Sabtu, 28 Februari 2009

Motivasi Yang Benar Dalam Bekerja

Ayat bacaan: Amsal 23:4
===================
"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."

motivasi bekerja yang benarHidup sendiri jauh lebih mudah ketimbang setelah berkeluarga. Itu kesimpulan banyak teman yang sudah merasakan sulitnya mengatur keuangan setelah menikah. "Ketika masih lajang, yang dicukupkan cuma diri sendiri, sekarang ada keluarga yang harus saya tanggung.. saya tidak bisa lagi seenaknya beli ini itu dan memutuskan ini itu, karena dampaknya bisa mengenai keluarga saya.." begitu kata seorang teman pada suatu ketika. "Cash flow" dalam rumah tangga haruslah dijaga agar tetap sehat, jangan sampai kolom "kredit" jauh melebihi kolom "debet", dan akhirnya ada banyak lubang menganga yang siap membuat kita terjerat dalam masalah. Ada yang menjadi korban hutang, gali lubang tutup lubang, membuka hutang baru untuk menutupi hutang yang lain terus menerus. Ada yang tergoda untuk melakukan korupsi, mulai dari yang kelas teri hingga kelas kakap dengan mengemplang uang milyaran sekalipun. Ada yang memilih jalan okultisme. Ada yang jadi kecanduan judi. Ada yang akhirnya merampok, mencuri, bahkan membunuh demi harta. Ada yang jatuh dalam dosa perzinahan karena hal ini. Masalahnya seperti yang sudah pernah saya ulas sebelumnya. How much enough is enough? Manusia punya kecenderungan untuk sulit puas. Apakah anda pernah berpikir, jika saja anda bisa mendapatkan gaji dua kali lipat dibanding saat ini, tentulah hidup akan lebih nyaman? Misalnya anda mendapatkan 1 juta saat ini, anda akan berpikir bahwa 2 juta mungkin akan cukup.. begitu anda mendapatkan 2 juta, anda akan berpikir bahwa 4 juta akan membuat hidup jauh lebih mudah.. anda mendapatkan 4 juta, anda pun akan berkata 8 juta tentu akan membuat hidup lebih nyaman, dan seterusnya. Tidak akan ada angka final yang bisa membuat kita mencapai kepuasan jika kita terus memandang hidup dari sisi kebutuhan duniawi. Tidak heran jika dikatakan akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang. (1 Timotius 6:10). Bermula dari mengejar harta, orang bisa terjerumus ke dalam berbagai dosa yang semakin lama akan semakin parah.

Apakah kekristenan melarang untuk kaya? Tidak. Apakah kekristenan mengharamkan bekerja keras untuk mencari pendapatan? Sama sekali tidak. Yang dipermasalahkan bukanlah uangnya, tetapi motivasinya. Pengkotbah menulis panjang lebar mengenai kesia-siaan kekayaan jika motivasinya salah. "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." (Pengkotbah 5:11). Kekayaan tidak membuat kita bisa tidur nyenyak. Kemiskinan juga tidak membuat kita tidur nyenyak, itu benar. Yang bisa membuat kita tidur nyenyak adalah mensyukuri apa yang kita peroleh sebagai hasil kerja keras kita. "There is a serious and severe evil which I have seen under the sun.." kata Pengkotbah, "riches were kept by their owner to his hurt". (ay 12). Mati-matian mengejar harta dengan motivasi yang salah adalah seperti orang yang berlelah-lelah menjaring angin, alias sia-sia. Semua itu bisa habis seketika, karena setiap saat ngengat dan karat bisa merusakkannya, pencuri pun bisa membongkar dan mencurinya.(Matius 6:19). Maka penulis Amsal mengingatkan demikian: "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4) Mencari jalan pintas untuk menjadi kaya dalam sekejap mata tidak akan pernah membawa kebaikan. "Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya." (Amsal 13:11).

Jadi bagaimana yang baik? Yang baik adalah menetapkan skala prioritas yang tepat. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Yang baik adalah melakukan pekerjaan kita dengan serius dan sungguh-sungguh seperti melakukannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Ingatlah bahwa Tuhan sanggup memberkati anda, mencukupi segala kebutuhan anda. Berkat datangnya dari Tuhan, dan bukan dari segala harta kekayaan yang kita kumpulkan. Karena itu tidak perlu cemas akan hari depan, jangan sampai motivasi bergeser menjadi hamba uang, namun lakukanlah pekerjaan dengan sebaik-baiknya disertai rasa syukur akan Tuhan. Jangan lupa memberkati orang lain melalui apa yang telah kita terima, dan jangan lupa memuji dan menyembahNya. Betapa indahnya jika apa yang kita miliki berasal dari berkat Tuhan yang turun atas kita, berapa pun itu, karena apa yang berasal dari Tuhan pasti memberkati hidup kita dan tidak membawa kita ke dalam kesia-siaan. Carilah dahulu kerajaanNya dan kebenarannya, maka ketika semua ditambahkan kepada kita, kita tidak menjadi sesat dan lupa diri sehingga jatuh dalam berbagai jerat dosa. Apapun pekerjaan anda saat ini, selama tidak menyimpang dari firman Tuhan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh, walaupun mungkin apa yang anda peroleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan anda sekeluarga. Percayalah Tuhan mampu memberkati anda lewat pekerjaan anda, dan mencukupi kebutuhan anda sehingga anda tidak berkekurangan!

Tuhan mampu memberkati pekerjaan yang kecil sekalipun secara luar biasa

Motivasi Yang Benar Dalam Bekerja

Ayat bacaan: Amsal 23:4
===================
"Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."

motivasi bekerja yang benarHidup sendiri jauh lebih mudah ketimbang setelah berkeluarga. Itu kesimpulan banyak teman yang sudah merasakan sulitnya mengatur keuangan setelah menikah. "Ketika masih lajang, yang dicukupkan cuma diri sendiri, sekarang ada keluarga yang harus saya tanggung.. saya tidak bisa lagi seenaknya beli ini itu dan memutuskan ini itu, karena dampaknya bisa mengenai keluarga saya.." begitu kata seorang teman pada suatu ketika. "Cash flow" dalam rumah tangga haruslah dijaga agar tetap sehat, jangan sampai kolom "kredit" jauh melebihi kolom "debet", dan akhirnya ada banyak lubang menganga yang siap membuat kita terjerat dalam masalah. Ada yang menjadi korban hutang, gali lubang tutup lubang, membuka hutang baru untuk menutupi hutang yang lain terus menerus. Ada yang tergoda untuk melakukan korupsi, mulai dari yang kelas teri hingga kelas kakap dengan mengemplang uang milyaran sekalipun. Ada yang memilih jalan okultisme. Ada yang jadi kecanduan judi. Ada yang akhirnya merampok, mencuri, bahkan membunuh demi harta. Ada yang jatuh dalam dosa perzinahan karena hal ini. Masalahnya seperti yang sudah pernah saya ulas sebelumnya. How much enough is enough? Manusia punya kecenderungan untuk sulit puas. Apakah anda pernah berpikir, jika saja anda bisa mendapatkan gaji dua kali lipat dibanding saat ini, tentulah hidup akan lebih nyaman? Misalnya anda mendapatkan 1 juta saat ini, anda akan berpikir bahwa 2 juta mungkin akan cukup.. begitu anda mendapatkan 2 juta, anda akan berpikir bahwa 4 juta akan membuat hidup jauh lebih mudah.. anda mendapatkan 4 juta, anda pun akan berkata 8 juta tentu akan membuat hidup lebih nyaman, dan seterusnya. Tidak akan ada angka final yang bisa membuat kita mencapai kepuasan jika kita terus memandang hidup dari sisi kebutuhan duniawi. Tidak heran jika dikatakan akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang. (1 Timotius 6:10). Bermula dari mengejar harta, orang bisa terjerumus ke dalam berbagai dosa yang semakin lama akan semakin parah.

Apakah kekristenan melarang untuk kaya? Tidak. Apakah kekristenan mengharamkan bekerja keras untuk mencari pendapatan? Sama sekali tidak. Yang dipermasalahkan bukanlah uangnya, tetapi motivasinya. Pengkotbah menulis panjang lebar mengenai kesia-siaan kekayaan jika motivasinya salah. "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur." (Pengkotbah 5:11). Kekayaan tidak membuat kita bisa tidur nyenyak. Kemiskinan juga tidak membuat kita tidur nyenyak, itu benar. Yang bisa membuat kita tidur nyenyak adalah mensyukuri apa yang kita peroleh sebagai hasil kerja keras kita. "There is a serious and severe evil which I have seen under the sun.." kata Pengkotbah, "riches were kept by their owner to his hurt". (ay 12). Mati-matian mengejar harta dengan motivasi yang salah adalah seperti orang yang berlelah-lelah menjaring angin, alias sia-sia. Semua itu bisa habis seketika, karena setiap saat ngengat dan karat bisa merusakkannya, pencuri pun bisa membongkar dan mencurinya.(Matius 6:19). Maka penulis Amsal mengingatkan demikian: "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4) Mencari jalan pintas untuk menjadi kaya dalam sekejap mata tidak akan pernah membawa kebaikan. "Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya." (Amsal 13:11).

Jadi bagaimana yang baik? Yang baik adalah menetapkan skala prioritas yang tepat. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Yang baik adalah melakukan pekerjaan kita dengan serius dan sungguh-sungguh seperti melakukannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Ingatlah bahwa Tuhan sanggup memberkati anda, mencukupi segala kebutuhan anda. Berkat datangnya dari Tuhan, dan bukan dari segala harta kekayaan yang kita kumpulkan. Karena itu tidak perlu cemas akan hari depan, jangan sampai motivasi bergeser menjadi hamba uang, namun lakukanlah pekerjaan dengan sebaik-baiknya disertai rasa syukur akan Tuhan. Jangan lupa memberkati orang lain melalui apa yang telah kita terima, dan jangan lupa memuji dan menyembahNya. Betapa indahnya jika apa yang kita miliki berasal dari berkat Tuhan yang turun atas kita, berapa pun itu, karena apa yang berasal dari Tuhan pasti memberkati hidup kita dan tidak membawa kita ke dalam kesia-siaan. Carilah dahulu kerajaanNya dan kebenarannya, maka ketika semua ditambahkan kepada kita, kita tidak menjadi sesat dan lupa diri sehingga jatuh dalam berbagai jerat dosa. Apapun pekerjaan anda saat ini, selama tidak menyimpang dari firman Tuhan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh, walaupun mungkin apa yang anda peroleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan anda sekeluarga. Percayalah Tuhan mampu memberkati anda lewat pekerjaan anda, dan mencukupi kebutuhan anda sehingga anda tidak berkekurangan!

Tuhan mampu memberkati pekerjaan yang kecil sekalipun secara luar biasa

Hadiah Terindah

Hadiah apakah yang paling indah yang pernah anda dapatkan? Benda-benda yang harganya mahal, sebuket bunga mawar dihiasi pita dengan kartu ucapan, kue ulang tahun yang besar, atau kado yang lainnya?

Pernahkah anda mendengar cerita seperti berikut. Ada seorang anak kecil yang menyiapkan sebuah kado untuk ayahnya. Lalu tepat di hari ulang tahun, sang ayah membuka sebuah bungkusan besar diikat dengan pita cantik. Setelah kertas kado dibuka, sang ayah melihat sebuah kotak.

Tak sabar ia mengkocok kotak tersebut dan menempelkan telinganya. Penasaran ingin tahu kira-kira apa isi kado dari sang anak. Namun, tak terdengar apapun. “Bukalah ayah,”kata si anak.

Ayahpun membuka kotak itu, dan dengan perasaan kecewa ia menemukan kotak itu kosong. Tak ada benda atau kartu apapun disana. Dengan perasaan ingin marah karena seperti dipermainkan sang ayah bertanya,”Apa maksudmu memberikan ayah kotak kosong?”

Lalu dengan menitikkan air mata si anak berkata dengan terbata-bata, “Ayah, aku memasukkan beribu-ribu cintaku ke dalam kotak besar itu untuk ayah.”

Dengan perasaan malu dan terharu sang ayah memeluk anak itu dan berkata,”Maafkan ayah ya, hadiahmu sangat indah dan berharga, ayah sangat mengasihimu nak.”

Terkadang kita sebagai manusia memandang pemberian berupa benda-benda adalah hal yang menyukakan hati kita. Kita mengharapkan sebuah pemberian yang besar, berharga menurut ukuran kita dan nyata.

Tidakkah kita tahu ada sesuatu yang jauh lebih berharga dari pada benda-benda tersebut?

Yaitu sebuah hati.

Ya, hati dengan kasih yang tak terhitung jumlahnya yang kita terima dari orang-orang di sekitar kita entah dari keluarga kita, pasangan kita, teman-teman kita, serta yang paling indah adalah hati yang sungguh Tuhan berikan pada kita.

Sekalipun mata kita tidak dapat “melihat”nya, tetapi Ia memberikan hatiNya yang tulus dan penuh kasih kepada kita. Terbukti ketika Ia rela dan mau memilih untuk menjadi Bapa kita sehingga kitapun dijadikanNya juga sebagai anak-anakNya.

HatiNya sebagai seorang Bapa lebih berharga dari pemberian apapun yang pernah kita dapatkan. Ketika Ia terlebih dahulu memberikan hatiNya kepada kita, kini hadiah apakah yang dapat kita berikan juga kepadaNya? Benda-benda yang super mahal, sebuket bunga yang besar diikat pita emas, kue yang super enak, ataukah yang lebih berharga lagi yaitu loh hati kita?

yanthy aquista
yaquista@yahoo.com

Jumat, 27 Februari 2009

Hilang Fokus Dalam Beribadah

Ayat bacaan: Matius 7:3
===================
"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"

selumbar, balok, hilang fokus dalam beribadahKemarin ketika sedang kebaktian di Gereja, seorang anak muda yang kebetulan duduk di sebelah saya tertidur lelap ketika kotbah baru saja dimulai. Mungkin dia terlalu capai malam sebelumnya, mungkin dia merasa bosan, mungkin dia sudah mengetahui isi kotbah, saya tidak tahu pasti. Namun dia begitu dalam tertidur. Saking lelapnya, kepalanya beberapa kali hampir menyentuh pundak saya. Dalam hati, saya berpikir, waduh.. sayang banget kotbah yang begitu penting seperti ini dilewatkan karena tertidur.. lalu saya pun sempat merasa geli karena membayangkan kisah Eutikhus dalam Kisah Para Rasul 20:9. Disana diceritakan akibat lamanya Paulus kotbah di lantai tiga sebuah gedung, ada seorang muda bernama Eutikhus yang jadi mengantuk, kemudian tertidur lelap. Sayang sepertinya dia duduk di tepi jendela, dan akibatnya dia pun terjatuh dari lantai tiga ke bawah. Saya tertawa dalam hati, untung saya yang disebelahnya, bukan jendela, kalau tidak mungkin dia sudah senasib seperti Eutikhus. Di saat itulah saya mendapat sebuah teguran dalam hati. "kenapa kamu menertawakan dia? Bukankah karena terlalu sibuk memperhatikannya kamu sendiri juga hilang fokus pada kotbah?" Saya terkesiap. Dan itu benar. Tanpa sadar dan tanpa maksud, saya sudah menghakimi saudara yang duduk di samping saya. Oh no... forgive me Lord for I have sinned..

Seringkali tanpa sadar kita terjatuh dalam dosa. Karena kita tidak sadar, kita pun menganggap diri kita lebih baik dari yang lain. Padahal belum tentu kita lebih baik, bahkan mungkin lebih buruk. Dalam rangkaian kotbah Yesus di atas bukit di hadapan orang banyak, salah satu yang diingatkan Yesus adalah mengenai hal menghakimi. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Matius 7:3-4). Dalam bahasa Indonesia pun kita punya pepatah yang isinya sama: "semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat." Ketika kita mulai terpikir untuk mengomentari orang lain, ingatlah sebuah pengajaran tegas dari Yesus yang berkata: "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (ay 1-2). Jangan sibuk memperhatikan selumbar di mata saudara kita, padahal balok di dalam mata kita pun tidak bisa kita lihat. Ingatlah bahwa urusan penghakiman adalah hak Tuhan, bukan kita, seperti yang diingatkan dalam Roma 12:19. Kita pun diingatkan untuk mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang benar, hal-hal yang bermakna, yang terhormat, adil, murni, manis dan baik (Filipi 4:8). Jangan sampai kita menjadi orang yang cepat melihat sisi negatif namun sulit menangkap sisi positif dari setiap hal yang kita lihat.

Di sisi lain, hendaklah detik demi detik dalam beribadah kita pergunakan sepenuhnya untuk mengalami hubungan yang intim dengan Tuhan. Berkumpul bersama saudara-saudara seiman dan saling mendoakan satu sama lain, merasakan kehadiran Yesus ditengah-tengah kita yang tengah berkumpul bersama-sama menyembah dan memuji Tuhan. Menerima firman Tuhan dengan hati yang lembut, dan membiarkan kuasa Roh Kudus menerangi hati kita agar bisa menangkap makna dibalik firman Tuhan yang disampaikan hambaNya di mimbar. Miliki fokus yang benar penuh dengan kerinduan untuk mencari dan bertemu Tuhan ketika kita beribadah. Fokus yang benar disertai motivasi yang benar akan membuat kita mampu menerima firman Tuhan dengan segala kelembutan hati, sehingga firman Tuhan itu akan menjadi seperti benih yang jatuh di tanah yang baik, sehingga bisa tumbuh subur dan berbuah beratus kali lipat dalam hidup kita. Kita akan mengalami sukacita dalam kemuliaan Tuhan seutuhnya, memuji dan menyembah Tuhan dengan seluruh yang ada dalam diri kita. Ada yang tertidur, ada yang sibuk sms-an di tengah ibadah, ada yang ngobrol, dan gangguan-gangguan lain hendaknya jangan sampai membuat kita kehilangan fokus dan akibatnya kehilangan begitu banyak hal penting yang hendak disampaikan Tuhan kepada kita. Dan tentu saja, jagalah diri kita agar jangan sampai menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara kita yang lain dengan melakukan hal-hal yang bisa merusak konsentrasi saudara-saudara kita yang tengah beribadah. Nikmatilah persekutuan dengan Tuhan sepenuhnya.

Jagalah jangan sampai balok semakin membesar di dalam mata karena terlalu fokus melihat selumbar

Hilang Fokus Dalam Beribadah

Ayat bacaan: Matius 7:3
===================
"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"

selumbar, balok, hilang fokus dalam beribadahKemarin ketika sedang kebaktian di Gereja, seorang anak muda yang kebetulan duduk di sebelah saya tertidur lelap ketika kotbah baru saja dimulai. Mungkin dia terlalu capai malam sebelumnya, mungkin dia merasa bosan, mungkin dia sudah mengetahui isi kotbah, saya tidak tahu pasti. Namun dia begitu dalam tertidur. Saking lelapnya, kepalanya beberapa kali hampir menyentuh pundak saya. Dalam hati, saya berpikir, waduh.. sayang banget kotbah yang begitu penting seperti ini dilewatkan karena tertidur.. lalu saya pun sempat merasa geli karena membayangkan kisah Eutikhus dalam Kisah Para Rasul 20:9. Disana diceritakan akibat lamanya Paulus kotbah di lantai tiga sebuah gedung, ada seorang muda bernama Eutikhus yang jadi mengantuk, kemudian tertidur lelap. Sayang sepertinya dia duduk di tepi jendela, dan akibatnya dia pun terjatuh dari lantai tiga ke bawah. Saya tertawa dalam hati, untung saya yang disebelahnya, bukan jendela, kalau tidak mungkin dia sudah senasib seperti Eutikhus. Di saat itulah saya mendapat sebuah teguran dalam hati. "kenapa kamu menertawakan dia? Bukankah karena terlalu sibuk memperhatikannya kamu sendiri juga hilang fokus pada kotbah?" Saya terkesiap. Dan itu benar. Tanpa sadar dan tanpa maksud, saya sudah menghakimi saudara yang duduk di samping saya. Oh no... forgive me Lord for I have sinned..

Seringkali tanpa sadar kita terjatuh dalam dosa. Karena kita tidak sadar, kita pun menganggap diri kita lebih baik dari yang lain. Padahal belum tentu kita lebih baik, bahkan mungkin lebih buruk. Dalam rangkaian kotbah Yesus di atas bukit di hadapan orang banyak, salah satu yang diingatkan Yesus adalah mengenai hal menghakimi. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Matius 7:3-4). Dalam bahasa Indonesia pun kita punya pepatah yang isinya sama: "semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tidak terlihat." Ketika kita mulai terpikir untuk mengomentari orang lain, ingatlah sebuah pengajaran tegas dari Yesus yang berkata: "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (ay 1-2). Jangan sibuk memperhatikan selumbar di mata saudara kita, padahal balok di dalam mata kita pun tidak bisa kita lihat. Ingatlah bahwa urusan penghakiman adalah hak Tuhan, bukan kita, seperti yang diingatkan dalam Roma 12:19. Kita pun diingatkan untuk mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang benar, hal-hal yang bermakna, yang terhormat, adil, murni, manis dan baik (Filipi 4:8). Jangan sampai kita menjadi orang yang cepat melihat sisi negatif namun sulit menangkap sisi positif dari setiap hal yang kita lihat.

Di sisi lain, hendaklah detik demi detik dalam beribadah kita pergunakan sepenuhnya untuk mengalami hubungan yang intim dengan Tuhan. Berkumpul bersama saudara-saudara seiman dan saling mendoakan satu sama lain, merasakan kehadiran Yesus ditengah-tengah kita yang tengah berkumpul bersama-sama menyembah dan memuji Tuhan. Menerima firman Tuhan dengan hati yang lembut, dan membiarkan kuasa Roh Kudus menerangi hati kita agar bisa menangkap makna dibalik firman Tuhan yang disampaikan hambaNya di mimbar. Miliki fokus yang benar penuh dengan kerinduan untuk mencari dan bertemu Tuhan ketika kita beribadah. Fokus yang benar disertai motivasi yang benar akan membuat kita mampu menerima firman Tuhan dengan segala kelembutan hati, sehingga firman Tuhan itu akan menjadi seperti benih yang jatuh di tanah yang baik, sehingga bisa tumbuh subur dan berbuah beratus kali lipat dalam hidup kita. Kita akan mengalami sukacita dalam kemuliaan Tuhan seutuhnya, memuji dan menyembah Tuhan dengan seluruh yang ada dalam diri kita. Ada yang tertidur, ada yang sibuk sms-an di tengah ibadah, ada yang ngobrol, dan gangguan-gangguan lain hendaknya jangan sampai membuat kita kehilangan fokus dan akibatnya kehilangan begitu banyak hal penting yang hendak disampaikan Tuhan kepada kita. Dan tentu saja, jagalah diri kita agar jangan sampai menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara kita yang lain dengan melakukan hal-hal yang bisa merusak konsentrasi saudara-saudara kita yang tengah beribadah. Nikmatilah persekutuan dengan Tuhan sepenuhnya.

Jagalah jangan sampai balok semakin membesar di dalam mata karena terlalu fokus melihat selumbar

Kamis, 26 Februari 2009

Kasih Karunia

Ayat bacaan: Roma 11:6
===================
"Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia."

kasih karunia, hadiah cuma-cuma dari Tuhan, keselamatan, hidup yang kekalNilai tukar, balas jasa, upah, gaji, imbalan, itu semua merupakan hal yang tidak lagi asing bagi kita. Ketika kita bekerja tentu kita mengharapkan sebuah imbalan. Sebuah konsep "take and give" dalam arti seluas-luasnya merupakan sebuah proses mata rantai yang lumrah dalam hidup, baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan, dunia usaha dan sebagainya. Kecenderungan manusia adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan, mendapatkan sebentuk balas jasa. Sejak jaman sebelum uang dipakai sebagai sebuah alat tukar, orang sudah menerapkan hal ini melalui barter atau pertukaran. Seekor kambing ditukar dengan alat pertanian misalnya. Hal tersebut hingga saat ini pun masih berlangsung. Ada orang yang masih menggadaikan benda kesayangannya sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu.

Ketika kita melakukan sebuah pekerjaan dan menerima upah atasnya, itu merupakan sebuah hak yang kita peroleh berdasarkan kerja keras kita. "Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." (Roma 4:4). Ketika anda merasa berhutang budi pada seseorang dan memberi hadiah pada suatu ketika, itu adalah sebuah imbalan balas jasa yang timbul dari rasa berhutang budi. Itu semua bukanlah sesuatu yang dinamakan dengan kasih karunia. Kasih karunia adalah sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma. Tuhan menawarkan keselamatan untuk memperoleh hidup yang kekal melalui sebuah pemberian kasih karunia kepada manusia yang sebenarnya tidak layak mendapatkan itu. Apakah Tuhan memberikan kasih karunia karena Dia berhutang sesuatu kepada kita manusia? Tidak. Tuhan tidak pernah dan tidak akan perlu berhutang pada siapapun. Tuhan tidak berhutang sebuah hidup yang kekal kepada kita. Tapi tetap Dia menawarkan keselamatan untuk hidup yang kekal kepada kita. Dia menawarkannya sebagai hadiah. Itulah bentuk kasih karunia. Belas kasih Tuhan memberikan pengampunan kepada kita orang yang tidak layak, kasih karunia yang turun kepada kita memberikan keselamatan dan menjadikan kita dibenarkan. Kita menjadi orang yang dibenarkan, dan berhak mendapat hidup yang kekal, itu semua adalah hasil kasih karunia Tuhan.

Mari kita lihat sebuah ilustrasi mengenai bentuk kasih karunia. Dalam kisah anak bungsu dan anak sulung pada Injil Lukas 15:11-32, kita ketahui bahwa anak bungsu telah berlaku sebagai anak durhaka. Ia meminta warisan ketika ayahnya masih hidup, dan pergi memakainya untuk berfoya-foya. Ketika semuanya habis dan dia hidup menderita, bahkan sampai makan ampas makanan babi, ia pun sadar akan kesalahannya. Dia pun memutuskan untuk kembali kepada ayahnya untuk memohon belas kasih supaya mendapat pengampunan. Si bungsu berkata: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Apakah ayahnya mengampuni? Kita tahu ceritanya. Dari jauh begitu ayahnya melihat kedatangannya, ayahnya berlari dan segera memeluk dan mencium si bungsu. Itu sebuah proses belas kasih. Mari kita baca ayatnya: "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (ay 20). Lihat ketika si anak bungsu tahu dosa-dosanya, ia sadar betul bahwa ia sesungguhnya tidak lagi layak untuk dianggap sebagai anak. (ay 21). Tapi apa jawab ayahnya? "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (ay 22-23). Jubah yang terbaik, cincin dan sepatu, diikuti dengan memotong lembu tambun untuk pesta sukacita, yang diberikan kepada anak durhaka yang sebenarnya sama sekali tidak layak untuk menerimanya, secara cuma-cuma, itulah kasih karunia.

Dengan kasih karunia, Tuhan menyelamatkan kita dan memberikan hidup yang kekal secara cuma-cuma. Itu bukanlah atas hasil usaha, tapi merupakan pemberian Tuhan. Kasih karunia bukanlah seperti sebuah tiket keselamatan yang bisa dibeli, tapi murni merupakan hadiah dari Allah yang begitu mengasihi kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Sebuah kasih karunia dianugrahkan kepada kita hanya lewat Yesus. Kita memperoleh kasih karunia tersebut dan oleh karenanya dibenarkan dengan cuma-cuma, semua karena penebusan dalam Kristus. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Tanpa Yesus, dan hanya mengandalkan hukum-hukum agama dan tata cara peribadatan, maka itu artinya kita hidup di luar kasih karunia. "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." (Galatia 5:4).

Sebuah kasih karunia adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan yang dianugrahkan pada kita lewat Yesus Kristus. Dan luar biasanya, Tuhan mengatakan bahwa dimana dosa dan pelanggaran bertambah banyak, disitulah kasih karunia Tuhan menjadi berlimpah-limpah. (Roma 5:20). Meski demikian, kasih karunia bukan berarti bahwa kita boleh terus berbuat dosa. (Roma 6:1). Seperti layaknya sebuah hadiah yang sangat berharga, tentu kita akan selalu menghargai hadiah itu, menjaganya dengan sepenuh hati sebagai sesuatu yang sangat istimewa. Tuhan telah menganugrahkan sebuah hadiah yang sangat istimewa, kita menjadi orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya dan berhak memperoleh sebuah kehidupan kekal sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:7). Tidak ada orang yang mau berakhir dalam siksa kekal, dan jalan untuk selamat sudah dihadiahkan Tuhan secara cuma-cuma dalam Kristus. Ketika kita menolak tawaran kasih karunia Tuhan tersebut, itu sama artinya dengan kita memilih untuk menghadapi penghukuman yang kekal. Semua pilihan ada di tangan kita.  Yang pasti Tuhan begitu mengasihi kita dan rindu untuk terus melimpahkan kasih karuniaNya.

Hanya dengan kasih karunia dalam Yesus kita memperoleh keselamatan untuk berhak menerima kehidupan yang kekal

Kasih Karunia

Ayat bacaan: Roma 11:6
===================
"Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia."

kasih karunia, hadiah cuma-cuma dari Tuhan, keselamatan, hidup yang kekalNilai tukar, balas jasa, upah, gaji, imbalan, itu semua merupakan hal yang tidak lagi asing bagi kita. Ketika kita bekerja tentu kita mengharapkan sebuah imbalan. Sebuah konsep "take and give" dalam arti seluas-luasnya merupakan sebuah proses mata rantai yang lumrah dalam hidup, baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan, dunia usaha dan sebagainya. Kecenderungan manusia adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan, mendapatkan sebentuk balas jasa. Sejak jaman sebelum uang dipakai sebagai sebuah alat tukar, orang sudah menerapkan hal ini melalui barter atau pertukaran. Seekor kambing ditukar dengan alat pertanian misalnya. Hal tersebut hingga saat ini pun masih berlangsung. Ada orang yang masih menggadaikan benda kesayangannya sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu.

Ketika kita melakukan sebuah pekerjaan dan menerima upah atasnya, itu merupakan sebuah hak yang kita peroleh berdasarkan kerja keras kita. "Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." (Roma 4:4). Ketika anda merasa berhutang budi pada seseorang dan memberi hadiah pada suatu ketika, itu adalah sebuah imbalan balas jasa yang timbul dari rasa berhutang budi. Itu semua bukanlah sesuatu yang dinamakan dengan kasih karunia. Kasih karunia adalah sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma. Tuhan menawarkan keselamatan untuk memperoleh hidup yang kekal melalui sebuah pemberian kasih karunia kepada manusia yang sebenarnya tidak layak mendapatkan itu. Apakah Tuhan memberikan kasih karunia karena Dia berhutang sesuatu kepada kita manusia? Tidak. Tuhan tidak pernah dan tidak akan perlu berhutang pada siapapun. Tuhan tidak berhutang sebuah hidup yang kekal kepada kita. Tapi tetap Dia menawarkan keselamatan untuk hidup yang kekal kepada kita. Dia menawarkannya sebagai hadiah. Itulah bentuk kasih karunia. Belas kasih Tuhan memberikan pengampunan kepada kita orang yang tidak layak, kasih karunia yang turun kepada kita memberikan keselamatan dan menjadikan kita dibenarkan. Kita menjadi orang yang dibenarkan, dan berhak mendapat hidup yang kekal, itu semua adalah hasil kasih karunia Tuhan.

Mari kita lihat sebuah ilustrasi mengenai bentuk kasih karunia. Dalam kisah anak bungsu dan anak sulung pada Injil Lukas 15:11-32, kita ketahui bahwa anak bungsu telah berlaku sebagai anak durhaka. Ia meminta warisan ketika ayahnya masih hidup, dan pergi memakainya untuk berfoya-foya. Ketika semuanya habis dan dia hidup menderita, bahkan sampai makan ampas makanan babi, ia pun sadar akan kesalahannya. Dia pun memutuskan untuk kembali kepada ayahnya untuk memohon belas kasih supaya mendapat pengampunan. Si bungsu berkata: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Apakah ayahnya mengampuni? Kita tahu ceritanya. Dari jauh begitu ayahnya melihat kedatangannya, ayahnya berlari dan segera memeluk dan mencium si bungsu. Itu sebuah proses belas kasih. Mari kita baca ayatnya: "Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (ay 20). Lihat ketika si anak bungsu tahu dosa-dosanya, ia sadar betul bahwa ia sesungguhnya tidak lagi layak untuk dianggap sebagai anak. (ay 21). Tapi apa jawab ayahnya? "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita." (ay 22-23). Jubah yang terbaik, cincin dan sepatu, diikuti dengan memotong lembu tambun untuk pesta sukacita, yang diberikan kepada anak durhaka yang sebenarnya sama sekali tidak layak untuk menerimanya, secara cuma-cuma, itulah kasih karunia.

Dengan kasih karunia, Tuhan menyelamatkan kita dan memberikan hidup yang kekal secara cuma-cuma. Itu bukanlah atas hasil usaha, tapi merupakan pemberian Tuhan. Kasih karunia bukanlah seperti sebuah tiket keselamatan yang bisa dibeli, tapi murni merupakan hadiah dari Allah yang begitu mengasihi kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Sebuah kasih karunia dianugrahkan kepada kita hanya lewat Yesus. Kita memperoleh kasih karunia tersebut dan oleh karenanya dibenarkan dengan cuma-cuma, semua karena penebusan dalam Kristus. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Tanpa Yesus, dan hanya mengandalkan hukum-hukum agama dan tata cara peribadatan, maka itu artinya kita hidup di luar kasih karunia. "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." (Galatia 5:4).

Sebuah kasih karunia adalah hadiah cuma-cuma dari Tuhan yang dianugrahkan pada kita lewat Yesus Kristus. Dan luar biasanya, Tuhan mengatakan bahwa dimana dosa dan pelanggaran bertambah banyak, disitulah kasih karunia Tuhan menjadi berlimpah-limpah. (Roma 5:20). Meski demikian, kasih karunia bukan berarti bahwa kita boleh terus berbuat dosa. (Roma 6:1). Seperti layaknya sebuah hadiah yang sangat berharga, tentu kita akan selalu menghargai hadiah itu, menjaganya dengan sepenuh hati sebagai sesuatu yang sangat istimewa. Tuhan telah menganugrahkan sebuah hadiah yang sangat istimewa, kita menjadi orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya dan berhak memperoleh sebuah kehidupan kekal sesuai dengan pengharapan kita. (Titus 3:7). Tidak ada orang yang mau berakhir dalam siksa kekal, dan jalan untuk selamat sudah dihadiahkan Tuhan secara cuma-cuma dalam Kristus. Ketika kita menolak tawaran kasih karunia Tuhan tersebut, itu sama artinya dengan kita memilih untuk menghadapi penghukuman yang kekal. Semua pilihan ada di tangan kita.  Yang pasti Tuhan begitu mengasihi kita dan rindu untuk terus melimpahkan kasih karuniaNya.

Hanya dengan kasih karunia dalam Yesus kita memperoleh keselamatan untuk berhak menerima kehidupan yang kekal

Rabu, 25 Februari 2009

Makna Sebuah Belas Kasih

Ayat bacaan: Lukas 1:78-79
==========================
"oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."

belas kasih, anugrah pengampunan TuhanAda sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.

Kisah diatas menggambarkan sebuah konsep mengenai belas kasihan yang berasal dari Bapa kepada kita. Sepanjang Alkitab kita menemukan begitu banyak belas kasihan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Misalnya kisah ibu Yunani bangsa Siro-Fenisia yang memohon belas kasih Yesus atas anak perempuannya yang kerasukan roh jahat (Markus 7:24-30). Lalu seorang ayah bernama Yarius yang memohon belas kasih Yesus turun atas anak perempuannya yang sedang sekarat. Yang terjadi adalah Yesus membangkitkan anaknya yang sebenarnya sudah keburu meninggal. (Markus 5:21-43). Dalam kisah itu terselip pula seorang wanita yang sudah 12 tahun lamanya mengalami pendarahan, yang mengharap belas kasih Yesus dengan menyentuh jubahNya. Orang buta, orang lumpuh, orang kusta, dan lain-lain, telah menjadi kesaksian akan luar biasa besarnya belas kasih Tuhan. Dalam perjanjian lama pun demikian. Ada begitu banyak kisah dimana Tuhan melimpahkan belas kasihNya yang luar biasa besar.

Kembali pada kisah sang ibu dengan Napoleon di atas, dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16). Daniel dari jauh hari sudah paham dengan hal ini. "Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya."(Daniel 9:9-10). Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Itulah kehendak Tuhan atas kita semua, seperti yang ditulis Petrus. "...karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Sungguh besar dan tak terbatas kasihNya pada kita. Setelah Daud ditegur nabi Natan karena berzinah dengan Batsyeba, Daud pun berkata: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan.

Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya

Makna Sebuah Belas Kasih

Ayat bacaan: Lukas 1:78-79
==========================
"oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."

belas kasih, anugrah pengampunan TuhanAda sebuah penggalan kisah menarik dari sejarah kehidupan Napoleon. Pada suatu ada seorang ibu yang mendatangi Napoleon dan meminta pengampunan bagi putranya. Saat itu putranya akan dihukum mati.Napoleon pun mengingatkan bahwa kejahatan anaknya sudah keterlaluan, dan keadilan yang paling tepat bagi tindakan kriminal yang dilakukan anaknya adalah hukuman mati. Begini jawaban si ibu,"sir, not justice, but mercy.." "Tetapi yang aku mohon bukanlah keadilan, namun belas kasihan". Demikian katanya. Napoleon kemudian menjawab: "tapi anakmu tidak layak menerima belas kasihan!" Dan si ibu kembali berkata sambil menangis: "tuan, bukanlah belas kasihan namanya jika ia layak menerimanya.." Napoleon tertegun sejenak, kemudian berkata: "benar juga..ibu benar.. aku mau memberikan belas kasihan." Dan anaknya pun dibebaskan.

Kisah diatas menggambarkan sebuah konsep mengenai belas kasihan yang berasal dari Bapa kepada kita. Sepanjang Alkitab kita menemukan begitu banyak belas kasihan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Misalnya kisah ibu Yunani bangsa Siro-Fenisia yang memohon belas kasih Yesus atas anak perempuannya yang kerasukan roh jahat (Markus 7:24-30). Lalu seorang ayah bernama Yarius yang memohon belas kasih Yesus turun atas anak perempuannya yang sedang sekarat. Yang terjadi adalah Yesus membangkitkan anaknya yang sebenarnya sudah keburu meninggal. (Markus 5:21-43). Dalam kisah itu terselip pula seorang wanita yang sudah 12 tahun lamanya mengalami pendarahan, yang mengharap belas kasih Yesus dengan menyentuh jubahNya. Orang buta, orang lumpuh, orang kusta, dan lain-lain, telah menjadi kesaksian akan luar biasa besarnya belas kasih Tuhan. Dalam perjanjian lama pun demikian. Ada begitu banyak kisah dimana Tuhan melimpahkan belas kasihNya yang luar biasa besar.

Kembali pada kisah sang ibu dengan Napoleon di atas, dari kisah itu kita bisa mendapat gambaran mengenai bagaimana sebenarnya bentuk belas kasih itu. Belas kasih dianugrahkan pada manusia yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Itulah inti dasar dari sebuah belas kasih. Kita manusia yang setiap hari berlumur dosa, dan ganjaran yang sesuai adalah kebinasaan. Tapi lihatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia penuh belas kasih, sangat mengasihi kita, hingga mau menganugerahkan Kristus untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. (Yohanes 3:16). Daniel dari jauh hari sudah paham dengan hal ini. "Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya."(Daniel 9:9-10). Kita datang menghadap Tuhan bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan tangan yang sangat kotor, bahkan berdarah. Kita datang dengan kesadaran penuh bahwa sebenarnya kita layak menerima penghakiman, jika kita bicara soal keadilan semata, tanpa berhak untuk protes. Namun itulah besarnya kasih Tuhan pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita binasa. Itulah kehendak Tuhan atas kita semua, seperti yang ditulis Petrus. "...karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Sungguh besar dan tak terbatas kasihNya pada kita. Setelah Daud ditegur nabi Natan karena berzinah dengan Batsyeba, Daud pun berkata: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Allah siap mengampuni saya dan anda, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita di masa lalu. Ketika kita datang padaNya dengan hati yang hancur, tangan yang kotor dan berdarah, belas kasihNya pun akan turun atas kita. Kehendak Tuhan adalah kita semua diselamatkan dan dimenangkan. Belas kasihanNya membebaskan kita. Adalah Tuhan sendiri yang menghapus dosa kita, dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita. (Yesaya 43:25) Ketika manusia penuh dosa dan seharusnya layak binasa, kasih Allah yang besar siap memberi pengampunan dan menyelamatkan manusia sepenuhnya. Itulah belas kasih Tuhan.

Belas kasih artinya memberikan pengampunan dan kebebasan kepada yang sebenarnya tidak layak menerimanya

Selasa, 24 Februari 2009

Dari Sisi Positif

Ayat bacaan: Filipi 4:8
================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

dari sisi positifBulan lalu saya meliput di sebuah acara yang diadakan oleh anak-anak SMA. Sebagai wartawan jazz, saya diundang untuk meliput karena ada satu band jazz yang akan tampil mengisi acara tersebut. Saya membawa seorang teman yang bertindak sebagai fotografer. Kami memperkirakan acaranya bakal ramai. Tapi ketika kami sampai disana, yang menonton ternyata hanyalah 20 an anak, itupun yang serius menyimak cuma sedikit. Sound systemnya parah. Bayangkan band harus dua kali terhenti ditengah permainan karena ada masalah pada sound system. Teman saya pun berkata, "garing ah... apa yang mau diulas kalau seperti ini?" Memang acaranya tanpa greget, tapi bagi saya segala sesuatu itu punya dua sisi, seperti halnya mata uang. Artinya, dari acara yang tanpa greget itupun pasti ada sisi baik yang bisa diambil sebagai sebuah ulasan yang baik. Dan malamnya pun saya menulis. Saya mengambil sisi positif. Apa misalnya? Band itu masih tetap bersemangat main dan tidak menggerutu walaupun sound systemnya jelek. Benar cuma ada 20an anak, tapi mereka yang menonton dengan sungguh-sungguh terlihat begitu menikmati pertunjukan. Anak SMA bisa mengerti komposisi jazz yang lumayan rumit dan menikmatinya, itu pun bagi saya merupakan perkembangan yang menggembirakan. Bukankah semua itu hal positif? Dari sana saya mengembangkan artikel ulasan saya. Dan ketika selesai, teman saya pun berkata "pinter banget nulisnya.. great, great,great!" Band jazz dan kordinatornya pun senang. All ended well. Saya yakin tidak ada penyelenggara yang mau acaranya sepi penonton. Bayangkan jika sudah sepi, mereka malah dihakimi oleh pers dan dibaca oleh begitu banyak orang. Kasihan kan? Padahal mereka sudah mati-matian berusaha. Puji Tuhan, saya sudah sekian lama berlatih untuk mendasari hidup dengan sikap positif, seperti yang ditulis dalam ayat bacaan hari ini, dan itu membuat saya mampu mengambil sisi positif dari sebuah situasi. Betapa bergunanya sikap demikian dalam salah satu pekerjaan saya sebagai wartawan.

Profesi sebagai wartawan memang bisa mempengaruhi pembaca. Wartawan yang provokatif akan selalu menyitir bagian-bagian yang negatif tanpa pikir panjang akan akibatnya bagi pembaca. Kalau perlu hakimi satu pihak sejelek-jeleknya untuk mengangkat pihak lain. Wartawan gosip akan selalu membesar-besarkan cerita, malah memutarbalikkan perkataan narasumber demi kepentingan pribadi atau medianya. Judul yang dipilih seringkali jauh dari isi, hanya mencari judul bombastis agar menarik perhatian orang saja. Kembali ke liputan saya diatas, apakah saya membohong agar tulisan saya bisa bernada positif? Tidak, sama sekali tidak. Saya menuliskan hal benar dari apa yang saya amati disana, yang saya lihat dengan kacamata positif.

Mendasarkan sesuatu dari sudut pandang positif itu sungguh baik. Kita akan terhindar dari kebiasaan berburuk sangka, berpikir negatif terhadap segala sesuatu, menyinggung perasaan orang bahkan merugikan diri sendiri. Betapa stresnya jika hidup kita hanya diisi dengan berbagai hal negatif yang dengan cepat dapat membuat kita penuh sumpah serapah, keluh kesah bahkan emosi. Maka Paulus pun mengingatkan pada jemaat Filipi akan hal ini. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Semua itu akan membuat kita hidup penuh sukacita dan tidak akan tertutupi lagi oleh awan negatif yang setiap saat bisa membuka berbagai pintu dosa untuk masuk ke dalam diri kita.

Saya terlahir sebagai orang yang pesimis, yang selalu berpikiran negatif, dan begitu sulitnya melihat sisi baik dari suatu hal. Perlahan namun pasti, setelah bertobat, "menjadi ciptaan baru" seperti yang tertulis pada 2 Korintus 5:17 terjadi dalam hidup saya. Transformasi terjadi. Melalui proses Tuhan ubahkan sifat dasar saya itu. Dan hasilnya, hidup saya jauh lebih damai, dan penuh sukacita. Meski demikian, saya masih terus belajar, karena saya sadar sebagai manusia yang lemah, jika tidak hati-hati saya bisa jatuh kembali pada diri lama saya.

Dalam kisah 12 orang yang diutus Musa untuk mengintai tanah terjanji, tanah Kanaan di kitab Bilangan, kita bisa melihat perbedaan sudut pandang seperti dua sisi mata uang. 10 orang berkata bahwa ada beda kelas antara orang yang tinggal di sana dibandingkan dengan bangsa  yang dipimpin Musa. Bagaikan belalang kecilnya dibanding mereka. (Bilangan 13:33). Demikian pendapat 10 orang. Tapi dua orang lainnya, Kaleb dan Yosua melihat dari sisi positif dengan dasar iman yang sepenuhnya percaya pada Tuhan. Demikian kata Kaleb: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (ay 30). Mengapa Kaleb bisa begitu yakin? Karena Kaleb tahu pasti bahwa tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. Maka jika Tuhan sendiri yang menjanjikan, dan Tuhan pun menyertai mereka, mengapa harus takut?

Demikianlah hidup. Seringkali kita dihadapkan pada berbagai hal, dimana hal tersebut bisa kita pandang dari dua sudut yang berbeda. Pilihan terhadap sisi negatif akan membuat kita lemah, hidup penuh amarah, kekecewaan, kegelisahan, ketakutan yang sama sekali jauh dari sehat. Disisi lain, ada sudut positif yang akan membawa damai sejahtera dan sukacita sepenuhnya bagi hidup kita. Tuhan ada bersama kita dalam segala keadaan, sepanjang kita selalu setia dan berharap padaNya. (Mazmur 31:24-25). Hidup akan jauh lebih indah, lebih damai dan lebih bermakna jika kita mengisi pikiran kita senantiasa dengan hal-hal yang positif.

Mendasarkan pikiran kepada kebajikan akan membuat hidup lebih indah

Dari Sisi Positif

Ayat bacaan: Filipi 4:8
================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

dari sisi positifBulan lalu saya meliput di sebuah acara yang diadakan oleh anak-anak SMA. Sebagai wartawan jazz, saya diundang untuk meliput karena ada satu band jazz yang akan tampil mengisi acara tersebut. Saya membawa seorang teman yang bertindak sebagai fotografer. Kami memperkirakan acaranya bakal ramai. Tapi ketika kami sampai disana, yang menonton ternyata hanyalah 20 an anak, itupun yang serius menyimak cuma sedikit. Sound systemnya parah. Bayangkan band harus dua kali terhenti ditengah permainan karena ada masalah pada sound system. Teman saya pun berkata, "garing ah... apa yang mau diulas kalau seperti ini?" Memang acaranya tanpa greget, tapi bagi saya segala sesuatu itu punya dua sisi, seperti halnya mata uang. Artinya, dari acara yang tanpa greget itupun pasti ada sisi baik yang bisa diambil sebagai sebuah ulasan yang baik. Dan malamnya pun saya menulis. Saya mengambil sisi positif. Apa misalnya? Band itu masih tetap bersemangat main dan tidak menggerutu walaupun sound systemnya jelek. Benar cuma ada 20an anak, tapi mereka yang menonton dengan sungguh-sungguh terlihat begitu menikmati pertunjukan. Anak SMA bisa mengerti komposisi jazz yang lumayan rumit dan menikmatinya, itu pun bagi saya merupakan perkembangan yang menggembirakan. Bukankah semua itu hal positif? Dari sana saya mengembangkan artikel ulasan saya. Dan ketika selesai, teman saya pun berkata "pinter banget nulisnya.. great, great,great!" Band jazz dan kordinatornya pun senang. All ended well. Saya yakin tidak ada penyelenggara yang mau acaranya sepi penonton. Bayangkan jika sudah sepi, mereka malah dihakimi oleh pers dan dibaca oleh begitu banyak orang. Kasihan kan? Padahal mereka sudah mati-matian berusaha. Puji Tuhan, saya sudah sekian lama berlatih untuk mendasari hidup dengan sikap positif, seperti yang ditulis dalam ayat bacaan hari ini, dan itu membuat saya mampu mengambil sisi positif dari sebuah situasi. Betapa bergunanya sikap demikian dalam salah satu pekerjaan saya sebagai wartawan.

Profesi sebagai wartawan memang bisa mempengaruhi pembaca. Wartawan yang provokatif akan selalu menyitir bagian-bagian yang negatif tanpa pikir panjang akan akibatnya bagi pembaca. Kalau perlu hakimi satu pihak sejelek-jeleknya untuk mengangkat pihak lain. Wartawan gosip akan selalu membesar-besarkan cerita, malah memutarbalikkan perkataan narasumber demi kepentingan pribadi atau medianya. Judul yang dipilih seringkali jauh dari isi, hanya mencari judul bombastis agar menarik perhatian orang saja. Kembali ke liputan saya diatas, apakah saya membohong agar tulisan saya bisa bernada positif? Tidak, sama sekali tidak. Saya menuliskan hal benar dari apa yang saya amati disana, yang saya lihat dengan kacamata positif.

Mendasarkan sesuatu dari sudut pandang positif itu sungguh baik. Kita akan terhindar dari kebiasaan berburuk sangka, berpikir negatif terhadap segala sesuatu, menyinggung perasaan orang bahkan merugikan diri sendiri. Betapa stresnya jika hidup kita hanya diisi dengan berbagai hal negatif yang dengan cepat dapat membuat kita penuh sumpah serapah, keluh kesah bahkan emosi. Maka Paulus pun mengingatkan pada jemaat Filipi akan hal ini. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Semua itu akan membuat kita hidup penuh sukacita dan tidak akan tertutupi lagi oleh awan negatif yang setiap saat bisa membuka berbagai pintu dosa untuk masuk ke dalam diri kita.

Saya terlahir sebagai orang yang pesimis, yang selalu berpikiran negatif, dan begitu sulitnya melihat sisi baik dari suatu hal. Perlahan namun pasti, setelah bertobat, "menjadi ciptaan baru" seperti yang tertulis pada 2 Korintus 5:17 terjadi dalam hidup saya. Transformasi terjadi. Melalui proses Tuhan ubahkan sifat dasar saya itu. Dan hasilnya, hidup saya jauh lebih damai, dan penuh sukacita. Meski demikian, saya masih terus belajar, karena saya sadar sebagai manusia yang lemah, jika tidak hati-hati saya bisa jatuh kembali pada diri lama saya.

Dalam kisah 12 orang yang diutus Musa untuk mengintai tanah terjanji, tanah Kanaan di kitab Bilangan, kita bisa melihat perbedaan sudut pandang seperti dua sisi mata uang. 10 orang berkata bahwa ada beda kelas antara orang yang tinggal di sana dibandingkan dengan bangsa  yang dipimpin Musa. Bagaikan belalang kecilnya dibanding mereka. (Bilangan 13:33). Demikian pendapat 10 orang. Tapi dua orang lainnya, Kaleb dan Yosua melihat dari sisi positif dengan dasar iman yang sepenuhnya percaya pada Tuhan. Demikian kata Kaleb: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (ay 30). Mengapa Kaleb bisa begitu yakin? Karena Kaleb tahu pasti bahwa tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. Maka jika Tuhan sendiri yang menjanjikan, dan Tuhan pun menyertai mereka, mengapa harus takut?

Demikianlah hidup. Seringkali kita dihadapkan pada berbagai hal, dimana hal tersebut bisa kita pandang dari dua sudut yang berbeda. Pilihan terhadap sisi negatif akan membuat kita lemah, hidup penuh amarah, kekecewaan, kegelisahan, ketakutan yang sama sekali jauh dari sehat. Disisi lain, ada sudut positif yang akan membawa damai sejahtera dan sukacita sepenuhnya bagi hidup kita. Tuhan ada bersama kita dalam segala keadaan, sepanjang kita selalu setia dan berharap padaNya. (Mazmur 31:24-25). Hidup akan jauh lebih indah, lebih damai dan lebih bermakna jika kita mengisi pikiran kita senantiasa dengan hal-hal yang positif.

Mendasarkan pikiran kepada kebajikan akan membuat hidup lebih indah

Senin, 23 Februari 2009

Kunang-kunang dan permata pengampunan

Kunang-kunang dan permata pengampunan

Begitu mudah menemukan kawanan kunang-kunang yang bersinar indah di halaman rumah kami di Kamerun, lebih-lebih ketika ada giliran listrik mati di malam hari. Satu dua kali saya berhasil menangkapnya, dibuat mainan sebentar sebelum melepaskannya kembali. Kunang-kunang, binatang kecil dan rapuh tapi sangat penting perannya. Bagi orang-orang di kampung di mana listrik masih jarang, cahaya kawanan kunang-kunang tentu saja memberi keuntugan saat berjalan di malam hari. Kunang-kunang masih penting meski sekarang adalah abad listrik. Di indonesia pun, sudah ramai diskusi dan ribut-ribut soal listrik masa depan bertenaga nuklir. Ia bercahaya di tempat yang gelap.
Saya memikirkan binatang sederhana ini ketika merenungkan kisah penyembuhan orang lumpuh (Mrk.2 :1-12). Seorang lumpuh terbaring pada tilam digotong empat menuju rumah di mana Yesus berkumpul bersama orang banyak. Empat orang ini rasanya mengingatkan kita akan apa yang sudah saya tulis dalam kisah sebelumnya, Atillo :mengejar cinta sampai ke neraka. Di situ saya menggarisbawahi iman sesama, iman orang-orang dekat ikut membuat penyembuhan itu mungkin. Namun kali ini, kunci cerita terdapat pada debat penting ini. “Manakah lebih mudah mengatakan, dosamu sudah diampuni atau mengatakan bangunlah, angkatlah tilamu dan berjalanlah?”...demikian pembelan Yesus di hadapan penghakiman para ahli Taurat yang dalam hati mereka menuduh Yesus menghujat Allah. “Siapakah yang berhak mengampuni dosa kalau bukan Allah sendiri?”, begitu para ahli Taurat menuduh Yesus sewaktu ia mengatakan pada orang lumpuh tadi, “anakku dosamu telah diampuni”. Ini dikatakan-Nya setelah melihat iman orang lumpuh dan keempat orang yang membawanya pada Yesus..
Dua-duanya sama-sama sulit dan mustahil bagi para ahli Taurat. Jika mereka mengatakan yang lebih mudah adalah yang pertama, mereka justru melakukan apa yang mereka tuduhkan pada Yesus. Bentuk kalimat pasif, dosamu sudah diampuni mengacu pada Allah yang berkuasa melakukannya. Mengatakan yang kedua lebih mudah, jelas jauh dari kesanggupan real mereka dan tentu saja dikuti pembuktian bahwa mereka bisa melakukannya. Yang kedua dari sudut pembuktian memang jauh lebih sulit. Lebih mudah bilang dosamu sudah diampuni sebagai kata-kata peneguh dan pelipur lara. Kita bisa menelusuri indahnya jalan pengampunan dari debat sulit ini.
Setelah konflik serius dengan seseorang, mengharapkan pihak yang bersalah datang minta maaf pada kita, merupakan sesuatu yang normal bukan? Ini sebuah etika pergaulan sosial yang kita temukan di kebudayaan mana saja. Dan semua tahu dan setuju bahwa hanya jika orang yang bersangkutan datang langsung pada kita, barulah kita bisa memaafkan. Akan tetapi, hal ini tidak mudah, apalagi seringkali masing-masing orang merasa dirinya yang paling benar. Konflik berlanjut perang dingin, kedua pihak merasa diri benar. Dan tidak sedikit yang selanjutnya menyerahkan urusan pengampunan pada Tuhan. “Ah peduli amat, mau buang muka kek, mau kancing mulut kek, gw tetap benar…Dan betapa bukan hanya di Gaza ada perang, tapi di rumah, di cantor, tempat verja, di sekolah. Memang lebih mudah, dalam doa kita meminta Tuhan mengampuni orang yang bersalah (menurut kita yang benar) pada kita, daripada dengan jujur mengaku dalam setiap konflik selalu juga ada bagian yang salah dari diri kita - yang membuat konflik tercipta (bisa- lalu pergi meminta maaf pada yang bersangkutan. “Maaf atas kejadian tadi”.
Dosamu sudah diampuni memang benar mau mengatakan bahwa Tuhanlah yang paling pantas mengampuni, Dialah sumber pengampunan. Kalimat, yang menurut orang Yahudi, tabu ini, diucapkan Yesus justru karena melihat iman orang lumpuh dan orang-orang yang menggotongnya. Ia mengucapkannya di tengah kepercayaan bahwa penyakit identik dengan dosa dan kutuk.
Yesus ‘melanggar’ tabu tidak hanya dengan mengucapkannya tapi juga menunjukkan bahwa Ia punya kuasa untuk mengampuni. Dengan menyembuhkan si lumpuh, Yesus membuktikannya. Jika orang lumpuh saja bisa disembuhkan, apalagi mengampuni dosa. Kuasa itu diterimanya dari Allah sendiri. Dua tindakan Yesus ini sekaligus menghancurkan tabu religius Yahudi, bahkan juga ‘tabu kita’ bahwa mengampuni itu urusan Allah. Dengan mengatakan dosamu sudah diampuni Yesus mau menegaskan bahwa pengampunan bukan sesuatu yang kosong, tak teraba, hanya tinggal dalam kepercayaan intelektual, melainkan nyata karena Dia sendiri yang mentransmisikan, menyalurkannya dengan menegaskan itu di hadapan si lumpuh. Dialah mediator, perantara kita dengan Allah.
Dengan tidakannya itu jelas bahwa pengampunan adalah anugerah Allah yang pantas dan harus kita transmisikan pada yang lain. Bagaimana mungkin kita minta pada Tuhan mengampuni orang sementara kita tidak secara nyata apalagi terlebih dahulu mengampuni atau meminta maaf pada orang yang kita doakan? Pengampunan itu nyata dan harus nyata sebagaimana yang ditegaskan Yesus dengan menyembuhkan si lumpuh; harus senyata seperti mereka (para ahli Taurat) melihat orang lumpuh itu berjalan. Di sinilah jembatan antara kata-kata pengampunan dan peristiwa penyembuhan si lumpuh.
Karena pengampunan itu sedemikian nyatanya maka wajar bila hati kita selalu tidak pernah lapang seperti sebelumnya jika kita belum sungguh mengampuni. Mata kita tidak memandang seluas dan secerah sebelumnya; senyum tak selebar dan senatural sebelumnya ketika kita belum menyapa sahabat kita. Pengampunan itu adalah anugerah Tuhan yang terindah. Karena diampuni (oleh Tuhan) dan mengampuni, hidup kita seperti permata yang baru saja dimurnikan, bersinar dan bercahaya. Pengampunan itu memurnikan hidup kita. Semoga keindahan inilah yang kita pancarkan dalam hidup kita sehari-hari, menjadi cahaya bagi dunia yang gelap di mana pengampunan masih selalu sulit. Jadilah kunang-kunang dan permata indah untuk yang lain.

Ronald,
Yaoundé, feb 09

Sempurna Dalam Kelemahan

Ayat bacaan: Keluaran 4:10
=====================
"Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."


sempurna dalam kelemahan,Tuhan mau pakai kita, dalam kelemahan kuasa Tuhan sempurnaTidak terasa RHO sudah melewati setahun. Selama setahun saya menulis renungan tiap malam, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan tanpa lewat satu kali pun, dan yang paling utama, selama setahun penuh pula Tuhan berbicara sehingga saya bisa menuliskan renungan demi renungan setiap harinya. Jika saya mengingat kembali pada awal dimana saya memutuskan untuk menulis, ada keraguan yang sempat terbersit di hati saya, apakah saya sanggup? Ini mengingat saya bukanlah lulusan teologia, masuk saja tidak pernah. Saya terhitung baru menerima Kristus sebagai Juru Selamat, baru memasuki tahun ke 8. Hidup saya di masa lalu bergelimang dosa dalam berbagai bentuk. Sebelum saya mulai menulis, saya sangat jarang membaca Alkitab, paling di Gereja saja, itu juga tidak setiap minggu saya jalani. Saya jarang berdoa, sangat tidak teratur. Ketika saya mencoba, terkadang saya tertidur di saat berdoa, dan amin-nya baru besok pagi. Tidak heran jika saya bingung dan ragu ketika saya diminta Tuhan untuk melayani lewat internet. Saya berkata, "Tuhan, serius dong... apa mungkin saya bisa? Apa nggak mending pedeta saja atau siswa sekolah teologia?" Dan kata-kata yang terdengar dalam hati saya waktu itu sangat jelas. "Aku tidak bertanya bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Karena bukan kamu yang bekerja, tapi Aku." Dan saya memutuskan untuk taat. Saya merasa begitu banyak hidup saya yang tersia-siakan karena dulu saya hanya bergantung pada kekuatan saya sendiri. It's time for a turning point. This time I'll listen to Him and let Him decide whatever best for me. Itu yang menjadi tekad saya. Saya mau belajar percaya, mau belajar patuh dan mau menyerahkan perjalanan hidup saya ke depan bersama Dia. Dan hari ini saya cuma mau berucap syukur. Tuhan, Engkau luar biasa. Sudah lebih setahun, dan ternyata janjiNya terbukti. Tidak saja Dia berbicara setiap hari untuk bahan yang harus dituliskan, namun penyertaanNya dalam perjalanan hidup saya penuh dengan mukjizat atau keajaiban-keajaiban. I feel so close to Him, closer than I've ever felt, and that has been going for more than a year! Begitu kuatnya keberadaan Tuhan dalam hidup saya, sehingga saya bisa meninggalkan segala kekhawatiran mengenai masa depan, saya tidak perlu takut atau ragu, karena saya tahu ada Tuhan yang bertahta di atas segala pekerjaan yang saya lakukan, dan hidup yang saya jalani bersama keluarga saya. Berbagai keajaiban yang lewat nalar manusia rasanya tidak mungkin, terjadi berkali-kali. Mukjizat kesembuhan, berkat dalam pekerjaan, teguran-teguran, hikmat dan banyak lagi bentuk kemuliaanNya hadir dalam hidup saya. Jika sekarang saya boleh merasakan sukacita dan damai sejahtera, itu karena tidak ada lagi rasa khawatir untuk hari depan, sebab Tuhan dalam hidup saya. Haleluya!

Musa ternyata pernah mengalami keraguan yang sama ketika ia diutus Tuhan. Musa saat itu sudah tidak muda lagi. Maka ketika Tuhan tiba-tiba memanggilnya dikala Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya, Yitro, Musa pun bingung. Banyak pertanyaan hadir di benaknya. "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Jawab Tuhan: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (ay 12). Musa kembali bertanya, dan kemudian Tuhan menjawab: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (ay 14). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas: "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Serangkaian pertanyaan masih dikemukakan Musa yang saya yakin saat itu sedang kebingungan. Dia kemudian menyadari keterbatasan kemampuannya. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:11). Jika mengacu dari versi bahasa Inggris, kelihatannya Musa memiliki masalah dalam berbicara. "..for I am slow of speech and have a heavy and awkward tongue." Tapi lihatlah jawaban Tuhan: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11-12). Ya, bukan kemampuan Musa yang menentukan, namun kuasa Tuhanlah yang memampukan.

Sepanjang berbagai kisah dalam Alkitab, Tuhan berulang kali membuktikan bahwa Dia sanggup memakai siapapun. Mulai dari gembala hingga pembantai orang Kristen, mulai dari anak-anak, wanita hingga orang tua, orang berdosa, pemungut cukai, nelayan, pelacur, semua bisa diubahkan Tuhan menjadi saluran berkatNya. Paulus yang punya latar belakang pembantai orang Kristen, bisa diubahkan begitu luar biasa dalam sesaat. Tuhan berkata padanya: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Dia kemudian sampai pada satu kesimpulan, bahwa dalam kelemahannya-lah dia menjadi kuat. (2 Korintus 12:10).

Kelemahan kita, ketidakmampuan kita, keterbatasan kita, kekurangan kita, bahkan ketidaklengkapan kita sekalipun bisa dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mampu memenuhi kita dengan kekuatan sehingga Dia bisa mempergunakan segala keterbasan kita untuk hal yang baik. Dalam segala keterbatasan kita, datanglah pada Tuhan dan berpeganglah padaNya. Kita akan terus bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita jika kita terus membangun hubungan dengan Bapa di Surga. Semua tergantung seberapa besar kita mau taat, seberapa besar kita mau mematuhi dan menuruti kehendakNya bagi hidup kita.

Tidak harus super sarjana untuk berhasil dalam hidup, tidak harus jadi super pendeta untuk mampu melayani. Kita semua bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya. We all can be used for His glory. Berbagai latar belakang kita, selemah apapun, bisa diubah menjadi sumber berkat luar biasa. Dibalik segala kelemahan kita, kuasa Tuhan justru menjadi sempurna.

Kuasa Tuhan justru sempurna dalam kelemahan kita

Sempurna Dalam Kelemahan

Ayat bacaan: Keluaran 4:10
=====================
"Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."


sempurna dalam kelemahan,Tuhan mau pakai kita, dalam kelemahan kuasa Tuhan sempurnaTidak terasa RHO sudah melewati setahun. Selama setahun saya menulis renungan tiap malam, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan tanpa lewat satu kali pun, dan yang paling utama, selama setahun penuh pula Tuhan berbicara sehingga saya bisa menuliskan renungan demi renungan setiap harinya. Jika saya mengingat kembali pada awal dimana saya memutuskan untuk menulis, ada keraguan yang sempat terbersit di hati saya, apakah saya sanggup? Ini mengingat saya bukanlah lulusan teologia, masuk saja tidak pernah. Saya terhitung baru menerima Kristus sebagai Juru Selamat, baru memasuki tahun ke 8. Hidup saya di masa lalu bergelimang dosa dalam berbagai bentuk. Sebelum saya mulai menulis, saya sangat jarang membaca Alkitab, paling di Gereja saja, itu juga tidak setiap minggu saya jalani. Saya jarang berdoa, sangat tidak teratur. Ketika saya mencoba, terkadang saya tertidur di saat berdoa, dan amin-nya baru besok pagi. Tidak heran jika saya bingung dan ragu ketika saya diminta Tuhan untuk melayani lewat internet. Saya berkata, "Tuhan, serius dong... apa mungkin saya bisa? Apa nggak mending pedeta saja atau siswa sekolah teologia?" Dan kata-kata yang terdengar dalam hati saya waktu itu sangat jelas. "Aku tidak bertanya bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Karena bukan kamu yang bekerja, tapi Aku." Dan saya memutuskan untuk taat. Saya merasa begitu banyak hidup saya yang tersia-siakan karena dulu saya hanya bergantung pada kekuatan saya sendiri. It's time for a turning point. This time I'll listen to Him and let Him decide whatever best for me. Itu yang menjadi tekad saya. Saya mau belajar percaya, mau belajar patuh dan mau menyerahkan perjalanan hidup saya ke depan bersama Dia. Dan hari ini saya cuma mau berucap syukur. Tuhan, Engkau luar biasa. Sudah lebih setahun, dan ternyata janjiNya terbukti. Tidak saja Dia berbicara setiap hari untuk bahan yang harus dituliskan, namun penyertaanNya dalam perjalanan hidup saya penuh dengan mukjizat atau keajaiban-keajaiban. I feel so close to Him, closer than I've ever felt, and that has been going for more than a year! Begitu kuatnya keberadaan Tuhan dalam hidup saya, sehingga saya bisa meninggalkan segala kekhawatiran mengenai masa depan, saya tidak perlu takut atau ragu, karena saya tahu ada Tuhan yang bertahta di atas segala pekerjaan yang saya lakukan, dan hidup yang saya jalani bersama keluarga saya. Berbagai keajaiban yang lewat nalar manusia rasanya tidak mungkin, terjadi berkali-kali. Mukjizat kesembuhan, berkat dalam pekerjaan, teguran-teguran, hikmat dan banyak lagi bentuk kemuliaanNya hadir dalam hidup saya. Jika sekarang saya boleh merasakan sukacita dan damai sejahtera, itu karena tidak ada lagi rasa khawatir untuk hari depan, sebab Tuhan dalam hidup saya. Haleluya!

Musa ternyata pernah mengalami keraguan yang sama ketika ia diutus Tuhan. Musa saat itu sudah tidak muda lagi. Maka ketika Tuhan tiba-tiba memanggilnya dikala Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya, Yitro, Musa pun bingung. Banyak pertanyaan hadir di benaknya. "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Jawab Tuhan: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (ay 12). Musa kembali bertanya, dan kemudian Tuhan menjawab: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (ay 14). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas: "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Serangkaian pertanyaan masih dikemukakan Musa yang saya yakin saat itu sedang kebingungan. Dia kemudian menyadari keterbatasan kemampuannya. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:11). Jika mengacu dari versi bahasa Inggris, kelihatannya Musa memiliki masalah dalam berbicara. "..for I am slow of speech and have a heavy and awkward tongue." Tapi lihatlah jawaban Tuhan: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11-12). Ya, bukan kemampuan Musa yang menentukan, namun kuasa Tuhanlah yang memampukan.

Sepanjang berbagai kisah dalam Alkitab, Tuhan berulang kali membuktikan bahwa Dia sanggup memakai siapapun. Mulai dari gembala hingga pembantai orang Kristen, mulai dari anak-anak, wanita hingga orang tua, orang berdosa, pemungut cukai, nelayan, pelacur, semua bisa diubahkan Tuhan menjadi saluran berkatNya. Paulus yang punya latar belakang pembantai orang Kristen, bisa diubahkan begitu luar biasa dalam sesaat. Tuhan berkata padanya: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Dia kemudian sampai pada satu kesimpulan, bahwa dalam kelemahannya-lah dia menjadi kuat. (2 Korintus 12:10).

Kelemahan kita, ketidakmampuan kita, keterbatasan kita, kekurangan kita, bahkan ketidaklengkapan kita sekalipun bisa dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mampu memenuhi kita dengan kekuatan sehingga Dia bisa mempergunakan segala keterbasan kita untuk hal yang baik. Dalam segala keterbatasan kita, datanglah pada Tuhan dan berpeganglah padaNya. Kita akan terus bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita jika kita terus membangun hubungan dengan Bapa di Surga. Semua tergantung seberapa besar kita mau taat, seberapa besar kita mau mematuhi dan menuruti kehendakNya bagi hidup kita.

Tidak harus super sarjana untuk berhasil dalam hidup, tidak harus jadi super pendeta untuk mampu melayani. Kita semua bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya. We all can be used for His glory. Berbagai latar belakang kita, selemah apapun, bisa diubah menjadi sumber berkat luar biasa. Dibalik segala kelemahan kita, kuasa Tuhan justru menjadi sempurna.

Kuasa Tuhan justru sempurna dalam kelemahan kita

Tuhan Pernah Berbisik

Ketika aku kirimkan padamu seorang teman, Aku tidak memberikan sesorang yang sempurna karena engkaupun tak sempurna.
Aku mempertemukanmu dengan teman-teman yang sama denganmu, sehingga kalian dapat saling mengisi, berbagi dan bertumbuh bersama.

Jika kamu memancing ikan, ketika ikan itu terikat di mata kail, hendaklah angkat dan jagalah ia dengan baik. Janganlah sesekali kamu lepaskan ia begitu saja.... Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu.
Begitulah juga dalam kehidupan. Janganlah kamu banyak memberi banyak pengharapan kepada seseorang, bila memang rasa itu tak pernah ada..

Ketika kamu menyukai seseorang dan ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu bisa menjaga hatinya. Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja. Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat... ..

Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh, tapi cukupkan sebatas apa yang kamu perlukan. Karena bila sekali ia retak, akan sukar bagimu untuk menjadikannya kembali seperti semula. Akhirnya kamu akan kecewa dan ia akan dibuang.

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya. Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa. Anggaplah ia manusia biasa. Sehingga apabila sekali ia melakukan kesilapan maka akan lebih mudah bagi kamu untuk menerima ketidaksempurnaannya dan memaafkannya. Berbagilah kasih, berusahalah saling menerima dan peliharalah sifat mudah memaafkan, dengan demikian persahabatan menjadi lebih indah.

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi yang pasti baik, putih dan sehat untuk dirimu, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba mencari makanan yang lain ?
Begitu juga ketika kamu bertemu dengan seorang yang membawa kebaikan kepada dirimu, menyayangimu, mengasihimu dengan tulus dan sepenuh hati, mengapa kamu harus berlengah dan mencoba membandingkannya dengan yang lain?

Ingatlah, jangan pernah mengejar kesempurnaan, karena kelak, kamu akan kehilangan yang terbaik yang sudah kau raih dan kamu akan menyesal.

Ya Tuhan, terima kasih bisikan indahmu. Aku mohon ya Tuhan, ketika aku menyukai seorang teman, tolong ingatkanlah aku bahwa di dunia ini tak akan pernah ada sesuatu yang abadi. Pada masanya, segala sesuatu itu pasti akan berakhir. Sehingga ketika seseorang meninggalkanku, aku akan tetap kuat dan tegar karena aku bersama Yang Tak Pernah Berakhir, yaitu cinta mu ya Tuhan...

Orang bijak berucap : "Mencintai seseorang adalah keharusan, Dicintai seseorang adalah kebahagiaan, Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya."

Berharga di Mata Bapa

Sekalipun sesama kita menolak kita,
Sekalipun sesama kita tidak menghargai kita,
Namun Bapa menerima dan menghargai kita dengan apa adanya kita...

Sekalipun sesama kita membenci kita,
Sekalipun sesama kita tidak menyayangi kita,
Namun Bapa sangat mencintai kita…

Sekalipun sesama kita merancangkan rencana jahat terhadap kita,
Sekalipun sesama kita melakukan yang tidak baik terhadap kita,
Namun Bapa merancangkan rencana yang baik dan indah bagi masa depan kita….

Sekalipun sesama kita tidak mahu mendengarkan keluh kesah kita,
Sekalipun sesama kita tidak mahu menolong kita,
Namun Bapa dengan sabar sentiasa mendengarkan keluh kesah dan menolong kita…

Kita harus ingat…...
Kita sangatlah berharga di mata Bapa,
Bahkan sebelum dunia dijadikan, Bapa telah memilih kita,
Bahkan sebelum dalam kandungan, Bapa telah melukiskan kita di telapak tangan-Nya…

Betapa berharganya kita di mata Bapa…
Sehingga Bapa rela memberikan Putera Tunggal-Nya bagi kita…

Betapa Bapa menyayangi kita…
Bapa selalu ada untuk kita dan selalu sayang serta menghargai apa adanya kita.

A lovely letter from a small girl to God

Very touching and beautiful letter. Must share

This is one of the kindest things I've ever experienced. I have no way to know who sent it, but there is a beautiful soul working in the dead letter office of the US Postal Service.

Our 14 year old dog, Abbey died last month.

The day after she died, my 4 year old daughter Meredith was crying that when Abbey got to heaven, God wouldn't recognize her, and could we send him a letter? I told her that I thought we could, so she dictated these words:

....
Read more......

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar.

Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit.

Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil dalam rumah tangga.
Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya. Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku? buku tersebut telah disimpan selama puluhantahun.

Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku-buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas. Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca Dengan seksama
halaman demi halaman isi buku itu.

Semuanya merupaka catatan hal ? hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya."


"Anak - anak terlalu berisik, untung ada dia."


Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak? anak dan terhadap keluarga ini. Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata. Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu."


Ayah menggelengkan kepalanyadan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga bisa."


Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidakmungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan?


Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal,
juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu."

Dengan terpesona saya mendengarkannya. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah ibuku pernah melihat catatan-catatan ini?"

Ayah hanya tertawa dan berkata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala dimalam hari,menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. ha. ha. ha."


Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan :


"Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari orang lain. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain."

6 Pertanyan yang patut kita renungkan

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. .

Pertama...

"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya" ...
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar... Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".. . Sebab kematian adalah PASTI adanya.....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...

"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" ...
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar... Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"... Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap
kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu... Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan
datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...
"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari".. .
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ... Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"... Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya... Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu... Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...

"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru .. tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru... tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...
"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"

"(hampir) Benar...", kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"... Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...

senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

Jangan Sia-siakan Potensimu

Siapakah orang yang terpandai yang pernah hidup? Jika pertanyaan ini dilontarkan, pikiran yang terlintas di kepala kebanyakan orang adalah Albert Eisntein, Leonardo Da Vinci, Thomas Alfa Edison, Isaac Newton, Mozart, atau sederetan nama terkenal lainnya.

Tapi jawabannya bukan mereka. Orang yang paling pandai yang pernah hidup bernama William Sidis. Jika orang normal memiliki IQ 90-110, Albert Eistein sebagai prototype jenius memiliki IQ 160, Sidis memiliki IQ yang `out of scale'. Diperkirakan IQ-nya berkisar 250-300.

Menurut ibunya, Sidis mulai berbicara pada usia 4 bulan dan membaca Koran pada usia 18 bulan. Pada usia 8 tahun ia mengajari dirinya sendiri bahasa Latin, Yunani,, Rusia, Prancis, Jerman, Ibrani, Armenia dan Turki. Ia akhirnya dapat menguasai 40 bahasa dan kabarnya ia bisa belajar bahasa dalam satu hari. Ia menyelesaikan SD dalam 7 bulan, Sekolah Menengah 6 minggu dan lulus Kedokteran Harvard dan MIT pada waktu berusia 11 tahun.

Sayangnya William Sidis meninggal pada usia 46 tahun karena stroke dan sejarah hampir tidak mencatat apa-apa tentang dia. Ia tidak punya peninggalan seperti jenius lainnya. Ia tidak memiliki apa-apa yang bisa disumbangkan bagi peradaban manusia padahal ia lahir di abad ke 20. Hidup dan potensinya sia-sia karena tidak ada keinginan untuk menyumbangkan sesuatu bagi kepentingan dunia.

Kepandaian tidak menentukan kontribusi dan pengaruh yang kita berikan bagi sesama. Dampak bagi umat manusia hanya datang dari keinginan atau desire untuk melakukan dan mengembangkan dan potensi yang kita miliki. Itulah yang menentukan tingginya puncak hidup seseorang.

Kebanyakan kita tidak dilahirkan sebagai orang jenius, namun kita adalah makhluk yang diciptakan sesuai dengan image Tuhan. Kepada kita telah diberikan kemampuan yang unik oleh Sang Pencipta. Tujuan Tuhan agar manusia bisa memuliakanNya dan menjadi penguasa atas ciptaanNya yang lain. Jangan sia-siakan potensi yang Tuhan sudah investasikan dalam hidup kita. Temukan dan kembangkan.

All Blessing
Nancy Dinar

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari