaha keras. Orang-orang seperti inilah yang akan dibunuh oleh keinginannya sendiri. Ingin punya penghasilan banyak, usahanya menjadi besar, dipromosikan dalam jabatan yang lebih tinggi, dan lain sebagainya tapi tidak mau melakukan hal yang seimbang dengan apa yang diharapkan. Ketika seseorang menginginkan hasil yang luar biasa, maka orang itu harus melakukan hal yang luar biasa pula.

Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita tidak boleh malas. Dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka keberhasilan itu pasti akan hadir dalam kehidupan kita di segala bidang.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, Anda harus melakukannya dengan cara yang terbaik pula.

Hati Lapang

Ayat bacaan: Kolose 3:23
=================
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

hati lapangAda sebuah petuah penting yang selalu diajarkan oleh ayah saya berulang-ulang sejak saya kecil bahkan sampai saat ini. Dia selalu berkata, apa pun keadaannya, jalani dan lakukan semua dengan hati lapang. Waktu kecil saya tidak begitu memahami apa yang ia katakan. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai menemukan bahwa yang ia katakan ternyata begitu tinggi nilainya. Ada kalanya dalam bekerja kita tidak selalu memperoleh hasil sesuai dengan yang kita inginkan. Rasanya tidak sebanding dengan usaha, tenaga, pikiran yang kita keluarkan. Disaat demikian kita bisa cepat menjadi lelah, putus asa, kehilangan semangat dan itu akan berakibat pada hasil pekerjaan atau performa kita yang menurun. Semua orang ingin sukses, semua orang ingin berhasil. Apa yang anda anggap penting untuk mencapai sukses? Kenyataannya ada banyak orang mengantungkan dirinya pada hal-hal material untuk mencapai sebuah kesuksesan. Mereka akan langsung menyerah karena merasa bahwa apa yang mereka miliki belumlah cukup untuk bisa menghasilkan sesuatu. Mau buka usaha butuh modal, mau melamar butuh uang dan butuh "backing" dari orang dalam dan sebagainya. Saya tahu bahwa fakta nyata di dunia memang seperti itu, dan ada kalanya kita tidak bisa menghindarinya. Namun jangan lupa bahwa di atas segalanya ada Tuhan yang bisa memakai hal yang paling kecil sekalipun untuk menjadikan sesuatu yang luar biasa. Kita tidak akan pernah bisa mengukur kemampuan Tuhan yang sanggup mengatasi segalanya. Dan sayangnya, jarang sekali hati kita di set untuk menyadari hal itu. Kita terus bergantung pada keadaan dan keterbatasan kita, segala yang kita miliki di dunia ini, dan menganggap hal itu sebagai satu-satunya yang bisa membuat kita sukses.

Alkitab tidaklah menyatakan demikian. Alkitab jelas berkata bahwa hati merupakan sumber kehidupan. Suasana hati dan apa yang dipercaya oleh hati kita merupakan hal yang sangat menentukan sukses tidaknya kita dalam pekerjaan maupun kehidupan. Lewat Salomo kita bisa memperoleh sebuah hikmat yang penting: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Kehidupan dikatakan terpancar dari hati. The springs of life flow from the heart. Artinya, hati kita akan sangat menentukan perjalanan hidup kita. Hati adalah kunci dan rahasia utama yang bisa memampukan orang untuk bangkit dari kegagalan, dan bertahan dalam kesesakan. Bukan dunia atau keadaan yang menentukan bagaimana kita hari ini, tetapi bagaimana hati kita dalam menyikapinya lah yang sangat menentukan. Maka petuah dari ayah saya pun menjadi sangat signifikan untuk diingat. Tetaplah lakukan dengan hati lapang. Itu membuat saya bisa legawa, bisa terus bersukacita meski apa yang saya peroleh mungkin belum sebanding dengan usaha dan kerja keras yang saya keluarkan,

Perhatikanlah bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang lapang, atau dengan sepenuh hati, keikhlasan dan kerelaan akan sangat berbeda hasilnya dengan pekerjaan yang dilakukan asal-asalan, seadanya tanpa melibatkan hati sama sekali. Adalah penting utnuk melibatkan hati kita dalam bekerja sehingga hasil terbaik akan bisa kita berikan. Tetapi tentu saja hati harus terlebih dahulu dijaga dengan segala kewaspadaan, diarahkan sepenuhnya kepada Tuhan bukan kepada hal-hal duniawi. Hati harus dijaga agar tetap dalam keadaan sejuk, damai, tenang dan penuh pengharapan kepada Tuhan bukan diisi dengan keinginan-keinginan untuk mengejar popularitas, harta dan sebagainya.

Bekerja dengan hati lapang akan membuat kita bisa tetap memiliki antusiasme dan gairah dalam bekerja. Hasil dari pekerjaan akan sangat berbeda ketika kita melakukannya dengan semangat dan antusias dibanding dengan berat hati. Dengan hati lapang juga akan membuat kita tidak gampang bosan dan bisa melakukan tugas-tugas kita tanpa pamrih. Minimnya apresiasi atau penghargaan dari orang lain seringkali mampu membuat kita patah semangat dan berhenti. Apalagi jika lini pekerjaan kita bukan merupakan sesuatu yang dianggap penting oleh manusia. Dalam bekerja bisa demikian, dalam pelayanan apalagi. Ada banyak orang yang pada mulanya bersemangat melayani Tuhan tetapi pada akhirnya mereka kehilangan gairah dan semangat karena merasa tidak menerima apresiasi yang seimbang dengan usaha yang sudah dilakukannya. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak mendasarkan usaha kita kepada apresiasi manusia tetapi justru seharusnya kepada Tuhan. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Bukan mengarahkan kepada manusia, tetapi arahkanlah kepada Tuhan. Meski sedikit sekali atau tidak ada manusia yang menghargai jerih payah anda, itu tidak akan menjadi masalah karena upah yang sejati sesungguhnya bukan berasal dari manusia tetapi dari Tuhan sendiri. Ayat berikutnya dalam Kolose berkata: "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (ay 24).

Apapun yang anda lakukan hari ini, lakukanlah dengan hati lapang. Segala sesuatu yang dilakukan dengan sikap hati seperti itu akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil dari pekerjaan kita. Anda tidak perlu kecewa, kehilangan suka cita apalagi harapan meski sedikit sekali orang yang menghargai usaha anda. Segala yang terbaik yang anda lakukan seperti untuk Tuhan, dengan hati lapang tidak akan pernah luput dari pandangan mataNya. Yakinlah bahwa semua telah Dia sediakan dan kita tidak akan kehilangan upah sedikitpun selama kita melakukannya dengan sebaik-baiknya seperti untuk Dia. Karenanya, tetaplah bersukacita dan lakukan semuanya dengan hati lapang.

Dengan atau tanpa hati akan memberi hasil akhir yang berbeda terhadap pekerjaan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Hati Lapang

Ayat bacaan: Kolose 3:23
=================
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

hati lapangAda sebuah petuah penting yang selalu diajarkan oleh ayah saya berulang-ulang sejak saya kecil bahkan sampai saat ini. Dia selalu berkata, apa pun keadaannya, jalani dan lakukan semua dengan hati lapang. Waktu kecil saya tidak begitu memahami apa yang ia katakan. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai menemukan bahwa yang ia katakan ternyata begitu tinggi nilainya. Ada kalanya dalam bekerja kita tidak selalu memperoleh hasil sesuai dengan yang kita inginkan. Rasanya tidak sebanding dengan usaha, tenaga, pikiran yang kita keluarkan. Disaat demikian kita bisa cepat menjadi lelah, putus asa, kehilangan semangat dan itu akan berakibat pada hasil pekerjaan atau performa kita yang menurun. Semua orang ingin sukses, semua orang ingin berhasil. Apa yang anda anggap penting untuk mencapai sukses? Kenyataannya ada banyak orang mengantungkan dirinya pada hal-hal material untuk mencapai sebuah kesuksesan. Mereka akan langsung menyerah karena merasa bahwa apa yang mereka miliki belumlah cukup untuk bisa menghasilkan sesuatu. Mau buka usaha butuh modal, mau melamar butuh uang dan butuh "backing" dari orang dalam dan sebagainya. Saya tahu bahwa fakta nyata di dunia memang seperti itu, dan ada kalanya kita tidak bisa menghindarinya. Namun jangan lupa bahwa di atas segalanya ada Tuhan yang bisa memakai hal yang paling kecil sekalipun untuk menjadikan sesuatu yang luar biasa. Kita tidak akan pernah bisa mengukur kemampuan Tuhan yang sanggup mengatasi segalanya. Dan sayangnya, jarang sekali hati kita di set untuk menyadari hal itu. Kita terus bergantung pada keadaan dan keterbatasan kita, segala yang kita miliki di dunia ini, dan menganggap hal itu sebagai satu-satunya yang bisa membuat kita sukses.

Alkitab tidaklah menyatakan demikian. Alkitab jelas berkata bahwa hati merupakan sumber kehidupan. Suasana hati dan apa yang dipercaya oleh hati kita merupakan hal yang sangat menentukan sukses tidaknya kita dalam pekerjaan maupun kehidupan. Lewat Salomo kita bisa memperoleh sebuah hikmat yang penting: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Kehidupan dikatakan terpancar dari hati. The springs of life flow from the heart. Artinya, hati kita akan sangat menentukan perjalanan hidup kita. Hati adalah kunci dan rahasia utama yang bisa memampukan orang untuk bangkit dari kegagalan, dan bertahan dalam kesesakan. Bukan dunia atau keadaan yang menentukan bagaimana kita hari ini, tetapi bagaimana hati kita dalam menyikapinya lah yang sangat menentukan. Maka petuah dari ayah saya pun menjadi sangat signifikan untuk diingat. Tetaplah lakukan dengan hati lapang. Itu membuat saya bisa legawa, bisa terus bersukacita meski apa yang saya peroleh mungkin belum sebanding dengan usaha dan kerja keras yang saya keluarkan,

Perhatikanlah bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang lapang, atau dengan sepenuh hati, keikhlasan dan kerelaan akan sangat berbeda hasilnya dengan pekerjaan yang dilakukan asal-asalan, seadanya tanpa melibatkan hati sama sekali. Adalah penting utnuk melibatkan hati kita dalam bekerja sehingga hasil terbaik akan bisa kita berikan. Tetapi tentu saja hati harus terlebih dahulu dijaga dengan segala kewaspadaan, diarahkan sepenuhnya kepada Tuhan bukan kepada hal-hal duniawi. Hati harus dijaga agar tetap dalam keadaan sejuk, damai, tenang dan penuh pengharapan kepada Tuhan bukan diisi dengan keinginan-keinginan untuk mengejar popularitas, harta dan sebagainya.

Bekerja dengan hati lapang akan membuat kita bisa tetap memiliki antusiasme dan gairah dalam bekerja. Hasil dari pekerjaan akan sangat berbeda ketika kita melakukannya dengan semangat dan antusias dibanding dengan berat hati. Dengan hati lapang juga akan membuat kita tidak gampang bosan dan bisa melakukan tugas-tugas kita tanpa pamrih. Minimnya apresiasi atau penghargaan dari orang lain seringkali mampu membuat kita patah semangat dan berhenti. Apalagi jika lini pekerjaan kita bukan merupakan sesuatu yang dianggap penting oleh manusia. Dalam bekerja bisa demikian, dalam pelayanan apalagi. Ada banyak orang yang pada mulanya bersemangat melayani Tuhan tetapi pada akhirnya mereka kehilangan gairah dan semangat karena merasa tidak menerima apresiasi yang seimbang dengan usaha yang sudah dilakukannya. Alkitab mengajarkan kita untuk tidak mendasarkan usaha kita kepada apresiasi manusia tetapi justru seharusnya kepada Tuhan. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Bukan mengarahkan kepada manusia, tetapi arahkanlah kepada Tuhan. Meski sedikit sekali atau tidak ada manusia yang menghargai jerih payah anda, itu tidak akan menjadi masalah karena upah yang sejati sesungguhnya bukan berasal dari manusia tetapi dari Tuhan sendiri. Ayat berikutnya dalam Kolose berkata: "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (ay 24).

Apapun yang anda lakukan hari ini, lakukanlah dengan hati lapang. Segala sesuatu yang dilakukan dengan sikap hati seperti itu akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil dari pekerjaan kita. Anda tidak perlu kecewa, kehilangan suka cita apalagi harapan meski sedikit sekali orang yang menghargai usaha anda. Segala yang terbaik yang anda lakukan seperti untuk Tuhan, dengan hati lapang tidak akan pernah luput dari pandangan mataNya. Yakinlah bahwa semua telah Dia sediakan dan kita tidak akan kehilangan upah sedikitpun selama kita melakukannya dengan sebaik-baiknya seperti untuk Dia. Karenanya, tetaplah bersukacita dan lakukan semuanya dengan hati lapang.

Dengan atau tanpa hati akan memberi hasil akhir yang berbeda terhadap pekerjaan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari