Sabtu, 30 April 2011

Pemeliharaan Allah

Mazmur 105:23-45

Pemeliharaan Allah. Ketika berada di Mesir, sebagai bangsa perantau, Israel dipelihara dan diberkati Tuhan. Allah menjadikan Israel bangsa yang besar dan memiliki kekuatan yang lebih dari kekuatan lawannya. Sudah pasti keadaan ini menimbulkan kekuatiran dan iri hati bangsa Mesir. Agar terbebas dari desakan, karena semakin merambahnya orang-orang Israel, Mesir melancarkan tekanan dan penindasan. Meskipun bangsa Israel harus berada dalam tekanan dan penindasan selama sekian ratus tahun, Allah tetap mengendalikan keadaan. Terbukti ketika Allah mengutus hamba-Nya, Musa. Selama berada dalam kendali dan pemeliharaan Allah dan umat meresponi pemeliharaan Allah tersebut, maka selama itu pula umat terjamin keamanan dan keselamatannya.

Rahasia yang besar. Tujuan Allah menyelamatkan Israel bukanlah untuk mengajarkan umat-Nya santai dan tidak berbuat apa-apa, atau bukan juga mengajarkan mereka untuk menyalahgunakan kebebasan mereka. Ada rencana agung yang telah Tuhan persiapkan di balik penyelamatan-Nya terhadap bangsa Israel. Allah merencanakan agar umat "memelihara ketentuan dan kehendak-Nya" dalam kehidupan mereka. Seperti halnya bangsa Israel, Allah pun memiliki rencana dalam hidup kita. Agar terlibat dalam rencana agung Allah itu, hendaklah kita hidup dalam ketetapan dan kehendak Allah.

Hidup oleh Iman

Ayat bacaan: Roma 1:17
===============
"Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

hidup oleh imanApa yang kita butuhkan untuk bisa bertahan hidup? Kebutuhan primer yaitu sandang, pangan dan papan (tempat tinggal) mungkin akan menjadi jawaban kita. Itu memang kebutuhan yang paling mendasar yang akan menjadi ukuran apakah kita sudah hidup dengan layak atau tidak. Karena itulah maka ketiganya disebut sebagai kebutuhan yang primer, yang utama. Bisakah anda membayangkan hidup tanpa makan? Atau tidak punya baju, lalu tidak punya tempat tinggal? Meski mungkin kita bisa bertahan hidup dengan menumpang, tetapi kita tidak bisa selamanya menumpang di rumah orang lain. Tetapi selain ketiga hal ini, Alkitab menyebutkan satu hal lain yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan menjadi ukuran dari kehidupan seperti apa yang kita jalani dalam status kita sebagai orang percaya. Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa ternyata kebutuhan primer saja tidaklah cukup untuk hidup sebagai orang benar. Untuk sekedar hidup di dunia mungkin ya, tetapi untuk dapat hidup sebagai orang benar, nanti dulu. Alkitab mengatakan ada satu hal lagi yang dibutuhkan untuk hidup sebagai orang benar. Dan itu adalah iman.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma nengatakan: "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17). Ia menyampaikan sebuah pesan penting agar mereka, dan juga kita hidup oleh iman. Apa artinya hidup oleh iman ini? Tanpa iman, maka saya tidak akan hidup. Itu jelas. Tetapi apa yang digambarkan sebagai iman bukanlah berbicara hanya sekedar selamat dari lubang jarum saja. Benar, kita selamat oleh kasih karunia Allah, tapi lihatlah bahwa iman sangatlah berperan di dalamnya. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." (Efesus 2:8). Tuhan memberi kasih karuniaNya untuk menyelamatkan kita, tetapi semua akan sangat tergantung dengan iman yang ada pada kita. Iman akan sangat menentukan bagi keselamatan kita kelak, tetapi untuk di dunia pun iman akan sangat menentukan seperti apa hidup yang kita jalani. Orang benar, itu hidup oleh iman. Artinya iman sangat menentukan langkah orang untuk menjadi orang benar.

Iman bukan hanya berarti sekedar menerima Yesus, and that's it. Titik.  kita tidak perlu berbuat apa-apa lagi. Yang penting saya menerima Yesus, bagaimana saya hidup itu lain soal. Hidup boleh seenaknya, tidak perlu memperhatikan atau mengasihi orang lain, terus diombang-ambingkan rasa takut atau kuatir. Bukan seperti itu. Lewat Paulus kita bisa mendapatkan bambaran yang jelas bahwa iman akan sangat berperan dan harus ada dalam setiap sisi kehidupan kita sehari-hari. Kata "hidup" dalam Roma 1:17 di atas mengacu kepada sebuah proses, daya, atau kekuatan yang berkelanjutan yang harus ada untuk menopang hidup kita. Dengan demikian, kapan, bagaimana dan dimanapun kita harus hidup oleh iman. Ketika bekerja, belajar, berbelanja, bertetangga, berteman, saat kita mengambil keputusan, hingga disaat-saat kesabaran kita diuji, mendapat perlakuan tidak adil atau ketika kita mulai kehilangan kesabaran, iman akan menentukan bagi kita. Iman memberi hidup bagi kita, iman akan sangat penting apakah kita hidup sebagai orang benar atau tidak.

Ambil satu contoh yang sederhana saja. Apakah kita bisa tidur dengan nyenyak dengan rasa damai di malam hari atau kita kerap gelisah, tidak bisa tidur karena takut dalam menghadapi sesuatu? Apakah rasa damai sukacita ada dalam diri kita ketika kita berhadapan dengan orang lain, termasuk orang-orang yang sangat sulit dan selalu memancing emosi sekalipun, atau kita terus membiarkan diri kita dikuasai emosi? Dalam contoh tidur itu, kita bisa melihat bagaimana hasil iman yang bekerja dalam diri orang benar lewat kata-kata Daud berikut: "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (Mazmur 3:6). Seperti itulah iman bekerja dalam kehidupan sehari-hari kita. Artinya, iman bukan hanya sekedar berbicara mengenai sekedar lolos dari neraka dan masuk surga saja. Tidak. Kualitas hidup akan sangat tergantung dari seberapa jauh iman bekerja dalam diri kita. Bacalah ilustrasi tentang para saksi iman dalam Ibrani 11:1-40 dan kita bisa mendapat gambaran yang lebih jelas. Ada banyak tokoh-tokoh yang bisa menjadi teladan tentang bagaimana kita hidup. Penulis Ibrani sudah menuliskan begitu banyak contoh orang-orang yang hidup lewat iman lalu berhasil mencapai hidup yang berkemenangan dengan iman mereka. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1), begitulah Penulis Ibrani memulai uraiannya tentang para saksi iman ini. Sebuah defenisi iman yang seharusnya mampu mengubah setiap sendi kehidupan kita, termasuk didalamnya bagaimana cara kita memandang hidup dan masa depan kita.

Iman seharusnya berada dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam setiap hal yang kita lakukan, putuskan atau jalani. Sebuah kualitas hidup orang benar sesungguhnya sangatlah ditentukan oleh seberapa besar iman mengisi hidup mereka. Apakah kehidupan yang penuh ketakutan, kebimbangan atau hidup yang dipenuhi damai sukacita tanpa tergantung situasi yang tengah dihadapi, apakah hidup dengan sikap positif atau mudah berburuk sangka, apakah hidup dengan ketulusan dalam mengasihi atau pamrih, semua akan bermula dari iman seperti apa yang ada dalam diri kita. Kebutuhan primer bisa menjamin hidup setiap orang, tetapi jika ingin hidup berkualitas sebagai orang benar, maka tidak bisa tidak, itu haruslah bersumber kepada iman. Orang benar, kata Firman Tuhan, itu hidup oleh iman. Sebaliknya orang yang tidak mengindahkan itu akan menjadi orang-orang yang tidak disenangi Tuhan. "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (Ibrani 10:38). Jika ada yang bertanya dari mana iman itu bisa timbul, maka Paulus mengatakan pada ayat sebelum ayat bacaan kita hari ini: "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani." (Roma 1:16), atau ingat pula bahwa "..iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (10:17). Dimana letak kita hari ini? Seperti apa iman yang ada di dalam hidup kita? Mari pastikan bahwa iman tengah memimpin kita dalam setiap sisi kehidupan, karena orang benar itu hidup oleh iman.

Iman timbul dari pendengaran firman Kristus, dan orang benar akan hidup oleh iman

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Hidup oleh Iman

Ayat bacaan: Roma 1:17
===============
"Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

hidup oleh imanApa yang kita butuhkan untuk bisa bertahan hidup? Kebutuhan primer yaitu sandang, pangan dan papan (tempat tinggal) mungkin akan menjadi jawaban kita. Itu memang kebutuhan yang paling mendasar yang akan menjadi ukuran apakah kita sudah hidup dengan layak atau tidak. Karena itulah maka ketiganya disebut sebagai kebutuhan yang primer, yang utama. Bisakah anda membayangkan hidup tanpa makan? Atau tidak punya baju, lalu tidak punya tempat tinggal? Meski mungkin kita bisa bertahan hidup dengan menumpang, tetapi kita tidak bisa selamanya menumpang di rumah orang lain. Tetapi selain ketiga hal ini, Alkitab menyebutkan satu hal lain yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan menjadi ukuran dari kehidupan seperti apa yang kita jalani dalam status kita sebagai orang percaya. Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa ternyata kebutuhan primer saja tidaklah cukup untuk hidup sebagai orang benar. Untuk sekedar hidup di dunia mungkin ya, tetapi untuk dapat hidup sebagai orang benar, nanti dulu. Alkitab mengatakan ada satu hal lagi yang dibutuhkan untuk hidup sebagai orang benar. Dan itu adalah iman.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma nengatakan: "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17). Ia menyampaikan sebuah pesan penting agar mereka, dan juga kita hidup oleh iman. Apa artinya hidup oleh iman ini? Tanpa iman, maka saya tidak akan hidup. Itu jelas. Tetapi apa yang digambarkan sebagai iman bukanlah berbicara hanya sekedar selamat dari lubang jarum saja. Benar, kita selamat oleh kasih karunia Allah, tapi lihatlah bahwa iman sangatlah berperan di dalamnya. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." (Efesus 2:8). Tuhan memberi kasih karuniaNya untuk menyelamatkan kita, tetapi semua akan sangat tergantung dengan iman yang ada pada kita. Iman akan sangat menentukan bagi keselamatan kita kelak, tetapi untuk di dunia pun iman akan sangat menentukan seperti apa hidup yang kita jalani. Orang benar, itu hidup oleh iman. Artinya iman sangat menentukan langkah orang untuk menjadi orang benar.

Iman bukan hanya berarti sekedar menerima Yesus, and that's it. Titik.  kita tidak perlu berbuat apa-apa lagi. Yang penting saya menerima Yesus, bagaimana saya hidup itu lain soal. Hidup boleh seenaknya, tidak perlu memperhatikan atau mengasihi orang lain, terus diombang-ambingkan rasa takut atau kuatir. Bukan seperti itu. Lewat Paulus kita bisa mendapatkan bambaran yang jelas bahwa iman akan sangat berperan dan harus ada dalam setiap sisi kehidupan kita sehari-hari. Kata "hidup" dalam Roma 1:17 di atas mengacu kepada sebuah proses, daya, atau kekuatan yang berkelanjutan yang harus ada untuk menopang hidup kita. Dengan demikian, kapan, bagaimana dan dimanapun kita harus hidup oleh iman. Ketika bekerja, belajar, berbelanja, bertetangga, berteman, saat kita mengambil keputusan, hingga disaat-saat kesabaran kita diuji, mendapat perlakuan tidak adil atau ketika kita mulai kehilangan kesabaran, iman akan menentukan bagi kita. Iman memberi hidup bagi kita, iman akan sangat penting apakah kita hidup sebagai orang benar atau tidak.

Ambil satu contoh yang sederhana saja. Apakah kita bisa tidur dengan nyenyak dengan rasa damai di malam hari atau kita kerap gelisah, tidak bisa tidur karena takut dalam menghadapi sesuatu? Apakah rasa damai sukacita ada dalam diri kita ketika kita berhadapan dengan orang lain, termasuk orang-orang yang sangat sulit dan selalu memancing emosi sekalipun, atau kita terus membiarkan diri kita dikuasai emosi? Dalam contoh tidur itu, kita bisa melihat bagaimana hasil iman yang bekerja dalam diri orang benar lewat kata-kata Daud berikut: "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (Mazmur 3:6). Seperti itulah iman bekerja dalam kehidupan sehari-hari kita. Artinya, iman bukan hanya sekedar berbicara mengenai sekedar lolos dari neraka dan masuk surga saja. Tidak. Kualitas hidup akan sangat tergantung dari seberapa jauh iman bekerja dalam diri kita. Bacalah ilustrasi tentang para saksi iman dalam Ibrani 11:1-40 dan kita bisa mendapat gambaran yang lebih jelas. Ada banyak tokoh-tokoh yang bisa menjadi teladan tentang bagaimana kita hidup. Penulis Ibrani sudah menuliskan begitu banyak contoh orang-orang yang hidup lewat iman lalu berhasil mencapai hidup yang berkemenangan dengan iman mereka. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1), begitulah Penulis Ibrani memulai uraiannya tentang para saksi iman ini. Sebuah defenisi iman yang seharusnya mampu mengubah setiap sendi kehidupan kita, termasuk didalamnya bagaimana cara kita memandang hidup dan masa depan kita.

Iman seharusnya berada dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam setiap hal yang kita lakukan, putuskan atau jalani. Sebuah kualitas hidup orang benar sesungguhnya sangatlah ditentukan oleh seberapa besar iman mengisi hidup mereka. Apakah kehidupan yang penuh ketakutan, kebimbangan atau hidup yang dipenuhi damai sukacita tanpa tergantung situasi yang tengah dihadapi, apakah hidup dengan sikap positif atau mudah berburuk sangka, apakah hidup dengan ketulusan dalam mengasihi atau pamrih, semua akan bermula dari iman seperti apa yang ada dalam diri kita. Kebutuhan primer bisa menjamin hidup setiap orang, tetapi jika ingin hidup berkualitas sebagai orang benar, maka tidak bisa tidak, itu haruslah bersumber kepada iman. Orang benar, kata Firman Tuhan, itu hidup oleh iman. Sebaliknya orang yang tidak mengindahkan itu akan menjadi orang-orang yang tidak disenangi Tuhan. "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (Ibrani 10:38). Jika ada yang bertanya dari mana iman itu bisa timbul, maka Paulus mengatakan pada ayat sebelum ayat bacaan kita hari ini: "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani." (Roma 1:16), atau ingat pula bahwa "..iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (10:17). Dimana letak kita hari ini? Seperti apa iman yang ada di dalam hidup kita? Mari pastikan bahwa iman tengah memimpin kita dalam setiap sisi kehidupan, karena orang benar itu hidup oleh iman.

Iman timbul dari pendengaran firman Kristus, dan orang benar akan hidup oleh iman

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Jumat, 29 April 2011

Sumber pujian

Mazmur 105:1-22

Sumber pujian. Seringkali manusia kehabisan akal dan semangat memuji Tuhan. Yang ada justru menggerutu dan menggugat Tuhan, karena sulit menerima keadaan yang dialaminya, yang tidak sesuai dengan harapan. Sebenarnya tak ada alasan bagi umat Tuhan untuk tidak memuji Dia. Betapa tidak, perbuatan agung dan ajaib Allah di masa lampau telah membangunkan kesadaran umat manusia, bahwa Dialah Tuhan sejati. Selain itu pengalaman beriman yang ditampilkan oleh para pendahulu kita dalam arak-arakan orang beriman, merupakan rambu-rambu dan bukti kasih setia Tuhan. Karena itu seluruh karya keagungan-Nya merupakan sumber pujian utama umat manusia.

Umat yang memuji. Bersumber pada karya keagungan Allah maka layaklah bila pujian yang kita naikkan adalah pujian dalam pengertian dan kesadaran penuh. Bukan dalam kemabukan emosi yang bersumber pada kenikmatan syaraf dan indra tubuh kita sendiri. Iman yang mengerti bahwa Allah akbar, perbuatan-Nya ajaib, sifat-Nya kudus dan setia, penghukuman-Nya pasti, perjanjian-Nya kekal, mengalirkan pujian rohani yang benar.

Renungkan: Kesukaan dan kegembiraan dalam pujian itu pasti ada, tetapi sumbernya, suasananya dan tujuannya harus diarahkan pada Allah, Sang Sumber Pujian

Menciptakan Peluang

Kejadian 45:5
“Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku kesini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 120; 1 Korintus 9; 1 Samuel 5-7

Menurut Diana Kirschner, Ph.D., psikolog dan ahli komunikasi, rasa cemburu adalah suatu bentuk pemikiran negatif yang datang dari dalam sendiri. Melalui penelitian, terbukti bahwa rasa cemburu bisa menimbulkan ketegangan dan depresi. Sebagaimana diketahui, rasa cemburu bisa berujung pada sakit hati, curiga, ledakan amarah, bahkan kemunduran kualitas dalam berhubungan. Tapi, mungkinkah rasa cemburu diubah menjadi sesuatu yang positif? Inilah salah satu caranya.

Ketika rasa cemburu mulai merayapi pikiran, sadari bahwa hal itu merupakan tanda betapa Anda sangat menyayangi pasangan. Daripada melelahkan diri dengan pikiran-pikiran negatif, cobalah untuk mendekati pasangan Anda dan katakan betapa sayangnya Anda kepadanya.

Di kehidupan ini kadang kita tidak tidak bisa memilih. Suka atau tidak, kita harus belajar untuk menerima segala sesuatu apa adanya. Kenyataan di depan kita adalah fakta tak terbantahkan dan kita tidak memiliki alternatif lain. Jika hal seperti ini terjadi, bagaimana tindakan selanjutnya? Apakah kita harus marah dengan situasi yang ada? Marilah kita belajar dari kehidupan tokoh Alkitab Perjanjian Lama bernama Yusuf.

Yusuf adalah pemuda yang harus kehilangan kemerdekaan dan harkat sebagai orang merdeka karena dijual para saudaranya yang iri kepadanya. Berbagai pengalaman berat setelah itu pun harus ia alami. Namun, Yusuf tidak sudi menyerah. Dengan pertolongan Allah, ia berhasil mengubah semua rintangan di jalan kehidupannya sebagai kesempatan. Dalam beberapa tahun, ia akhirnya diangkat oleh Firaun sebagai penguasa kedua di Mesir.

Belajar dari kehidupan Yusuf diatas, marilah kita menjawab tantangan sepanjang hari ini. Ubahlah paradigma tentang ketakutan terhadap tantangan menjadi kesempatan untuk meraih keberhasilan. Allah yang ada di dalam diri kita sanggup melakukan segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Pengenalan diri yang diselaraskan dengan Firman Tuhan akan membuahkan keberhasilan sejati.

Di Puncak Gunung

Ayat bacaan: Habakuk 3:19
=================
"ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku."

di puncak gunungSeorang teman yang hobi mendaki gunung bercerita tentang pengalaman-pengelamannya dalam mendaki bersama klub pecinta alamnya. Ia berverita bahwa proses mendaki itu begitu melelahkan dan berat. Oksigen bisa tipis sekali di ketinggian sehingga bernafas bisa menjadi sangat sulit. Jalan yang dituju mendaki, berbatu-batu dan terkadang sangat terjal, belum lagi terkadang harus memanjat dan harus siap menghadapi banyak resiko binatang buas dalam perjalanan. Sama sekali tidak mudah untuk bisa mencapai puncak gunung katanya. Bagi orang yang memiliki masalah dengan pernafasan seperti asma atau rasa takut akan ketinggian, mendaki gunung sedikit saja sekalipun bisa jadi hal yang tersulit untuk dilakukan. Tetapi ia kemudian berkata, begitu sampai ke puncak gunung, pemandangan yang luar biasa indah membuat semua kesulitan itu tidak lagi berasa apa-apa. "Begitu menakjubkan..pesonanya luar biasa, dan itu tidak dilihat oleh semua orang. Hanya yang mau bersusah payah mendakilah yang bisa menikmatinya." katanya bangga. Di puncak gunung ia lupa akan kesusahan mendaki dan segala sakit yang ia rasakan. Di puncak gunung ia melihat sebuah keindahan yang tidak dilihat oleh semua orang. Di puncak gunung, ia bisa merasakan kemuliaan Tuhan, bahkan mungkin memandang dari sebuah jarak pandang atas seperti apa yang dilihat Tuhan ketika Dia memandang ciptaan-ciptaanNya di dunia ini.

Sebuah pelajaran saya dapatkan dari ceritanya, yaitu jika kita tidak mendaki gunung, maka kita tidak akan bisa merasakan pengalaman yang luar biasa, tidak akan bisa menikmati sebuah pemandangan yang sangat langka yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Apa maksudnya? Saya berpikir bahwa dalam perjalanan hidup kita, ada kalanya kita akan berhadapan dengan bukit-bukit terjal, jalan berbatu-batu yang akan sangat sakit untuk kita jalani. Kita bisa memilih apakah tetap ditempat tanpa mau berjalan melewatinya, atau kita mencoba sedikit lalu mundur, atau malah mengelak. Tetapi seperti apa yang dialami oleh teman saya, hanya yang mampu bertahan dan dengan semangat pantang mundurlah yang akan mampu berdiri tegak di atas bukit merasakan kemuliaan Tuhan. Kabar baiknya, Tuhan siap membantu kita untuk itu. Yang diperlukan hanyalah kemauan dan kesediaan kita, serta sejauh mana kita bisa percaya kepada Tuhan bahwa Dia akan menuntun kita melewati jalan-jalan yang sulit itu untuk akhirnya kelak sampai di atas bukit.

Lihatlah Firman Tuhan dalam Habakuk. "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:19) Sebuah ayat yang kurang lebih sama bisa kita dapatkan dalam Mazmur. "Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit." (Mazmur 18:34). Mengandalkan kemampuan kita yang terbatas, cepat atau lambat kita akan menyerah dalam berjuang melewati jalan terjal dan berbatu-batu. Tapi lihatlah bahwa Tuhan selalu siap menyediakan pertolongan. Tuhan mampu membuat kaki-kaki kita menjadi lincah seperti rusa yang mampu melewati atau melompati jalan-jalan berbatu dan terjal untuk sampai ke puncak gunung. Tuhan mau kita naik lebih tinggi mengatasi masalah dan keluar menjadi pemenang, merasakan keindahan, kemurahan dan kemuliaanNya yang semua telah tersedia di atas sana.

Dalam Yesaya dikatakan di tempat tinggi itulah rumah Tuhan akan berdiri tegak, bukan terhuyung-huyung dan mudah jatuh ketika diterpa badai. "Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yesaya 2:2-3).Lihatlah bahwa berada di tempat tinggi di atas bukit menjanjikan sebuah tempat dimana masalah tidak lagi mampu menyulitkan kita. Rumah Tuhan atau Bait Allah berbicara mengenai diri kita sendiri, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 3:16. Disana kita bisa melihat bahwa Tuhan menyediakan pertolongan untuk memampukan kaki kita menjadi lincah, melompat melewati berbagai masalah dan berdiri tegak di atas gunung menikmati segala kemuliaanNya.

Firman Tuhan mengajarkan kita bahwa ujian-ujian yang berat jika kita sikapi dengan benar akan mampu membuat iman kita bertumbuh dan naik lebih tinggi lagi. Paulus mengatakan: "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-5). Firman Tuhan mengingatkan kita agar jangan menjadi lemah ketika mengalami kesengsaraan, ketika berjalan di jalan berbatu tajam dan terjal. Kita diingatkan agar tidak putus asa, dan terus bertekun, karena jika kita ingin memenangkan ujian, kita harus bisa melepaskan segala yang merintangi kita dan dosa-dosa yang menjerat kita. Penulis Ibrani berkata: "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1). Lalu serahkan semuanya kepada Tuhan. Dia siap membuat kaki-kaki kita menjadi lincah agar sanggup melompati bebatuan hingga sampai ke puncak gunung. Disana kita bisa tetap tegar meski digoyang masalah seberat apapun. Masalah mungkin akan tetap ada, tetapi di puncak itu kita akan berada lebih tinggi dari masalah. Segala sakit dan beban selama perjalanan yang ditempuh akan sirna begitu kita menyaksikan keindahan kemuliaan Tuhan. Tuhan siap menolong kita untuk itu, sudahkah kita mempercayakan langkah kita kepadaNya? Sudahkah kita memiliki niat yang teguh untuk naik lebih tinggi lagi? Sekarang saatnya bagi kita untuk mendaki dengan bantuan Tuhan. Kelak ketika kita berada lebih tinggi dari kesengsaraan, kita tidak akan gampang lagi digoyang oleh masalah apapun. Disanalah kita bisa berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18)

Tuhan siap membantu kita menjadi lincah hingga mampu berdiri tegak di atas bukit

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Di Puncak Gunung

Ayat bacaan: Habakuk 3:19
=================
"ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku."

di puncak gunungSeorang teman yang hobi mendaki gunung bercerita tentang pengalaman-pengelamannya dalam mendaki bersama klub pecinta alamnya. Ia berverita bahwa proses mendaki itu begitu melelahkan dan berat. Oksigen bisa tipis sekali di ketinggian sehingga bernafas bisa menjadi sangat sulit. Jalan yang dituju mendaki, berbatu-batu dan terkadang sangat terjal, belum lagi terkadang harus memanjat dan harus siap menghadapi banyak resiko binatang buas dalam perjalanan. Sama sekali tidak mudah untuk bisa mencapai puncak gunung katanya. Bagi orang yang memiliki masalah dengan pernafasan seperti asma atau rasa takut akan ketinggian, mendaki gunung sedikit saja sekalipun bisa jadi hal yang tersulit untuk dilakukan. Tetapi ia kemudian berkata, begitu sampai ke puncak gunung, pemandangan yang luar biasa indah membuat semua kesulitan itu tidak lagi berasa apa-apa. "Begitu menakjubkan..pesonanya luar biasa, dan itu tidak dilihat oleh semua orang. Hanya yang mau bersusah payah mendakilah yang bisa menikmatinya." katanya bangga. Di puncak gunung ia lupa akan kesusahan mendaki dan segala sakit yang ia rasakan. Di puncak gunung ia melihat sebuah keindahan yang tidak dilihat oleh semua orang. Di puncak gunung, ia bisa merasakan kemuliaan Tuhan, bahkan mungkin memandang dari sebuah jarak pandang atas seperti apa yang dilihat Tuhan ketika Dia memandang ciptaan-ciptaanNya di dunia ini.

Sebuah pelajaran saya dapatkan dari ceritanya, yaitu jika kita tidak mendaki gunung, maka kita tidak akan bisa merasakan pengalaman yang luar biasa, tidak akan bisa menikmati sebuah pemandangan yang sangat langka yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Apa maksudnya? Saya berpikir bahwa dalam perjalanan hidup kita, ada kalanya kita akan berhadapan dengan bukit-bukit terjal, jalan berbatu-batu yang akan sangat sakit untuk kita jalani. Kita bisa memilih apakah tetap ditempat tanpa mau berjalan melewatinya, atau kita mencoba sedikit lalu mundur, atau malah mengelak. Tetapi seperti apa yang dialami oleh teman saya, hanya yang mampu bertahan dan dengan semangat pantang mundurlah yang akan mampu berdiri tegak di atas bukit merasakan kemuliaan Tuhan. Kabar baiknya, Tuhan siap membantu kita untuk itu. Yang diperlukan hanyalah kemauan dan kesediaan kita, serta sejauh mana kita bisa percaya kepada Tuhan bahwa Dia akan menuntun kita melewati jalan-jalan yang sulit itu untuk akhirnya kelak sampai di atas bukit.

Lihatlah Firman Tuhan dalam Habakuk. "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:19) Sebuah ayat yang kurang lebih sama bisa kita dapatkan dalam Mazmur. "Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit." (Mazmur 18:34). Mengandalkan kemampuan kita yang terbatas, cepat atau lambat kita akan menyerah dalam berjuang melewati jalan terjal dan berbatu-batu. Tapi lihatlah bahwa Tuhan selalu siap menyediakan pertolongan. Tuhan mampu membuat kaki-kaki kita menjadi lincah seperti rusa yang mampu melewati atau melompati jalan-jalan berbatu dan terjal untuk sampai ke puncak gunung. Tuhan mau kita naik lebih tinggi mengatasi masalah dan keluar menjadi pemenang, merasakan keindahan, kemurahan dan kemuliaanNya yang semua telah tersedia di atas sana.

Dalam Yesaya dikatakan di tempat tinggi itulah rumah Tuhan akan berdiri tegak, bukan terhuyung-huyung dan mudah jatuh ketika diterpa badai. "Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yesaya 2:2-3).Lihatlah bahwa berada di tempat tinggi di atas bukit menjanjikan sebuah tempat dimana masalah tidak lagi mampu menyulitkan kita. Rumah Tuhan atau Bait Allah berbicara mengenai diri kita sendiri, seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 3:16. Disana kita bisa melihat bahwa Tuhan menyediakan pertolongan untuk memampukan kaki kita menjadi lincah, melompat melewati berbagai masalah dan berdiri tegak di atas gunung menikmati segala kemuliaanNya.

Firman Tuhan mengajarkan kita bahwa ujian-ujian yang berat jika kita sikapi dengan benar akan mampu membuat iman kita bertumbuh dan naik lebih tinggi lagi. Paulus mengatakan: "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-5). Firman Tuhan mengingatkan kita agar jangan menjadi lemah ketika mengalami kesengsaraan, ketika berjalan di jalan berbatu tajam dan terjal. Kita diingatkan agar tidak putus asa, dan terus bertekun, karena jika kita ingin memenangkan ujian, kita harus bisa melepaskan segala yang merintangi kita dan dosa-dosa yang menjerat kita. Penulis Ibrani berkata: "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1). Lalu serahkan semuanya kepada Tuhan. Dia siap membuat kaki-kaki kita menjadi lincah agar sanggup melompati bebatuan hingga sampai ke puncak gunung. Disana kita bisa tetap tegar meski digoyang masalah seberat apapun. Masalah mungkin akan tetap ada, tetapi di puncak itu kita akan berada lebih tinggi dari masalah. Segala sakit dan beban selama perjalanan yang ditempuh akan sirna begitu kita menyaksikan keindahan kemuliaan Tuhan. Tuhan siap menolong kita untuk itu, sudahkah kita mempercayakan langkah kita kepadaNya? Sudahkah kita memiliki niat yang teguh untuk naik lebih tinggi lagi? Sekarang saatnya bagi kita untuk mendaki dengan bantuan Tuhan. Kelak ketika kita berada lebih tinggi dari kesengsaraan, kita tidak akan gampang lagi digoyang oleh masalah apapun. Disanalah kita bisa berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18)

Tuhan siap membantu kita menjadi lincah hingga mampu berdiri tegak di atas bukit

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kamis, 28 April 2011

30 April - Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk"

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

 

"Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk", demikian sabda Yesus yang bangkit kepada para murid, kepada kita semua yang beriman kepadaNya. Injil adalah kabar baik, maka memberikan Injil berarti memberitakan atau menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun orang lain. Kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya kita sendiri senantiasa dalam keadaan baik, dan dengan demikian kita dapat memberitakan apa yang baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, maka perilaku yang baik berarti mengasihi dengan sasaran keselamatan jiwa manusia. Saling mengasihi hemat saya merupakan ajaran semua utusan Allah atau para nabi dan diteruskan oleh para pemimpin agama di seluruh dunia. Saya percaya bahwa kita semua senantiasa mendambakan apa yang baik serta berkehendak untuk mengasihi orang lain, namun karena keterbatasan dan kelemahan kita sering terjadi kesalah-fahaman, maka baiklah kita senantiasa menyikapi segala sentuhan, sapaan, perlakuan orang lain terhadap diri kita sebagai perwujudan kasih dan kemudian kita tanggapi dengan 'terima kasih'. Ingatlah dan hayati bahwa orang tidak akan mengritik atau mengejek kita jika mereka tidak mengasihi kita, maka mereka mengritik atau mengejek kita karena mereka mengasihi kita. Di atas kami katakana bahwa sasaran perbuatan baik adalah keselamatan jiwa, maka hendaknya keselamatan jiwa sungguh menjadi acuan atau pedoman hidup kita. Ada kemungkinan demi keselamatan jiwa kita harus menderita sakit tubuh atau sakit hati, karena anggota tubuh atau isi hati kita tidak baik.

·   "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kis 4:19-20), demikian tanggapan Petrus dan Yohanes menjawab pertanyaan para tokoh Yahudi, yang merasa terganggu oleh pewartaan Kabar Baik, yang disampaikan oleh para rasul. "Taat kepada manusia atau taat kepada Allah', itulah pilihan yang harus diambil oleh para tokoh Yahudi, dan hemat saya juga menjadi tantangan yang harus kita pilih. Sebagai orang beriman kiranya kita harus taat kepada Allah, yang telah menciptakan dan mengasihi kita tanpa syarat. Dalam dan bersama dengan Allah hendaknya kita tidak takut dan tidak gentar untuk menjadi pewarta kabar baik, berkata-kata perihal apa yang baik dan benar yang kita lihat dalam lingkungan hidup kita. Memang di sana-sini saat ini masih marak aneka kebohongan, maka selayaknya menjadi pewarta apa yang baik dan benar akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Dengan ini kami berseru dan berharap kepada para pejuang kebenaran untuk terus berjuang meskipun harus menghadapi aneka ancaman. Kami berharap juga bahwa perihal apa yang baik dan benar ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan sekolah, sekali lagi tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua maupun guru. Jika anak-anak memiliki kebiasaan berbuat baik sedini mungkin, maka kami percaya mereka akan tumbuh berkembang menjadi saksi dan pejuang apa yang baik dan benar di masa depan. Taat kepada Allah juga berarti taat kepada kehendak Allah, yang antara  lain diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib, maka marilah kita taati dan hayati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan  tugas pengutusan kita masing-masing.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.  TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!"

(Mzm 118:1.14-16)

Jakarta, 30 April 2011   


30 April - Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk"

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

 

"Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk", demikian sabda Yesus yang bangkit kepada para murid, kepada kita semua yang beriman kepadaNya. Injil adalah kabar baik, maka memberikan Injil berarti memberitakan atau menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun orang lain. Kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya kita sendiri senantiasa dalam keadaan baik, dan dengan demikian kita dapat memberitakan apa yang baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, maka perilaku yang baik berarti mengasihi dengan sasaran keselamatan jiwa manusia. Saling mengasihi hemat saya merupakan ajaran semua utusan Allah atau para nabi dan diteruskan oleh para pemimpin agama di seluruh dunia. Saya percaya bahwa kita semua senantiasa mendambakan apa yang baik serta berkehendak untuk mengasihi orang lain, namun karena keterbatasan dan kelemahan kita sering terjadi kesalah-fahaman, maka baiklah kita senantiasa menyikapi segala sentuhan, sapaan, perlakuan orang lain terhadap diri kita sebagai perwujudan kasih dan kemudian kita tanggapi dengan 'terima kasih'. Ingatlah dan hayati bahwa orang tidak akan mengritik atau mengejek kita jika mereka tidak mengasihi kita, maka mereka mengritik atau mengejek kita karena mereka mengasihi kita. Di atas kami katakana bahwa sasaran perbuatan baik adalah keselamatan jiwa, maka hendaknya keselamatan jiwa sungguh menjadi acuan atau pedoman hidup kita. Ada kemungkinan demi keselamatan jiwa kita harus menderita sakit tubuh atau sakit hati, karena anggota tubuh atau isi hati kita tidak baik.

·   "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kis 4:19-20), demikian tanggapan Petrus dan Yohanes menjawab pertanyaan para tokoh Yahudi, yang merasa terganggu oleh pewartaan Kabar Baik, yang disampaikan oleh para rasul. "Taat kepada manusia atau taat kepada Allah', itulah pilihan yang harus diambil oleh para tokoh Yahudi, dan hemat saya juga menjadi tantangan yang harus kita pilih. Sebagai orang beriman kiranya kita harus taat kepada Allah, yang telah menciptakan dan mengasihi kita tanpa syarat. Dalam dan bersama dengan Allah hendaknya kita tidak takut dan tidak gentar untuk menjadi pewarta kabar baik, berkata-kata perihal apa yang baik dan benar yang kita lihat dalam lingkungan hidup kita. Memang di sana-sini saat ini masih marak aneka kebohongan, maka selayaknya menjadi pewarta apa yang baik dan benar akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Dengan ini kami berseru dan berharap kepada para pejuang kebenaran untuk terus berjuang meskipun harus menghadapi aneka ancaman. Kami berharap juga bahwa perihal apa yang baik dan benar ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan sekolah, sekali lagi tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua maupun guru. Jika anak-anak memiliki kebiasaan berbuat baik sedini mungkin, maka kami percaya mereka akan tumbuh berkembang menjadi saksi dan pejuang apa yang baik dan benar di masa depan. Taat kepada Allah juga berarti taat kepada kehendak Allah, yang antara  lain diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib, maka marilah kita taati dan hayati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan  tugas pengutusan kita masing-masing.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.  TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!"

(Mzm 118:1.14-16)

Jakarta, 30 April 2011   


Allah mengatur segala sesuatu

Mazmur 104:19-35

Allah mengatur segala sesuatu. Seluruh ciptaan, telah diatur Allah sedemikian rupa hingga masing-masingnya berada pada jalur dan waktu yang telah disediakan-Nya. Bulan tidak akan pernah menjadi matahari, begitu pula sebaliknya. Binatang yang keluar pada siang hari, akan beristirahat di malam hari; tumbuh-tumbuhan yang berbunga pada musim semi, tidak akan berbunga pada musim dingin, dst. Begitu pula dengan kita, meskipun kita adalah bagian tertinggi dari segenap ciptaan Allah, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Namun fakta menunjukkan bahwa kita seringkali lupa akan posisi ini. Misalnya, ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dlsb. kita menganggap bahwa kesuksesan ini diperoleh karena usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah; dan ketika kita berada dalam penderitaan, sengsara dan dijerat kemiskinan, kita sering beranggapan bahwa Allah membiarkan kita sendiri. Kita harus menyadari dan memahami bahwa masing-masing ciptaan telah Allah letakkan pada jalur menuju pemenuhan kehendak-Nya.

Setia pada Allah. Untuk tetap berada pada jalur yang telah Allah sediakan, dan demi memenuhi kehendak-Nya, maka sege-nap ciptaan harus setia dan tunduk pada ketetapan-ketetapan-Nya. Kesetiaan ini merupakan perwujudan respons kita terhadap kesetiaan dan pemeliharaan Allah yang telah terlebih dahulu Allah nyatakan dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita lupa untuk bertindak setia kepada Allah. Biasanya ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk berusaha melupakan hal-hal yang baik yang kita terima, dan mengingat-ingat hal-hal yang merugikan kita. Begitu mudahkah karya agung Allah yang telah begitu baik mencipta, memelihara, menebus dan memulihkan itu kita lupakan? Peringatan pemazmur pada ayat 29 dapat diartikan semudah kita membalikkan telapak tangan, semudah itu pula Allah bertindak pada ciptaan-Nya yang dengan sengaja melupakan kebesaran dan keagungan-Nya.

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" Sungguh suatu tindakan terpuji dan mengagumkan telah pemazmur bentangkan pada kita. Tak sedikitpun terbersit keinginannya untuk melupakan segala kebaikan Tuhan padanya. Bahkan seluruh keberadaan hidupnya diperuntukkan bagi pujian kepada Tuhan. Sampai sejauh ini kita hidup karena, dan bersama Tuhan. Pasti begitu banyak badai kehidupan yang berusaha menghancurkan hubungan kita dengan-Nya. Ikutilah jejak pemazmur yang begitu meyakini bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan memberikan kekuatan (31-32)

29 April - Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu maka akan kamu peroleh."

(Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14)

 

"Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan."(Yoh 21:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cukup banyak orang hidup dan bekerja hanya mengikuti kemauan pribadi atau selera pribadi dan tidak sesuai dengan tugas pokok atau utama atau sesuai dengan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Hal ini antara lain juga nampak di jalanan dimana para pengendara atau pejalan kaki tidak mengikuti aturan lalu lintas serta rambu-rambu yang terpampang dengan jelas. Begitulah juga yang terjadi di antara para rasul yang sedang frustrasi karena kematian Yesus alias ditinggalkan Yesus: sebelum mengkuti Yesus kesibukan atau pekerjaan mereka adalah nelayan, maka ketika ditinggalkan Yesus mereka kembali menjadi nelayan. Cukup menarik dan mengesan bahwa sebagai nelayan yang berpengalaman mereka semalaman tidak seekor pun ikan dapat diperoleh. Namun ketika mereka menebarkan jala atas perintah Yesus yang telah bangkit, akhirnya mereka memperoleh ikan banyak sekali, bahkan jala mereka hampir sobek. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian: marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing serta aneka tata tertib yang terkait dengannya, jika mendambakan kesuksesan dalam hidup dan panggilan. Kami berharap kepada mereka yang hidup dan bekerja hanya mengikuti selera pribadi untuk segera bertobat dan memperbaharui diri. Marilah kita hidup dan bekerja secara tertib, teratur dan disiplin sesuai dengan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu" (Kis 4:10), demikian kutipan jawaban Petrus atas pertanyaan dari tokoh-tokoh Yahudi perihal dari kuasa mana ia telah menyembuhkan orang lumpuh sehingga  dapat berjalan. "In nomine Ieu" (=Dalam nama Yesus), itulah yang menjadi motto gembala atau uskup kita Mgr.A.Djajaseputra SJ (alm) dan Bapak Julius Kardinal Darmaatmaja SJ dalam menggembalakan umat Allah yang dipercayakan kepada Yang Mulia. Maka marilah kita meneladan Petrus maupun para gembala kita tersebut. "Dalam terang iman kristiani berasaskan Pancasila dan UUD 45  kami hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara", itulah isi asas aneka yayasan atau LSM Kristen atau Katolik. Dengan dan dalam asas tersebut diharapkan segenap pengurus, pengelola maupun pelaksana pelayanan yayasan atau LSM menjiwai derap langkah pelayanannya dalam iman Kristiani. Mungkin baik kalau hal ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah dengan teladan dari para orangtua dan para guru. Keteladanan orangtua dan para guru dalam hidup tertib, teratur dan disiplin sesuai dengan tata tertib atau janji yang pernah diikrarkan sangat penting, dan merupakan cara utama dan pertama dalam pendampingan atau pembinaan anak-anak. "Dalam Nama Yesus" berarti hidup dan bertindak dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus maupun melaksanakan sabda-sabdaNya sebagaimana diwartakan melalui Kitab Suci. Maka baiklah untuk semakin mengenal dan dekat dengan Yesus kami harapkan kita semua dengan rajin setiap hari merenungkan dan meresapkan sabda-sabdaNya, atau silahkan merenungkan dan meresapkan kutiipan dari Kitab Suci yang setiap hari kami sampaikan dalam refleksi sederhana ini.

 

"Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. TUHANlah Allah, Dia menerangi kita"

 (Mzm 118:24-27a)

 

Jakarta, 29 April 2011


29 April - Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu maka akan kamu peroleh."

(Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14)

 

"Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan."(Yoh 21:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cukup banyak orang hidup dan bekerja hanya mengikuti kemauan pribadi atau selera pribadi dan tidak sesuai dengan tugas pokok atau utama atau sesuai dengan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Hal ini antara lain juga nampak di jalanan dimana para pengendara atau pejalan kaki tidak mengikuti aturan lalu lintas serta rambu-rambu yang terpampang dengan jelas. Begitulah juga yang terjadi di antara para rasul yang sedang frustrasi karena kematian Yesus alias ditinggalkan Yesus: sebelum mengkuti Yesus kesibukan atau pekerjaan mereka adalah nelayan, maka ketika ditinggalkan Yesus mereka kembali menjadi nelayan. Cukup menarik dan mengesan bahwa sebagai nelayan yang berpengalaman mereka semalaman tidak seekor pun ikan dapat diperoleh. Namun ketika mereka menebarkan jala atas perintah Yesus yang telah bangkit, akhirnya mereka memperoleh ikan banyak sekali, bahkan jala mereka hampir sobek. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian: marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing serta aneka tata tertib yang terkait dengannya, jika mendambakan kesuksesan dalam hidup dan panggilan. Kami berharap kepada mereka yang hidup dan bekerja hanya mengikuti selera pribadi untuk segera bertobat dan memperbaharui diri. Marilah kita hidup dan bekerja secara tertib, teratur dan disiplin sesuai dengan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu" (Kis 4:10), demikian kutipan jawaban Petrus atas pertanyaan dari tokoh-tokoh Yahudi perihal dari kuasa mana ia telah menyembuhkan orang lumpuh sehingga  dapat berjalan. "In nomine Ieu" (=Dalam nama Yesus), itulah yang menjadi motto gembala atau uskup kita Mgr.A.Djajaseputra SJ (alm) dan Bapak Julius Kardinal Darmaatmaja SJ dalam menggembalakan umat Allah yang dipercayakan kepada Yang Mulia. Maka marilah kita meneladan Petrus maupun para gembala kita tersebut. "Dalam terang iman kristiani berasaskan Pancasila dan UUD 45  kami hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara", itulah isi asas aneka yayasan atau LSM Kristen atau Katolik. Dengan dan dalam asas tersebut diharapkan segenap pengurus, pengelola maupun pelaksana pelayanan yayasan atau LSM menjiwai derap langkah pelayanannya dalam iman Kristiani. Mungkin baik kalau hal ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah dengan teladan dari para orangtua dan para guru. Keteladanan orangtua dan para guru dalam hidup tertib, teratur dan disiplin sesuai dengan tata tertib atau janji yang pernah diikrarkan sangat penting, dan merupakan cara utama dan pertama dalam pendampingan atau pembinaan anak-anak. "Dalam Nama Yesus" berarti hidup dan bertindak dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus maupun melaksanakan sabda-sabdaNya sebagaimana diwartakan melalui Kitab Suci. Maka baiklah untuk semakin mengenal dan dekat dengan Yesus kami harapkan kita semua dengan rajin setiap hari merenungkan dan meresapkan sabda-sabdaNya, atau silahkan merenungkan dan meresapkan kutiipan dari Kitab Suci yang setiap hari kami sampaikan dalam refleksi sederhana ini.

 

"Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. TUHANlah Allah, Dia menerangi kita"

 (Mzm 118:24-27a)

 

Jakarta, 29 April 2011


28 April - Kis 3:11-26; Luk 24:35-48

"Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem"

(Kis 3:11-26; Luk 24:35-48)

 

"Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.Kamu adalah saksi dari semuanya ini." (Luk 24:35-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita dipanggil untuk menjadi 'saksi pertobatan dan pengampunan dosa' di tempat hidup dan bekerja kita masing-masing setiap hari, dimana kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Maka pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima rahmat pertobatan dan kasih pengampunan dari Allah secara  melimpah melalui saudara-saudari kita; jika kita dapat menghayati hal ini maka panggilan untuk menjadi saksi pertobatan dan kasih pengampunan dengan mudah dapat kita lakukan, tentu saja asal kita tidak pelit tetapi murah hati. Marilah dengan murah hati menyalurkan kasih pengampunan, yang telah kita terima secara melimpah ruah, kepada saudara-saudari kita kapanpun dan dimanapun tanpa pandang bulu. Jauhkan dan berantas aneka bentuk kebencian dan balas dendam. Kita tidak perlu takut menyalurkan kasih pengampunan, karena kasih pengampunan akan mengalahkan atau mengatasi kebencian dan balas dendam. Kami berharap saling mengasihi dan mengampuni sungguh terjadi dalam hidup keluarga atau komunitas masing-masing, sehingga dari keluarga dan komunitas kita masing-masing senantiasa terberitakan pertobatan dan kasih pengampunan.

·   "Bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu." (Kis 3:26), demikian kesaksian iman Petrus. Kita semua diingatkan untuk 'kembali dari segala kejahatan'  alias bertobat terus menerus.  Bertobat berarti berubah, tentu saja berubah menjadi lebih baik, suci, dan berbudi pekerti luhur alias semakin hidup dekat dan bersama dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun. Anggota-anggota tubuh kita terus-menerus berubah, maka karena pribadi kita tidak hanya terdiri dari anggota tubuh jasmani saja, tetapi juga spiritual atau inteleketual, yaitu hati, jiwa dan akal budi, maka diharapkan tidak hanya tubuh yang phisik saja yang berubah tetapi juga hati, jiwa dan akal budi. Ingatlah dan hayati bahwa dengan beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati berarti Roh Kudus hidup dan berkuasa dalam hati dan jiwa kita masing-masing, sehingga hati dan jiwa kita semakin sesuai dengan Hati dan Jiwa Yesus Kristus, yang datang untuk menebus dosa-dosa manusia, membebaskan semua manusia dari aneka kejahatan. Marilah kita 'kembali dari kejahatan' seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21)  Semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menjadi penyalur berkat dan rahmat Allah bagi saudara-saudari kita, sehingga siapapun yang hidup dan bekerja bersama dengan kita senantiasa merasa terberkati atau terahmati.

 

"Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan" (Mzm 8:3-4.6-9)

 

Jakarta, 28 April 2011


28 April - Kis 3:11-26; Luk 24:35-48

"Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem"

(Kis 3:11-26; Luk 24:35-48)

 

"Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.Kamu adalah saksi dari semuanya ini." (Luk 24:35-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita dipanggil untuk menjadi 'saksi pertobatan dan pengampunan dosa' di tempat hidup dan bekerja kita masing-masing setiap hari, dimana kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Maka pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima rahmat pertobatan dan kasih pengampunan dari Allah secara  melimpah melalui saudara-saudari kita; jika kita dapat menghayati hal ini maka panggilan untuk menjadi saksi pertobatan dan kasih pengampunan dengan mudah dapat kita lakukan, tentu saja asal kita tidak pelit tetapi murah hati. Marilah dengan murah hati menyalurkan kasih pengampunan, yang telah kita terima secara melimpah ruah, kepada saudara-saudari kita kapanpun dan dimanapun tanpa pandang bulu. Jauhkan dan berantas aneka bentuk kebencian dan balas dendam. Kita tidak perlu takut menyalurkan kasih pengampunan, karena kasih pengampunan akan mengalahkan atau mengatasi kebencian dan balas dendam. Kami berharap saling mengasihi dan mengampuni sungguh terjadi dalam hidup keluarga atau komunitas masing-masing, sehingga dari keluarga dan komunitas kita masing-masing senantiasa terberitakan pertobatan dan kasih pengampunan.

·   "Bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu." (Kis 3:26), demikian kesaksian iman Petrus. Kita semua diingatkan untuk 'kembali dari segala kejahatan'  alias bertobat terus menerus.  Bertobat berarti berubah, tentu saja berubah menjadi lebih baik, suci, dan berbudi pekerti luhur alias semakin hidup dekat dan bersama dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun. Anggota-anggota tubuh kita terus-menerus berubah, maka karena pribadi kita tidak hanya terdiri dari anggota tubuh jasmani saja, tetapi juga spiritual atau inteleketual, yaitu hati, jiwa dan akal budi, maka diharapkan tidak hanya tubuh yang phisik saja yang berubah tetapi juga hati, jiwa dan akal budi. Ingatlah dan hayati bahwa dengan beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati berarti Roh Kudus hidup dan berkuasa dalam hati dan jiwa kita masing-masing, sehingga hati dan jiwa kita semakin sesuai dengan Hati dan Jiwa Yesus Kristus, yang datang untuk menebus dosa-dosa manusia, membebaskan semua manusia dari aneka kejahatan. Marilah kita 'kembali dari kejahatan' seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal 5:19-21)  Semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menjadi penyalur berkat dan rahmat Allah bagi saudara-saudari kita, sehingga siapapun yang hidup dan bekerja bersama dengan kita senantiasa merasa terberkati atau terahmati.

 

"Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan" (Mzm 8:3-4.6-9)

 

Jakarta, 28 April 2011


Membubung dalam Kemenangan

Yohanes 3:3
“Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:89-176; 1 Korintus 8; 1 Samuel 3-4

Dalam Yohanes pasal tiga, Yesus mengajarkan bahwa kelahiran baru adalah sesuatu yang Allah kerjakan bagi kita, saat kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya dan meletakkan iman serta percaya kita di dalam Kristus. Diri kita tidak memiliki benih kehidupan baru; ini harus datang dari Allah.

Suatu hari seekor ulat bulu yang buruk memanjat sebuah pohon dan merajut sarang sutra untuk dirinya. Kemudian ia tidur, dan dalam beberapa minggu keluarlah seekor kupu-kupu yang indah.

Ketika merasa kecewa, tidak bahagia, bersalah, bingung, depresi, kita dapat datang dengan iman kepada Kristus dan muncul sebagai pribadi yang baru. Kita dapat dilahirkan kembali! Kedengarannya luar biasa, bahkan mustahil – namun itulah yang sesungguhnya terjadi! Kita menjadi anggota keluarga Allah, menanti-nantikan rumah abadi kita di Surga.

Apakah Anda merasa seperti di dalam sebuah kepompong? Datanglah kepada Kristus dan mintalah Dia untuk memberikan sayap Anda yang indah supaya Anda dapat membubung tinggi mengatasi masalah dan menang atasnya.

Kristus bri kemenangan yang pasti kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Sumber: Hope for Each Day; Billy Graham; Penerbit Metanoia

Mempertahankan Kejujuran

Ayat bacaan: Mazmur 64:11
==================
"Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah."

kejujuranSecara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur, tetapi lucunya dalam banyak keadaan dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekan-rekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. Betapa mahalnya harga kejujuran, begitu katanya, dan ia pun sempat mempertanyakan apakah kejujuran sudah merupakan sebuah nilai yang tidak bermakna apa-apa lagi, yang malah bisa merugikan ketika dilakukan. "Masih adakah orang yang menghargai kejujuran?" katanya. Demikianlah potret yang kini semakin sering kita saksikan. Kita harus pintar mengikuti arus agar bisa bertahan pada posisi dalam karir, berbohong, menutupi kebenaran atau ikut melakukan penyelewengan. Semakin lama kejujuran semakin menjadi barang langka yang meski selalu diajarkan dimana-mana tetapi pada kenyataannya semakin dipinggirkan. Di mata dunia mungkin seperti itu, tetapi ingatlah bahwa kejujuran yang sekecil apapun memiliki nilai yang sangat tinggi di mata Tuhan.

Alkitab mengajarkan pentingnya hidup dengan berlaku jujur dalam begitu banyak kesempatan. Imbalan yang disediakan Tuhan bagi orang jujur pun bukan main besarnya. Lihatlah ayat berikut ini: "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin." (Yesaya 33:15-16). Betapa besar nilai kejujuran di mata Tuhan. Mungkin di dunia ini kita bisa mengalami kerugian atau bahkan malah mendapat masalah karena memutuskan untuk berlaku jujur, seringkali dunia memang memperlakukan kita dengan tidak adil, tetapi itu bukanlah masalah karena kelak dalam kehidupan selanjutnya yang abadi semua itu akan diperhitungkan sebagai kebenaran yang berkenan di hadapan Allah. Dalam Mazmur dikatakan: "Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah." (Mazmur 64:11). Pada saat ini mungkin kita rugi akibat memutuskan untuk jujur, tetapi kelak pada saatnya kita akan bermegah dan bersyukur karena telah mengambil keputusan yang benar.

Anggaplah itu sebuah ujian ketika kita dipinggirkan akibat berlaku jujur dan menolak untuk ikut-ikutan berbuat curang. Seperti layaknya ujian, untuk menghadapinya memang bisa jadi berat. Tetapi lulus tidaknya kita dalam ujian akan sangat tergantung dari keseriusan dan ketekunan kita dalam menghadapinya, dan juga tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Mempertahankan kejujuran dalam hidup pun bisa demikian. Akan ada saat-saat dimana anda merasa diperlakukan tidak adil, sudah jujur malah disalahkan dan dirugikan. Meski berat, terimalah itu sebagai sebuah ujian, dan fokuskan pandangan jauh ke depan, kepada sebuah kehidupan abadi yang akan anda jalani kelak setelah fase di dunia ini selesai. Yakobus pun berkata: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Ujian akan menumbuhkan ketekunan, dan dari sana kita bisa menghasilkan buah-buah yang matang. Karakter kita akan disempurnakan lewat ujian-ujian itu. Ujian adalah kesempatan bagi kita untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi, dan karena itu seharusnya kita bisa berbahagia. Buat sesaat kecurangan mungkin bisa memberi banyak keuntungan, tetapi itu semua hanyalah sesaat dan fana. Untuk sebuah hidup yang abadi, kecurangan tidak akan pernah membawa keuntungan malah mendatangkan kerugian. Jangan lupa bahwa Tuhan sudah berkata bahwa Dia tidak akan menutup mata dari apapun yang kita lakukan dalam hidup kita. "Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai kelakuannya." (Ayub 34:11). Baik atau tidak akan membawa ganjaran atau konsekuensinya sendiri. Baik atau tidak ganjaran yang kita terima akan tergantung dari bagaimana cara kita hidup.

Meski kita mungkin harus menanggung konsekuensi berat akibat kejujuran kita, bertahanlah. Firman Tuhan berpesan: "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan" (Filipi 2:14). Ini termasuk pula komitmen kita untuk tetap mempertahankan kejujuran dan kesetiaan dengan tidak mengeluh terhadap konsekuensi apapun yang kita alami di dunia ini. Mengapa demikian? Sebab Firman Tuhan kemudian berkata: "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia." (ay 15). Sebagai anak-anak Allah dan bukan anak-anak dunia seharusnya membuat kita tampil beda. Kita tidak boleh ikut-ikutan arus sesat dari angkatan yang bengkok hatinya karena kita menyandang status sebagai anak-anak Tuhan. Dan percayalah bahwa kelak pada saat Kristus datang kembali, kita akan melihat bahwa perjuangan kita terhadap kejujuran tidak akan sia-sia. Muda atau tua, siapapun kita, peganglah prinsip kejujuran setinggi mungkin dan jangan gadaikan itu untuk alasan apapun. Kepada Timotius Paulus berpesan: "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12). Meskipun masih muda kita tetap dituntut untuk bisa menjadi teladan dalam segala hal. Kita hidup di dalam masyarakat yang mau menghalalkan segala cara, yang hidup dengan standar-standar ganda dan yang tidak selalu memberikan penghargaan yang tinggi atas penyampaian kebenaran dan kejujuran. Seperti itulah dunia hari ini, tetapi bertahanlah dan pegang kuat prinsip-prinsip tersebut. Meski dunia berlaku seperti itu, tetapi adalah hal yang tidak bisa ditawar bahwa pengikut Kristus seharusnya memiliki standar kejujuran tinggi yang berbeda dari standar yang ditetapkan dunia. Apapun situasinya, tetaplah pertahankan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, jangan tukarkan itu dengan apapun, dan lihatlah pada saatnya nanti setiap orang jujur akan bersukacita memetik buahnya.

Meski dunia menolak kejujuran, di mata Tuhan sekecil apapun itu akan sangat berharga

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Mempertahankan Kejujuran

Ayat bacaan: Mazmur 64:11
==================
"Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah."

kejujuranSecara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur, tetapi lucunya dalam banyak keadaan dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekan-rekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. Betapa mahalnya harga kejujuran, begitu katanya, dan ia pun sempat mempertanyakan apakah kejujuran sudah merupakan sebuah nilai yang tidak bermakna apa-apa lagi, yang malah bisa merugikan ketika dilakukan. "Masih adakah orang yang menghargai kejujuran?" katanya. Demikianlah potret yang kini semakin sering kita saksikan. Kita harus pintar mengikuti arus agar bisa bertahan pada posisi dalam karir, berbohong, menutupi kebenaran atau ikut melakukan penyelewengan. Semakin lama kejujuran semakin menjadi barang langka yang meski selalu diajarkan dimana-mana tetapi pada kenyataannya semakin dipinggirkan. Di mata dunia mungkin seperti itu, tetapi ingatlah bahwa kejujuran yang sekecil apapun memiliki nilai yang sangat tinggi di mata Tuhan.

Alkitab mengajarkan pentingnya hidup dengan berlaku jujur dalam begitu banyak kesempatan. Imbalan yang disediakan Tuhan bagi orang jujur pun bukan main besarnya. Lihatlah ayat berikut ini: "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin." (Yesaya 33:15-16). Betapa besar nilai kejujuran di mata Tuhan. Mungkin di dunia ini kita bisa mengalami kerugian atau bahkan malah mendapat masalah karena memutuskan untuk berlaku jujur, seringkali dunia memang memperlakukan kita dengan tidak adil, tetapi itu bukanlah masalah karena kelak dalam kehidupan selanjutnya yang abadi semua itu akan diperhitungkan sebagai kebenaran yang berkenan di hadapan Allah. Dalam Mazmur dikatakan: "Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah." (Mazmur 64:11). Pada saat ini mungkin kita rugi akibat memutuskan untuk jujur, tetapi kelak pada saatnya kita akan bermegah dan bersyukur karena telah mengambil keputusan yang benar.

Anggaplah itu sebuah ujian ketika kita dipinggirkan akibat berlaku jujur dan menolak untuk ikut-ikutan berbuat curang. Seperti layaknya ujian, untuk menghadapinya memang bisa jadi berat. Tetapi lulus tidaknya kita dalam ujian akan sangat tergantung dari keseriusan dan ketekunan kita dalam menghadapinya, dan juga tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Mempertahankan kejujuran dalam hidup pun bisa demikian. Akan ada saat-saat dimana anda merasa diperlakukan tidak adil, sudah jujur malah disalahkan dan dirugikan. Meski berat, terimalah itu sebagai sebuah ujian, dan fokuskan pandangan jauh ke depan, kepada sebuah kehidupan abadi yang akan anda jalani kelak setelah fase di dunia ini selesai. Yakobus pun berkata: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Ujian akan menumbuhkan ketekunan, dan dari sana kita bisa menghasilkan buah-buah yang matang. Karakter kita akan disempurnakan lewat ujian-ujian itu. Ujian adalah kesempatan bagi kita untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi, dan karena itu seharusnya kita bisa berbahagia. Buat sesaat kecurangan mungkin bisa memberi banyak keuntungan, tetapi itu semua hanyalah sesaat dan fana. Untuk sebuah hidup yang abadi, kecurangan tidak akan pernah membawa keuntungan malah mendatangkan kerugian. Jangan lupa bahwa Tuhan sudah berkata bahwa Dia tidak akan menutup mata dari apapun yang kita lakukan dalam hidup kita. "Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai kelakuannya." (Ayub 34:11). Baik atau tidak akan membawa ganjaran atau konsekuensinya sendiri. Baik atau tidak ganjaran yang kita terima akan tergantung dari bagaimana cara kita hidup.

Meski kita mungkin harus menanggung konsekuensi berat akibat kejujuran kita, bertahanlah. Firman Tuhan berpesan: "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan" (Filipi 2:14). Ini termasuk pula komitmen kita untuk tetap mempertahankan kejujuran dan kesetiaan dengan tidak mengeluh terhadap konsekuensi apapun yang kita alami di dunia ini. Mengapa demikian? Sebab Firman Tuhan kemudian berkata: "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia." (ay 15). Sebagai anak-anak Allah dan bukan anak-anak dunia seharusnya membuat kita tampil beda. Kita tidak boleh ikut-ikutan arus sesat dari angkatan yang bengkok hatinya karena kita menyandang status sebagai anak-anak Tuhan. Dan percayalah bahwa kelak pada saat Kristus datang kembali, kita akan melihat bahwa perjuangan kita terhadap kejujuran tidak akan sia-sia. Muda atau tua, siapapun kita, peganglah prinsip kejujuran setinggi mungkin dan jangan gadaikan itu untuk alasan apapun. Kepada Timotius Paulus berpesan: "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12). Meskipun masih muda kita tetap dituntut untuk bisa menjadi teladan dalam segala hal. Kita hidup di dalam masyarakat yang mau menghalalkan segala cara, yang hidup dengan standar-standar ganda dan yang tidak selalu memberikan penghargaan yang tinggi atas penyampaian kebenaran dan kejujuran. Seperti itulah dunia hari ini, tetapi bertahanlah dan pegang kuat prinsip-prinsip tersebut. Meski dunia berlaku seperti itu, tetapi adalah hal yang tidak bisa ditawar bahwa pengikut Kristus seharusnya memiliki standar kejujuran tinggi yang berbeda dari standar yang ditetapkan dunia. Apapun situasinya, tetaplah pertahankan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, jangan tukarkan itu dengan apapun, dan lihatlah pada saatnya nanti setiap orang jujur akan bersukacita memetik buahnya.

Meski dunia menolak kejujuran, di mata Tuhan sekecil apapun itu akan sangat berharga

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Rabu, 27 April 2011

Kebesaran Allah

Mazmur 104:1-18

Kebesaran Allah. Ketika kita menyaksikan keagungan karya ciptaan Allah, sungguh nyata kebesaran Allah, Sang Pencipta. Kali ini pemazmur mempersegar ingatan itu kembali, dengan memaparkan kepada kita bahwa kebesaran Allah tidak akan pudar, sekalipun waktu terus berputar. Hingga zaman pemazmur, dirasakan bahwa semua ciptaan-Nya dipelihara-Nya dengan setia: alam semesta, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu semua terpancar dari puji-pujiannya kepada Allah. Ada banyak alasan bagi kita untuk memelihara dan menghargai segala ciptaan-Nya.

Menghargai hidup. Kini kita hidup di tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang mencengangkan: penindasan, penganiayaan, pembunuhan. Menyedihkan, karena tindakan-tindakan ini menunjukkan betapa sikap saling menghargai hidup sudah tidak ada lagi. Sejak Allah mencipta hingga saat ini, kita tahu bagaimana Allah begitu menghargai hidup setiap ciptaan-Nya. Sebagai ciptaan yang tetap berada dalam lingkaran pemeliharan Tuhan, bagaimana kita menghargai hidup? Sikap pemazmur yang begitu mengagungkan Tuhan dalam hidupnya merupakan wujud penghargaannya atas hidupnya.

Doa: Tuhan, ampunilah saya bila selama ini saya kurang menghargai hidup yang telah Engkau anugerahkan.Terima kasih karena Engkau tetap mengasihi dan menghargai hidup saya.

Kata Tepat Dalam Waktu Yang Tepat

Yeremia 1:9
“Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-88; 1 Korintus 7; 1 Samuel 1-2

Pada tahun 1975 seorang petani Indiana, Amerika Serikat (AS) bernama Frosty Hofmann didiagnosis dokter mengalami sakit ginjal yang parah. Usinya ketika itu baru 35 tahun, tetapi karena penyakitnya begitu parah ia pun harus merelakan diri menjalani perawatan dialysis. Dengan dibantu istrinya, Jane, ia melakukan perawatan dialysis di rumah mereka selama 2 ½ tahun.

Pada tahun 1978, saudara laki-laki dari Frosty memberinya karunia hidup, yakni sumbangan sebuah ginjal. Ia pun akhirnya bisa tinggal di dunia ini selama kurang lebih 25 tahun dan menjadi pasien transplantasi ginjal yang hidup terpanjang di AS. Ia wafat pada tahun 2002.

Selama 15 tahun terakhir, Frosty menjalani profesi baru yakni sebagai artis panggung. Bersama sang istri, mereka berdua berkeliling negeri menghibur lebih dari 1400 penonton. Dan dalam cerita yang mereka mainkan selalu berisi pesan-pesan mengenai patriotisme.

Jane dan Frosty memiliki aturan tidak tertulis selama di panggung, yakni mereka tidak boleh mengatakan masalah kesehatan yang mereka alami kepada para penonton. "Kami tidak ingin memanfaatkan atau membuat orang merasa kasihan pada kami," kata Jane. "Tapi hanya satu kali saya melanggar aturan, yakni saat membuat komentar tentang transplantasi ginjal yang dilakukan Frosty. Itu benar-benar bukan sesuatu yang saya rencanakan sebelumnya."

Pada akhir aksi panggung mereka, seorang wanita tua berjalan ke bagian depan panggung. Ia berkata, "cucu saya mengalami masalah ginjal dan mungkin harus memiliki transplantasi ginjal. Saya harus tahu semua detail tentang pengalaman Anda."

Jane mengungkapkan bahwa wanita tua tersebut terlihat sangat ingin mendengar apa yang suaminya Frosty alami. Tanpa berpikir dua kali, ia pun menceritakannya.

"Ini sangat jelas," tambahnya, "bahwa Tuhan membimbing saya untuk mengucapkan kata-kata tepat kepada wanita tua itu sehingga kami bisa menjadi sumber informasi, kenyamanan, dan semangat kepadanya."

Bukankah menakjubkan bagaimana Tuhan menggunakan seseorang berbicara persis seperti yang Dia ingin katakan kepada orang lain dalam waktu yang tepat juga? Alkitab mengkonfirmasi hal ini lewat perkataan Allah kepada Nabi Yeremia: “Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu” (29:7).

Ketika Anda hendak menjalani hari ini, berdoalah sebelumnya kepada Allah. Mintalah kepada-Nya untuk meletakkan kata-kataNya ke dalam mulut Anda. Anda mungkin tidak akan pernah tahu kapan Dia akan memakai kata-kataNya tersebut, tetapi yakinlah Dia memiliki waktu yang tepat untuk menggunakannya dalam kehidupan Anda.

Kata-kata membangun bisa berubah menjadi negatif di telinga seseorang bila Anda mengucapkannya pada waktu yang tidak pas.

Sumber: Artikel Devotional cbn.com ‘God Can Give You the Right Words’ oleh Diane Persons

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari