Senin, 28 Februari 2011

Kubu Pertahanan Yang Kuat

Mazmur 91:2
"Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku yang kupercayai"

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 61; Markus 5; Bilangan 5-6

Tempat perlindungan adalah tempat yang aman jauh dari bahaya. Kubu pertahanan adalah bangunan kokoh yang nyaris tidak dapat ditembus oleh senjata konvensional.

Marthin Luther menulis sebuah lagu yang indah yang berbunyi, "Kubu pertahanan yang kuat adalah Allah kita; tembok yang kokoh tidak pernah gagal. Penolong kita berada di tengah banjir; penyakit mematikan dikalahkan." Sungguh pernyataan yang luar biasa tentang perlindungan dan kuasa yang dahsyat dari Allah!

Apakah Allah peduli dengan Anda dan saya? Dapatkah kita datang kepada-Nya hanya dengan kepercayaan dan iman saat kesulitan dan percobaan mengancam akan melanda kita? Ya, seribu kali! Dan Yesus Kristus adalah bukti terbesar bagi setiap kita bahwa Allah sangat mengasihi kita.

Sebesar apapun badai yang sedang menghantam Anda, Allah adalah tempat terbaik untuk berlindung.

Renungan terkait
* Hidup bebas dari ketakutan
* Tuhan membebaskan Anda
* Allah mempunya fotomu
* Menguji kemurnian emas
* Iman dan penyembuhan

Teamwork

Ayat bacaan: Ibrani 10:24
==================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."

teamwork, kerja samaSaya baru saja pulang dari sebuah pertemuan informal di sebuah cafe dengan beberapa unsur terkait dalam dunia musik. Sebuah sesi obrolan santai selama 4 jam penuh canda tawa, tetapi tetap dipenuhi tukar pikiran dari masing-masing yang hadir. Ada hal yang saya tahu, ada banyak pula yang saya tidak tahu. Dengan obrolan yang hanya berlangsung selama beberapa jam itu saja ada begitu banyak ide yang terlontar, ide-ide, saling memberi masukan dan sebagainya. Saya membayangkan bagaimana seandainya masing-masing berjalan sendiri-sendiri, tentu akan sulit bagi kita untuk bisa maju, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Sejatinya manusia memang diciptakan bukan menjadi mahluk yang tahu segalanya. Kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus saling berinteraksi dan terintegrasi dengan orang lain. Itu sejak awal sudah menjadi pandangan Tuhan, yang mengatakan "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.." (Kejadian 2:18). Dalam pekerjaan kita butuh rapat-rapat untuk melihat sampai sejauh mana denyut nadi perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dalam berorganisasi kita butuh hal yang sama agar semua bisa berjalan seirama dan mengevaluasi sampai dimana pencapaian saat ini dan sebagainya. Kita adalah bagian dari masyarakat, pada suatu ketika kita akan menyadari bahwa kita butuh orang lain untuk bertahan hidup.

Firman Tuhan dalam banyak kesempatan mengingatkan kita agar tidak berjalan sendiri-sendiri, menjadi manusia yang absolut dan merasa kita sanggup melakukan segalanya sendirian. "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya...Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:9-10,12). Dalam hal-hal kerohanian pun demikian. Sebuah teamwork yang kokoh dibutuhkan bukan saja untuk kepentingan kita, kelompok atau sesama manusia secara umum, tetapi juga untuk menyatakan terang Allah dan memperluas KerajaanNya di muka bumi ini.

Kita tidak bisa berjalan sendirian, karena tekanan dan godaan akan selalu ada disekitar kita setiap saat. Cepat atau lambat kita akan kehabisan bensin, kelelahan dan menjadi lemah. Disaat seperti itulah kita butuh dukungan dari teman-teman terutama yang seiman agar kita bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Sebuah teamwork yang baik adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama dan berisi orang-orang yang saling peduli satu sama lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta diarahkan kepada tujuan-tujuan yang positif, baik dan membangun. Seperti itulah idealnya. Saling menasihati, memberi masukan, menegur jika perlu, dan saling mengulurkan tangan untuk membantu, itu akan membuat kita semua bisa bertumbuh dengan baik dan dapat kembali bangkit dari keterpurukan. Dikala kita butuh ada teman, dikala teman butuh ada kita. Tidakkah itu terdengar sangat indah?

Dalam Ibrani kita bisa memperoleh ayat yang menyatakan hal ini dengan jelas. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24) Inilah kuncinya. Saling memperhatikan, saling mendorong, dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Untuk itulah kita diingatkan agar tidak menjauh dari pertemuan-pertemuan dimana kita bisa saling mengisi dan menguatkan lewat firman Tuhan, saling mengingatkan akan janji-janji Tuhan termasuk apa yang harus kita lakukan untuk menuainya. Ayat selanjutnya berbunyi: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (ay 25). Cara hidup jemaat mula-mula yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 bisa kita jadikan cerminan akan hal ini.

Untuk memperluas Kerajaan Allah dan menyatakan kemuliaanNya di muka bumi ini pun demikian. Kita tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendirian. Masing-masing kita telah dikaruniai talenta atau bakat-bakat tersendiri yang akan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa jika disinergikan dengan orang-orang lain yang memiliki talenta berbeda untuk mencapai tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama. Paulus telah mengingatkan hal tersebut dalam surat Roma. "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Dan ingatlah bahwa kita semua adalah anggota-anggota tubuh dengan Kristus sendiri sebagai Kepala (Efesus 4:15), "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." (ay 16).

Ke Gereja sekali seminggu itu tidaklah cukup, apalagi jika anda belum tertanam di satu Gereja pun untuk bertumbuh. Membaca firman Tuhan sekali-kali itu pun belum cukup. Kita perlu mengisi hari-hari kita dengan merenungkan firman Tuhan, membahasnya bersama teman-teman dalam persekutuan, saling mempehatikan lewat pertemuan, telepon, email, sms dan sebagainya agar kita tidak lemah dan bisa terus bertumbuh meski dalam kondisi apapun. Jangan abaikan kesempatan untuk saling berbagi dan menguatkan selagi kesempatan masih ada, dan temukanlah potensi-potensi yang telah diberikan Tuhan dalam hidup setiap kita, pergunakan dan kembangkanlah secara bersama-sama, sehingga masing-masing potensi yang berbeda itu bisa bersatu menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dimana Tuhan bisa kita permuliakan di dalamnya.

There's no superman, but there's superteam

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Teamwork

Ayat bacaan: Ibrani 10:24
==================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."

teamwork, kerja samaSaya baru saja pulang dari sebuah pertemuan informal di sebuah cafe dengan beberapa unsur terkait dalam dunia musik. Sebuah sesi obrolan santai selama 4 jam penuh canda tawa, tetapi tetap dipenuhi tukar pikiran dari masing-masing yang hadir. Ada hal yang saya tahu, ada banyak pula yang saya tidak tahu. Dengan obrolan yang hanya berlangsung selama beberapa jam itu saja ada begitu banyak ide yang terlontar, ide-ide, saling memberi masukan dan sebagainya. Saya membayangkan bagaimana seandainya masing-masing berjalan sendiri-sendiri, tentu akan sulit bagi kita untuk bisa maju, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Sejatinya manusia memang diciptakan bukan menjadi mahluk yang tahu segalanya. Kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus saling berinteraksi dan terintegrasi dengan orang lain. Itu sejak awal sudah menjadi pandangan Tuhan, yang mengatakan "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.." (Kejadian 2:18). Dalam pekerjaan kita butuh rapat-rapat untuk melihat sampai sejauh mana denyut nadi perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dalam berorganisasi kita butuh hal yang sama agar semua bisa berjalan seirama dan mengevaluasi sampai dimana pencapaian saat ini dan sebagainya. Kita adalah bagian dari masyarakat, pada suatu ketika kita akan menyadari bahwa kita butuh orang lain untuk bertahan hidup.

Firman Tuhan dalam banyak kesempatan mengingatkan kita agar tidak berjalan sendiri-sendiri, menjadi manusia yang absolut dan merasa kita sanggup melakukan segalanya sendirian. "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya...Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:9-10,12). Dalam hal-hal kerohanian pun demikian. Sebuah teamwork yang kokoh dibutuhkan bukan saja untuk kepentingan kita, kelompok atau sesama manusia secara umum, tetapi juga untuk menyatakan terang Allah dan memperluas KerajaanNya di muka bumi ini.

Kita tidak bisa berjalan sendirian, karena tekanan dan godaan akan selalu ada disekitar kita setiap saat. Cepat atau lambat kita akan kehabisan bensin, kelelahan dan menjadi lemah. Disaat seperti itulah kita butuh dukungan dari teman-teman terutama yang seiman agar kita bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Sebuah teamwork yang baik adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama dan berisi orang-orang yang saling peduli satu sama lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta diarahkan kepada tujuan-tujuan yang positif, baik dan membangun. Seperti itulah idealnya. Saling menasihati, memberi masukan, menegur jika perlu, dan saling mengulurkan tangan untuk membantu, itu akan membuat kita semua bisa bertumbuh dengan baik dan dapat kembali bangkit dari keterpurukan. Dikala kita butuh ada teman, dikala teman butuh ada kita. Tidakkah itu terdengar sangat indah?

Dalam Ibrani kita bisa memperoleh ayat yang menyatakan hal ini dengan jelas. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24) Inilah kuncinya. Saling memperhatikan, saling mendorong, dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Untuk itulah kita diingatkan agar tidak menjauh dari pertemuan-pertemuan dimana kita bisa saling mengisi dan menguatkan lewat firman Tuhan, saling mengingatkan akan janji-janji Tuhan termasuk apa yang harus kita lakukan untuk menuainya. Ayat selanjutnya berbunyi: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (ay 25). Cara hidup jemaat mula-mula yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 bisa kita jadikan cerminan akan hal ini.

Untuk memperluas Kerajaan Allah dan menyatakan kemuliaanNya di muka bumi ini pun demikian. Kita tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendirian. Masing-masing kita telah dikaruniai talenta atau bakat-bakat tersendiri yang akan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa jika disinergikan dengan orang-orang lain yang memiliki talenta berbeda untuk mencapai tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama. Paulus telah mengingatkan hal tersebut dalam surat Roma. "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Dan ingatlah bahwa kita semua adalah anggota-anggota tubuh dengan Kristus sendiri sebagai Kepala (Efesus 4:15), "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." (ay 16).

Ke Gereja sekali seminggu itu tidaklah cukup, apalagi jika anda belum tertanam di satu Gereja pun untuk bertumbuh. Membaca firman Tuhan sekali-kali itu pun belum cukup. Kita perlu mengisi hari-hari kita dengan merenungkan firman Tuhan, membahasnya bersama teman-teman dalam persekutuan, saling mempehatikan lewat pertemuan, telepon, email, sms dan sebagainya agar kita tidak lemah dan bisa terus bertumbuh meski dalam kondisi apapun. Jangan abaikan kesempatan untuk saling berbagi dan menguatkan selagi kesempatan masih ada, dan temukanlah potensi-potensi yang telah diberikan Tuhan dalam hidup setiap kita, pergunakan dan kembangkanlah secara bersama-sama, sehingga masing-masing potensi yang berbeda itu bisa bersatu menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dimana Tuhan bisa kita permuliakan di dalamnya.

There's no superman, but there's superteam

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Bukan upahan

Yohanes 10:11-21

Bukan upahan. Gembala yang baik rela berkorban bagi kawanan domba-Nya tanpa pamrih, tanpa upah. Berbeda dengan gembala upahan yang melakukan tugas bukan karena tanggung jawab tetapi karena upah yang diterima. Ia tidak segan-segan lari meninggalkan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya, bila kesulitan muncul tiba-tiba. Para gembala yang dimaksud Yesus mungkin sekali adalah para ahli Taurat dan orang Farisi yang menentang Dia, yang tidak memimpin umat kepada hidup. Mereka bukan menjamin keselamatan para domba tetapi justru mencelakakan.

Bukan sekandang tapi sekawan. Hal-hal yang Tuhan Yesus utarakan sebenarnya sangat sederhana dan sangat menentukan nasib manusia. Namun kesederhanaan pesan ini ternyata juga tak dipahami pendengarNya. Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia pun menerima domba lain yang ingin dituntun-Nya dan bergambung bersama domba milik-Nya, terjadi pertentangan dan penolakan. Pernyataan Yesus: "Akulah Gembala yang baik, sebenarnya menegaskan bahwa banyak para pemimpin agama zaman itu, dan kini banyak gembala seperti Dia. Serahkanlah diri pada tuntunan kasih Yesus Kristus, Gembala yang baik, yang di dalam-Nya kita mendapatkan kebutuhan hidup masa kini dan kelak.

Doa: Tuhan terima kasih, bahwa Engkau bukanlah gembala upahan.

Minggu, 27 Februari 2011

Harta Karun dan Ketamakan

Ada sebuah kisah tua yang telah beredar menembusi batas budaya dan telah diceritakan berulang kali. Dikisahkan, seorang pertapa tua, dalam perjalanan meditasinya menembusi hutan belantara, ia menemukan sebuah gua batu yang di dalamnya penuh berisikan harta karun.

Sang pertapa yang tidak hanya tua tetapi juga bijaksana ini setelah melihat apa yang ada dalam gua tersebut serentak menyingsingkan sarung pertapaannya dan mengambil langkah seribu, berlari sekuat tenaga meninggalkan gua yang penuh harta karun tersebut. Namun di tengah jalan ia berpapasan dengan tiga serdadu yang nampak keheranan menyaksikan sang pertapa tua yang sedang ketakutan tersebut. Ketiga serdadu tersebut menghentikannya dan menanyakan alasan yang membuatnya kelihatan tersebut.

"Saya melarikan diri dari kejaran segerombolan setan," jawab sang pertapa.

Didorong oleh rasa ingin tahu yang amat mendalam, ketiga serdadu itu mendesak, "Tunjukan hal itu kepada kami."

Sambil memberontak dan protes keras, sang pertapa tua membawa ketiga serdadu itu menuju gua harta karun yang baru saja ditemukannya.

"Lihatlah!" kata sang pertapa, "Inilah setan, sang kematian yang sedang mengejar diriku."

Ketiga serdadu itu saling memandang dan merasa bahwa sang pertapa tua itu adalah seorang yang amat bodoh dan sedang dirasuki setan. Karena itu mereka melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya. Kini mereka bersorak atas apa yang baru saja mereka temukan, dan memutuskan bahwa salah satu di antara mereka harus kembali ke kota untuk membeli bahan makanan yang cukup serta membawa alat-alat untuk menggali dan menumpulkan harta karun tersebut, sedangkan dua yang lain akan menunggu dan menjaga dalam gua sehingga harta karun tersebut tidak jatuh ke tangan orang lain.

Salah satu di antara mereka menawarkan diri untuk menuju kota. Dalam perjalanannya ke kota ia mulai merancang suatu aksi yang akan dibuatnya agar harta karun dalam gua itu sepenuhnya menjadi miliknya. Apa yang akan dibuatnya? Ia akan meracuni makanan yang akan diberikan kepada kedua temannya. Bila keduanya mati keracunan maka harta karun itu akan menjadi miliknya tanpa harus dibagi-bagi.

Pada saat yang sama kedua serdadu yang menanti dalam gua juga sedang berembuk mencari jalan agar harta karun yang ada hanya dibagikan di antara mereka berdua. Keputusan mereka telah bulat, teman yang kini menuju kota itu harus dibunuh saat ia tiba kembali ke dalam hutan ini.

Maka terjadilah!!! Ketika sang teman datang membawa makanan serta beberapa alat yang dibelinya dari kota, ia dengan segera dibunuh oleh dua teman lain yang menunggu di dalam gua. Setelah itu keduanya duduk berpesta pora menikmati makanan yang baru dibawa itu. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Pesta pora kini berubah kelabu. Keduanyapun mati keracunan, dan harta karun yang ada dalam gua tersebut ditinggalkan sebagaimana adanya sejak sedia kala.

Sang pertapa ternyata benar. Harta karun dalam gua tersebut ternyata telah berubah menjadi seumpama singa lapar yang siap menerkam dan membunuh. Ketamakan ternyata adalah suatu kekuatan yang bisa menghancurkan dan mematikan.

Dan sang guru berkata; "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12:15).

Mengejar Bayangan

Seorang anak kecil bercucuran keringat. Ia telah berusaha cukup lama berlari dan terus berlari. Ia ingin mengalahkan sesuatu di depannya, ia ingin melampaui bayangannya sendiri. Namun semakin ia kejar, semakin yang dikejar itu menjauh mendahuluinya. Tak peduli berapa jauh ia mengejar, berapa cepat ia berlari, bayangannya selalu tetap saja berada di depannya, pada hal ia kini sudah kehabisan tenaga.

Akhirnya orangtuanya tahu juga apa yang sedang diperbuat anaknya. Sang ibu dengan penuh kasih memberikan sebuah nasihat yang amat sederhana; 'Anakku sayang! Hanya ada satu tindakan sederhana yang perlu engkau perbuat untuk mengalahkan bayanganmu, yakni berjalan menghadap matahari. Karena dengan itu bayanganmu pasti akan berada di belakangmu. Hanya dengan itu engkau menjadi pemenangnya'.

Anda mungkin pernah atau sedang berusaha sekuat tenaga untuk melampaui suatu 'bayangan' tertentu. Mungkin anda berhadapan dengan problema pekerjaan, studi, atau masalah perkawinan dan kehidupan rumah tangga. Bila saat itu datang, mari kita berdiri menghadap Sang Matahari abadi yang memancar dalam setiap hati. Yesus, adalah Matahari sejati kita. Seperti janji matahari untuk terbit menyinari kita...seperti itulah janji Tuhan.

Segala rintangan tak akan menghadap kita, tetapi kita akan melaluinya dan kita akan melewatinya ketika kita berjalan menuju kepadaNya

Puzzle

Seorang anak kecil, diberikan puzzle oleh Ibunya. Ibunya berkata kepada anaknya, “Nak, kalau kamu merangkainya dengan benar kamu akan mendapatkan gambar anak panda kesenanganmu. “

Sang anak mulai merangkainya sedikit demi sedikit dan sang ibu melihat disampingnya.

Sang Ibu memberikan nasihat-nasihat kepada anaknya tentang bagaimana merangkai puzzle yang benar. Tetapi dasar sang anak yang bandel, ia seenaknya sendiri menaruh potongan puzzle itu tidak pada tempatnya. Sedikit demi sedikit potongan itu dirangkai dengan seenaknya sendiri. Akhirnya puzzle itu jadi, tetapi terangkai berantakan. Sang anak tidak melihat sedikitpun gambar anak panda pada rangkaian puzzle-nya itu........ Sang anak pun mulai marah kepada ibunya.

Ia berkata dengan kasar, “Ibu bohong, aku sudah lama merangkai puzzle ini yang katanya dapat menjadi gambar anak panda kesayanganku tetapi lihatlah gambar apa ini??”

Sang ibu kemudian membongkar semua potongan puzzle yang dirangkai salah oleh anaknya itu. Saat itu sang anak pun tambah marah kepada ibunya, “Ibu jahat, mengapa ibu menyia-yiakan hasil karyaku.”

Ia kemudian membanting semua potongan puzzle itu ke lantai. Ibunya sangat sedih melihat hal itu. Tetapi ia kemudian mulai membujuk anaknya lagi dengan lembut.

“Nak mari ibu bantu menyusun yang benar.”

Sang anak pun sedikit demi sedikit menuruti ibunya. Memang kadang beberapa potongan dibongkar oleh ibunya dan sang anakpun mulai ngambek, tetapi karena ia mendengarkan nasihat ibunya maka ia pun mulai terhibur dan menyusun potongan-potongan itu sesuai dengan nasihat ibunya. Akhirnya jadilah puzzle itu. Sang anak melihat betapa indahnya gambar anak panda yang diberikan oleh ibunya yang terbentuk saat potongan puzzle terakhir diletakkan.

Akhirnya sang anak memeluk ibunya dan berkata “Terima kasih mama, aku mencintaimu mama.........................”

Teman-teman terkasih..... perjalanan hidup kita itu ibarat kita sedang menyusun sebuah puzzle.. Terkadang kita merasa Tuhan membongkar semua rencana kita. Tuhan mengabaikan doa-doa permohonan kita atau kita menemukan diri kita patah hati, sedih, bangkrut, sakit, cacat, dan lain lain. Walaupun kita telah berdoa kepada-Nya terus... tetapi percayalah teman, Tuhan akan membongkar semua jalan yang kita buat jika jalan itu akan membinasakan kita. Ia ingin kita selamat dan bersamanya di Surga. Percayalah bahwa Tuhan akan membantu kita menyusun gambar yang terbaik dalam hidup kita.....kita hanyalah anak kecil yang tak tahu apa-apa, dengarkanlah Dia yang membimbingmu selalu....

Dua Kotak

Ada di tanganku dua buah kotak yang telah Tuhan berikan padaku untuk dijaga. Kata-Nya, "Masukkan semua penderitaanmu ke dalam kotak yang berwarna hitam. Dan masukkan semua kebahagiaanmu ke dalam kotak yang berwarna emas."

Aku melakukan apa yang Tuhan katakan.

Setiap kali mengalami kesedihan maka aku letakkan ia ke dalam kotak hitam. Sebaliknya ketika bergembira maka aku letakkan kegembiraanku dalam kotak berwarna emas.

Tapi anehnya, semakin hari kotak berwarna emas semakin bertambah berat. Sedangkan kotak berwarna hitam tetap saja ringan seperti semula.

Dengan penuh rasa penasaran, aku membuka kotak berwarna hitam. Kini aku tahu jawabannya. Aku melihat ada lubang besar di dasar kotak berwarna hitam itu, sehingga semua penderitaan yang aku masukkan ke sana selalu jatuh keluar.

Aku tunjukkan lubang itu pada Tuhan dan bertanya, "Kemanakah perginya semua penderitaanku?"

Tuhan tersenyum hangat padaku. "AnakKu, semua penderitaanmu berada padaKu."

Aku bertanya kembali, "Tuhan, mengapa Engkau memberikan dua buah kotak, kotak emas dan kotak hitam yang berlubang?"

"AnakKu, kotak emas Kuberikan agar kau senantiasa menghitung rahmat yang Aku berikan padamu, sedangkan kotak hitam Kuberikan agar kau melupakan penderitaanmu."

Ingat-ingatlah semua kebahagiaanmu agar kau senantiasa merasakan kebahagiaan. Campakkan penderitaanmu agar kau melupakannya

1 Maret - Sir 35: 1-12; Mrk 10:28-31

"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"
(Sir 35: 1-12; Mrk 10:28-31)


"Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."(Mrk 10:28-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Hidup terpanggil sebagai imam, bruder atau suster harus meninggalkan segala sesuatu dan kemudian dengan setia mengikuti Yesus, sebagai sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Ada orang yang mengatakan dengan meninggalkan segala sesuatu tersebut akan merasa kesepian, padahal yang terjadi adalah sebaliknya sebagaimana Ia sabdakan, yaitu :"akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan lading, sekalipun harus disertai berbagai penganiayaan". Pengalaman saya pribadi apa yang disabdakan oleh Yesus tersebut sungguh menjadi kenyataan. Penganiayaan yang terjadi adalah tidak boleh memiliki, dan hanya boleh menggunakan sesuai dengan tujuan pelayanan atau kerasulan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan generasi muda dan anak-anak untuk tidak takut menanggapi panggilan menjadi imam, bruder atau suster. Memang juga ada bentuk penganiayaan, yaitu  tidak dapat menikmati apa yang menjadi dambaan banyak orang, yaitu kenikmatan hubungan seksual sebagai suami-isteri. Apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu" juga menjadi kenyataan, artinya dengan melayani secara rendah hati terhadap semua orang, akhirnya 'dihormati' oleh banyak orang. Kami juga mengingatkan siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus, meskipun tidak menjadi imam, bruder atau suster untuk memfungsikan dan menghayati aneka harta benda dan kenikmatan phisik sebagai wahana untuk semakin berbakti kepada Tuhan alias beriman. Dengan kata lain hendaknya menyikapi harta benda dan kenikmatan phisik sebagai sarana bukan tujuan.


•    "Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan yang kosong, sebab semuanya wajib menurut perintah. Persembahan orang jujur melemaki mezbah, dan harumnya sampai ke hadapan Yang Mahatinggi. Tuhan berkenan kepada korban orang benar, dan ingatannya tidak akan dilupakan" (Sir 35:4-6).Kapan kita 'tampil di hadirat Tuhan'?  Kita tampil di hadirat Tuhan antara lain ketika kita sedang berdoa atau beribadat serta pada saat dipanggil Tuhan alias menjelang meninggal dunia. "Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan kosong" itulah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dengan kata lain kita diharapkan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, dan karena  hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki, kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya sebagai orang beriman kita mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan: hidup kita dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati. Mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan berarti hidup suci atau benar, sebagaimana pernah kita janjikan ketika dibaptis, yaitu "hanya mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan". Tubuh kita serta segala jenis harta benda atau kekayaan kita pada dasarnya netral, artinya dapat menjadi jalan ke sorga atau jalan ke neraka, dan sebagai orang beriman kita diharapkan menjadikannya jalan ke sorga. Kita berasal dari Tuhan/sorga dan harus kembali kepada Tuhan/sorga. Semoga kita tidak memfungsikan anggota tubuh kita sebagai 'hamba setan' melainkan sebagai 'hamba Tuhan', demikian pula aneka harta benda dan kekayaan. Kita juga diingatkan agar hidup dan bertindak jujur, tidak pernah korupsi atau berbohong. Maka baiklah sekali lagi saya kutipkan apa jujur itu. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!" Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. "Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku" (Mzm 50:5-8)


Jakarta, 1 Maret 2011



1 Maret - Sir 35: 1-12; Mrk 10:28-31

"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"
(Sir 35: 1-12; Mrk 10:28-31)


"Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."(Mrk 10:28-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Hidup terpanggil sebagai imam, bruder atau suster harus meninggalkan segala sesuatu dan kemudian dengan setia mengikuti Yesus, sebagai sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Ada orang yang mengatakan dengan meninggalkan segala sesuatu tersebut akan merasa kesepian, padahal yang terjadi adalah sebaliknya sebagaimana Ia sabdakan, yaitu :"akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan lading, sekalipun harus disertai berbagai penganiayaan". Pengalaman saya pribadi apa yang disabdakan oleh Yesus tersebut sungguh menjadi kenyataan. Penganiayaan yang terjadi adalah tidak boleh memiliki, dan hanya boleh menggunakan sesuai dengan tujuan pelayanan atau kerasulan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan generasi muda dan anak-anak untuk tidak takut menanggapi panggilan menjadi imam, bruder atau suster. Memang juga ada bentuk penganiayaan, yaitu  tidak dapat menikmati apa yang menjadi dambaan banyak orang, yaitu kenikmatan hubungan seksual sebagai suami-isteri. Apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu" juga menjadi kenyataan, artinya dengan melayani secara rendah hati terhadap semua orang, akhirnya 'dihormati' oleh banyak orang. Kami juga mengingatkan siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus, meskipun tidak menjadi imam, bruder atau suster untuk memfungsikan dan menghayati aneka harta benda dan kenikmatan phisik sebagai wahana untuk semakin berbakti kepada Tuhan alias beriman. Dengan kata lain hendaknya menyikapi harta benda dan kenikmatan phisik sebagai sarana bukan tujuan.


•    "Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan yang kosong, sebab semuanya wajib menurut perintah. Persembahan orang jujur melemaki mezbah, dan harumnya sampai ke hadapan Yang Mahatinggi. Tuhan berkenan kepada korban orang benar, dan ingatannya tidak akan dilupakan" (Sir 35:4-6).Kapan kita 'tampil di hadirat Tuhan'?  Kita tampil di hadirat Tuhan antara lain ketika kita sedang berdoa atau beribadat serta pada saat dipanggil Tuhan alias menjelang meninggal dunia. "Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan kosong" itulah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dengan kata lain kita diharapkan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, dan karena  hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki, kuasai serta nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya sebagai orang beriman kita mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan: hidup kita dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati. Mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan berarti hidup suci atau benar, sebagaimana pernah kita janjikan ketika dibaptis, yaitu "hanya mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan". Tubuh kita serta segala jenis harta benda atau kekayaan kita pada dasarnya netral, artinya dapat menjadi jalan ke sorga atau jalan ke neraka, dan sebagai orang beriman kita diharapkan menjadikannya jalan ke sorga. Kita berasal dari Tuhan/sorga dan harus kembali kepada Tuhan/sorga. Semoga kita tidak memfungsikan anggota tubuh kita sebagai 'hamba setan' melainkan sebagai 'hamba Tuhan', demikian pula aneka harta benda dan kekayaan. Kita juga diingatkan agar hidup dan bertindak jujur, tidak pernah korupsi atau berbohong. Maka baiklah sekali lagi saya kutipkan apa jujur itu. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!" Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. "Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku" (Mzm 50:5-8)


Jakarta, 1 Maret 2011



28 Feb - Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

(Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27)

 

"Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Mrk 10:17-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masih maraknya tindak korupsi hampir di semua bidang dan kehidupan bersama masa kini menunjukkan bahwa sikap materialistis begitu menjiwai banyak orang. UUD = Ujung-Ujungnya Duit itulah muara setiap permasalahan yang muncul masa kini. Orang bersikap mental materilistis berarti begitu mempercayakan diri pada materi (harta benda atau uang), sehingga kurang atau tidak percaya kepada Tuhan, tidak atau kurang beriman. Mereka kalau tidak menghasilkan harta benda atau uang tidak bertindak apapun. Sebagai orang beriman kita diharapkan mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah, dan percayalah bahwa "segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah", artinya dengan mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah kita dapat mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan atau dikehendaki oleh Allah. Maka jika mendambakan hidup kekal, mulia dan berbahagia selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, marilah cara hidup dan cara bertindak kita usahakan senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain marilah kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Percayalah bahwa bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu mengatasi aneka tantangan dan hambatan.

·   "Untuk orang yang menyesalpun Tuhan membuka jalan kembali, dan orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur oleh-Nya. Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina" (Sir 17:24-25). Kiranya kita semua adalah orang berdosa, namun marilah kita sadari dan hayati bahwa kita juga dipanggil oleh Allah untuk bertobat atau memperbaharui diri. Salah satu bentuk dosa yang kita lakukan adalah 'menghina' atau melecehkan orang lain, antara lain membesar-besarkan kesalahan dan kekurangan orang lain atau menuduh salah orang lain, padahal yang sebenarnya mereka tak bersalah. "Berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina", demikian peringatan yang hendaknya kita indahkan. Berdoa antara lain mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga perhatian senantiasa terarah kepada Tuhan yang hidup dan berkarya dalam ciptaan-ciptaanNya, antara lain dalam diri manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Maka marilah kita perhatikan karya Allah dalam diri kita sendiri maupun sesama atau saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita saling bersikap positif satu sama lain, melihat dan mengimani kebaikan yang ada dalam diri kita. Marilah kita hayati bahwa Tuhan mahamurah dan maha kasih, maka hendaknya jangan takut menyesali dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita. Para orangtua, pendidik/guru atau pemimpin kami harapkan dapat menjadi teladan dalam menyesali dosa dan mengakui kesalahan bagi anak-anaknya, peserta didik atau bawahannya.

 

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak" (Mzm 32: 5-7)

 

Jakarta, 28 Februari 2011


28 Feb - Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27

"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

(Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27)

 

"Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Mrk 10:17-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masih maraknya tindak korupsi hampir di semua bidang dan kehidupan bersama masa kini menunjukkan bahwa sikap materialistis begitu menjiwai banyak orang. UUD = Ujung-Ujungnya Duit itulah muara setiap permasalahan yang muncul masa kini. Orang bersikap mental materilistis berarti begitu mempercayakan diri pada materi (harta benda atau uang), sehingga kurang atau tidak percaya kepada Tuhan, tidak atau kurang beriman. Mereka kalau tidak menghasilkan harta benda atau uang tidak bertindak apapun. Sebagai orang beriman kita diharapkan mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah, dan percayalah bahwa "segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah", artinya dengan mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah kita dapat mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan atau dikehendaki oleh Allah. Maka jika mendambakan hidup kekal, mulia dan berbahagia selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, marilah cara hidup dan cara bertindak kita usahakan senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain marilah kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Percayalah bahwa bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu mengatasi aneka tantangan dan hambatan.

·   "Untuk orang yang menyesalpun Tuhan membuka jalan kembali, dan orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur oleh-Nya. Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina" (Sir 17:24-25). Kiranya kita semua adalah orang berdosa, namun marilah kita sadari dan hayati bahwa kita juga dipanggil oleh Allah untuk bertobat atau memperbaharui diri. Salah satu bentuk dosa yang kita lakukan adalah 'menghina' atau melecehkan orang lain, antara lain membesar-besarkan kesalahan dan kekurangan orang lain atau menuduh salah orang lain, padahal yang sebenarnya mereka tak bersalah. "Berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina", demikian peringatan yang hendaknya kita indahkan. Berdoa antara lain mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga perhatian senantiasa terarah kepada Tuhan yang hidup dan berkarya dalam ciptaan-ciptaanNya, antara lain dalam diri manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Maka marilah kita perhatikan karya Allah dalam diri kita sendiri maupun sesama atau saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita saling bersikap positif satu sama lain, melihat dan mengimani kebaikan yang ada dalam diri kita. Marilah kita hayati bahwa Tuhan mahamurah dan maha kasih, maka hendaknya jangan takut menyesali dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita. Para orangtua, pendidik/guru atau pemimpin kami harapkan dapat menjadi teladan dalam menyesali dosa dan mengakui kesalahan bagi anak-anaknya, peserta didik atau bawahannya.

 

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak" (Mzm 32: 5-7)

 

Jakarta, 28 Februari 2011


Sportivitas

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:5
=====================
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."

paolo di canio, sportivitas, menjunjung tinggi peraturanBagi penggemar sepak bola, tentu nama Paolo di Canio tentu tidaklah asing meski ia sudah mengundurkan diri dari lapangan rumput tiga tahun yang lalu. Paolo dikenal memiliki tempramen meledak-ledak sehingga label "bad boy" pun sempat disematkan kepadanya. Tetapi uniknya, Paolo juga dikenang sebagai sosok dengan gelar "A Gentlemen Conduct of Sportmanship" dan membawanya memperoleh FIFA Fair Play Award di tahun 2001. Apa yang membawanya untuk memperoleh penghargaan itu? Kejadiannya di tahun 2000 ketika Paolo masih bermain untuk West Ham. Dalam sebuah pertandingan melawan Everton menjelang menit-menit akhir, Paolo mendapat sebuah umpan matang yang seharusnya tidak sulit untuk dia lesakkan ke gawang. Pada saat itu kiper Everton Paul Gerrard tengah tergeletak, sehingga gawang Everton kosong melompong tanpa penjaga. Situasi itu seharusnya sangat menguntungkan bagi Di Canio dan West Ham, karena hanya dengan sekali tendang saja ia bisa mencetak gol dengan mudah. Tetapi apa yang dilakukan Di Canio? Mencengangkan. Ia ternyata memilih untuk menangkap bola dan meminta agar pertandingan dihentikan dahulu untuk menolong kiper Everton yang cedera. Dengan keputusannya itu West Ham harus puas dengan hasil imbang 1-1. Kemenangan yang sudah didepan mata bisa diperoleh jika Paolo memanfaatkan situasi tersebut, tetapi lebih daripada menginginkan kemenangan, Paolo memilih untuk melakukan hal yang lebih penting yaitu bersikap sportif sesuai peraturan bermain bola dan tentu saja rasa keadilan. Apa yang ia lakukan tetap dikenang orang hingga hari ini. Sebuah iklan fair play yang begitu sering diputar pada saat Piala Dunia 2010 lalu pun kemudian menggambarkan peristiwa sportivitas Di Canio tersebut secara sangat mirip.

Apa yang dilakukan Di Canio tersebut adalah sesuatu yang sangat langka. Pemain-pemain bola akan cenderung memanfaatkan situasi seperti apapun untuk bisa memenangkan pertandingan. Mereka akan berpura-pura jatuh ketika gawang terancam, mereka melebih-lebihkan pelanggaran yang dilakukan lawan agar mendapat keuntungan apabila lawannya mendapat kartu, dan tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan jika ada situasi yang sangat menguntungkan seperti dalam peristiwa di atas. Tidak saja di lapangan sepak bola, tetapi di dunia secara umum pun demikian. Menghalalkan segala cara untuk bisa menang atau meraup keuntungan, memanfaatkan kesempatan untuk menang meski dengan cara yang tidak adil atau tidak sportif bukan saja menjadi kebiasaan di dunia olah raga saat ini tetapi itu juga menjadi cerminan apa yang dianggap wajar bagi banyak orang. Kita terbiasa sikut-sikutan untuk sukses dan tidak merasa bersalah jika harus mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan kita. Banyak orang percaya bahwa apapun boleh dilakukan yang penting menang. Tetapi Alkitab berbicara lain. Sebuah kemenangan bukan saja tergantung dari hasil akhir, tetapi proses dalam mencapainya juga merupakan hal yang justru jauh lebih penting untuk kita perhatikan.

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan agar kita menjunjung tinggi sportivitas, kejujuran dan keadilan sesuai dengan peraturan dalam berlomba. "Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." (2 Timotius 2:5). Anda mungkin bukan seorang olahragawan profesional, tetapi pesan ini sangatlah penting untuk kita ingat dalam meniti hidup kita, karena sebuah kehidupan seyogyanya merupakan sebuah perlombaan. Ada garis finish yang akan dicapai oleh semua orang pada suatu ketika, dan menang atau tidak bukan saja tergantung dari bagaimana kita bisa menjaga diri kita untuk tampil baik hingga finish, tetapi juga bagaimana proses yang kita lakukan selama berlomba sampai ke garis akhir. Secara tegas Paulus mengatakan bahwa sebuah mahkota juara hanyalah bisa diperoleh apabila kita bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan. Dengan kata lain, kita hanya bisa dikatakan menang jika kita mengikuti aturan. Peraturan-peraturan dibuat ternyata bukan saja untuk membuat segala sesuatu berjalan tertib dan teratur, tetapi juga untuk membuat kita bisa menang.

Hidup adalah sebuah perlombaan. Apa yang akan kita peroleh kelak akan sangat tergantung dari bagaimana cara kita dalam menyikapi perlombaan. Apakah kita sudah cukup serius dalam melakukannya atau kita masih terus menyia-nyiakan kesempatan atau bahkan melakukan kecurangan serta pelanggaran akan peraturan-peraturan Tuhan yang telah Dia tetapkan sebelumnya. Penulis Ibrani mengatakan "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Adalah penting bagi kita untuk menanggalkan segala sesuatu yang bisa memberatkan langkah kita untuk mencapai garis akhir dengan kemenangan, dan selanjutnya hendaklah kita bertekun dalam menjalaninya. Sebuah kunci pun kemudian diberikan pada ayat berikutnya, yaitu "..dengan mata yang tertuju kepada Yesus.." (ay 2). Mengarahkan pandangan kepada Yesus, bukan kepada hal-hal lain yang merintangi kita seperti kesusahan, himpitan beban hidup dan sebagainya yang lambat laun akan membuat kita bisa bersikap menghalalkan segala sesuatu meski dengan cara yang tidak baik tanpa rasa bersalah sama sekali. Semua orang ingin menang, namun perhatikanlah setiap langkah yang kita peroleh untuk bisa mencapainya.

Paulus mencapai garis akhirnya dengan gilang gemilang. Ia bisa berkata dengan kepala yang tegak: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.  Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." (2 Timotius 4:7-8). Mampukah kita berkata sama? Ketaatan terhadap peraturan Tuhan merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan. Yesus menang bukan lewat membumihanguskan orang-orang yang jahat, tetapi justru karena ketaatanNya terhadap kehendak Bapa. Ini bisa menjadi gambaran yang jelas bagi kita untuk memperhatikan betul bagaimana cara kita untuk mencapai keberhasilan demi keberhasilan dalam perlombaan hidup kita hingga mencapai garis akhir.

Saya yakin hingga hari ini Paolo merasa sangat bangga mengambil keputusan bersikap sportif 11 tahun yang lalu, yang membuatnya dikenang banyak orang dengan indah dan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah penerima Fair Play award. Marilah kita melakukan hal yang sama. Meski itu mungkin terlihat merugikan pada saat ini, namun suatu ketika nanti anda akan tersenyum bangga telah mengambil sebuah keputusan yang tepat. Sebuah sportivitas merupakan sikap yang menjunjung tinggi aturan dan taat kepada aturan, yang justru lebih bernilai ketimbang sebuah kemenangan itu sendiri. Ketika dunia berpikir bahwa adalah wajar untuk melakukan apapun asal bisa menang, orang-orang percaya seharusnya memperhatikan proses yang dilakukan untuk mencapainya. Sebab tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa memperoleh mahkota kehidupan sebagai seorang juara di mata Tuhan.

Ketaatan akan membawa kita menjadi juara sejati

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sportivitas

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:5
=====================
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."

paolo di canio, sportivitas, menjunjung tinggi peraturanBagi penggemar sepak bola, tentu nama Paolo di Canio tentu tidaklah asing meski ia sudah mengundurkan diri dari lapangan rumput tiga tahun yang lalu. Paolo dikenal memiliki tempramen meledak-ledak sehingga label "bad boy" pun sempat disematkan kepadanya. Tetapi uniknya, Paolo juga dikenang sebagai sosok dengan gelar "A Gentlemen Conduct of Sportmanship" dan membawanya memperoleh FIFA Fair Play Award di tahun 2001. Apa yang membawanya untuk memperoleh penghargaan itu? Kejadiannya di tahun 2000 ketika Paolo masih bermain untuk West Ham. Dalam sebuah pertandingan melawan Everton menjelang menit-menit akhir, Paolo mendapat sebuah umpan matang yang seharusnya tidak sulit untuk dia lesakkan ke gawang. Pada saat itu kiper Everton Paul Gerrard tengah tergeletak, sehingga gawang Everton kosong melompong tanpa penjaga. Situasi itu seharusnya sangat menguntungkan bagi Di Canio dan West Ham, karena hanya dengan sekali tendang saja ia bisa mencetak gol dengan mudah. Tetapi apa yang dilakukan Di Canio? Mencengangkan. Ia ternyata memilih untuk menangkap bola dan meminta agar pertandingan dihentikan dahulu untuk menolong kiper Everton yang cedera. Dengan keputusannya itu West Ham harus puas dengan hasil imbang 1-1. Kemenangan yang sudah didepan mata bisa diperoleh jika Paolo memanfaatkan situasi tersebut, tetapi lebih daripada menginginkan kemenangan, Paolo memilih untuk melakukan hal yang lebih penting yaitu bersikap sportif sesuai peraturan bermain bola dan tentu saja rasa keadilan. Apa yang ia lakukan tetap dikenang orang hingga hari ini. Sebuah iklan fair play yang begitu sering diputar pada saat Piala Dunia 2010 lalu pun kemudian menggambarkan peristiwa sportivitas Di Canio tersebut secara sangat mirip.

Apa yang dilakukan Di Canio tersebut adalah sesuatu yang sangat langka. Pemain-pemain bola akan cenderung memanfaatkan situasi seperti apapun untuk bisa memenangkan pertandingan. Mereka akan berpura-pura jatuh ketika gawang terancam, mereka melebih-lebihkan pelanggaran yang dilakukan lawan agar mendapat keuntungan apabila lawannya mendapat kartu, dan tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan jika ada situasi yang sangat menguntungkan seperti dalam peristiwa di atas. Tidak saja di lapangan sepak bola, tetapi di dunia secara umum pun demikian. Menghalalkan segala cara untuk bisa menang atau meraup keuntungan, memanfaatkan kesempatan untuk menang meski dengan cara yang tidak adil atau tidak sportif bukan saja menjadi kebiasaan di dunia olah raga saat ini tetapi itu juga menjadi cerminan apa yang dianggap wajar bagi banyak orang. Kita terbiasa sikut-sikutan untuk sukses dan tidak merasa bersalah jika harus mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan kita. Banyak orang percaya bahwa apapun boleh dilakukan yang penting menang. Tetapi Alkitab berbicara lain. Sebuah kemenangan bukan saja tergantung dari hasil akhir, tetapi proses dalam mencapainya juga merupakan hal yang justru jauh lebih penting untuk kita perhatikan.

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan agar kita menjunjung tinggi sportivitas, kejujuran dan keadilan sesuai dengan peraturan dalam berlomba. "Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." (2 Timotius 2:5). Anda mungkin bukan seorang olahragawan profesional, tetapi pesan ini sangatlah penting untuk kita ingat dalam meniti hidup kita, karena sebuah kehidupan seyogyanya merupakan sebuah perlombaan. Ada garis finish yang akan dicapai oleh semua orang pada suatu ketika, dan menang atau tidak bukan saja tergantung dari bagaimana kita bisa menjaga diri kita untuk tampil baik hingga finish, tetapi juga bagaimana proses yang kita lakukan selama berlomba sampai ke garis akhir. Secara tegas Paulus mengatakan bahwa sebuah mahkota juara hanyalah bisa diperoleh apabila kita bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan. Dengan kata lain, kita hanya bisa dikatakan menang jika kita mengikuti aturan. Peraturan-peraturan dibuat ternyata bukan saja untuk membuat segala sesuatu berjalan tertib dan teratur, tetapi juga untuk membuat kita bisa menang.

Hidup adalah sebuah perlombaan. Apa yang akan kita peroleh kelak akan sangat tergantung dari bagaimana cara kita dalam menyikapi perlombaan. Apakah kita sudah cukup serius dalam melakukannya atau kita masih terus menyia-nyiakan kesempatan atau bahkan melakukan kecurangan serta pelanggaran akan peraturan-peraturan Tuhan yang telah Dia tetapkan sebelumnya. Penulis Ibrani mengatakan "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Adalah penting bagi kita untuk menanggalkan segala sesuatu yang bisa memberatkan langkah kita untuk mencapai garis akhir dengan kemenangan, dan selanjutnya hendaklah kita bertekun dalam menjalaninya. Sebuah kunci pun kemudian diberikan pada ayat berikutnya, yaitu "..dengan mata yang tertuju kepada Yesus.." (ay 2). Mengarahkan pandangan kepada Yesus, bukan kepada hal-hal lain yang merintangi kita seperti kesusahan, himpitan beban hidup dan sebagainya yang lambat laun akan membuat kita bisa bersikap menghalalkan segala sesuatu meski dengan cara yang tidak baik tanpa rasa bersalah sama sekali. Semua orang ingin menang, namun perhatikanlah setiap langkah yang kita peroleh untuk bisa mencapainya.

Paulus mencapai garis akhirnya dengan gilang gemilang. Ia bisa berkata dengan kepala yang tegak: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.  Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." (2 Timotius 4:7-8). Mampukah kita berkata sama? Ketaatan terhadap peraturan Tuhan merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan. Yesus menang bukan lewat membumihanguskan orang-orang yang jahat, tetapi justru karena ketaatanNya terhadap kehendak Bapa. Ini bisa menjadi gambaran yang jelas bagi kita untuk memperhatikan betul bagaimana cara kita untuk mencapai keberhasilan demi keberhasilan dalam perlombaan hidup kita hingga mencapai garis akhir.

Saya yakin hingga hari ini Paolo merasa sangat bangga mengambil keputusan bersikap sportif 11 tahun yang lalu, yang membuatnya dikenang banyak orang dengan indah dan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah penerima Fair Play award. Marilah kita melakukan hal yang sama. Meski itu mungkin terlihat merugikan pada saat ini, namun suatu ketika nanti anda akan tersenyum bangga telah mengambil sebuah keputusan yang tepat. Sebuah sportivitas merupakan sikap yang menjunjung tinggi aturan dan taat kepada aturan, yang justru lebih bernilai ketimbang sebuah kemenangan itu sendiri. Ketika dunia berpikir bahwa adalah wajar untuk melakukan apapun asal bisa menang, orang-orang percaya seharusnya memperhatikan proses yang dilakukan untuk mencapainya. Sebab tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa memperoleh mahkota kehidupan sebagai seorang juara di mata Tuhan.

Ketaatan akan membawa kita menjadi juara sejati

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tipe gembala

Yohanes 10:1-10

Tipe gembala. Yesus mengatakan ada dua tipe gembala. Tipe pertama, gembala yang sama sekali tidak dikenal oleh kawanan dombanya. Gembala tipe ini tidak segan untuk melukai domba-domba itu karena bukan miliknya. Gambaran ini memiliki kesamaan dengan tipe gembala yang diutarakan dalam Yehezkiel 34. Tipe kedua, gembala yang mengenal dengan baik setiap nama dan suara domba-dombanya, dan sebaliknya, domba-domba itu juga mengenal suaranya. Tidak hanya itu, domba yang sakit dirawatnya, yang luka dibalutnya, yang hilang dicarinya. Hanya Tuhan Yesus yang dapat menjadi Gembala yang baik bagi manusia.

Gembala Sejati. Tuhan Yesus bukan saja memegang peranan sebagai Gembala sejati yang menjamin keamanan dan kebutuhan masing-masing domba peliharaan-Nya, tetapi juga Pintu bagi domba-domba-Nya dan memberi hidup berkelimpahan. Bila seseorang menyerahkan dirinya untuk digembalakan oleh Gembala Sejati, yaitu Tuhan Yesus, akan didapatinya pengalaman hubungan kasih mengasihi. Sebaliknya, waspada terhadap "para gembala" palsu melalui ajaran-ajaran sesat mereka yang justru ingin membahayakan keselamatan para domba. Pastikan bahwa iman, harap dan kasih Anda sepenuhnya terpaut pada Tuhan Yesus Kristus.

Doa: Tuhan Yesus, Engkaulah Gembala sejati dalam hidup kami.

Sabtu, 26 Februari 2011

Kebebasan yang Bertanggungjawab

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."

kebebasan bertanggungjawabLebih baik atau tidakkah negara kita setelah reformasi yang telah berlangsung lebih dari satu dekade? Anda bisa punya jawaban sendiri-sendiri dengan argumen masing-masing. Keran kebebasan memang telah dibuka sejak kita memasuki era reformasi. Saya sendiri melihat ternyata tidak semua orang siap menghadapi arti reformasi. Bagi banyak orang, reformasi artinya bisa melakukan apapun semaunya tanpa batas, termasuk di dalamnya memaksakan kehendak, kalau perlu dengan kekerasan. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari muka bumi Pertiwi ini. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya dunia ini? Dunia ini merupakan sebuah titipan Tuhan kepada manusia. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan. (Kejadian 1:26,28). Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita malah ambil bagian dari proses kehancuran bumi yang semakin tua ini?

Kebebasan bukanlah berarti bisa melakukan apapun seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang positif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, bukannya semakin hancur tidak karu-karuan. Seperti apa bentuknya? Tampaknya masalah salah kaprah dalam menyikapi kebebasan dan kemerdekaan bukan saja menjadi isu bagi manusia di jaman sekarang, tetapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23). Dari ayat ini kita bisa belajar apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu: apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak? Lalu berikutnya, apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita atau tidak? Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau? Ini merupakan hal yang penting untuk kita sikapi dalam alam kebebasan. Sebab apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.

Hal kedua yang tidak kalah penting bisa kita peroleh dari ayat berikutnya. "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain." (ay 24). Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah kebebasan yang kita miliki seharusnya tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, tetapi melihat apa yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita pikirkan bersama segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka. Satu hal lagi yang bisa kita peroleh dari surat 1 Korintus pasal 10 ini adalah: apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak? "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (ay 31). Perhatikanlah bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan yang malah akan mempermalukan Allah.

Sebuah kesimpulan yang manis dalam menyikapi kebebasan bisa kita baca dalam surat Galatia. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia terhadap arti sebuah kebebasan. Petrus berkata: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Dalam Kristus kita sudah menjadi ciptaan baru, dengan pola pikir yang seharusnya baru pula yang akan memampukan kita untuk menyikapi kebebasan dengan rasa penuh tanggung jawab. Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Meski mungkin dunia masih berpikir berbeda, janganlah kita malah ikut-ikutan. Mari nyatakan bagaimana bentuk kebebasan yang semestinya seperti apa yang dikatakan firman Tuhan. Inilah saatnya untuk menunjukkan bagaimana cara menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya dengan penuh tanggungjawab seperti yang dikehendaki Tuhan.

Gunakanlah setiap kemerdekaan yang kita peroleh untuk memberkati orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kebebasan yang Bertanggungjawab

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."

kebebasan bertanggungjawabLebih baik atau tidakkah negara kita setelah reformasi yang telah berlangsung lebih dari satu dekade? Anda bisa punya jawaban sendiri-sendiri dengan argumen masing-masing. Keran kebebasan memang telah dibuka sejak kita memasuki era reformasi. Saya sendiri melihat ternyata tidak semua orang siap menghadapi arti reformasi. Bagi banyak orang, reformasi artinya bisa melakukan apapun semaunya tanpa batas, termasuk di dalamnya memaksakan kehendak, kalau perlu dengan kekerasan. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari muka bumi Pertiwi ini. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya dunia ini? Dunia ini merupakan sebuah titipan Tuhan kepada manusia. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan. (Kejadian 1:26,28). Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita malah ambil bagian dari proses kehancuran bumi yang semakin tua ini?

Kebebasan bukanlah berarti bisa melakukan apapun seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang positif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, bukannya semakin hancur tidak karu-karuan. Seperti apa bentuknya? Tampaknya masalah salah kaprah dalam menyikapi kebebasan dan kemerdekaan bukan saja menjadi isu bagi manusia di jaman sekarang, tetapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23). Dari ayat ini kita bisa belajar apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu: apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak? Lalu berikutnya, apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita atau tidak? Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau? Ini merupakan hal yang penting untuk kita sikapi dalam alam kebebasan. Sebab apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.

Hal kedua yang tidak kalah penting bisa kita peroleh dari ayat berikutnya. "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain." (ay 24). Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah kebebasan yang kita miliki seharusnya tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, tetapi melihat apa yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita pikirkan bersama segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka. Satu hal lagi yang bisa kita peroleh dari surat 1 Korintus pasal 10 ini adalah: apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak? "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (ay 31). Perhatikanlah bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan yang malah akan mempermalukan Allah.

Sebuah kesimpulan yang manis dalam menyikapi kebebasan bisa kita baca dalam surat Galatia. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia terhadap arti sebuah kebebasan. Petrus berkata: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Dalam Kristus kita sudah menjadi ciptaan baru, dengan pola pikir yang seharusnya baru pula yang akan memampukan kita untuk menyikapi kebebasan dengan rasa penuh tanggung jawab. Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Meski mungkin dunia masih berpikir berbeda, janganlah kita malah ikut-ikutan. Mari nyatakan bagaimana bentuk kebebasan yang semestinya seperti apa yang dikatakan firman Tuhan. Inilah saatnya untuk menunjukkan bagaimana cara menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya dengan penuh tanggungjawab seperti yang dikehendaki Tuhan.

Gunakanlah setiap kemerdekaan yang kita peroleh untuk memberkati orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Si buta melihat

Yohanes 9:24-41

Si buta melihat. Ketika si buta dibuka matanya oleh Sang Pencipta, ia bersaksi "aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Tetapi ketika ditanya proses kesembuhannya, ia mengatakan bahwa mereka tidak akan mau mendengar penjelasannya. Karena itu, ketika ditanya oleh mereka tentang mukjizat yang dialaminya, ia menegaskan bahwa hanya seorang yang berasal dari Allah yang berkuasa memelekkan mata orang yang lahir buta. Orang itu melihat kebenaran, namun Tuhan Yesus mengatakan mereka buta. Sebaliknya, si buta yang dibukakan matanya, mampu melihat kebenaran yang sejati di dalam Dia.

Yang melihat si Buta. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Manusia, yang membuka mata buta dan yang menghakimi mereka yang menganggap diri melihat, tetapi sebenarnya mereka "buta." Mata yang dibukakan hingga dapat melihat terang adalah karya ilahi. Tak seorang pun dapat melihat kebenaran melalui Taurat Musa dengan usahanya sendiri. "Mata buta yang terbuka adalah mukjizat Tuhan, Sang Pemberi Hukum, yang berkenan membukakan diri-Nya untuk dilihat si buta." Apa yang dimengerti orang Farisi tentang "buta" dan "melihat" adalah dalam pengertian hurufiah, sedangkan yang dimaksudkan Tuhan Yesus adalah makna rohani.

Jumat, 25 Februari 2011

Minggu Biasa VIII - Yes 49:14-15; 1Kor 4:1-5; Mat 6:24-34

"Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Mg Biasa VIII: Yes 49:14-15; 1Kor 4:1-5; Mat 6:24-34


Beberapa tahun lalu Indonesia pernah diberitakan akan mengalami krisis pangan. Maka tidak sedikit orang kaya atau berduit tergoda untuk memborong aneka bahan makanan dan minum di supermarket-supermarket atau di mall-mall. Waktu itu kebetulan saya menjadi Pater Unit, salah satu komunitas para frater SJ, yang sedang tugas belajar di STF Driyarkara – Jakarta. Beberpa frater mengusulkan sesuatu kepada saya, yaitu mohon izin dan dukungan untuk berbelanja bahan mentah makanan yang dapat disimpan cukup lama untuk jangka waktu tiga atau empat bulan, entah itu beras, gula, mie instant dst… Mereka khawatir kalau sungguh terjadi krisis pangan dan tidak dapat makan selayaknya seperti biasa. Mendengarkan usulan tersebut dengan tegas saya tolak: "Kalau anda menumpuk makanan, maka kasihan mereka yang miskin dan berkekurangan". Memang orang-orang kaya atau berduit pada umumnya memiliki kecenderungan untuk menumpuk atau mengumpulkan kekayaan untuk 'tujuh turunan', sehingga cukup banyak orang menderita kekurangan. Begitulah sikap hidup materialistis yang masih menjiwai cara hidup dan cara bertindak banyak orang. Maka baiklah kita renungkan sabda Yesus hari ini.

 

"Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"(Mat 6:25)

 

Hidup memang butuh makanan secukupnya dan memadai, yang kami maksudkan adalah makanan yang sehat dan bergizi sesuai dengan kebutuhan hidup. Namun dalam kenyataan sering orang begitu menekankan makanan enak, yang sebenarnya tidak atau kurang sehat, sehingga mengganggu hidup. Agar kita dapat hidup sehat, segar bugar dan tak pernah jatuh sakit dibutuhkan selain makanan bergizi yang memadai juga butuh olahraga dan istirahat atau rekreasi secukupnya. Hendaknya anak-anak sedini mungkin dibiasakan makan sesuai dengan pedoman 'empat sehat lima sempurna' serta berolahraga. Olahraga yang baik adalah 'jogging' yaitu: berjalan cepat, lari atau renang. Yang murah meriah dan dapat dilakukan siapa saja hemat saya adalah berjalan cepat atau lari. Kami berharap anda semua menikmati makanan yang sehat dan bergizi, makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat, bukan enak dan tidak enak.

 

Yang mungkin menarik juga untuk kita bicarakan adalah relasi antara tubuh dan pakaian. Kita diingatkan bahwa tubuh lebih penting daripada pakaian. Fungsi utama pakaian adalah melindungi tubuh agar tetap sehat wal'afiat dan tahan atau tabah terhadap aneka ancaman penyakit atau virus. Namun jika dicermati apa yang terjadi masa kini adalah bahwa pakaian berfungsi untuk pamer kekayaan atau gengsi. Maaf, pada umumnya yang suka akan pamer pakaian, assesori atau perhiasan berlebihan adalah rekan-rekan perempuan, termasuk juga jenis parfum yang menusuk hidung, dst.. Baiklah kami ingatkan pada kita semua: marilah kita berpakaian dengan sederhana saja, yang penting sehat bagi tubuh dan jauhkan cara berpakaian atau menggunakan aneka perhiasan yang merangsang orang lain untuk berbuat dosa, entah tergerak untuk mencopet, menodong atau merampok dan 'ngrasani' yang pada umumnya berbicara yang jelek dan kurang sopan.

 

Hidup kita masing-masing adalah anugerah Tuhan, maka kita tidak dapat hidup seenaknya melainkan harus sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan. Karena hidup adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai kita, yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita. Dengan demikian selayaknya kita hidup penuh syukur dan terima kasih, dan kemudian memfungsikan syukur dan terima kasih tersebut dengan berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita dimanapun dan kapanpun. Marilah kita fungsikan semua anggota tubuh kita sesuai kita diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, sehingga gerak dan derap langkah anggota-anggota tubuh kita mendorong orang lain untuk semakin berbakti kepada Allah, semakin beriman. Maka baiklah kita renungkan ajakan atau kesaksian Paulus di bawah ini. 

 

"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai." (1Kor 4:1-2).   

 

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita kiranya boleh disebut 'sebagai hamba-hamba Kristus'. Seorang hamba yang baik senantiasa setia dan taat kepada 'tuan'nya, ia melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh tuannya, ia dapat dipercaya oleh tuannya. Maka sebagai hamba Kristus berarti dengan rendah hati dan bantuan rahmat Allah kita senantiasa berusaha untuk melaksanakan kehendak atau ajaran Yesus Kristus. Seluruh ajaran atau kehendak Yesus Kristus hemat saya dapat diringkas atau dipadatkan dalam kehendak atau perintah untuk 'saling mengasihi' sebagaimana Allah telah mengasihi. Kita dipanggil untuk mengasihi Allah dan sesama manusia dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga.

 

Saling mengasihi yang demikian itu kiranya pernah dialami atau dihayati oleh suami dan isteri yang saling mengasihi, yang antara lain ditandai dengan hubungan seks, yang memungkinkan berbuahkan kasih, yaitu anak manusia. Bukankah anda sebagai suami isteri ketika melakukan hubungan seks merupakan perwujudan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan? Maka kami berharap anda bersama-sama dapat menjadi teladan sebagai 'hamba-hamba Kristus', dan dengan demikian juga layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus Kristus.

 

Menjadi orang yang dapat dipercaya dan saling percaya satu sama lain pada masa kini kiranya sungguh merupakan tantangan atau masalah.  Ada gejala yang sungguh menarik: ketika belum ada HP kiranya anda jarang menghubungi/menilpon suami, isteri, anak, sahabat atau rekan anda, namun ketika masing-masing memiliki HP mungkin begitu sering berkomunikasi atau menilpon, yang antara lain menanyakan keberadaan masing-masing. Suatu pertanyaan: kalau saya sering menilpon suami, isteri atau anak saya itu merupakan tanda kasih atau curiga? Jika jujur menjawab pertanyaan ini kiranya kebanyakan dari kita akan menjawab bahwa karena curiga alias kurang percaya. Dengan kata lain hemat saya HP dapat merongrong atau mengurangi saling percaya antar kita. Jika kita mudah curiga dan kurang percaya kepada saudara-saudari atau sahabat-sahabat kita, kiranya kita juga kurang percaya kepada Allah dan kita sendiri sebenarnya juga sulit untuk dipercaya. Maka baiklah saya mengingatkan kita semua: hendaknya memfungsikan HP untuk lebih saling memperdalam kepercayaan antar kita, dengan kata lain ketika anda merasa curiga pada suami, isrteri atau anak anda, hendaknya segera berdoa saja: persembahkan suami, isteri atau anak anda kepada Allah.

 

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita."(Mzm 62:6-9)

 

Jakarta, 27 Februari 2011


Minggu Biasa VIII - Yes 49:14-15; 1Kor 4:1-5; Mat 6:24-34

"Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Mg Biasa VIII: Yes 49:14-15; 1Kor 4:1-5; Mat 6:24-34


Beberapa tahun lalu Indonesia pernah diberitakan akan mengalami krisis pangan. Maka tidak sedikit orang kaya atau berduit tergoda untuk memborong aneka bahan makanan dan minum di supermarket-supermarket atau di mall-mall. Waktu itu kebetulan saya menjadi Pater Unit, salah satu komunitas para frater SJ, yang sedang tugas belajar di STF Driyarkara – Jakarta. Beberpa frater mengusulkan sesuatu kepada saya, yaitu mohon izin dan dukungan untuk berbelanja bahan mentah makanan yang dapat disimpan cukup lama untuk jangka waktu tiga atau empat bulan, entah itu beras, gula, mie instant dst… Mereka khawatir kalau sungguh terjadi krisis pangan dan tidak dapat makan selayaknya seperti biasa. Mendengarkan usulan tersebut dengan tegas saya tolak: "Kalau anda menumpuk makanan, maka kasihan mereka yang miskin dan berkekurangan". Memang orang-orang kaya atau berduit pada umumnya memiliki kecenderungan untuk menumpuk atau mengumpulkan kekayaan untuk 'tujuh turunan', sehingga cukup banyak orang menderita kekurangan. Begitulah sikap hidup materialistis yang masih menjiwai cara hidup dan cara bertindak banyak orang. Maka baiklah kita renungkan sabda Yesus hari ini.

 

"Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?"(Mat 6:25)

 

Hidup memang butuh makanan secukupnya dan memadai, yang kami maksudkan adalah makanan yang sehat dan bergizi sesuai dengan kebutuhan hidup. Namun dalam kenyataan sering orang begitu menekankan makanan enak, yang sebenarnya tidak atau kurang sehat, sehingga mengganggu hidup. Agar kita dapat hidup sehat, segar bugar dan tak pernah jatuh sakit dibutuhkan selain makanan bergizi yang memadai juga butuh olahraga dan istirahat atau rekreasi secukupnya. Hendaknya anak-anak sedini mungkin dibiasakan makan sesuai dengan pedoman 'empat sehat lima sempurna' serta berolahraga. Olahraga yang baik adalah 'jogging' yaitu: berjalan cepat, lari atau renang. Yang murah meriah dan dapat dilakukan siapa saja hemat saya adalah berjalan cepat atau lari. Kami berharap anda semua menikmati makanan yang sehat dan bergizi, makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat, bukan enak dan tidak enak.

 

Yang mungkin menarik juga untuk kita bicarakan adalah relasi antara tubuh dan pakaian. Kita diingatkan bahwa tubuh lebih penting daripada pakaian. Fungsi utama pakaian adalah melindungi tubuh agar tetap sehat wal'afiat dan tahan atau tabah terhadap aneka ancaman penyakit atau virus. Namun jika dicermati apa yang terjadi masa kini adalah bahwa pakaian berfungsi untuk pamer kekayaan atau gengsi. Maaf, pada umumnya yang suka akan pamer pakaian, assesori atau perhiasan berlebihan adalah rekan-rekan perempuan, termasuk juga jenis parfum yang menusuk hidung, dst.. Baiklah kami ingatkan pada kita semua: marilah kita berpakaian dengan sederhana saja, yang penting sehat bagi tubuh dan jauhkan cara berpakaian atau menggunakan aneka perhiasan yang merangsang orang lain untuk berbuat dosa, entah tergerak untuk mencopet, menodong atau merampok dan 'ngrasani' yang pada umumnya berbicara yang jelek dan kurang sopan.

 

Hidup kita masing-masing adalah anugerah Tuhan, maka kita tidak dapat hidup seenaknya melainkan harus sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan. Karena hidup adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai kita, yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita. Dengan demikian selayaknya kita hidup penuh syukur dan terima kasih, dan kemudian memfungsikan syukur dan terima kasih tersebut dengan berbuat baik kepada saudara-saudari atau sesama kita dimanapun dan kapanpun. Marilah kita fungsikan semua anggota tubuh kita sesuai kita diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, sehingga gerak dan derap langkah anggota-anggota tubuh kita mendorong orang lain untuk semakin berbakti kepada Allah, semakin beriman. Maka baiklah kita renungkan ajakan atau kesaksian Paulus di bawah ini. 

 

"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai." (1Kor 4:1-2).   

 

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita kiranya boleh disebut 'sebagai hamba-hamba Kristus'. Seorang hamba yang baik senantiasa setia dan taat kepada 'tuan'nya, ia melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh tuannya, ia dapat dipercaya oleh tuannya. Maka sebagai hamba Kristus berarti dengan rendah hati dan bantuan rahmat Allah kita senantiasa berusaha untuk melaksanakan kehendak atau ajaran Yesus Kristus. Seluruh ajaran atau kehendak Yesus Kristus hemat saya dapat diringkas atau dipadatkan dalam kehendak atau perintah untuk 'saling mengasihi' sebagaimana Allah telah mengasihi. Kita dipanggil untuk mengasihi Allah dan sesama manusia dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga.

 

Saling mengasihi yang demikian itu kiranya pernah dialami atau dihayati oleh suami dan isteri yang saling mengasihi, yang antara lain ditandai dengan hubungan seks, yang memungkinkan berbuahkan kasih, yaitu anak manusia. Bukankah anda sebagai suami isteri ketika melakukan hubungan seks merupakan perwujudan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan? Maka kami berharap anda bersama-sama dapat menjadi teladan sebagai 'hamba-hamba Kristus', dan dengan demikian juga layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus Kristus.

 

Menjadi orang yang dapat dipercaya dan saling percaya satu sama lain pada masa kini kiranya sungguh merupakan tantangan atau masalah.  Ada gejala yang sungguh menarik: ketika belum ada HP kiranya anda jarang menghubungi/menilpon suami, isteri, anak, sahabat atau rekan anda, namun ketika masing-masing memiliki HP mungkin begitu sering berkomunikasi atau menilpon, yang antara lain menanyakan keberadaan masing-masing. Suatu pertanyaan: kalau saya sering menilpon suami, isteri atau anak saya itu merupakan tanda kasih atau curiga? Jika jujur menjawab pertanyaan ini kiranya kebanyakan dari kita akan menjawab bahwa karena curiga alias kurang percaya. Dengan kata lain hemat saya HP dapat merongrong atau mengurangi saling percaya antar kita. Jika kita mudah curiga dan kurang percaya kepada saudara-saudari atau sahabat-sahabat kita, kiranya kita juga kurang percaya kepada Allah dan kita sendiri sebenarnya juga sulit untuk dipercaya. Maka baiklah saya mengingatkan kita semua: hendaknya memfungsikan HP untuk lebih saling memperdalam kepercayaan antar kita, dengan kata lain ketika anda merasa curiga pada suami, isrteri atau anak anda, hendaknya segera berdoa saja: persembahkan suami, isteri atau anak anda kepada Allah.

 

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita."(Mzm 62:6-9)

 

Jakarta, 27 Februari 2011


Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari