Sabtu, 31 Januari 2009

Apakah Botol Yang Kau Bawa Pecah ?

Dr. Lin Ting Tung adalah orang Taiwan pertama yang menjadi dokter dan menjadi Kristen. Ini terjadi pada akhir abad ke-19. Ia bekerja di rumah sakit kecil yang dirintis oleh Dr. Maxwell, seorang misionaris Inggris. Ketika itu tingkat kesehatan masyarakat di Taiwan sangat rendah dan cara pengobatan masih sangat sederhana.

Pada suatu hari seorang anak datang ke rumah sakit itu dan meminta obat untuk ibunya yang sedang demam akibat malaria. Anak ini berjalan lebih dari dua jam dari desanya ke rumah sakit melalui jalan setapak melewati hutan dan sawah.

Ketika nama ibunya dipanggil, anak ini langsung bangkit dari bangkunya, meraih botol obat dan bergegas pulang. Sore harinya pukul lima , ketika kamar obat akan ditutup, seorang perawat tampak bingung dan berbisik,"Dokter Lin,botol obat untuk pasien malaria masih ada disini. Tetapi ada satu botol yang hilang. Isinya disinfektan."

Dr. Lin terkejut, diperiksanya botol yang tertinggal, benar isinya obat malaria. Jadi, anak tadi membawa botol yang salah!

Botol-botol dikamar obat itu memang berbentuk sama dan berwarna sama, lagipula baik obat malaria maupun disinfektan sama-sama cairan.

"Celaka kita. Ibu itu bisa mati. Disinfektan itu obat keras pembunuh kuman untuk kamar operasi. Kalau sampai diminum, usus bisa terbakar dan orang itu akan mati," ujar Dr. Lin dengan wajah pucat. Segera mereka melaporkan peristiwa ini kepada Dr.Maxwell.

Ia juga terkejut. "Sekarang pukul lima, anak itu pergi dari sini pukul tiga, jadi ia sudah hampir tiba. Tidak mungkin kita mengejarnya. Kita tidak tahu jalan ke desa itu," ujar Dr. Maxwell. Dr.Maxwell termenung, lalu ia berkata, "Mulai hari ini semua obat keras tidak boleh diletakkan diatas meja. Sekarang panggil semua karyawan untuk berkumpul. Kita akan berdoa."

Begitulah semua orang yang bekerja di rumah sakit itu berkumpul dan berdoa. Dr. Maxwell berdoa, "Tuhan, kami telah membuat kecerobohan. Ampunilah kami. Nyawa seorang ibu sedang terancam. Tolonglah dia, cegahlah dia agar tidak meminum obat yang salah itu......"

Malam harinya Dr. Lin berdinas malam. Ia harus bertanggung jawab atas kematian ibu ini. Esok harinya, ketika masih subuh pintu diketuk. Ternyata itu anak yang kemarin membawa botol yang keliru. Mukanya pucat ketakutan.

Dr. Lin juga takut. Kedua orang itu berdiri saling memandang dengan gugup. Kemudian anak itu berkata, "Ma'af dokter. Kemarin saya bawa botol itu sambil berlari, lalu saya jatuh botol itu pecah dan isinya tumpah."

Dr. Lin yang masih terpaku karena gugup langsung bertanya, "Kapan Jatuhnya?"

Anak itu menjadi makin ketakutan, "Ma'af, dokter. Saya baru datang sekarang. Jatuhnya kemarin sore, menjelang gelap."

Dr. Lin langsung ingat : Menjelang gelap....itu adalah saat ketika semua karyawan rumah sakit berkumpul mendoakan ibu anak ini.

Jiwa ibu anak ini tertolong, isi botol yang salah itu tidak sampai terminum, karena botol itu pecah ditengah jalan.

------------------

Kita bisa lihat peristiwa ini dari sudut si anak. Ia pulang membawa botol obat ini sambil berlari. Ia ingin cepat-cepat memberikan obat ini kepada ibunya. Ia ingin menunjukan baktinya kepada ibunya. Ia ingin ibunya cepat sembuh. Anak ini tidak mengetahui bahwa botol yang sedang dipegangnya berisi racun. Ia tidak bisa membaca tulisan dibotol itu. Ia buta huruf. Anak ini berlari terus. Jalan dari desa ke rumah sakit dikota sangat jauh. Perginya dua jam, pulangnya dua jam.

Ia letih. Lalu, tiba-tiba ia tersandung. Ia jatuh. Mungkin aa terluka, tetapi yang paling celaka; botolnya jatuh dan pecah, cairan isinya tumpah di tanah. Bayangkan bagaimana perasaan anak itu. Ia kecewa, sedih dan takut.

Bagaimana kalau penyakit ibunya makin parah. Bagaimana kalau dokter itu marah? Anak ini sangat terpukul oleh kejatuhan ini.

Saat itu ia belum tahu bahwa justru terjatuhnya dia ini menolong nyawa ibunya. Mungkin orang lain akan tersenyum, "Ah, itu cuma kebetulan."

Namun orang percaya akan bersaksi, "Tuhan bisa bekerja melalui sebuah kebetulan," itulah juga kesaksian Rasul Paulus di Roma 8:28 :"....Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia......."

"SEGALA SESUATU" berarti segala keadaan atau segala kejadian, baik berhasil maupun kejatuhan. Kejatuhan dapat berbentuk musibah, penyakit atau kegagalan. Seringkali kita mengira bahwa Allah hanya hadir dan bekerja dalam keberhasilan. Padahal Allah juga hadir dan bekerja dalam kejatuhan. Apa tujuan Allah bekerja dalam kejatuhan?

Paulus menjawab,".....untuk mendatangkan KEBAIKAN......"

Jadi Tuhan dapat mendatangkan kebaikan melalui sebuah kejatuhan.

Kasih Yang Paling Besar

Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.

Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.

Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama.

Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, "Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal !"

Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.

Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah.

"Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok."

Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis.

"Apakah sakit?" tanya dokter itu.

Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu.

"Apakah sakit?"

Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit."

"Lalu kenapa kamu menangis?",tanya dokter itu.

"Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu.

Dokter itu tercengang, "Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal ?"

Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku !"

Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu ?"

Sambil menangis ia berkata, "Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya!"

Tuhan Yesus lebih dahulu mengasihi kita dengan Kasih Yang paling Besar........

Merengek

Ayat bacaan: Yesaya 55:8
===================
"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN."

tuhan tahu yang terbaik, merengekPemandangan anak kecil yang merengek-rengek pada ibunya meminta sesuatu rasanya bukan lagi sesuatu yang aneh. Kita sering menyaksikan pemandangan seperti itu di pusat-pusat perbelanjaan. Terkadang mereka sampai duduk di lantai, menarik-narik orang tuanya sambil meraung agar keinginan mereka dipenuhi. Ketika hal tersebut tidak diberikan, maka mereka pun akan menangis sejadi-jadinya dan menarik perhatian banyak orang. Seorang teman saya yang mempunyai anak kecil mengatakan sungguh sulit mendiamkan anaknya ketika ia menginginkan sesuatu. Tidak semua permintaan anak harus dikabulkan, karena terkadang apa yang mereka minta tidak membawa kebaikan bagi mereka. Anak yang terus menerus minta permen misalnya, jika dituruti tentu akan merusak giginya. Anak yang terus minta mainan tidak akan mau belajar. Apa yang mereka minta tentu sesuai dengan keinginan mereka, namun orang tua mampu berpikir lebih jauh dan berhak memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Orang tua yang baik akan tahu kapan mereka harus menuruti, dan kapan mereka harus menolak.

Sadar atau tidak, kita seringkali punya perilaku seperti anak kecil yang merengek-rengek itu. Kita sering datang pada Tuhan membawa "wish list" kita, berisi serangkaian permintaan ini dan itu. Ketika melihat mobil tetangga, kita pun datang pada Tuhan meminta mobil yang sama, atau kalau bisa lebih mewah lagi. Ketika mobil tidak kunjung datang, kita pun bersungut-sungut menuduh Tuhan tidak adil. Tuhan tidak mendengar doa kita, Tuhan tidak peduli, bahkan Tuhan pilih kasih. Padahal jika mobil itu diberikan pada kita, mungkin iman kita belum siap untuk memilikinya, sehingga bukan berkat yang datang, melainkan sesuatu yang bisa merusak hubungan kita dengan Tuhan dan menjauhkan kita dariNya.

Tuhan Yesus berkata: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.." (Matius 7:7) Itu benar, karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Namun ingatlah bahwa apa yang kita anggap baik buat kita, apa yang kita anggap diperlukan, belum tentu yang terbaik untuk kita. Tuhan yang menciptakan kita tentu lebih tahu mengenai apa yang terbaik buat kita, seperti halnya orang tua yang tahu apa yang terbaik buat anaknya. Ayat bacaan hari ini berbicara mengenai hal itu. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 55:8). Kemudian dilanjutkan dengan: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (ay 9). Apa yang kita inginkan seringkali merupakan keinginan untuk memuaskan hasrat kedagingan atau sesuatu yang hanya memberi kesenangan sementara saja. Dibalik itu, ada banyak hal yang mungkin bisa merusak kehidupan kita. Tuhan tahu yang terbaik buat kita. Dia tidak pernah memberi rancangan untuk menghancurkan kita. Dia hanya memberikan rancangan damai sejahtera untuk hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11). Tidak ada yang perlu diragukan akan hal itu, karena kita tahu persis betapa Tuhan mengasihi kita semua. Kehadiran Tuhan Yesus ke dunia dengan karya penebusanNya yang luar biasa adalah bukti nyata betapa besar kasih Tuhan pada kita yang selalu saja berbuat dosa ini.

Bayangkan diri kita sebagai anak yang merengek minta permen, Tuhan sebagai "Orang Tua" kita akan tahu kapan harus menuruti dan menolak permintaan kita. Bukan untuk menyiksa, menyengsarakan kita, tapi justru karena Dia punya rencana yang jauh lebih baik buat kita. Yang terbaik adalah menyerahkan sepenuhnya kehidupan kita ke dalam tangan Tuhan. Biarlah Dia yang menentukan apa yang sebaiknya harus diberikan pada kita. Bukan kehendak kita yang paling baik, tetapi rancangan Tuhan lah yang sempurna. Yakobus menganjurkan agar kita meminta hikmat kepada Tuhan, dan Dia akan memberi dengan murah hati. (Yakobus 1:5) Itulah yang kita butuhkan agar kita bisa mengerti bahwa Tuhan akan selalu menyediakan segala sesuatu yang terbaik sesuai dengan rancanganNya yang penuh damai sejahtera buat hidup kita.

Bukan menurut kita, namun menurut rancangan Tuhan, itulah yang terbaik

Merengek

Ayat bacaan: Yesaya 55:8
===================
"Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN."

tuhan tahu yang terbaik, merengekPemandangan anak kecil yang merengek-rengek pada ibunya meminta sesuatu rasanya bukan lagi sesuatu yang aneh. Kita sering menyaksikan pemandangan seperti itu di pusat-pusat perbelanjaan. Terkadang mereka sampai duduk di lantai, menarik-narik orang tuanya sambil meraung agar keinginan mereka dipenuhi. Ketika hal tersebut tidak diberikan, maka mereka pun akan menangis sejadi-jadinya dan menarik perhatian banyak orang. Seorang teman saya yang mempunyai anak kecil mengatakan sungguh sulit mendiamkan anaknya ketika ia menginginkan sesuatu. Tidak semua permintaan anak harus dikabulkan, karena terkadang apa yang mereka minta tidak membawa kebaikan bagi mereka. Anak yang terus menerus minta permen misalnya, jika dituruti tentu akan merusak giginya. Anak yang terus minta mainan tidak akan mau belajar. Apa yang mereka minta tentu sesuai dengan keinginan mereka, namun orang tua mampu berpikir lebih jauh dan berhak memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Orang tua yang baik akan tahu kapan mereka harus menuruti, dan kapan mereka harus menolak.

Sadar atau tidak, kita seringkali punya perilaku seperti anak kecil yang merengek-rengek itu. Kita sering datang pada Tuhan membawa "wish list" kita, berisi serangkaian permintaan ini dan itu. Ketika melihat mobil tetangga, kita pun datang pada Tuhan meminta mobil yang sama, atau kalau bisa lebih mewah lagi. Ketika mobil tidak kunjung datang, kita pun bersungut-sungut menuduh Tuhan tidak adil. Tuhan tidak mendengar doa kita, Tuhan tidak peduli, bahkan Tuhan pilih kasih. Padahal jika mobil itu diberikan pada kita, mungkin iman kita belum siap untuk memilikinya, sehingga bukan berkat yang datang, melainkan sesuatu yang bisa merusak hubungan kita dengan Tuhan dan menjauhkan kita dariNya.

Tuhan Yesus berkata: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.." (Matius 7:7) Itu benar, karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Namun ingatlah bahwa apa yang kita anggap baik buat kita, apa yang kita anggap diperlukan, belum tentu yang terbaik untuk kita. Tuhan yang menciptakan kita tentu lebih tahu mengenai apa yang terbaik buat kita, seperti halnya orang tua yang tahu apa yang terbaik buat anaknya. Ayat bacaan hari ini berbicara mengenai hal itu. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 55:8). Kemudian dilanjutkan dengan: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (ay 9). Apa yang kita inginkan seringkali merupakan keinginan untuk memuaskan hasrat kedagingan atau sesuatu yang hanya memberi kesenangan sementara saja. Dibalik itu, ada banyak hal yang mungkin bisa merusak kehidupan kita. Tuhan tahu yang terbaik buat kita. Dia tidak pernah memberi rancangan untuk menghancurkan kita. Dia hanya memberikan rancangan damai sejahtera untuk hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11). Tidak ada yang perlu diragukan akan hal itu, karena kita tahu persis betapa Tuhan mengasihi kita semua. Kehadiran Tuhan Yesus ke dunia dengan karya penebusanNya yang luar biasa adalah bukti nyata betapa besar kasih Tuhan pada kita yang selalu saja berbuat dosa ini.

Bayangkan diri kita sebagai anak yang merengek minta permen, Tuhan sebagai "Orang Tua" kita akan tahu kapan harus menuruti dan menolak permintaan kita. Bukan untuk menyiksa, menyengsarakan kita, tapi justru karena Dia punya rencana yang jauh lebih baik buat kita. Yang terbaik adalah menyerahkan sepenuhnya kehidupan kita ke dalam tangan Tuhan. Biarlah Dia yang menentukan apa yang sebaiknya harus diberikan pada kita. Bukan kehendak kita yang paling baik, tetapi rancangan Tuhan lah yang sempurna. Yakobus menganjurkan agar kita meminta hikmat kepada Tuhan, dan Dia akan memberi dengan murah hati. (Yakobus 1:5) Itulah yang kita butuhkan agar kita bisa mengerti bahwa Tuhan akan selalu menyediakan segala sesuatu yang terbaik sesuai dengan rancanganNya yang penuh damai sejahtera buat hidup kita.

Bukan menurut kita, namun menurut rancangan Tuhan, itulah yang terbaik

Jumat, 30 Januari 2009

Tergantung Di Tangan Siapa

Ayat bacaan: Matius 6:33
====================
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

baik buruk tergantung di tangan siapa, carilah dahulu Kerajaan AllahBerbahayakah internet bagi manusia? Sebuah lembaga pendidikan yang saya kenal menganggapnya demikian, setidaknya bagi mahasiswanya. "Jika fasilitas internet ditambahkan di kampus, maka semua mahasiswa hanya akan mencari film-film porno.." begitu kata ketua yayasan pada suatu kali. Padahal ada banyak info berharga yang berguna bagi pendidikan terdapat disana. Saya sendiri memakai fasilitas internet untuk mewartakan firman Tuhan. Bagi hacker, internet bisa dipakai untuk mencuri uang orang lain. Internet bisa dipakai untuk mencari nafkah dengan cara-cara halal. Bahkan untuk sekedar mencari resep sambal sekalipun, internet bisa sangat membantu. Pisau tajam di tangan koki bisa membantu menghasilkan racikan makanan lezat dengan dekor makanan yang indah dipandang mata. Obat-obatan bagi dokter dapat menyembuhkan orang sakit, namun di tangan pecandu, obat bisa menghancurkan dan mematikan dirinya. Nuklir bisa dipakai sebagai sumber energi. Namun di tangan orang kejam, nuklir bisa dipakai menjadi senjata sangat mematikan. Uang bisa dipakai untuk membantu orang lain, tapi di tangan penjudi, uang menjadi sumber dosa yang bisa setiap saat menghancurkan keluarganya. Ada pula yang menghambakan uang. Padahal bukan uangnya yang salah, tapi orangnya. Seringkali manusia terlalu cepat mengambil kesimpulan akan sebuah objek. Internet itu negatif, uang itu menghancurkan, kedudukan dan jabatan itu sebuah awal kesombongan, obat-obatan tidak baik, politik itu jahat dan kotor, ilmu pengetahuan menjauhkan manusia dari Tuhan dan sebagainya. Tapi sebenarnya semua itu tergantung pada siapa yang mendapatkannya. Ya, semua tergantung di tangan siapa.

Pagi ini saya diingatkan akan sisi lain dari ayat yang sudah sering kita baca. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."(Matius 6:33). Ayat ini biasanya dipakai untuk menjelaskan bahwa Tuhan menjamin hidup kita, anak-anakNya yang selalu taat dan rindu untuk berada di dekat Tuhan. Itu sungguh benar. Di sisi lain, kita bisa melihat ayat ini dari sudut pandang topik yang saya bahas hari ini. Jika kita mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya, jika kita hidup benar sesuai firman Tuhan, maka berbagai hal diatas bisa menjadi berkat bagi banyak orang.tidak akan menjadi senjata berbahaya atau awal dari kebinasaan. Yang penting adalah bagaimana kita mendahulukan untuk hidup dalam kebenaran, hidup benar sesuai firman Tuhan. Jika kita memprioritaskan hal ini, kita pun akan terbentuk menjadi manusia yang benar, sehingga apapun yang ada di tangan kita tidak akan menjadi benda mematikan,senjata berbahaya atau sesuatu yang menghancurkan, tidak akan menjadi sesuatu yang negatif, namun bisa menjadi sebuah berkat yang berguna bagi sesama dimana kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan. Tuhan Yesus berkata: "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Yang harus kita perhatikan adalah pohonnya, dan bukan buahnya. Sebuah pohon yang baik akan selalu menghasilkan buah-buah yang baik. Demikianlah orang-orang yang selalu mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya, tentu akan mempergunakan berbagai berkat jasmani dan benda-benda yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk sesuatu yang memberkati orang lain.

Penulis Ibrani menuliskan "Janganlah kamu menjadi hamba uang.." (Ibrani 13:5). Bukan uangnya yang salah, namun bagaimana orang memandang uanglah yang salah. Apakah uang dianggap lebih penting dari segala-galanya sehingga uang diperhambakan, atau uang dipakai untuk mencukupi keluarga juga dipakai untuk memberkati orang lain yang membutuhkan pertolongan. Amsal berkata: "Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin." (Amsal 9:22). Bukan rezekinya yang salah, bukan uangnya yang salah, tapi bagaimana pemanfaatannya. Tuhan mampu dan siap untuk memberikan kita hidup yang berkelimpahan. Berkat-berkat Tuhan siap tercurah pada kita. Namun sebelumnya, pastikan dulu diri kita untuk mendahulukan untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, sehingga semua berkat yang datang daripadaNya tidak akan membawa kita membuka pintu-pintu dosa yang menjerumuskan kita ke dalam kematian kekal, melainkan menjadikan kita sebagai anak-anak Tuhan yang selalu membagi berkat dan membantu sesama dimana kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan.

Prioritaskan Kerajaan Allah dan kebenarannya sehingga segala sesuatu di tangan kita menjadi alat yang berguna bagi orang lain

Tergantung Di Tangan Siapa

Ayat bacaan: Matius 6:33
====================
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

baik buruk tergantung di tangan siapa, carilah dahulu Kerajaan AllahBerbahayakah internet bagi manusia? Sebuah lembaga pendidikan yang saya kenal menganggapnya demikian, setidaknya bagi mahasiswanya. "Jika fasilitas internet ditambahkan di kampus, maka semua mahasiswa hanya akan mencari film-film porno.." begitu kata ketua yayasan pada suatu kali. Padahal ada banyak info berharga yang berguna bagi pendidikan terdapat disana. Saya sendiri memakai fasilitas internet untuk mewartakan firman Tuhan. Bagi hacker, internet bisa dipakai untuk mencuri uang orang lain. Internet bisa dipakai untuk mencari nafkah dengan cara-cara halal. Bahkan untuk sekedar mencari resep sambal sekalipun, internet bisa sangat membantu. Pisau tajam di tangan koki bisa membantu menghasilkan racikan makanan lezat dengan dekor makanan yang indah dipandang mata. Obat-obatan bagi dokter dapat menyembuhkan orang sakit, namun di tangan pecandu, obat bisa menghancurkan dan mematikan dirinya. Nuklir bisa dipakai sebagai sumber energi. Namun di tangan orang kejam, nuklir bisa dipakai menjadi senjata sangat mematikan. Uang bisa dipakai untuk membantu orang lain, tapi di tangan penjudi, uang menjadi sumber dosa yang bisa setiap saat menghancurkan keluarganya. Ada pula yang menghambakan uang. Padahal bukan uangnya yang salah, tapi orangnya. Seringkali manusia terlalu cepat mengambil kesimpulan akan sebuah objek. Internet itu negatif, uang itu menghancurkan, kedudukan dan jabatan itu sebuah awal kesombongan, obat-obatan tidak baik, politik itu jahat dan kotor, ilmu pengetahuan menjauhkan manusia dari Tuhan dan sebagainya. Tapi sebenarnya semua itu tergantung pada siapa yang mendapatkannya. Ya, semua tergantung di tangan siapa.

Pagi ini saya diingatkan akan sisi lain dari ayat yang sudah sering kita baca. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."(Matius 6:33). Ayat ini biasanya dipakai untuk menjelaskan bahwa Tuhan menjamin hidup kita, anak-anakNya yang selalu taat dan rindu untuk berada di dekat Tuhan. Itu sungguh benar. Di sisi lain, kita bisa melihat ayat ini dari sudut pandang topik yang saya bahas hari ini. Jika kita mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya, jika kita hidup benar sesuai firman Tuhan, maka berbagai hal diatas bisa menjadi berkat bagi banyak orang.tidak akan menjadi senjata berbahaya atau awal dari kebinasaan. Yang penting adalah bagaimana kita mendahulukan untuk hidup dalam kebenaran, hidup benar sesuai firman Tuhan. Jika kita memprioritaskan hal ini, kita pun akan terbentuk menjadi manusia yang benar, sehingga apapun yang ada di tangan kita tidak akan menjadi benda mematikan,senjata berbahaya atau sesuatu yang menghancurkan, tidak akan menjadi sesuatu yang negatif, namun bisa menjadi sebuah berkat yang berguna bagi sesama dimana kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan. Tuhan Yesus berkata: "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Yang harus kita perhatikan adalah pohonnya, dan bukan buahnya. Sebuah pohon yang baik akan selalu menghasilkan buah-buah yang baik. Demikianlah orang-orang yang selalu mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya, tentu akan mempergunakan berbagai berkat jasmani dan benda-benda yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk sesuatu yang memberkati orang lain.

Penulis Ibrani menuliskan "Janganlah kamu menjadi hamba uang.." (Ibrani 13:5). Bukan uangnya yang salah, namun bagaimana orang memandang uanglah yang salah. Apakah uang dianggap lebih penting dari segala-galanya sehingga uang diperhambakan, atau uang dipakai untuk mencukupi keluarga juga dipakai untuk memberkati orang lain yang membutuhkan pertolongan. Amsal berkata: "Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin." (Amsal 9:22). Bukan rezekinya yang salah, bukan uangnya yang salah, tapi bagaimana pemanfaatannya. Tuhan mampu dan siap untuk memberikan kita hidup yang berkelimpahan. Berkat-berkat Tuhan siap tercurah pada kita. Namun sebelumnya, pastikan dulu diri kita untuk mendahulukan untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, sehingga semua berkat yang datang daripadaNya tidak akan membawa kita membuka pintu-pintu dosa yang menjerumuskan kita ke dalam kematian kekal, melainkan menjadikan kita sebagai anak-anak Tuhan yang selalu membagi berkat dan membantu sesama dimana kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan.

Prioritaskan Kerajaan Allah dan kebenarannya sehingga segala sesuatu di tangan kita menjadi alat yang berguna bagi orang lain

Betapa ...

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000,-waduh, apabila dibawa ke gereja untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama satu jam; namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan); namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan basketball diperpanjang waktunya ekstra; namun kita mengeluh ketika khotbah di gereja lebih lama sedikit dari pada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu perikop dari Kitab Suci; namun betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser; namun lebih senang duduk di bangku paling belakang di gereja.

Betapa sulitnya untuk menyesuaikan jadwal waktu kita, 2 atau 3 minggu sebelumnya untuk suatu acara gerejani; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari suatu bab sederhana dari Injil untuk di sharingkan dengan orang lain;namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain itu.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran; namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya, atau berpikir,atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah; betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan membacanya, serta langsung klik pada icon DELETE.

Lucu bukan ?

Mengapa Tuhan Memberikan Kita Masalah?

Masalah-masalah yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Tuhan menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untukbertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari masalah-masalah tersebut.

Ada lima cara Tuhan menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan kita untuk menjadi sesuatu kebaikan bagi kita:

1. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita. Kadang-kadang Tuhan harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Tuhan pakai untuk menarik perhatian kita.

2. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGUJI kita. Manusia bagaikan teh celup... jika anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Tuhan kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi."Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3).

3. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita. Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu... kesehatan, teman, hubungan..., saat kita sudah kehilangan."Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:71).

4. Tuhan menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita. Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang Kristen yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi boss-nya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara, karena setahun kemudian tindakan boss itu terbongkar. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan..." (Kejadian 50:20).

5. Tuhan menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita. Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Tuhan lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kekal. " ... Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-4).

Kamis, 29 Januari 2009

Bukan Warna Luarnya

Seorang anak keturunan Afrika. Di sebuah persimpangan jalan di sudut kota, ia menemukan seorang bapa sedang menjual balon yang nampak begitu indah. Bapa tersebut nampaknya seperti seorang penjual balon yang punya karisma khusus karena ia mampu menarik begitu banyak peminat. Begitu banyak orang berjejal di sekelilingnya, bukan saja anak-anak, tetapi juga orang tua mereka.

Anak keturunan Afrika itupun datang mendekat. Ia memperhatikan sang penjual balon, yang setelah memompa udara kedalam balon tersebut lalu melepaskannya terbang tinggi secara bebas ke angkasa. Sebuah balon merah dilepaskan. Disusul balom berwarna biru, lalu kuning. Setelah itu balom putih juga dilepaskan yang dengan serta-merta melejit bagai roket dan menghilang di angkasa biru.

Anak kecil itu mendekati sang penjual balon dan memperhatikan balon hitam yang juga dipajang di situ, lalu bertanya, "Jika engkau melepaskan balon hitam itu ke angkasa, apakah ia akan juga terbang secepat balon-balon berwarna lainnya tadi?”

Sang penjual balon memberikan senyuman kepada sang anak itu. Ia segera tahu apa yang dirasakan sang anak itu; yakni apakah yang hitam selalu berada dalam posisi yang diremehkan, apakah yang hitam selalu dikelasduakan. Dari pengalaman hidupnya yang singkat, sang anak tersebut telah belajar bahwa golongannya kaum berwarna hitam selalu muncul di belakang yang lain.

Sang penjual balon memompa balom hitam tersebut lalu melepaskannya ke angkasa. Balon hitam itupun menghilang bagai sebuah roket menembuh awan yang kebetulan sedang terbang rendah, sambil berkata kepada anak tersebut, "Nak, bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi."

Santo Yakobus memberikan nasihat yang sungguh indah. “Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: ‘Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!’, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: ‘Berdirilah di sana!’ atau: ‘Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!’” (Jakobus 2: 1-2).

Semua manusia sama adanya, dan dapat dipisah-pisahkan berdasarkan harta kekayaan yang dimilikinya. Nilai martabat seorang manusia tidak ditentukan oleh kedudukannya, tidak juga oleh faktor keturunan dan ras. Manusia tidak dibedakan yang ditentukan oleh warna kulit seperti halnya kisah balon di atas.

Kita memperoleh martabat yang luhur karena Tuhan menghendaki agar kita berpartisipasi dalam gambaran diriNya. Kita semua adalah gambaran Allah, kita diciptakan seturut gambaran diriNya, dan inilah yang menentukan nilai seorang anak manusia.

Citra diri Allah yang ada di dalam diri kita inilah yang menjadi dasar dan nilai martabat seorang manusia. “Bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi.”

Tarsis Sigho
sighotarsi@yahoo.com

Do Something Today!

Ayat bacaan: Matius 25:26
=====================
"Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?"

jangan menunggu, melipatgandakan talenta, do something, lakukan sesuatuTugas saya adalah mengajar teknik web dan grafik desain. Saya memberikan ilmu yang siap pakai bagi para siswa. Itu tugas utama saya. Tapi dalam berbagai kesempatan saya merasa perlu untuk memberikan nasihat. Nasihat seperti apa? Saya melihat ada banyak orang yang hanya duduk menunggu walaupun mereka sudah dibekali ilmu pengetahuan,keterampilan bahkan sekedar kemampuan yang cukup untuk bisa berbuat sesuatu. Tidak ada modal, tidak ada kesempatan, belum ada perusahaan yang memanggil dan sebagainya, selalu saja menjadi alasan orang untuk terus menunggu dan menunggu. Ketika orang selesai kuliah, mereka fokus hanya pada mencari lowongan kerja dan memasukkan lamaran. Selama tidak ada yang memanggil, mereka pun hanya terus menanti tanpa berbuat sesuatu. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan apa yang sudah mereka punya, mereka sudah bisa mulai untuk melakukan sesuatu. Kemarin saya memberi sebuah contoh pada siswa saya. Saya mengajak mereka keluar untuk melihat rumput di halaman, dan mengajak mereka berpikir apa yang dapat mereka hasilkan dari sepetak rumput tersebut. Mereka mulai berpikir dan ternyata mampu memberi jawaban beragam. Mereka bisa beternak, mereka bisa memotong rumput, bisa menanam bagian-bagian yang gundul dan sebagainya. Ada begitu banyak peluang namun sedikit yang mampu melihat, apalagi menangkap peluang dan mengolahnya menjadi sesuatu yang menghasilkan.

Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30 memberi sebuah gambaran jelas mengenai hal ini. Ada seorang tuan yang hendak bepergian ke luar negeri, dan dia mempercayakan hartanya pada hamba-hambanya. Seorang diberikan lima talenta, seorang lagi dua, dan seorang lagi satu, sesuai dengan kesanggupannya. Sekembalinya sang tuan, para hamba pun dipanggil. Yang mendapat lima talenta ternyata bisa menggandakannya menjadi sepuluh, yang mendapat dua telanta mampu menggandakannya menjadi empat. Dan keduanya pun mendapat jawaban yang sama. Mereka dianggap baik dan setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, dan kepada mereka akan diberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar lagi. Mereka pun layak untuk masuk dalam kebahagiaan tuannya. Seorang lagi yang mendapat satu talenta ternyata hanya menanamnya, tidak menggandakan, malah menuduh tuannya sebagai manusia yang kejam. (ay 24). Tuannya pun menyebut sang hamba yang satu ini sebagai orang yang jahat dan malas. (ay 26). Perhatikan kata jahat. Apakah dia mencuri uang tuannya? Tidak. Apakah dia korupsi? Tidak. Apakah dia menggunakan uang tuannya untuk berbuat dosa? Tidak. Namun dia diganjar kata jahat. Hamba satu ini jahat, karena dia tidak setia. Dia tidak memanfaatkan apa yang telah dipercayakan kepadanya untuk berbuat sesuatu. Dia tidak menghargai tanggung jawab yang diberikan. Mungkin dia menganggap satu talenta itu sangat sedikit dibanding kedua temannya, dan dia merasa diperlakukan dengan tidak adil. Hamba dengan satu talenta tidak menyadari bahwa satu talenta pun, meski sedikit, namun tetaplah sebuah talenta yang bisa dilipat gandakan. Maka hukumannya pun jelas. "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (ay 30).

Tuhan memberikan kelimpahan kepada orang yang tahu memanfaatkan talentanya, mengolahnya menjadi sesuatu yang berhasil. "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29). Orang yang bisa melakukan pekerjaan kecil dengan baik dengan tanggung jawab penuh akan diberi hingga berkelimpahan, dan sebaliknya. Ingatlah bahwa kepada kita semua telah diberikan talenta, menurut kesanggupan kita. Jika mendapat talenta kecil, mulailah dari perkara kecil, maka Tuhan akan melimpahkan perkara-perkara yang lebih besar lagi hingga berkelimpahan. Tidak ada alasan untuk bersungut-sungut, malas-malasan dan berlindung di balik berbagai alasan, karena , sekali lagi, talenta tetaplah talenta, yang bisa kita pakai untuk berbuat sesuatu. Tuhan telah memberikan segala sesuatunya cukup bagi kita untuk mulai melakukan sesuatu. Tuhan sangat tidak suka pada pemalas. Dalam Amsal kita melihat hal yang sama, bahwa Tuhan memberkati orang yang rajin. "Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga." (Amsal 12:27), "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4).

Dalam melayani Tuhan pun demikian. Kita telah diberikan kemampuan, waktu dan kesempatan yang cukup banyak selama kita masih ada dalam dunia ini. Maka kita juga harus melayani Tuhan selama masih ada waktu dan kesempatan, kemudian harus mampu melipatgandakan, mengembangkan talenta yang sudah Dia berikan dan menggunakannya dengan baik. Seseorang tidak harus menjadi pendeta utnuk melayani, tidak harus menjadi worship leader, tidak harus hafal Alkitab luar kepala, tidak harus berkotbah dimana-mana, untuk melayani. Sebuah perbuatan yang didasarkan atas kerinduan untuk melayani Tuhan dengan tulus karena mengasihiNya, sebesar atau sekecil apapun, sangatlah Dia hargai. Dan Tuhan siap memberkati dengan melimpah-limpah. Tuhan memberikan kita talenta bukan untuk disimpan dan ditimbun, tapi untuk pelipatgandaan dan digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain. So, don't just sit and wait, do something today.

Setiap orang telah dibekali talenta yang cukup untuk bisa mulai melakukan sesuatu

Do Something Today!

Ayat bacaan: Matius 25:26
=====================
"Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?"

jangan menunggu, melipatgandakan talenta, do something, lakukan sesuatuTugas saya adalah mengajar teknik web dan grafik desain. Saya memberikan ilmu yang siap pakai bagi para siswa. Itu tugas utama saya. Tapi dalam berbagai kesempatan saya merasa perlu untuk memberikan nasihat. Nasihat seperti apa? Saya melihat ada banyak orang yang hanya duduk menunggu walaupun mereka sudah dibekali ilmu pengetahuan,keterampilan bahkan sekedar kemampuan yang cukup untuk bisa berbuat sesuatu. Tidak ada modal, tidak ada kesempatan, belum ada perusahaan yang memanggil dan sebagainya, selalu saja menjadi alasan orang untuk terus menunggu dan menunggu. Ketika orang selesai kuliah, mereka fokus hanya pada mencari lowongan kerja dan memasukkan lamaran. Selama tidak ada yang memanggil, mereka pun hanya terus menanti tanpa berbuat sesuatu. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan apa yang sudah mereka punya, mereka sudah bisa mulai untuk melakukan sesuatu. Kemarin saya memberi sebuah contoh pada siswa saya. Saya mengajak mereka keluar untuk melihat rumput di halaman, dan mengajak mereka berpikir apa yang dapat mereka hasilkan dari sepetak rumput tersebut. Mereka mulai berpikir dan ternyata mampu memberi jawaban beragam. Mereka bisa beternak, mereka bisa memotong rumput, bisa menanam bagian-bagian yang gundul dan sebagainya. Ada begitu banyak peluang namun sedikit yang mampu melihat, apalagi menangkap peluang dan mengolahnya menjadi sesuatu yang menghasilkan.

Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30 memberi sebuah gambaran jelas mengenai hal ini. Ada seorang tuan yang hendak bepergian ke luar negeri, dan dia mempercayakan hartanya pada hamba-hambanya. Seorang diberikan lima talenta, seorang lagi dua, dan seorang lagi satu, sesuai dengan kesanggupannya. Sekembalinya sang tuan, para hamba pun dipanggil. Yang mendapat lima talenta ternyata bisa menggandakannya menjadi sepuluh, yang mendapat dua telanta mampu menggandakannya menjadi empat. Dan keduanya pun mendapat jawaban yang sama. Mereka dianggap baik dan setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, dan kepada mereka akan diberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar lagi. Mereka pun layak untuk masuk dalam kebahagiaan tuannya. Seorang lagi yang mendapat satu talenta ternyata hanya menanamnya, tidak menggandakan, malah menuduh tuannya sebagai manusia yang kejam. (ay 24). Tuannya pun menyebut sang hamba yang satu ini sebagai orang yang jahat dan malas. (ay 26). Perhatikan kata jahat. Apakah dia mencuri uang tuannya? Tidak. Apakah dia korupsi? Tidak. Apakah dia menggunakan uang tuannya untuk berbuat dosa? Tidak. Namun dia diganjar kata jahat. Hamba satu ini jahat, karena dia tidak setia. Dia tidak memanfaatkan apa yang telah dipercayakan kepadanya untuk berbuat sesuatu. Dia tidak menghargai tanggung jawab yang diberikan. Mungkin dia menganggap satu talenta itu sangat sedikit dibanding kedua temannya, dan dia merasa diperlakukan dengan tidak adil. Hamba dengan satu talenta tidak menyadari bahwa satu talenta pun, meski sedikit, namun tetaplah sebuah talenta yang bisa dilipat gandakan. Maka hukumannya pun jelas. "Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (ay 30).

Tuhan memberikan kelimpahan kepada orang yang tahu memanfaatkan talentanya, mengolahnya menjadi sesuatu yang berhasil. "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29). Orang yang bisa melakukan pekerjaan kecil dengan baik dengan tanggung jawab penuh akan diberi hingga berkelimpahan, dan sebaliknya. Ingatlah bahwa kepada kita semua telah diberikan talenta, menurut kesanggupan kita. Jika mendapat talenta kecil, mulailah dari perkara kecil, maka Tuhan akan melimpahkan perkara-perkara yang lebih besar lagi hingga berkelimpahan. Tidak ada alasan untuk bersungut-sungut, malas-malasan dan berlindung di balik berbagai alasan, karena , sekali lagi, talenta tetaplah talenta, yang bisa kita pakai untuk berbuat sesuatu. Tuhan telah memberikan segala sesuatunya cukup bagi kita untuk mulai melakukan sesuatu. Tuhan sangat tidak suka pada pemalas. Dalam Amsal kita melihat hal yang sama, bahwa Tuhan memberkati orang yang rajin. "Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga." (Amsal 12:27), "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4).

Dalam melayani Tuhan pun demikian. Kita telah diberikan kemampuan, waktu dan kesempatan yang cukup banyak selama kita masih ada dalam dunia ini. Maka kita juga harus melayani Tuhan selama masih ada waktu dan kesempatan, kemudian harus mampu melipatgandakan, mengembangkan talenta yang sudah Dia berikan dan menggunakannya dengan baik. Seseorang tidak harus menjadi pendeta utnuk melayani, tidak harus menjadi worship leader, tidak harus hafal Alkitab luar kepala, tidak harus berkotbah dimana-mana, untuk melayani. Sebuah perbuatan yang didasarkan atas kerinduan untuk melayani Tuhan dengan tulus karena mengasihiNya, sebesar atau sekecil apapun, sangatlah Dia hargai. Dan Tuhan siap memberkati dengan melimpah-limpah. Tuhan memberikan kita talenta bukan untuk disimpan dan ditimbun, tapi untuk pelipatgandaan dan digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain. So, don't just sit and wait, do something today.

Setiap orang telah dibekali talenta yang cukup untuk bisa mulai melakukan sesuatu

20 Tips

SATU.
berikan mereka lebih dari yang mereka harapkan dan lakukan itu dengan senang hati.

DUA.
Menikahlah dengan pria/wanita yang anda cintai.
Ketika anda beranjak tua, keahlian percakapan mereka akan mejadi sepenting seperti hal lain.

TIGA.
Jangan percaya dengan apa yang anda dengar,
Habiskan apa anda miliki atau tidur semau anda.

EMPAT..
Ketika anda ucapkan, "Aku mencintaimu", Seriuslah.

LIMA .
Ketika anda ucapkan, "Maafkan saya", pandang mata orang itu.

ENAM.
Tunanganlah sedikitnya enam bulan sebelum anda menikah.

TUJUH.
Percayalah pada cinta padangan pertama.

DELAPAN.
Jangan tertawakan/remehkan impian orang.
Orang yang tidak punya impian adalah miskin.

SEMBILAN.
Cintailah dengan mendalam dan bergairah.
Anda mungkin akan terluka,
tapi ini satu-satunya cara untuk menjalani hidup sebenarnya.

SEPULUH.
Saat terjadi percekcokan/pertengkaran,
Janganlah menyebut nama.

SEBELAS.
Jangan menilai orang karena dengan siapa mereka berteman.

DUABELAS.
Bicaralah pelan tapi berpikirlah cepat.

TIGABELAS.
Ketika seseorang mengajukan pertanyaan,
yang anda sendiri tidak ingin menjawabnya,
tersenyumlah dan tanya, "Kenapa anda ingin tahu?"

EMPATBELAS.
Ingat bahwa cinta dan kesuksesan besar membutuhkan pengorbanan.

LIMABELAS.
Ucapkan "berkah bagimu" saat anda mendengar orang bersin.

ENAMBELAS.
Ketika anda kalah, jangan lupakan pelajaran yang didapat..

TUJUHBELAS.
Hargai diri sendiri;
Hargai orang lain;
Bertanggung jawab pada semua yang anda lakukan.

DELAPANBELAS.
Jangan biarkan pertengkaran kecil merusak persahabatan yang besar.

SEMBILANBELAS.
Ketika anda sadar telah berbuat kesalahan
Ambil langkah segera untuk memperbaikinya.

DUAPULUH.
Tersenyumlah saat menerima telepon.
Penelpon akan mendengarnya dari suara anda.

Lambat Untuk Marah

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" Yakobus 1:19

Pernah nonton film "Anger Management" ? Film komedi yang dibintangi Jack Nicholson dan Adam Sandler menceritakan tentang seorang pemuda yang belum pernah kehilangan kontrol emosi, hingga ia bertemu dengan seorang doktor/terapis anger management yang sangat aneh. Kita bisa melihat bagaimana tekanan demi tekanan akhirnya bisa meledakkan seseorang yang sangat sabar. Disana juga kita bisa melihat adanya kelompok-kelompok orang yang menjalani terapi kontrol kemarahan di Amerika. Semakin lama dunia memang semakin menjadi tempat yang sulit untuk didiami, begitu banyak hal yang bisa mendatangkan emosi kita hadapi setiap hari. Jalan macet, cuaca yang tidak karuan, tetangga yang sulit, teman sekerja, bos, dosen, guru, dan lain-lain. Hidup yang kita jalani tidak akan pernah selalu mulus, dan setiap saat kita bisa berhadapan dengan situasi, kondisi atau orang-orang yang bisa mendatangkan emosi.

Seorang ahli psikologi bernama Charles Spielberger, PhD menerangkan apa yang dimaksud dengan "kemarahan" atau anger. Kemarahan menurut Charles adalah sebagai berikut: "Anger is an emotional state that varies in intensity from mild irritation to intense fury and rage" Kemarahan adalah sebuah tingkat emosional dengan intensitas tertentu antara hanya merasa terganggu hingga tingkat mengamuk. Seperti jenis perasaan lainnya, kemarahan juga akan diikuti oleh perubahan psikologis dan biologis. Detak jantung menjadi cepat, tekanan darah meninggi, beberapa hormon pun mengalami peningkatan level. Tidak heran faktor kemarahan yang tidak terkendali bisa merugikan orang lain, menimbulkan kekerasan yang tidak hanya merugikan orang lain tapi juga diri sendiri. Selain itu kemarahan tak terkontrol juga bisa menimbulkan berbagai penyakit pada kita sendiri.

Bolehkah kita marah? Marah sebenarnya adalah bagian jiwa manusia, sehingga rasanya tidak akan ada orang yang sama sekali tidak pernah marah. Wajar, jika pada kondisi tertentu orang bisa marah. Dan terkadang dalam situasi tertentu, kita memang perlu marah. Alkitab juga tidak melarang untuk marah. Yang tidak boleh adalah marah secara berlebihan, berkepanjangan dan tidak terkendali, atau menjadikan amarah sebagai sebuah kebiasaan yang akan segera muncul begitu kita berada pada kondisi tidak nyaman/tidak sesuai dengan keinginan kita.Hati-hati ketika marah, karena pada saat itu dosa sedang mengintip peluang untuk masuk.

Daud mengajarkan bagaimana kita sebaiknya bersikap ketika sedang marah. "Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam." (Mazmur 4:5). Marah boleh-boleh saja, tapi ingatlah bahwa dalam amarah kita jangan sampai berbuat dosa. Kemarahan bisa menjadi sebuah sarana iblis untuk menghancurkan kita. Maka berhati-hatilah ketika kita sedang marah. Lalu Paulus mengajarkan hal yang sama. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Jangan sampai marah kita berlarut-larut terlalu lama, karena itu bisa dimanfaatkan iblis. Yakobus mengingatkan agar kita "lambat untuk marah." (Yakobus 1:19). Untuk hal ini, Yakobus punya alasan yang menarik. Perhatikan ayat berikutnya: "sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (ay 20). Orang yang sedang dilanda kemarahan meluap-luap tidak akan dapat melakukan hal yang baik, yang berkenan di hadapan Allah.

Janganlah terburu-buru untuk marah, karena kemarahan yang terlalu sering dan tidak terkendali akan merusak hidup kita, menghancurkan masa depan kita bahkan orang lain, dan merugikan banyak orang, termasuk diri kita sendiri. Jangan terburu nafsu untuk marah ketika anda tidak sependapat dengan orang lain atau ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan anda. Yakobus 1:19 memberikan sebuah tips yang sangat luar biasa untuk mencegah kita dari melakukan kebodohan yang merugikan, merusak atau menghancurkan diri kita sendiri dan orang lain. Disamping itu juga merupakan tips penting agar kita tidak mempermalukan diri sendiri. Adalah sangat sulit sebenarnya untuk marah tanpa berbuat dosa, maka adalah sangat baik jika kita lambat untuk marah dan sedapat mungkin menenangkan diri kita secepatnya sebelum emosi kita meluap naik. Ketika menghadapi suatu kondisi yang tidak sesuai dengan pendapat atau pikiran anda, biasakan diri anda untuk mendengar sesuatu secara lengkap terlebih dahulu (cepat mendengar), jangan terlalu cepat menghakimi, menuduh dan menyimpulkan sesuatu (lambat berkata-kata) dan jangan terburu nafsu untuk meluapkan kemarahan. (lambat untuk marah). Berselisih itu wajar, bertengkar itu biasa, tapi pakailah tips ini agar akibatnya jangan sampai menimbulkan dosa dan membuka pintu masuk bagi iblis untuk menghancurkan kita.

Control your anger before your anger controls you

KISAH PENJUAL KELEDAI

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang tua bernama Matahari Tua, beliau tinggal bersama putranya yang bernama Matahari Kecil. Suatu hari, Matahari Tua dan Matahari Kecil pergi ke pekan raya di kota untuk menjual keledainya. Seorang perempuan melihat mereka dan tertawa, "Kalian berjalan membawa keledai. mengapa kalian tak menungganginya? Kelian berdua benar-benar bodoh!" "Perempuan itu benar," kata orang tua itu kepada putranya, "Kita berdua sungguh bodoh." Maka Matahari tua naik ke punggung keledai, dan Matahari Kecil berjalan mengikuti di belakangnya. Tak berapa jauh beranjak, mereka berjumpa seorang perempuan tua. Begitu ia melihat Matahari Tua menunggang keledai ia berseru kepadanya, "Hey, ini tidak benar. Kamu menunggang keledai dan membiarkan bocah kecil itu berjalan kaki di belakangmu." "Benar juga. ada benarnya perkataan perempuan tua itu." Tukas Matahari Tua dan iapun segera melompat turun dari punggung si keledai lalu membiarkan putranya naik.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka melihat seorang lelaki sedang bekerja di ladang yang berteriak: "oi oi, kau, anak muda berpikiran pendek anak semuda engkau menunggang keledai dengan enaknya dan membiarkan orang tua ini berjalan kaki.""Ah, Tepat juga perkataannya," ujar Matahari kecil kepada dirinya sendiri, "Aku betul-betul pendek pikir." Segeralah ia melompat turun dari punggung keledai. Matahari Tua dan Matahari Kecil segera berdiskusi tentang bagaimana caranya membawa keledai mereka ke pekan raya di kota tanpa ada lagi orang yang mengkritik mereka. "Aku punya ide," kata Matahari Kecil,"kita berdua menunggang keledai itu, dengan demikian tak ada orang yang dapat berkata apapun." "Ide yang bagus," ucap Matahari Tua setuju, "Sungguh ide yang bagus "Segera mereka berdua menunggangi keledai itu. "Apa! Kalian gila?" dua orang pejalan kaki berseru marah, "Lihat itu, dengan dua orang berada di atas punggungnya, tak lama lagi keledai itu akan mati kecapaian."

Ketika Matahari Tua dan Matahari kecil mendengar seruan itu mereka merasa bersalah. Langsung saja mereka melompat dari atas keledai dan berkata, "Benar juga, kita berdua memang gila." Kali ini mereka benar-benar kehilangan akal dan tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba Matahari Kecil berkata, "Aku punya ide! Bagaimana kalau kita yang memanggul keledai itu." matahari Tua tersenyum mendengarnya dan berkata: "Ide yang bagus, Ide yang bagus." Matahari Tua dan Matahari Kecil segera memanggul keledai mereka dengan sebilah bambu dan membawanya ke pekan raya. Dalam perjalanan menuju pekan raya tubuh mereka berdua basah kuyup oleh keringat. Ketika sekelompok anak-anak melihat bagaimana Matahari Tua dan Matahari Kecil membawa keledai itu, mereka semua tertawa terbahak-bahak. "Ha, Ha...., cepat sini lihat ini, dua orang ini tidak menunggangi keledainya, tapi justru keledainya yang menunggangi mereka. Itu benar-benar luar biasa.Ha, ha, ha....


Terlalu mendengarkan pendapat orang lain dan menelannya mentah-mentah justru akan merepotkan kita.

Rabu, 28 Januari 2009

Apa Yang Paling Berharga?

Ayat bacaan: Matius 13:46
===================
"Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

apa yang paling berharga, harta karun, mutiara yang indah, kerajaan surgaSeberapa jauh kita sanggup mengorbankan milik kita untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga? Ada banyak orang tua yang sadar betul akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka siap mengorbankan harta milik mereka, menjual simpanannya, menjual tanah, menjual ladang mereka agar sanggup menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Biaya pendidikan yang semakin tinggi membuat banyak orang tua tidak lagi sanggup mengandalkan pendapatan hasil bekerjanya setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Maka mereka pun rela melepas harta bendanya, yang paling berharga sekalipun untuk itu. Suatu kali ada teman saya yang menjual koleksi kaset dan cd kesayangannya agar dapat membeli hadiah ulang tahun kekasihnya. Orang biasanya mampu mengorbankan miliknya yang berharga demi mendapatkan sesuatu yang lebih penting bagi kehidupannya, bagi masa depannya.

Ketika hal-hal yang jelas "kelihatan", seperti pentingnya pendidikan atau menjaga hubungan seperti dua contoh diatas bisa membuat kita sadar betul untuk melakukan pengorbanan akan barang-barang berharga kita, tidak demikian halnya untuk hal-hal yang "tidak kelihatan". Pentingkah sebuah kesempatan untuk turut masuk dalam Kerajaan Surga? Tentu hal itu sangat penting, karena saya yakin tidak ada orang yang dengan sadar lebih memilih untuk disiksa kekal di neraka. Namun ada berapa banyak orang yang mau mengorbankan segala kenikmatan dunia yang bergelimang dosa untuk memperoleh kesempatan masuk dalam Kerajaan Surga? Seringkali kenikmatan-kenikmatan semu dunia membuat orang lupa akan betapa berharganya Surga itu. Mata mereka seolah tertutup oleh semua hal duniawi. Demi menumpuk kekayaan, banyak orang rela mengorbankan idealisme dan kejujurannya, kemudian korupsi, mengambil apa yang bukan haknya. Demi harta dan jabatan bisa membuat orang menghalalkan segala cara, biarpun hal tersebut tidak benar di mata Tuhan. Obat-obatan terlarang bagi pemakainya dianggap memberi kenikmatan, dan mereka rela memberi segala milik mereka untuk membeli obat-obat terlarang itu. Demi cinta, banyak orang rela mengorbankan imannya. Banyak orang lebih memilih untuk memprioritaskan hidupnya demi pekerjaan kemudian mengesampingkan meluangkan waktu buat keluarganya, apalagi buat Tuhan. Dan sebagainya. Mereka rela melepaskan Kerajaan Surga demi mendapatkan segala sesuatu yang hanya semu dan sementara sifatnya.

Ayat bacaan hari ini berbicara tentang pentingnya arti Kerajaan Surga. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Matius 13:44-46). Demikianlah seharusnya orang memandang Kerajaan Surga, seperti sebuah harta terpendam dan mutiara yang indah. Ketika kita bisa memandang seperti demikian, kita pun akan rela melepaskan segala yang kita miliki demi mendapatkannya.  Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya menyadari betul hal itu. Begini katanya: "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (2 Korintus 4: 17) Mengapa demikian? "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (ay 18). Kerajaan Surga memang belum saatnya untuk bisa kita lihat, namun yang tidak kelihatan itulah yang sifatnya kekal. Bukan segala kenikmatan duniawi, harta, jabatan dan sebagainya, yang suatu saat akan habis. Semua itu pada satu ketika akan digoncangkan, seperti yang kita alami hari-hari ini lewat krisis global  yang melanda dunia. Namun ada yang tidak tergoncangkan, dan itu adalah Kerajaan Surga. (Ibrani 12:27-28). Kerajaan Surga sifatnya kekal dan tidak tergoncangkan. Bukankah hal tersebut sangat berharga?

Yesus juga mengingatkan pada seorang muda yang kaya dalam Injil Matius 19:16-26. Untuk memperoleh hidup yang kekal, kita harus taat pada segala perintah Allah (ay 17). Yesus kemudian merinci perintah-perintah Allah tersebut dalam ayat berikutnya. "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (ay 18-19). Semua itu sudah dituruti oleh pemuda kaya tersebut. Apa yang masih kurang? Demikian jawab Yesus: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."(ay 21). Pemuda itu menolak, karena dia memiliki banyak harta. Artinya, pemuda itu belum siap untuk mengorbankan segala miliknya, dan belum bisa melihat betapa berharganya kesempatan untuk turut serta dalam sesuatu yang "tidak terlihat", yang kekal sifatnya, yang tidak bisa digoncangkan, yaitu Kerajaan Surga.

Apa yang paling berharga saat ini bagi anda? Apakah itu harta kekayaan, karir, jabatan, status, kekasih atau lainnya? Hari ini saya mengajak teman-teman untuk merenungkan bahwa ada yang jauh lebih berharga dari semuanya itu. Kerajaan Surga bisa menjadi bagian kita, dan itu kekal sifatnya. Karena itu, kita harus siap melepaskan segala sesuatu agar jangan sampai kehilangan kekekalan penuh damai sukacita, tanpa ratap tangis dan penderitaan, selama-lamanya. Let's follow Jesus and receive The Kingdom of Heaven today.


Tidak ada yang lebih berharga dari Kerajaan Surga yang kekal, penuh damai sukacita dan tidak tergoncangkan

Apa Yang Paling Berharga?

Ayat bacaan: Matius 13:46
===================
"Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

apa yang paling berharga, harta karun, mutiara yang indah, kerajaan surgaSeberapa jauh kita sanggup mengorbankan milik kita untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga? Ada banyak orang tua yang sadar betul akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka siap mengorbankan harta milik mereka, menjual simpanannya, menjual tanah, menjual ladang mereka agar sanggup menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Biaya pendidikan yang semakin tinggi membuat banyak orang tua tidak lagi sanggup mengandalkan pendapatan hasil bekerjanya setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Maka mereka pun rela melepas harta bendanya, yang paling berharga sekalipun untuk itu. Suatu kali ada teman saya yang menjual koleksi kaset dan cd kesayangannya agar dapat membeli hadiah ulang tahun kekasihnya. Orang biasanya mampu mengorbankan miliknya yang berharga demi mendapatkan sesuatu yang lebih penting bagi kehidupannya, bagi masa depannya.

Ketika hal-hal yang jelas "kelihatan", seperti pentingnya pendidikan atau menjaga hubungan seperti dua contoh diatas bisa membuat kita sadar betul untuk melakukan pengorbanan akan barang-barang berharga kita, tidak demikian halnya untuk hal-hal yang "tidak kelihatan". Pentingkah sebuah kesempatan untuk turut masuk dalam Kerajaan Surga? Tentu hal itu sangat penting, karena saya yakin tidak ada orang yang dengan sadar lebih memilih untuk disiksa kekal di neraka. Namun ada berapa banyak orang yang mau mengorbankan segala kenikmatan dunia yang bergelimang dosa untuk memperoleh kesempatan masuk dalam Kerajaan Surga? Seringkali kenikmatan-kenikmatan semu dunia membuat orang lupa akan betapa berharganya Surga itu. Mata mereka seolah tertutup oleh semua hal duniawi. Demi menumpuk kekayaan, banyak orang rela mengorbankan idealisme dan kejujurannya, kemudian korupsi, mengambil apa yang bukan haknya. Demi harta dan jabatan bisa membuat orang menghalalkan segala cara, biarpun hal tersebut tidak benar di mata Tuhan. Obat-obatan terlarang bagi pemakainya dianggap memberi kenikmatan, dan mereka rela memberi segala milik mereka untuk membeli obat-obat terlarang itu. Demi cinta, banyak orang rela mengorbankan imannya. Banyak orang lebih memilih untuk memprioritaskan hidupnya demi pekerjaan kemudian mengesampingkan meluangkan waktu buat keluarganya, apalagi buat Tuhan. Dan sebagainya. Mereka rela melepaskan Kerajaan Surga demi mendapatkan segala sesuatu yang hanya semu dan sementara sifatnya.

Ayat bacaan hari ini berbicara tentang pentingnya arti Kerajaan Surga. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Matius 13:44-46). Demikianlah seharusnya orang memandang Kerajaan Surga, seperti sebuah harta terpendam dan mutiara yang indah. Ketika kita bisa memandang seperti demikian, kita pun akan rela melepaskan segala yang kita miliki demi mendapatkannya.  Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya menyadari betul hal itu. Begini katanya: "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami." (2 Korintus 4: 17) Mengapa demikian? "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (ay 18). Kerajaan Surga memang belum saatnya untuk bisa kita lihat, namun yang tidak kelihatan itulah yang sifatnya kekal. Bukan segala kenikmatan duniawi, harta, jabatan dan sebagainya, yang suatu saat akan habis. Semua itu pada satu ketika akan digoncangkan, seperti yang kita alami hari-hari ini lewat krisis global  yang melanda dunia. Namun ada yang tidak tergoncangkan, dan itu adalah Kerajaan Surga. (Ibrani 12:27-28). Kerajaan Surga sifatnya kekal dan tidak tergoncangkan. Bukankah hal tersebut sangat berharga?

Yesus juga mengingatkan pada seorang muda yang kaya dalam Injil Matius 19:16-26. Untuk memperoleh hidup yang kekal, kita harus taat pada segala perintah Allah (ay 17). Yesus kemudian merinci perintah-perintah Allah tersebut dalam ayat berikutnya. "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (ay 18-19). Semua itu sudah dituruti oleh pemuda kaya tersebut. Apa yang masih kurang? Demikian jawab Yesus: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."(ay 21). Pemuda itu menolak, karena dia memiliki banyak harta. Artinya, pemuda itu belum siap untuk mengorbankan segala miliknya, dan belum bisa melihat betapa berharganya kesempatan untuk turut serta dalam sesuatu yang "tidak terlihat", yang kekal sifatnya, yang tidak bisa digoncangkan, yaitu Kerajaan Surga.

Apa yang paling berharga saat ini bagi anda? Apakah itu harta kekayaan, karir, jabatan, status, kekasih atau lainnya? Hari ini saya mengajak teman-teman untuk merenungkan bahwa ada yang jauh lebih berharga dari semuanya itu. Kerajaan Surga bisa menjadi bagian kita, dan itu kekal sifatnya. Karena itu, kita harus siap melepaskan segala sesuatu agar jangan sampai kehilangan kekekalan penuh damai sukacita, tanpa ratap tangis dan penderitaan, selama-lamanya. Let's follow Jesus and receive The Kingdom of Heaven today.


Tidak ada yang lebih berharga dari Kerajaan Surga yang kekal, penuh damai sukacita dan tidak tergoncangkan

Selasa, 27 Januari 2009

Ketika itu...

Renungan Harian Remaja | Cerita Renungan

Ketika itu, Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran
diciptakan para ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut:
 "Tuhan, banyak nian waktu yg Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?" dan Tuhan menjawab pelan:

 "Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan?"

 01) Ibu ini harus waterproof (tahan air /cuci) tapi bukan dari plastik.
02) Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capai
03) Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya
untuk mencukupi kebutuhan anak- anaknya.
04) Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan anak-anaknya
05) Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukan hati anaknya.
06) Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, dan
07) enam pasang tangan!!

 Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya
"Enam pasang tangan....? tsk tsk tsk..."
"Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya,
melainkan tangan yang melayani sana-sini,
mengatur segalanya menjadi lebih baik," balas Tuhan.

08) Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang modelnya?"
Malaikat semakin heran.
Tuhan mengangguk-angguk.
Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan
bertanya: "Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?",
padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya.
"Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya,
sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh".

Artinya...,ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat dan pasang
mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui
kekeliruannya.
Mata itu harus bisa bicara!
Mata itu harus berkata: "Saya mengerti dan saya sayang padamu".
Meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun.
"Tuhan", kata malaikat itu lagi, "Istirahatlah".
"Saya tidak dapat, Saya sudah hampir selesai"

09) Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit.
10) Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging
11) Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu
tidak ingin mandi....

Akhirnya Malaikat membalik balikkan contoh Ibu dengan perlahan .
"Terlalu lunak," katanya memberi komentar.
"Tapi kuat," kata Tuhan bersemangat. "Tak akan kau bayangkan
 betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul, dan derita."

 "Apakah ia dapat berpikir?" tanya malaikat lagi.
 "Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, idea, dan
 berkompromi", kata Sang Pencipta.
 Akhirnya Malaikat menyentuh sesuatu di pipi,
 "Eh, ada kebocoran di sini."
 " Itu bukan kebocoran," kata Tuhan.
 "Itu adalah air mata.... air mata kesenangan, air mata kesedihan,
 air mata kekecewaan, air mata kesakitan,air mata kesepian,
 air mata kebanggaan, air mata...., air mata...."
Tuhan memang ahlinya...."

Encouraging Words of Our God

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Tuhan sudah menghitung air matamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon.
Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...
Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap...
TUHAN TAHU

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah
(Roma 8:28)

Tumpukan Batu Dosa

Ayat bacaan: Mikha 7:19
==================
"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."

tumpukan batu dosa, jauh ke dalam tubir laut, Tuhan mengampuniSudah seminggu ini saya melihat setumpuk batu berukuran besar yang dipakai untuk membuat bangunan diletakkan menggunung di seberang rumah saya. Ternyata ada warga yang hendak membangun rumah, hanya saja jalan menuju rumahnya curam turun ke bawah dan tidak bisa dilewati mobil. Untuk mencapai rumahnya, orang harus meniti setapak jalan dipinggir sungai terlebih dahulu. Batu yang menggunung itu ternyata harus diangkut manual satu per satu ke bawah menuju rumahnya. Bayangkan jarak jauh, jalan menurun yang curam, meniti sungai harus dilewati oleh tukang pengangkut batu. Dan yang membuat saya kaget, pengangkut batunya hanya terdiri dari dua orang, dan keduanya sudah berusia lanjut. Malam ini ketika saya berdiri di teras, saya diingatkan akan dosa-dosa kita yang seringkali menumpuk seperti batu-batu besar tersebut.

Apa yang saya dengar dalam hati saya memang ironis. Banyaknya dosa kita memang bisa menggunung seperti batu-batu itu. Batu yang berukuran besar dengan banyak sisi yang tajam. Banyak orang yang lebih rela untuk mengangkat batu-batu berat tersebut dalam perjalanan hidupnya. Sudah tahu dosa, masih juga terus dilakukan. Dan seringkali dosa itu hanya terasa nikmat sesaat, namun pada akhirnya merugikan kesehatan atau diri mereka sendiri, bahkan mengakibatkan kematian. Mabuk-mabukan, obat bius, dan sebagainya, selain harganya mahal, itu juga akan menghancurkan hidup dan kesehatan. Itu dosa, namun banyak yang lebih memilih untuk meniti hidupnya dengan bersusah-susah membawa beban-beban dosa yang sungguh berat dan banyak tersebut ketimbang bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai, kasih yang pasti jauh lebih "ringan" dan membawa kita menuju keselamatan.

Mikha mengingatkan kita akan kebaikan dan kasih Tuhan yang luar biasa. "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:18-19). Begitulah kasih Tuhan. Dosa-dosa yang membuat kita seharusnya berakhir dalam kematian kekal penuh siksaan semua dibayar lunas oleh Kristus sendiri. Kristus datang ke dunia untuk melakukan karya penebusan sebagai anugerah Tuhan, karena Tuhan begitu mengasihi kita, manusia yang terus berdosa ini. Ketika kita sudah diselamatkan, tidakkah keterlaluan jika kita malah memilih untuk terus menimbun dosa-dosa besar an mengangkutnya dari masa ke masa dalam hidup kita? Kasih setia Tuhan terus tercurah, Dia menyayangi kita, dan siap untuk melemparkan dosa-dosa kita yang besar itu jauh ke dalam tubir laut. Jika kita menyadari betapa besar kasih Tuhan, seharusnya kita pun segera bertobat. Dan pertobatan kita akan berbuah pengampunan. Tidak hanya diampuni, tapi Tuhan juga berjanji untuk tidak lagi mengingat dosa kita. "..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yeremia 31:34). Dalam kesempatan lain, Daud pun menyadari hal itu. Mari kita lihat kutipan dari Mazmur 103. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103: 8-13). That's our God, and He loves us so much, so much that He never wants us to end up in eternal death.

Sudah saatnya bagi kita untuk meninggalkan batu-batu besar yang penuh sisi-sisi tajam. Bertobatlah, agar Tuhan segera melemparkan batu-batu itu jauh ke dalam tubir laut, kemudian tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan Tuhan rindu untuk segera melemparkan semua itu sejauh-jauhnya. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah sahabat dari orang berdosa (Lukas 7:34). Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Itu luar biasa. Tuhan siap kapan saja untuk membuang tumpukan batu dosa kita sejauh mungkin dengan cepat dan tidak lagi mengingatnya. Semua tergantung diri kita.

Tidak sulit bagi Tuhan untuk mengangkut tumpukan batu dosa kita dan membuangnya jauh-jauh, yang sulit adalah kesediaan kita untuk berbalik padaNya

Tumpukan Batu Dosa

Ayat bacaan: Mikha 7:19
==================
"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."

tumpukan batu dosa, jauh ke dalam tubir laut, Tuhan mengampuniSudah seminggu ini saya melihat setumpuk batu berukuran besar yang dipakai untuk membuat bangunan diletakkan menggunung di seberang rumah saya. Ternyata ada warga yang hendak membangun rumah, hanya saja jalan menuju rumahnya curam turun ke bawah dan tidak bisa dilewati mobil. Untuk mencapai rumahnya, orang harus meniti setapak jalan dipinggir sungai terlebih dahulu. Batu yang menggunung itu ternyata harus diangkut manual satu per satu ke bawah menuju rumahnya. Bayangkan jarak jauh, jalan menurun yang curam, meniti sungai harus dilewati oleh tukang pengangkut batu. Dan yang membuat saya kaget, pengangkut batunya hanya terdiri dari dua orang, dan keduanya sudah berusia lanjut. Malam ini ketika saya berdiri di teras, saya diingatkan akan dosa-dosa kita yang seringkali menumpuk seperti batu-batu besar tersebut.

Apa yang saya dengar dalam hati saya memang ironis. Banyaknya dosa kita memang bisa menggunung seperti batu-batu itu. Batu yang berukuran besar dengan banyak sisi yang tajam. Banyak orang yang lebih rela untuk mengangkat batu-batu berat tersebut dalam perjalanan hidupnya. Sudah tahu dosa, masih juga terus dilakukan. Dan seringkali dosa itu hanya terasa nikmat sesaat, namun pada akhirnya merugikan kesehatan atau diri mereka sendiri, bahkan mengakibatkan kematian. Mabuk-mabukan, obat bius, dan sebagainya, selain harganya mahal, itu juga akan menghancurkan hidup dan kesehatan. Itu dosa, namun banyak yang lebih memilih untuk meniti hidupnya dengan bersusah-susah membawa beban-beban dosa yang sungguh berat dan banyak tersebut ketimbang bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai, kasih yang pasti jauh lebih "ringan" dan membawa kita menuju keselamatan.

Mikha mengingatkan kita akan kebaikan dan kasih Tuhan yang luar biasa. "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:18-19). Begitulah kasih Tuhan. Dosa-dosa yang membuat kita seharusnya berakhir dalam kematian kekal penuh siksaan semua dibayar lunas oleh Kristus sendiri. Kristus datang ke dunia untuk melakukan karya penebusan sebagai anugerah Tuhan, karena Tuhan begitu mengasihi kita, manusia yang terus berdosa ini. Ketika kita sudah diselamatkan, tidakkah keterlaluan jika kita malah memilih untuk terus menimbun dosa-dosa besar an mengangkutnya dari masa ke masa dalam hidup kita? Kasih setia Tuhan terus tercurah, Dia menyayangi kita, dan siap untuk melemparkan dosa-dosa kita yang besar itu jauh ke dalam tubir laut. Jika kita menyadari betapa besar kasih Tuhan, seharusnya kita pun segera bertobat. Dan pertobatan kita akan berbuah pengampunan. Tidak hanya diampuni, tapi Tuhan juga berjanji untuk tidak lagi mengingat dosa kita. "..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yeremia 31:34). Dalam kesempatan lain, Daud pun menyadari hal itu. Mari kita lihat kutipan dari Mazmur 103. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103: 8-13). That's our God, and He loves us so much, so much that He never wants us to end up in eternal death.

Sudah saatnya bagi kita untuk meninggalkan batu-batu besar yang penuh sisi-sisi tajam. Bertobatlah, agar Tuhan segera melemparkan batu-batu itu jauh ke dalam tubir laut, kemudian tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan Tuhan rindu untuk segera melemparkan semua itu sejauh-jauhnya. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah sahabat dari orang berdosa (Lukas 7:34). Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Itu luar biasa. Tuhan siap kapan saja untuk membuang tumpukan batu dosa kita sejauh mungkin dengan cepat dan tidak lagi mengingatnya. Semua tergantung diri kita.

Tidak sulit bagi Tuhan untuk mengangkut tumpukan batu dosa kita dan membuangnya jauh-jauh, yang sulit adalah kesediaan kita untuk berbalik padaNya

Senin, 26 Januari 2009

Dengarlah Suara Tuhan

Ayat bacaan: Ulangan 28:6
=====================
"Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar."

mendengar suara TuhanHari raya Imlek adalah sebuah perayaan yang dahulu kala dilakukan oleh para petani di Cina untuk menyambut datangnya musim semi yang didasarkan oleh penanggalan bulan (lunar). Biasanya keluarga berkumpul untuk menyambut datangnya tahun baru. Adalah penting bagi para petani untuk melakukan ritual keagamaan dalam menyambut masuknya tahun baru sehingga hasil panen mereka bisa berhasil kelak di tahun yang baru. Mereka memanjatkan rasa syukur dan doa agar tahun depan bisa mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Ada pula kebiasaan yang masih berlanjut hingga hari ini seperti membagi-bagikan "ang pau" kepada anak-anak atau yang belum menikah, yang asalnya merupakan ungkapan rasa syukur dan membagi berkat kepada anak-anak atau yang belum menikah.

Bagi kita umat Kristiani, Tuhan sejak jauh hari telah memberikan janjiNya untuk memberkati kehidupan kita seutuhnya tanpa kekurangan. Mari kita baca Ulangan 28:1-14. "Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. TUHAN akan membiarkan musuhmu yang maju berperang melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu. TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." (Ulangan 28:3-8). Ini janji Tuhan yang luar biasa pada kita semua. Sayangnya ayat-ayat indah ini seringkali dikutip secara sepihak, sehingga ketika yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang tertulis di atas, kita pun dengan mudah menyalahkan Tuhan dan menuduh Tuhan ingkar janji. Padahal untuk menerima berkat-berkat yang dijanjikan itu, ada yang harus kita lakukan terlebih dahulu. Demikian firman Tuhan: "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu"(ay 2). Dan kemudian ditegaskan kembali pada penutup perikop ini. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14). Kita diingatkan untuk selalu mendengarkan suara/perintah/firman Tuhan, dan harus senantiasa berjalan lurus sesuai firmanNya, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan dengan mengikuti allah lain dan beribadah padanya.

Adat istiadat adalah warisan budaya yang memang baik untuk dilestarikan, tapi ingatlah bahwa jangan sampai adat istiadat itu malah lebih penting dari perintah Allah. Yesus sudah mengingatkan demikian: "Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri." (Markus 7:6-9). Ketika hal ini terjadi, bukan berkat yang kita terima, melainkan kebalikannya, yang tertulis dalam perikop lanjutan dalam Ulangan setelah berkat, yaitu kutuk. (Ulangan 28:15-46).

Adalah penting bagi kita untuk terus taat pada perintah Tuhan, menjaga diri kita untuk tetap berjalan lurus sesuai jalan yang berkenan di hadapan Tuhan, sehingga berkat-berkat yang dijanjikan Tuhan tidak terhalang untuk sampai pada kita. Tuhan tidak menjanjikan segala sesuatu yang sia-sia dan tidak akan pernah ingkar janji. Teruslah berjalan bersama Tuhan, yang akan selalu memberkati anda di kota dan di ladang, memberkati anda memasuki tahun baru hingga tahun berikutnya. Have a prosperous Lunar New Year.


Tuhan mendatangkan berkat bagi yang mendengar suaraNya, sebaliknya mendatangkan kutuk bagi yang melanggar hukumNya dan menyembah ilah lain

Dengarlah Suara Tuhan

Ayat bacaan: Ulangan 28:6
=====================
"Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar."

mendengar suara TuhanHari raya Imlek adalah sebuah perayaan yang dahulu kala dilakukan oleh para petani di Cina untuk menyambut datangnya musim semi yang didasarkan oleh penanggalan bulan (lunar). Biasanya keluarga berkumpul untuk menyambut datangnya tahun baru. Adalah penting bagi para petani untuk melakukan ritual keagamaan dalam menyambut masuknya tahun baru sehingga hasil panen mereka bisa berhasil kelak di tahun yang baru. Mereka memanjatkan rasa syukur dan doa agar tahun depan bisa mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Ada pula kebiasaan yang masih berlanjut hingga hari ini seperti membagi-bagikan "ang pau" kepada anak-anak atau yang belum menikah, yang asalnya merupakan ungkapan rasa syukur dan membagi berkat kepada anak-anak atau yang belum menikah.

Bagi kita umat Kristiani, Tuhan sejak jauh hari telah memberikan janjiNya untuk memberkati kehidupan kita seutuhnya tanpa kekurangan. Mari kita baca Ulangan 28:1-14. "Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. TUHAN akan membiarkan musuhmu yang maju berperang melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu. TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." (Ulangan 28:3-8). Ini janji Tuhan yang luar biasa pada kita semua. Sayangnya ayat-ayat indah ini seringkali dikutip secara sepihak, sehingga ketika yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang tertulis di atas, kita pun dengan mudah menyalahkan Tuhan dan menuduh Tuhan ingkar janji. Padahal untuk menerima berkat-berkat yang dijanjikan itu, ada yang harus kita lakukan terlebih dahulu. Demikian firman Tuhan: "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu"(ay 2). Dan kemudian ditegaskan kembali pada penutup perikop ini. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14). Kita diingatkan untuk selalu mendengarkan suara/perintah/firman Tuhan, dan harus senantiasa berjalan lurus sesuai firmanNya, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan dengan mengikuti allah lain dan beribadah padanya.

Adat istiadat adalah warisan budaya yang memang baik untuk dilestarikan, tapi ingatlah bahwa jangan sampai adat istiadat itu malah lebih penting dari perintah Allah. Yesus sudah mengingatkan demikian: "Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri." (Markus 7:6-9). Ketika hal ini terjadi, bukan berkat yang kita terima, melainkan kebalikannya, yang tertulis dalam perikop lanjutan dalam Ulangan setelah berkat, yaitu kutuk. (Ulangan 28:15-46).

Adalah penting bagi kita untuk terus taat pada perintah Tuhan, menjaga diri kita untuk tetap berjalan lurus sesuai jalan yang berkenan di hadapan Tuhan, sehingga berkat-berkat yang dijanjikan Tuhan tidak terhalang untuk sampai pada kita. Tuhan tidak menjanjikan segala sesuatu yang sia-sia dan tidak akan pernah ingkar janji. Teruslah berjalan bersama Tuhan, yang akan selalu memberkati anda di kota dan di ladang, memberkati anda memasuki tahun baru hingga tahun berikutnya. Have a prosperous Lunar New Year.


Tuhan mendatangkan berkat bagi yang mendengar suaraNya, sebaliknya mendatangkan kutuk bagi yang melanggar hukumNya dan menyembah ilah lain

Minggu, 25 Januari 2009

Someday, di Kota yang Setia


Someday, di Kota yang Setia

Dalam taksi yang membawa kami ke kota, obrolan tentang kemenangan Obama tak bisa mengusir ketaknyamanan dalam taksi. Saya harus duduk terjepit di antara tiga penumpang lainnya. Kami bertujuh dalam taksi kecil itu. Taksi di negara ini, Kamerun, memuat enam orang penumpang, tak peduli besar atau kecil. Dan kami semua saat itu sama-sama hendak ke kota sama seperti taksi-taksi lainnya yang tidak saja membawa manusia tapi juga hasil bumi untuk dijual ke pasar.Ada pisang, umbi-umbian, buah dan sayuran penuh di belakang mobil.Beberapa kota yang pernah saya lewati termasuk beberapa di antarnya yang pernah saya tempati, selalu memperlihatkan fakta yang sama, mobilitas manusia.
Kota banyak bercerita tentang kita manusia, tentang mimpi banyak orang untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Kota juga tempat pengungsian mereka yang tak lagi kerasan dengan konservatisme kampung, tuntutan-tuntutan primordial suku dan desa yang terlalu membebani, entah itu akibat aib di kampung maupun karena mau menikmati kebebasan. Dalam perhitungan ekonomi, kota adalah kunci, bahkan semacam server yang mempertemukan semua jaringan manusia dengan segala kepentingannya. Orang rela naik di atas gerbong kereta dari Jawa ke Jakarta, belayar dari Afrika ke Eropa dengan perahu, naik camion atau mobil box dari Meksiko, Cuba ke Amerika Serikat demi mimpi itu.
Kota dan mobil yang membawa manusia pulang dan pegi ke dan darinya berada dalam satu garis logika yang sama, menyimpulkan sebuah harapan, sebuah transendensi. Dalam mobilitas, hemat saya, terjalin transendensi sekaligus kerinduan manusia untuk mengatasi dirinya mencapai keadaan lain yak tak stagnan, tapi baru dan transformatif. Karena manusia ingin agar mobilitasnya lebih efisen dan efektif, maka dibuatlah mobil…
Taksi atau angkutan lainnya selalu memenuhi jalan-jalan kota kita terutama saat pergi dan pulang kerja, pagi dan sore hari. Sedapat mungkin kita berusaha sampai di kota lebih awal atau paling kurang tepat waktu. Demikianpun ketika pulang, kita ingin sesegera mungkin meninggalkan kota, tidak terjebak macet dan bisa menikmati malam bersama keluarga. Kota semacet Jakarta memang kurang memungkinkan hal terakhir. Week-end kemudian menjadi kompensasi jam-jam malam yang tak kita lalui bersama keluarga. Ada ketegangan dinamis antara dua fakta ini. Pertama, keinginan kita untuk selalu lebih cepat menuju kota; kita tak mau profesi kita hancur, kehilangan customer karena terlambat. Kedua, inginan yang sama untuk segera meninggalkannya. Jika anda perhatikan wajah orang-orang di dalam taksi, busway, bajaj, metro mini dan sebagainya. Wajah-wajah itu menampakkan hasrat kedua ini, meninggalkan kota.
Ketegangan tadi mau mengatakan bahwa kota tidak pernah menjadi tujuan sejati pengharapan dan kerinduan eksistensial kita. Mungkin karena kota terlalu menuntut banyak dari kita, atau untuk sebagian orang, terlalu keras untuk ditempati ; efisiensi dan disiplin yang menegangkan, persaingan, ketenangan dan sebagainya. Inilah yang membuat kita memilih meninggalkan kota. Meninggalkan kota tidak selalu berarti spasial, ke luar kota, ke puncak, ke Pelabuan Ratu dan seterusnya. Ia juga berarti kaulitatif, gerak mencari keadaan yang tenang, damai yang sekaligus menegasikan jika kota segalanya bagi kita. Dalam iman, hal ini bisa berlanjut pada pilihan untuk percaya bahwa ada tempat, di mana didalamnya kita akan diterima tanpa syarat, yakni Tuhan dan mempercayakan seluruh pekerjaan kita pada-Nya. Banyak orang yang sering keluar kota tapi tidak bisa menghilangkan stress dan insomnia akibat tentu sajak kepercayaan bahwa kota menjadi segalanya bagi mereka.
Menuju dan meninggalkan kota bagi saya adalah tanda primer pengharapan akan sebuah kota di mana di dalamnya kita diterima tanpa syarat. Pujangga Israel bernama Jeremia menyebutnya kota yang setia. Sejak Abraham hingga sekarang manusia punya kerinduan yang sama, yakni kerinduan akan kota Allah, sebuah kota yang direncanakan dan dibangun oleh Tuhan sendiri (Ibrani 11 :10). Wajah-wajah orang sederhana di dalam taksi tadi, mengingatkan saya pada banyak orang yang tinggal di pinggir-pinggir tol, gelandangan dan para imigran …
Akhinya kota dan kita yang tinggal di dalamnya dengan semua ketegangan tadi mengundang kita untuk bersama-sama berjuang mewujudkan kota yang dirindukan semua manusia tanpa sekat-sekat primordial, kesukuan,agama, pandangan politik dan seterusnya. Ini bukan sebuah impian utopis, tapi sangat real kalau kita mulai mengerjakannya sekarang. Berjuang melawan kemiskinan itulah tindakan yang mesti kita buat. Apa yang disebut damai, tak mungkin terwujud kalau masih ada kemiskinan dan keterbelakangan. Damai itu dekat dengan pembangunan, development… Mudah-mudahan ini menjadi cetusan untuk ikut pula melalui profesi kita menciptakan sistem ekonomi yang adil. Mari bahu membahu membangun kota Allah itu mulai di dunia ini.
Yaoundé, 25 Jan 09
Ronald,sx
(PS : di Kemerun, umumnya sedan dipakai sebagai taksi atau angkutan, sedan-sedan yang kebanyakan dikapalkan dari Eropa alias mobil bekas. Afrika, jadi pasar dan sekaligus sampah mobil bekas negara maju).

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari