Sabtu, 31 Mei 2008

Jangkar

Ayat bacaan: Kolose 3:13
========================

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."


Ada seorang pria pergi ke dokter karena terkena rabies. Setelah diperiksa, dia buru2 mengambil pulpen dokter dan secarik kertas, dan mulai menulis dengan tergesa-gesa. Dokter merasa heran dan mengatakan tidak perlu menulis surat wasiat, karena dia akan sembuh. Tapi jawab si pria, dia bukanlah menulis surat wasiat; dia menuliskan daftar orang-orang yang akan digigitnya!

Banyak diantara kita menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membalas dendam kepada orang lain. Secara mental kita membuat daftar orang2 yang kita rencanakan untuk "digigit" begitu ada kesempatan. Kita membuang banyak waktu dengan terus menerus mengumbar kemarahan, dendam dan siap menyerang.

Teman, membawa kemarahan terhadap orang lain akan menyebabkan anda selalu membawa beban berat dalam hidup anda. Bayangkan jika kemanapun anda pergi, anda berjalan sambil menyeret2 jangkar seberat 1 ton. Ini akan membuat kita lelah dan merampas sukacita dari diri kita. Kegetiran, kekesalan dan kemarahan itu merusak kita jauh melebihi orang yang menjadi sasaran kita. Jika diantara anda ada yang masih menyeret jangkar itu saat ini, lepaskanlah. Ampunilah mereka, dan mulailah hidup dalam sukacita sepenuhnya dari Tuhan. Bebaskan diri anda dari belenggu dendam dan amarah, dan tataplah hari baru yang penuh damai dan sukacita.


Tidak ada sukacita jika kita masih menyimpan segudang ganjalan.

Jangkar

Ayat bacaan: Kolose 3:13
========================

"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."


Ada seorang pria pergi ke dokter karena terkena rabies. Setelah diperiksa, dia buru2 mengambil pulpen dokter dan secarik kertas, dan mulai menulis dengan tergesa-gesa. Dokter merasa heran dan mengatakan tidak perlu menulis surat wasiat, karena dia akan sembuh. Tapi jawab si pria, dia bukanlah menulis surat wasiat; dia menuliskan daftar orang-orang yang akan digigitnya!

Banyak diantara kita menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membalas dendam kepada orang lain. Secara mental kita membuat daftar orang2 yang kita rencanakan untuk "digigit" begitu ada kesempatan. Kita membuang banyak waktu dengan terus menerus mengumbar kemarahan, dendam dan siap menyerang.

Teman, membawa kemarahan terhadap orang lain akan menyebabkan anda selalu membawa beban berat dalam hidup anda. Bayangkan jika kemanapun anda pergi, anda berjalan sambil menyeret2 jangkar seberat 1 ton. Ini akan membuat kita lelah dan merampas sukacita dari diri kita. Kegetiran, kekesalan dan kemarahan itu merusak kita jauh melebihi orang yang menjadi sasaran kita. Jika diantara anda ada yang masih menyeret jangkar itu saat ini, lepaskanlah. Ampunilah mereka, dan mulailah hidup dalam sukacita sepenuhnya dari Tuhan. Bebaskan diri anda dari belenggu dendam dan amarah, dan tataplah hari baru yang penuh damai dan sukacita.


Tidak ada sukacita jika kita masih menyimpan segudang ganjalan.

Nilai diri

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.

Ketika tiba hari, sebuah truk datang ke pabrik mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal.
Kaleng coca cola pertama diturunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar.
Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah.
Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana . Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan.

Dan ketika keluarkan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah :
Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?

Lingkungan mencerminkan harga.
Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan sisi terbaik dari dalam diri, maka akan menjadi cemerlang. Tapi bila berada di lingkungan yang meng-kerdil-kan diri maka akan menjadi kerdil.

(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda
= NILAI YANG BERBEDA

Jumat, 30 Mei 2008

Patuh Tanpa Kekang

Ayat bacaan: Mazmur 32:9
=====================

"Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau"

Baru2 ini saya membaca sebuah berita dari Yogyakarta. Di jalan Malioboro, ada seekor kuda betina yang mati karena kelelahan. Kuda betina yang tengah hamil 7 bulan itu dipaksa bekerja lebih dari kemampuannya, dan tidak punya pilihan apapun karena semua dikendalikan oleh sang pemilik. Kejam dan menyedihkan, betapa kita manusia terkadang lupa bahwa hewan juga mahluk hidup yang punya batas kemampuan.

Tapi itulah yang terjadi pada seekor kuda. Pemasangan sepatu kuda yang sangat menyakitkan, memasang kekang pada mulut kuda dan lain2, semua itu terasa kejam, tapi semua itu dilakukan manusia supaya bisa menguasai dan mengendalikan kuda.

Tuhan bisa mengendalikan kita dengan mudah jika Dia mau. Tapi Tuhan memberikan kehendak bebas bagi kita. Tuhan tidak pernah jauh, dan tidak pernah terlalu sibuk untuk peduli pada kita. Dia selalu siap menuntun jalan2 hidup kita, menunjukkan jalan yang harus kita tempuh, memberi nasihat dan teguran, mengangkat kita dari keterpurukan, menemani kita dalam lembah kegelapan dan sebagainya. Dia selalu ada bersama kita, jika kita mau. Jadi semua memang tergantung dari kita. Kita tidak membutuhkan tali kekang dari Tuhan untuk selamat. Kita bisa datang padaNya kapan saja dengan rendah hati, dan Tuhan akan dengan senang hati menuntun kita. Kita bisa dengan patuh menuruti petunjukNya dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam segala situasi. Tuhan ingin membimbing kita dengan lemah lembut, jadi marilah kita patuh dan selalu dengan rendah hati mengikuti bimbingan Tuhan.


Kita tidak perlu dikekang seperti kuda untuk mendapatkan bimbingan dan nasihat dari Tuhan

Patuh Tanpa Kekang

Ayat bacaan: Mazmur 32:9
=====================

"Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau"

Baru2 ini saya membaca sebuah berita dari Yogyakarta. Di jalan Malioboro, ada seekor kuda betina yang mati karena kelelahan. Kuda betina yang tengah hamil 7 bulan itu dipaksa bekerja lebih dari kemampuannya, dan tidak punya pilihan apapun karena semua dikendalikan oleh sang pemilik. Kejam dan menyedihkan, betapa kita manusia terkadang lupa bahwa hewan juga mahluk hidup yang punya batas kemampuan.

Tapi itulah yang terjadi pada seekor kuda. Pemasangan sepatu kuda yang sangat menyakitkan, memasang kekang pada mulut kuda dan lain2, semua itu terasa kejam, tapi semua itu dilakukan manusia supaya bisa menguasai dan mengendalikan kuda.

Tuhan bisa mengendalikan kita dengan mudah jika Dia mau. Tapi Tuhan memberikan kehendak bebas bagi kita. Tuhan tidak pernah jauh, dan tidak pernah terlalu sibuk untuk peduli pada kita. Dia selalu siap menuntun jalan2 hidup kita, menunjukkan jalan yang harus kita tempuh, memberi nasihat dan teguran, mengangkat kita dari keterpurukan, menemani kita dalam lembah kegelapan dan sebagainya. Dia selalu ada bersama kita, jika kita mau. Jadi semua memang tergantung dari kita. Kita tidak membutuhkan tali kekang dari Tuhan untuk selamat. Kita bisa datang padaNya kapan saja dengan rendah hati, dan Tuhan akan dengan senang hati menuntun kita. Kita bisa dengan patuh menuruti petunjukNya dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam segala situasi. Tuhan ingin membimbing kita dengan lemah lembut, jadi marilah kita patuh dan selalu dengan rendah hati mengikuti bimbingan Tuhan.


Kita tidak perlu dikekang seperti kuda untuk mendapatkan bimbingan dan nasihat dari Tuhan

Tulisan Pada Kapal

David sangat ingin memiliki dan membeli sebuah kapal boat tapi isterinya sangat tidak setuju. Tapi David nekat dan suatu hari dia akhirnya membeli kapal boat idamannya itu. Dia lalu membawa istrinya ke dermaga tempat kapal boatnya berada.

"Nahh ... bagaimana? Bagus bukan?" katanya pada istrinya. "Mari sekarang kita berdamai ya, Sayang! Kamu sekarang aku beri kehormatan untuk menuliskan sesuatu di kapal kita ini!"

Dengan penuh semangat dan senyum manis istri David mengambil cat yang sudah disiapkan suaminya dan bersiap untuk menulis. Sambil menunggu istrinya menulis, David pergi ke toko minuman. Ketika David kembali ke dermaga, tulisan inilah yang dia lihat di kapalnya: "UNTUK DIJUAL"

Kamis, 29 Mei 2008

Menghargai Diri

Ayat bacaan: Roma 12:1
===================

"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."

Ingatlah salah satu benda milik anda yang sangat berharga dalam hidup. Mungkin itu warisan, benda koleksi, perhiasan atau kendaraan. Mungkin anda akan melakukan pengamanan ekstra dan menjaganya dengan sangat hati-hati agar tidak ada orang yang mencurinya. Dan anda akan melakukan apapun itu untuk memastikan benda tersebut tidak tersentuh dan tidak ternoda. Kalau sesuatu terjadi pada benda itu, anda mungkin akan marah, kesal atau sedih. Pikirkan bagaimana anda mengurusnya dan bagaimana anda mengawasi orang lain memperlakukannya. Anda memperlakukan sesuatu yang berharga dengan cara yang sangat berbeda ketimbang benda lain yang tidak berharga.

Menghargai diri sendiri adalah salah satu unsur terpenting bagi kesuksesan hidup. Orang akan menjaga dan melindungi dirinya sampai batas dimana dia memandang nilai pribadinya. Orang tidak akan menuangkan alkohol ke mobil mewah mereka, tapi ironisnya dengan leluasa menuangkannya ke dalam tubuh mereka yang lemah. Kita harus selalu mencintai dan menghormati diri kita, sehingga berani mengatakan tidak pada kebiasaan dan perilaku buruk yang bisa merusak diri kita sendiri. Kuduskan diri anda agar Roh Kudus tetap tinggal di dalam diri anda.

Anda berharga dimata Tuhan, sudah sepantasnya anda menghargai diri anda sendiri karenanya.

Menghargai Diri

Ayat bacaan: Roma 12:1
===================

"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."

Ingatlah salah satu benda milik anda yang sangat berharga dalam hidup. Mungkin itu warisan, benda koleksi, perhiasan atau kendaraan. Mungkin anda akan melakukan pengamanan ekstra dan menjaganya dengan sangat hati-hati agar tidak ada orang yang mencurinya. Dan anda akan melakukan apapun itu untuk memastikan benda tersebut tidak tersentuh dan tidak ternoda. Kalau sesuatu terjadi pada benda itu, anda mungkin akan marah, kesal atau sedih. Pikirkan bagaimana anda mengurusnya dan bagaimana anda mengawasi orang lain memperlakukannya. Anda memperlakukan sesuatu yang berharga dengan cara yang sangat berbeda ketimbang benda lain yang tidak berharga.

Menghargai diri sendiri adalah salah satu unsur terpenting bagi kesuksesan hidup. Orang akan menjaga dan melindungi dirinya sampai batas dimana dia memandang nilai pribadinya. Orang tidak akan menuangkan alkohol ke mobil mewah mereka, tapi ironisnya dengan leluasa menuangkannya ke dalam tubuh mereka yang lemah. Kita harus selalu mencintai dan menghormati diri kita, sehingga berani mengatakan tidak pada kebiasaan dan perilaku buruk yang bisa merusak diri kita sendiri. Kuduskan diri anda agar Roh Kudus tetap tinggal di dalam diri anda.

Anda berharga dimata Tuhan, sudah sepantasnya anda menghargai diri anda sendiri karenanya.

Tuhan Gembalaku

Tak perlu was-was dan tak perlu dipusingkan oleh kebutuhan hidup... Tak perlu takut hidup dalam kekurangan... Gembalaku peliharaku.

Tak perlu dicekam rasa gelisah. Uang bukan jawabannya. Kedudukan dan popularitas juga tak bisa menjamin. Bahkan pil penenang pun tak akan bisa membuat kita tenang. Gembala kitalah yang menuntun ke air yang tenang.

Jangan biarkan beban dan tekanan hidup menghimpit kita sehingga membuat kita letih dan hampir-hampir menyerah kalah... Ia menyegarkan jiwa kita.

Kita mudah tersesat. Kita mudah bingung saat harus mengambil keputusan di sebuah persimpangan jalan. Ia menuntun kita di jalan yang benar.

Ketika perjalanan menjadi begitu sulit. Menerima tusukan semak berduri. Merasakan tajamnya bebatuan yang harus kita jalani.

Susahnya lembah curam yang
harus dilewati ... Ia membawa kita melintasinya.

Bagaimana jika rasa sepi menyergap? Bagaimana jika suatu keadaan memaksa kita untuk menjalaninya seorang diri? Ia selalu beserta kita.

Bagaimana dengan bahaya yang mengancam? Bagaimana dengan musuh yang siap menyerang kita? Sang Gembala tak pernah terlelap untuk melindungi

Hidup yang berkemenangan? Memiliki hidup yang lebih dari pemenang? Memiliki iman yang mengalahkan dunia? Mengatasi pencobaan dan menaklukannya? Ia menyediakan kemenangan di hadapan lawan kita.

Bukan kehidupan yang biasa-biasa. Lebih dari cukup. Berkelimpahan. Melimpah dalam segala bidang kehidupan. Bahkan kita bisa berbagi dengan banyak orang. Ia mengisi piala kita dengan melimpah.

Siapa yang bisa memuaskan hasrat dan kerinduan kita yang paling dalam? Siapa yang bisa menyentuh hati kita dan memberikan damai sejati? Keintiman yang membuat kita menghabiskan sisa umur kita di rumah Tuhan sepanjang masa.

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.

Rabu, 28 Mei 2008

Bukan Ilusi

Ayat bacaan: Yohanes 20:18
==================

"Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya."

Anda masih ingat John Wayne? Dia adalah salah satu legenda Hollywood dan identik dengan sosok cowboy gagah berbadan besar. Tapi tahukah anda, bahwa pada kenyataannya John Wayne tidaklah sebesar yang dibayangkan. Dalam seluruh pembuatan film2nya Hollywood telah menciptakan sebuah ilusi untuk menciptakan image seperti yang diharapkan banyak orang. Pintu2 bar dibuat lebih kecil dari ukuran standar, sehingga jika John Wayne mendorong pintu tersebut, dia akan kelihatan lebih besar daripada kenyataannya untuk membuatnya meningkatkan citra dan peran pentingnya sebagai salah satu bintang layar lebar raksasa Amerika. Begitu pula pemeran lainnya dalam film2 John Wayne. Orang2 yang dipilih selalu yang berukuran lebih pendek dari dia. Maka yang kita saksikan di layar adalah sosok bertubuh besar, padahal itu bukanlah suatu kenyataan. Ukuran pintu dan tokoh2 pendukung yang diperkecil menciptakan suatu ilusi yang bagi banyak orang seolah2 menjadi suatu realita. Kenyataan ini bisa membuat kita berpikir ulang mengenai orang2 yang selama ini kita jadikan pahlawan kita.

Ketika Maria Magdalena berdiri di depan kuburan Yesus pada hari Minggu setelah Yesus wafat dan dimakamkan, tidak ada ilusi apapun tentang pintu kuburan yang terbuka. Kekuasaan Tuhan yang penuh kemenangan telah membangkitkan Yesus dari kematian. Kuburan yang kosong, Yesus yang bangkit, bukanlah sebuah ilusi yang diciptakan oleh para penulis alkitab untuk memberikan kredibilitas tentang peranan Kristus.

Kristus yang dibangkitkan itulah yang ditemui Maria di taman. Kejadian itu menghapus semua keraguan yang terdapat sebelumnya. Kata2 Maria pada ayat renungan hari ini mengukuhkan hal tersebut. Maria berdiri dihadapan kekuatan terbesar kehidupan bagi manusia, dan itulah sebuah fakta yang benar2 nyata, bukan sebuah ilusi.


Tuhan yang dibangkitkan sudah cukup menjadi bukti bahwa Dia telah datang supaya kita bisa memasuki hidup kekal.

Bukan Ilusi

Ayat bacaan: Yohanes 20:18
==================

"Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya."

Anda masih ingat John Wayne? Dia adalah salah satu legenda Hollywood dan identik dengan sosok cowboy gagah berbadan besar. Tapi tahukah anda, bahwa pada kenyataannya John Wayne tidaklah sebesar yang dibayangkan. Dalam seluruh pembuatan film2nya Hollywood telah menciptakan sebuah ilusi untuk menciptakan image seperti yang diharapkan banyak orang. Pintu2 bar dibuat lebih kecil dari ukuran standar, sehingga jika John Wayne mendorong pintu tersebut, dia akan kelihatan lebih besar daripada kenyataannya untuk membuatnya meningkatkan citra dan peran pentingnya sebagai salah satu bintang layar lebar raksasa Amerika. Begitu pula pemeran lainnya dalam film2 John Wayne. Orang2 yang dipilih selalu yang berukuran lebih pendek dari dia. Maka yang kita saksikan di layar adalah sosok bertubuh besar, padahal itu bukanlah suatu kenyataan. Ukuran pintu dan tokoh2 pendukung yang diperkecil menciptakan suatu ilusi yang bagi banyak orang seolah2 menjadi suatu realita. Kenyataan ini bisa membuat kita berpikir ulang mengenai orang2 yang selama ini kita jadikan pahlawan kita.

Ketika Maria Magdalena berdiri di depan kuburan Yesus pada hari Minggu setelah Yesus wafat dan dimakamkan, tidak ada ilusi apapun tentang pintu kuburan yang terbuka. Kekuasaan Tuhan yang penuh kemenangan telah membangkitkan Yesus dari kematian. Kuburan yang kosong, Yesus yang bangkit, bukanlah sebuah ilusi yang diciptakan oleh para penulis alkitab untuk memberikan kredibilitas tentang peranan Kristus.

Kristus yang dibangkitkan itulah yang ditemui Maria di taman. Kejadian itu menghapus semua keraguan yang terdapat sebelumnya. Kata2 Maria pada ayat renungan hari ini mengukuhkan hal tersebut. Maria berdiri dihadapan kekuatan terbesar kehidupan bagi manusia, dan itulah sebuah fakta yang benar2 nyata, bukan sebuah ilusi.


Tuhan yang dibangkitkan sudah cukup menjadi bukti bahwa Dia telah datang supaya kita bisa memasuki hidup kekal.

Online Chatting with the Almighty

TUHAN : Kamu memanggilKu ?
aku : Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
aku : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.
aku : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan.
TUHAN : Tapi produktivitas memberimu hasil.
TUHAN : Aktivitas memakan waktu, produktivitas membebaskan waktu.
aku : Saya mengerti itu.
aku : Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.

TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk.
TUHAN : Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
aku : OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup.
TUHAN : Jalani saja.
TUHAN : Analisalah yang membuatnya jadi rumit.
aku : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin.
TUHAN : Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa.
TUHAN : Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
aku : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
aku : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa sakit tidak bisa dihindari, tetapi penderitaan adalah sebuah pilihan.
aku : Jika penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan.
TUHAN : Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api.
TUHAN : Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita.
TUHAN : Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik, bukan sebaliknya.
aku : Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras.
TUHAN : Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.
aku : Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu?
aku : Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental.
TUHAN : Kekuatan dari dalam diri bisa keluar melalui perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.
aku : Sejujurnya, di tengah segala persoalan ini, kami tidak tahu kemana harus melangkah...
TUHAN : Jika kamu melihat ke luar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah.
TUHAN : Lihatlah ke dalam.
TUHAN : Melihat ke luar, kamu bermimpi.
TUHAN : Melihat ke dalam, kamu terjaga.
TUHAN :Mata memberimu penglihatan.
TUHAN :Hati memberimu arah.
aku : Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain.
TUHAN : Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmusendiri.
TUHAN : Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan.
TUHAN :Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain berkejaran dengan waktu.
aku : Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus
berjalan.
TUHAN : Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
aku : Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya "Mengapa harus aku?".
TUHAN : Jika mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya "Mengapa harus aku?"
aku : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya di sini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu.
TUHAN : Berhentilah mencari mengapa saya di sini.
TUHAN : Ciptakan tujuan itu.
TUHAN : Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
aku : Bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalumu tanpa penyesalan.
TUHAN : Peganglah saat ini dengan keyakinan.
TUHAN : Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
aku : Pertanyaan terakhir, Tuhan.
aku : Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab.
TUHAN : Seringkali jawabannya adalah TIDAK.
aku :Terima kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN :Oke.
TUHAN : Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut.
TUHAN : Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan
TUHAN : masalah untuk diselesaikan.
TUHAN : Percayalah padaKu.
TUHAN : Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.
.........TUHAN has signed out

Selasa, 27 Mei 2008

Belajar dari Kesulitan

Ayat bacaan: Kis 14:21-22
=====================

"Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia.Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara."

Banyak orang berpikir bahwa orang yang benar2 beriman pastilah tidak punya masalah dalam hidupnya. Jika seseorang punya komitmen melayani Tuhan, artinya hidup mereka sudah sangat sempurna tanpa penderitaan. Kemudian mereka akan membuat sebuah kesimpulan yang salah: Jika kita menghadapi persoalan dan penderitaan dalam hidup, pastilah kita tidak punya iman yang sesungguhnya.

Alkitab tidak mengajarkan hal seperti itu. Semua nabi dalam alkitab melalui masa2 sulit yang luar biasa besarnya. Begitulah cara kita mengetahui bahwa mereka memiliki iman yang sesungguhnya. Mereka tetap percaya kepada Tuhan, walalupun menghadapi semua kesulitan tersebut.

Kesulitan tidak membuktikan bahwa Tuhan itu palsu. Kesulitan hanya membuktikan bahwa hidup ini keras. Kesulitan tidak membuktikan bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. Itu hanya membuktikan kita membutuhkan kasih Allah. Permasalahan hidup akan melatih kita untuk berserah dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Iman sejati tidak pernah menyingkirkan kesulitan, melainkan justru akan menarik kita lebih dekat lagi pada Tuhan. Jangan putus harapan, karena Tuhan mengasihi anak2Nya.


Dari tiap kesulitan hidup, belajarlah untuk bersandar pada Nya.

Belajar dari Kesulitan

Ayat bacaan: Kis 14:21-22
=====================

"Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia.Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara."

Banyak orang berpikir bahwa orang yang benar2 beriman pastilah tidak punya masalah dalam hidupnya. Jika seseorang punya komitmen melayani Tuhan, artinya hidup mereka sudah sangat sempurna tanpa penderitaan. Kemudian mereka akan membuat sebuah kesimpulan yang salah: Jika kita menghadapi persoalan dan penderitaan dalam hidup, pastilah kita tidak punya iman yang sesungguhnya.

Alkitab tidak mengajarkan hal seperti itu. Semua nabi dalam alkitab melalui masa2 sulit yang luar biasa besarnya. Begitulah cara kita mengetahui bahwa mereka memiliki iman yang sesungguhnya. Mereka tetap percaya kepada Tuhan, walalupun menghadapi semua kesulitan tersebut.

Kesulitan tidak membuktikan bahwa Tuhan itu palsu. Kesulitan hanya membuktikan bahwa hidup ini keras. Kesulitan tidak membuktikan bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. Itu hanya membuktikan kita membutuhkan kasih Allah. Permasalahan hidup akan melatih kita untuk berserah dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Iman sejati tidak pernah menyingkirkan kesulitan, melainkan justru akan menarik kita lebih dekat lagi pada Tuhan. Jangan putus harapan, karena Tuhan mengasihi anak2Nya.


Dari tiap kesulitan hidup, belajarlah untuk bersandar pada Nya.

BAGAIMANA JIKA dan SESUNGGUHNYA

by MAX LUCADO

Ia membimbing aku ke air yang tenang (Mazmur 23:2)

Anak Anda yang berusia sepuluh tahun khawatir. Begitu resah sampai-sampai ia tidak bisa makan. Begitu cemas ia tidak bisa tidur. " Ada apa?" Anda ingin tahu. Ia menggeleng kepala dan mengeluh, "Aku tidak punya rencana dana pensiun".

Atau anak Anda yang berusia empat tahun menangis di ranajn, " Ada apa sayang?" Ia merintih, "Aku tidak akan pernah lulus di mata kuliah kimia di perguruan tinggi."

Wajah anak Anda yang berusia delapan ditekuk stres. "Aku akan menjadi orangtua brengsek. Bagaimana jika aku menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anakku ?"

Bagaimana tanggapan Anda terhadap pernyataan-pernyataan seperti itu? Selain memanggil seorang psikolog anak-anak, tanggapan Anda pasti tegas dan bersungguh-sungguh:" Kamu terlalu muda untuk meresahkan hal-hal seperti itu. Pada waktunya nanti, kamu bakal tahu sendiri harus berbuat apa."

Beruntung, kebanyakan anak tidak punya pikiran seperti itu.

Harus disayangkan, kita yang dewasa terlalu banyak berpikiran seperti itu. Kekhawatiran adalah tas besar yang berisi banyak beban. Tas itu melimlah dengan "bagaimana jika" dan "sesungguhnya".

"Bagaimana jika hujan turun di hari pernikahanku?"
"Sesungguhnya aku tahu nggak sih bagaimana mendidik anak-anakku?"
"Bagaimana jika aku menikah dengan laki-laki yang mendengkur?"
"Sesungguhnya apa kami punya cukup uang untuk membayar uang sekolah anak kami?"
"Bagaimana jika setelah bersusah payah berdiet, mereka mendapat tahu bahwa daun letus menggemukkan dan coklat tidak?"

Tas besar kekhawatiran. Berat sekali. Besar sekali. Tidak atraktif. Membuat lecet. Sulit dijinjing. Menyebalkan membawanya dan tidak mungkin bisa diberikan pada orang. Tidak ada orang yang ingin mendapat kekhawatiran Anda.
Kalau mau jujur, Anda sendiri juga tidak mau, bukan? Tidak ada orang perlu mengingatkan Anda betapa tinggi ongkos keresahan. (Tetapi - bagaimanapun - saya akan melakukannya.) Kekhawatiran memecahkan pikiran. Kata Alkitabiah untuk khawatir (merimnao) adalah perpaduan dari dua buah kata Yunani, merizo ("memecahkan") dan nous ("pikiran"). Keresahan meretakkan energi kita antara prioritas hari ini dan masalah esok hari. SEbagian pikiran kita ada pada jaman sekarang; sisanya ada pada yang belum ada. hasilnya adalaah menjalani hidup dengan pikiran yang terpecah dua.

Itu bukan akibat satu-satunya. Merasa khawatir bukanlah penyakit, tetapi menyebabkan penyakit. Kekhawatiran dihubungkan dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung kororner, kebutaan, migren, malfungsi kelenjar gondok, dan setumpuk ketidak-beresan lambung.

Keresahan adalah kebiasaan yang mahal. Tentu saja, bisa saja meresahkan sesuati itu perlu jika membuahkan hasil. Tetapi hasilnya tidak ada. Kekhawatiran kita itu sia-sia. Yesus berkata," Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupmu?" (Matius 6:27). Keresahan tidak pernah mencerahkan hari-hari Anda, menyelesaikan suatu masalah, atau menyembuhkan suatu penyakit.

Bagaimana kita bisa menangani keresahan? Anda bisa mencoba kita-kiatnya seseorang. Ia begitu resah sehingga menyewa seseorang untuk melakukan pekerjaan beresah ria itu untuknya. Ia menemukan seorang laki-laki yang setuju menjadi peresah bayarannya dengan upah $200,000 per tahun. Setelah laki-laki itu menerima pekerjaan tersebut, pertanyaan pertamanya kepada sang majikan adalah, "Darimana Anda bisa dapat $200,000 per tahun?" Dan si majikan menanggapi," Yang khawatir kan kamu."

Menyedihkan. Tapi khawatir adalah pekerjaan tang tanggung-jawabnya tidak bisa kita alihkan kepada orang lain, tetapi Anda bisa mengatasinya. Tidak ada tempat yang paling baik untuk Anda mulai kecuali dalam ayat dua dari mazmur sang gembala.

"Ia membimbing aku ke air yang tenang," Daud menyatakan. Dan, seandainya kita tidak mengerti maksudnya, ia mengulangi frasa ini dalam ayat berikut: "Ia menuntun aku di jalan yang benar."

"Ia menuntun aku." Allah tidak berada di belakang saya, berteriak, "Jalan!" Ia ada di depan saya, memohon, "Mari!" Ia ada di depan, membuka jalan, membabat semak-semak, menunjuk jalan. Tepat sebelum tikungan Ia berkata, "Belok di sini." Sebelum mendaki, Ia mengarahkan, "Mendaki di sini." Berdiri di sisi batu-batu, Ia mengingatkan, "hati-hati di sini."

Ia menuntun kita. Ia memberi tahu kita apa yang kita butuh ketahui apabila kita harus mengetahuinya. Seperti seorang penulis Perjanjian Baru akan tegaskan: "Kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:16).

Allah membantu pada waktunya. Ia membela kita dengan cara yang sama seperti seorang ayah memberi tiket pesawat terbang kepada keluarganya. Waktu saya melakukan perjalanan dengan anak-anak saya, saya membawa semua tiket kami dalam tas saya. Apabila saatnya tiba untuk naik pesawat, saya berdiri diantara karyawan penerbangan dan anak saya. Sementara tiap anak lewat, saya tempatkan selembar tiket dalam tangannya. Ia, sebaliknya, memberi tiket itu kepada si karyawan. Masing-masing mendapat tiket mereka pada waktunya.

Yang saya lakukan untuk anak-anak saya, Allah lakukan kepada Anda. Ia menempatkan diriNya antara Anda dan kebutuhan. Adan pada saat yang tepat, Ia memberi Anda tiketnya. Bukankah ini janji yang Ia berikan kepada para murid-Nya? "Jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu, pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus" (Markus 13:11).

Bukankah ini pesan yang Allah sampaikan kepada umat Israel ? Ia berjanji untuk memasok manna bagi mereka setiap hari. Tetapi Ia memberi tahu mereka untuk hanya mengumpulkan persediaan sehari saja. Mereka yang tidak taat dan mengumpulkan cukup untuk dua hari kecele, karena manna itu menjadi busuk. Satu-satunya pengecualian adalah hari sebelum Sabat. Pada hari Jumat mereka boleh mengumpulkan dua kali lebih banyak. Selain itu, Allah akan memberi mereka apa yang mereka butuhkan, dalam waktu mereka membutuhkannya.

Allah menuntun kita. Allah akan melakukan hal yang tepat dan benar pada waktu yang tepat. Dan yang Ia lakukan membuat perbedaan besar sekali.

Karena saya tahu bahwa Ia selalu tepat waktu dengan pasokannya, maka saya bisa saja menikmati masa kita saya.

"Berikan seluruh perhatianmu kepada apa yang Allah akukan sekarang, dan jangan resah mengenai apa yang mungkin akan atau mungkin tidak akan terjadi besok. Allah akan membantumu menghadapi hal-hal sulit yang muncul apabila saatnya tiba" (Matius 6:34 - Alkitab The Message - MSG).

Frasa terakhir patut Anda sorot dengan stabilo: "apabila saatnya tiba."

"Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika suami saya meninggal."
Anda akan tahu, apabila saatnya tiba.

"Apabila anak-anak meninggalkan rumah, saya pikir bakal berat sekali bagi saya."
Memang tidak akan mudah, tetapi kekuatan akan datang apabila saatnya tiba.

"Saya tidak pernah bisa memimpin sebuah gereja. Terlalu banyak yang saya tidak tahu."
Mungkin Anda benar. Atau mungkin Anda ingin mengetahui terlalu banyak terlalu cepat. Mungkinkah Allah akan mengungkapkan jawaban-jawaban kepada Anda apabila saatnya tiba?

Kuncinya adalah ini: Songsong masalah-masalah hari ini dengan kekuatan hari ini. Jangan mulai mengurus masalah hari esok sampai esok. Anda masih belum punya kekuatan hari esok. Sudah cukuplah apa yang Anda hadapi hari ini.

Lebih dari delapan puluh tahun lalu seorang dokter besar berkebangkasaan Kanada, Sir William Osler, menyampaikan pidato kepada para siswa Universitas Yale, bertajuk " A Way of Life". Dalam pesannya mengenai cara hidup ini ia mengisahkan suatu kejadian di kapal yang ia tumpangi. Suatu hari ia berkunjung ke kamar nakhoda kapal, alarm yang nyaring dan menusuk telinga terdengar, diikuti suara gemeretak dan berdentam di bawah dek. "Itulah kompartemen-kompartemen kedap air yang menutup," sang nakhoda menerangkan. "Itulah bagian penting dari latihan keselamatan kita. Andai benar-benar terjadi kecelakaan, air yang bocor masuk ke dalam satu kompartemen tidak akan mempengaruhi bagian lain dari kapal. Bahkan jika kita bertubrukan dengan gunung es seperti Titanic, air yang membanjir masuk hanya aka nmengisi kompartemen yang robek saja. Tetapi kapal akan tetap terapung."

Waktu ia berbicara kepada siswa di Yle, Osler mengingat gambaran sang nakhoda mengenai kapalnya:

Masing-masing kalian tentu saja organisator yang lebih menakjubkan daripada kapal samudera yang besar itu dan kalian menuju ke perjalanan yang jauh lebih lama. Yang saya sangat anjurkan adalah bahwa kalian menguasai kehidupan kalian dengan menjalani setiap hari dalam kompartemen kedap hari dan ini akan pasti menjamin keselamatan kalian selama seluruh perjalanan kehidupan kalian. Sentuh sebuah tombol dan dengarkan, pada setiap tahap kehidupan kalian, pintu-pintu besi menutup terhadap Masa Lalu - hari-hari kemarin sudah mati. Sentuh sebuah tombol lain dan tutup, denga tirai logam, Masa Depan - hari-hari esok yang belum lahir. Maka kalian aman - aman selama hari ini.

Jangan pikirikan tentang berapa banyak prestasi yang kalian harus raih, kesulitan-kesulitan yang harus diatasi, tetapi dengan takzim kerjakan tugas kecil di sisi kalian, biarkan pekerjaan itu cukup untuk hari ini saja; karena tentu saja kewajiban kita jelas bukanlah untuk melihat apa yang samar-samar terletak jauh di depan tetapi melakukan apa yang dengan gamblang ada di sisi kita.

Yesus menjelaskan hal yang sama secara lebih singkat: "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" (Matius 6:34)

Mudah mengatakannya. Tidak selalu mudah melakukannya, ya nggak ? Kita cenderung berkhawatir. Baru saja semalam saya merasa khawatir dalam tidur saya. Saya bermimpi bahwa saya didiagnosa mengidap ALS, sebuah penyakit yang melemahkan otot, yang merenggut nyawa ayah saya. Saya terjaga dari mimpi itu dan, pada saat itu juga di tengah malam, mulai khawatir. Kemudia saya teringat akan kata-kata Yesus, "Janganlah kamu kuatir akan hari besok." Dan akhirnya, saya memutuskan untuk tidak khawatir. Saya menjatuhkan tas keresahan itu. Bagaimanapun, mengapa sih membiarkan masalah hari besok yang dikhayalkan merebut istirahat saya malam ini ? Apakah saya bisa mencegah penyakit itu dengan tetap tidak tidur ? Apakah saya akan menunda penyakit itu dengan memikirkannya ? Tentu saja tidak. Jadi saya mealkkuakn hal yang paling spiritual yang bisa saya lakukan. Saya kembali tidur.

Mengapa Anda tidak melakukan yang sama ? Allah menuntun Anda. Biarkan masalah hari besok sampai besok.

Arthur Hays Sulzberger adalah penerbit New York Times selama Perang Dunia II. Karena konflik dunia tersebut, ia hampir tidak bisa tidur lagi. Ia tak pernah bisa mengusir kekhawatirannya dari pikirannya sampai ia menggunakan kata-kata berikut sebagai mottonya - "satu langkah cukup bagiku" - diambil dari kidung rohani "Lead Kindly Light" (Kidung Jemaat 411 - John Henry Newman / John Bacchus Dykes)

Lead, kindly Light ...
Keep Thou my feet; I do not ask to see
The distant scene; one step enough for me

Ya cahaya kasih, o bimbinglah ...
Tak usah nampak akhir jalanku
Cukup selangkah saja bagiku

Allah juga tidak akan membiarkan Anda melihat pemandangan yang jauh. Jadi sebaiknya Anda berhenti mencari-carinya. Ia menjanjikan sebuah lampu untuk kaki kita, bukan bola kristal untuk masa depan. Kita tidak perlu tahu apa yang akan terjadi besok. Kita hanya perlu tahu bahwa Ia menuntun agar kita "menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan ktia pada waktunya" (Ibrani 4:16).

Senin, 26 Mei 2008

Senter Tanpa Bateri

Ayat bacaan: Yoh 12:46
===================
" Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan."
Pernah suatu kali listrik padam di kost-an saya. Pada saat itu, saya ingat bahwa saya menyimpan sebuah senter di laci untuk digunakan dalam keadaan gelap seperti itu. Setelah meraba2, saya menemukan senter itu, dan menggeser tombolnya ke posisi on. Tapi senter tidak menyala. Di kost-an saya waktu itu, padamnya aliran listrik tidaklah sering, sehingga saya sudah lama tidak memeriksa kondisi senter itu. Semua komponen di dalamnya masih dalam keadaan baik. Masalahnya hanya satu, baterainya sudah kehilangan tenaga alias habis. Walaupun semuanya dalam kondisi baik, tanpa baterai senter tidak bisa menghasilkan cahaya.

Sebelum kita menjalin hubungan pribadi dengan Kristus, kita pun seperti senter tanpa baterai. Kita tidak memiliki cahaya terang dalam hati, dan tidak mampu melihat jalan menuju Tuhan. Itu juga yang terjadi apabila hubungan kita merenggang. Jika kita mulai malas berdoa, malas membaca alkitab, malas ke gereja, atau mulai merasa bahwa kehidupan duniawi yang sangat sibuk ini lebih pantas menyita waktu kita daripada kedekatan pribadi dengan Dia, baterai kita pun semakin lama akan semakin lemah.

Kita semua pasti ingin bersinar, tapi kita hanya bisa melakukannya dengan Tuhan Yesus sebagai sumber tenaga dalam kehidupan kita. Cahaya terangNya akan menyinari jalan setapak dihadapan kita dan kita tidak lagi harus terperangkap dalam kegelapan. Bahkan, seperti halnya senter anda yang bisa dipakai untuk menerangi orang lain, cahaya terangNya pun bisa terpancar kepada orang2 disekitar anda melalui diri anda. Tidak ada yang kurang dalam diri anda, anda hanya butuh "baterai" yang setia menjadi tenaga dan energi dalam hidup anda.

Tidak ada alasan untuk tinggal dalam gelap ketika kita percayakan hidup kita pada Kristus.

Senter Tanpa Bateri

Ayat bacaan: Yoh 12:46
===================
" Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan."
Pernah suatu kali listrik padam di kost-an saya. Pada saat itu, saya ingat bahwa saya menyimpan sebuah senter di laci untuk digunakan dalam keadaan gelap seperti itu. Setelah meraba2, saya menemukan senter itu, dan menggeser tombolnya ke posisi on. Tapi senter tidak menyala. Di kost-an saya waktu itu, padamnya aliran listrik tidaklah sering, sehingga saya sudah lama tidak memeriksa kondisi senter itu. Semua komponen di dalamnya masih dalam keadaan baik. Masalahnya hanya satu, baterainya sudah kehilangan tenaga alias habis. Walaupun semuanya dalam kondisi baik, tanpa baterai senter tidak bisa menghasilkan cahaya.

Sebelum kita menjalin hubungan pribadi dengan Kristus, kita pun seperti senter tanpa baterai. Kita tidak memiliki cahaya terang dalam hati, dan tidak mampu melihat jalan menuju Tuhan. Itu juga yang terjadi apabila hubungan kita merenggang. Jika kita mulai malas berdoa, malas membaca alkitab, malas ke gereja, atau mulai merasa bahwa kehidupan duniawi yang sangat sibuk ini lebih pantas menyita waktu kita daripada kedekatan pribadi dengan Dia, baterai kita pun semakin lama akan semakin lemah.

Kita semua pasti ingin bersinar, tapi kita hanya bisa melakukannya dengan Tuhan Yesus sebagai sumber tenaga dalam kehidupan kita. Cahaya terangNya akan menyinari jalan setapak dihadapan kita dan kita tidak lagi harus terperangkap dalam kegelapan. Bahkan, seperti halnya senter anda yang bisa dipakai untuk menerangi orang lain, cahaya terangNya pun bisa terpancar kepada orang2 disekitar anda melalui diri anda. Tidak ada yang kurang dalam diri anda, anda hanya butuh "baterai" yang setia menjadi tenaga dan energi dalam hidup anda.

Tidak ada alasan untuk tinggal dalam gelap ketika kita percayakan hidup kita pada Kristus.

ADA BAPA YANG MENGEMUDI

Mazmur 23:2-3
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

Seorang pembicara, Dr. Wan, menceritakan pengalamannya ketika ia dan seisi keluarganya tinggal di Eropa. Satu kali mereka hendak pergi ke Jerman. Dengan mengendarai mobil tanpa henti siang dan malam, mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk tiba di sana . Mereka sekeluarga pun masuk ke dalam mobil -- dirinya, istrinya, dan anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Anak perempuan kecilnya ini belum pernah bepergian pada malam hari. Malam pertama di dalam mobil, ia ketakutan dengan kegelapan di luar sana .
"Mau kemana kita, papa?"
"Ke rumah paman, di Jerman."
"Papa pernah ke sana ?"
"Belum."
"Papa tahu jalan ke sana ?"
"Mungkin, kita dapat lihat peta."
[Diam sejenak] "Papa tahu cara membaca peta?"
"Ya, kita akan sampai dengan aman."
[Diam lagi] "Dimana kita makan kalau kita lapar nanti?"
"Kita bisa berhenti di restoran di pinggir jalan."
"Papa tahu ada restoran di pinggir jalan?"
"Ya, ada."
"Papa tahu ada dimana?"
"Tidak, tapi kita akan menemukannya."

Dialog yang sama berlangsung beberapa kali dalam malam pertama, dan juga pada malam kedua. Tapi pada malam ketiga, anak perempuannya ini diam. Dr. Wan berpikir mungkin dia telah tertidur. Tapi ketika ia melihat ke cermin, ia melihat anak perempuannya itu masih bangun dan hanya melihat-lihat ke sekeliling dengan tenang. Dia bertanya-tanya dalam hati kenapa anak perempuan kecil ini tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaannya lagi.
"Sayang, kamu tahu kemana kita pergi?"
"Jerman, rumah paman."
"Kamu tahu bagaimana kita akan sampai ke sana ?"
"Tidak"
"Terus kenapa kamu tidak bertanya lagi?"
"Karena papa sedang mengemudi."

Jawaban dari anak perempuan kecil berumur 3 tahun ini kemudian menjadi kekuatan dan pertolongan bagi Dr. Wan selama bertahun-tahun, ketika dia mempunyai pertanyaan-pertanyaan dan ketakutan-ketakutan dalam perjalanannya bersama Tuhan. Ya, Bapa kita sedang mengemudi. Kita mungkin tahu tujuan kita (seperti anak kecil yang tahu mau ke ‘Jerman' tanpa mengerti di mana atau apa itu sebenarnya). Kita tidak tahu jalan ke sana, kita tidak dapat membaca peta, kita tidak tahu apakah kita akan menemukan rumah makan sepanjang perjalanan. Tapi gadis kecil ini tahu hal terpenting, -- Papa sedang mengemudi -- dan dia aman.

Dia tahu papanya akan menyediakan semua yang dia butuhkan. Kenalkah engkau Bapa anda, Gembala Agung, sedang mengemudi hari ini? Apa sikap dan respon anda sebagai seorang penumpang, anak-Nya yang dikasihi-Nya?

Kita mungkin telah menanyakan terlalu banyak pertanyaan sebelumnya, tapi kita dapat menjadi anak kecil itu, belajar menyadari fokus terpenting adalah ‘Papa sedang mengemudi'. Tuhan adalah Bapa bagi anda. Ijinkan IA untuk mengemudikan hidup anda. Maka kekuatiran bukan menjadi milik anda lagi.

Minggu, 25 Mei 2008

Dasarkan pada Kristus

Ayat bacaan: Galatia 2:13
===========================
"Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka."


Sudah menjadi hal yang lumrah ketika semakin kita bertumbuh dewasa, semakin banyak pula kita mendapati banyak kepalsuan disekitar kita. Ada banyak orang2 yang bersikap ramah ketika berhadapan dengan anda tapi dibelakang anda semuanya berbeda. Ada banyak juga orang yang selalu berbicara mengenai budi pekerti dan sopan santun, tapi perilakunya jauh dari apa yang mereka ajarkan. Ada orang yang berteriak2 mengenai kejujuran, tapi dia sendiri melakukan korupsi. Ada banyak orang mengenakan topeng dalam masyarakat, ada banyak orang munafik, dan itu semua pasti anda jumpai dalam kehidupan anda sehari2.

Hari ini saya teringat seorang teman saya. Saya ingat dulu dia berkata tidak sanggup menghadapi orang munafik. Pada suatu waktu, ketika dia sedang berlatih di tim musik di gereja, dia berselisih dengan salah seorang pelatihnya. Saya tidak tahu persis apa masalahnya, tapi yang jelas, sehari setelah kejadian itu, dia mundur dan pindah gereja. "saya tidak mau bertumbuh disana, karena disana banyak orang munafik", itu katanya.

Teman saya itu tidak sendirian. Ada banyak orang yang tidak tahan menghadapi orang2 munafik. Bukan hanya bagi orang dunia saja, tidak hanya di pekerjaan atau antar tetangga anda saja, tapi di Gereja, di pelayanan, di persekutuan, hal2 seperti ini pun bisa anda jumpai. Manusia tidak ada yang sempurna. Jika anda mendasarkan segala sesuatunya pada manusia, cepat atau lambat anda bisa merasa kecewa. Saya pun tidak menyalahkan teman saya itu, karena tidak menjadi masalah di gereja mana anda beribadah asalkan anda bertumbuh disana. Satu pertanyaan yang hinggap di pikiran saya adalah, apakah keberadaan segelintir orang munafik membuat gereja itu tidak lagi valid?

Ayat bacaan hari ini adalah mengenai kritik Paulus terhadap kemunafikan Petrus dalam pelayanan. Apakah hal itu menjadikan apa yang disampaikan Petrus menjadi tidak sah? Sebagian orang mungkin berpikir demikian,mungkin karena mereka mengharapkan murid2 Yesus atau orang2 Kristen secara umum haruslah sempurna. Tapi manusia tetaplah manusia yang lemah, yang tidak luput dari kesalahan. Yang pasti, Yesus telah mengingatkan bahkan menegur orang2 munafik seperti yang dapat dibaca pada injil Matius 12:13-33. Tuhan Yesus sendiripun tidak menyukai orang munafik dan dengan keras mengecam mereka.

Akhirnya saya sampai pada satu poin penting, dasar Kekristenan tidak didasari pada manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, melainkan pada Yesus Kristus sang Juru Selamat yang sempurna. Ketika anda fokus pada Kristus, maka orang2 munafik dan penuh kepura2an tidak lagi mempengaruhi anda.


Bergantunglah sepenuhnya pada Yesus Kristus, bukan pada manusia.

Dasarkan pada Kristus

Ayat bacaan: Galatia 2:13
===========================
"Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka."


Sudah menjadi hal yang lumrah ketika semakin kita bertumbuh dewasa, semakin banyak pula kita mendapati banyak kepalsuan disekitar kita. Ada banyak orang2 yang bersikap ramah ketika berhadapan dengan anda tapi dibelakang anda semuanya berbeda. Ada banyak juga orang yang selalu berbicara mengenai budi pekerti dan sopan santun, tapi perilakunya jauh dari apa yang mereka ajarkan. Ada orang yang berteriak2 mengenai kejujuran, tapi dia sendiri melakukan korupsi. Ada banyak orang mengenakan topeng dalam masyarakat, ada banyak orang munafik, dan itu semua pasti anda jumpai dalam kehidupan anda sehari2.

Hari ini saya teringat seorang teman saya. Saya ingat dulu dia berkata tidak sanggup menghadapi orang munafik. Pada suatu waktu, ketika dia sedang berlatih di tim musik di gereja, dia berselisih dengan salah seorang pelatihnya. Saya tidak tahu persis apa masalahnya, tapi yang jelas, sehari setelah kejadian itu, dia mundur dan pindah gereja. "saya tidak mau bertumbuh disana, karena disana banyak orang munafik", itu katanya.

Teman saya itu tidak sendirian. Ada banyak orang yang tidak tahan menghadapi orang2 munafik. Bukan hanya bagi orang dunia saja, tidak hanya di pekerjaan atau antar tetangga anda saja, tapi di Gereja, di pelayanan, di persekutuan, hal2 seperti ini pun bisa anda jumpai. Manusia tidak ada yang sempurna. Jika anda mendasarkan segala sesuatunya pada manusia, cepat atau lambat anda bisa merasa kecewa. Saya pun tidak menyalahkan teman saya itu, karena tidak menjadi masalah di gereja mana anda beribadah asalkan anda bertumbuh disana. Satu pertanyaan yang hinggap di pikiran saya adalah, apakah keberadaan segelintir orang munafik membuat gereja itu tidak lagi valid?

Ayat bacaan hari ini adalah mengenai kritik Paulus terhadap kemunafikan Petrus dalam pelayanan. Apakah hal itu menjadikan apa yang disampaikan Petrus menjadi tidak sah? Sebagian orang mungkin berpikir demikian,mungkin karena mereka mengharapkan murid2 Yesus atau orang2 Kristen secara umum haruslah sempurna. Tapi manusia tetaplah manusia yang lemah, yang tidak luput dari kesalahan. Yang pasti, Yesus telah mengingatkan bahkan menegur orang2 munafik seperti yang dapat dibaca pada injil Matius 12:13-33. Tuhan Yesus sendiripun tidak menyukai orang munafik dan dengan keras mengecam mereka.

Akhirnya saya sampai pada satu poin penting, dasar Kekristenan tidak didasari pada manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, melainkan pada Yesus Kristus sang Juru Selamat yang sempurna. Ketika anda fokus pada Kristus, maka orang2 munafik dan penuh kepura2an tidak lagi mempengaruhi anda.


Bergantunglah sepenuhnya pada Yesus Kristus, bukan pada manusia.

Seliter Air Aqua dan Berharganya Pemberian


Seliter Air Aqua dan Berharganya Pemberian

Dengan berbekal satu botol Aqua ukuran seliter, saya dan seorang kawan memulai perjalanan ‘tidak biasa’ dari Cakung – Jakarta Timur hingga Bintaro –Jakarta Selatan. Tidak biasa karena kami berjalan kaki menyusuri jalanan besar di bawah terik matahari dan hawa tak nyaman dari kendaraan-kendaraan ramai.
Ceritanya kami pingin melihat Jakarta ‘dari dekat’, tidak seperti dari jauh ketika pesawat dari kampung halaman hendak landing; tidak seperti dari kaca jendela mobil kami yang menyaksikan Jakarta yang selalu makin indah di malam hari. Dan kami juga pingin saling kenal ‘lebih dekat’. Temanku orang Jakarta, anak kesayangan papa dan mamanya. Dan aku orang kampuang nun jauh di mato…
Haus tak terhankan, tapi keadaan tidak mengizinkan kami membeli. Sengaja tak bawa duit. Dan pada saat itu saya rasakan betapa penting sekaligus susahnya meminta. Untung tak sedikit yang berbelaskasih; mengisi botol-botol air kami sampai penuh. Entah…,apa karena tampang kami tidak seperti pengemis benaran, saya tidak ingat lagi. Pokoknya, berkat air pemberian orang-orang baik itu, kami berdua bisa menikmati tidur siang di bunderan HI –sebelum renovasi-sebelum melanjutkan perjalanan panjang kami hingga tiba di rumah pkl.23.00 hari yang sama. Itu tahun 2001. Air saat itu begitu berarti.
Orang Israel selama empat puluh tahun menempuh perjalanan panjang di padang gurun setelah mereka keluar dari penindasan Mesir. Mudah sekali membayangkan betapa menderitakannya perjalanan itu. Mereka melewati padang gurun, menghadapi ancaman badai pasir, gigitan kalajengking dan ular-ular berbisa. Kesulitan yang paling serius adalah makin berkurangnya persediaan makanan; berarti makin berkurang pula peluang untuk hidup dan bertahan. Dan pantas mereka mengeluh pada Tuhan “Kenapa Engkau membiarkan kami binasa di tempat ini? Bukankah lebih baik bagi kami tetap tinggal di Mesir daripada harus mati di sini?”
Tuhan mendengarkan mereka dengan memberikan manna sebagai pengganti roti; sebuah peristiwa yang diyakini sebagai kejaiban dari Tuhan sendiri. Manna kemudian disebut sebagai roti dari surga. Yesus menggugat keyakinan orang Israel tentang roti dari surga itu persis setelah peristiwa perbanyakan roti untuk lima ribu orang (Yoh.6:1-15) yang membuat Yesus makin populer dan lantas dicari-cari orang banyak (Yoh.6:1-24).
Roti dari surga bukanlah manna melainkan Tubuh-Nya sendiri. Manna yang kemudian dijadikan roti oleh nenek moyang mereka hanya melepaskan lapar jasmani mereka; kebutuhan dasar akan makanan (basic needs). Dan ini tak bedanya dengan yang lain. (bdk. 6:32). Roti yang sejati adalah roti yang jauh melebihi pemuasaan kebutuhan jasmani melainkan roti yang membuat hidup jauh lebih berarti, penuh dan bermakna. Dan itulah tubuh-Nya sendiri “Akulah roti hidup, barnagsiapa datang kepada-Ku; ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Kita pasti butuh makan dan itu mutlak untuk keberlangsungan hidup kita. Akan tetapi, makanan dan terpenuhinya semua kebutuhan dasar lainnya tak pernah cukup membuat hidup kita berarti. Maka kita butuh makanan yang membuat kita berarti. Dan Yesus dalam kisah injil hari ini menawarkan dirinya: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal; Barangsiapa tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, tidak mempunyai hidup dalam dirimu” (ay.53-54).
Kita bisa langsung merinding mendengar kata-kata ini sebagaimana yang dialami orang Yahudi pada waktu itu: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan” (ay.52b); akan menjadi barbarkah kita?...Tentu saja Yesus tidak memaksudkan demikian. Yesus menantang pendengar-Nya, juga anda dan saya untuk memikirkan kembali hubungan kita dengan-Nya. Dasar apakah yang mengkohkan hubungan kita dengan-Nya? Kebutuhan kita ataukah ketertarikan kita akan pribadi-Nya?
Mengikuti Dia berarti pertama-tama bersekutu, bersatu dengan-Nya. “Barangsiapa makan daging-Ku, minum darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam dia”. Dengan ini Yesus tentu memaksudkan ekaristi sebagai pusat dan kunci hubungan kita dengan-Nya. Kata-kata ini mengantisipasi perjamuan malam terakhir yang baru akan diadakan menjelang kematian-Nya. Akan tetapi, ekaristi itu pun sudah dimulai ketika orang dan para murid-Nya sendiri mendengar dan melakukan sabda-Nya.
Maka makan daging dan minum darah Tuhan adalah pertama-tama undangan untuk membiarkan sabda Tuhan bekerja, mengubah keyakinan-keyakinan kita yang lama untuk terus mengubah hidup kita sendiri. Sabda itu menjadi makanan sesungguhnya jika diterima dengan iman. Sulit membayangkan bagaimana butir-butir manna di padang gurun bisa menguatkan perjalanan orang Israel yang nan lama jika nenek moyang bangsa ini tidak melihat peristiwa ini dengan iman; percaya bahwa Allah mengasihi mereka dan tak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih-Nya. Sabda itu adalah kasih Allah sendiri yang kemudian menjadi darah dan daging, menjadi manusia dalam pribadi Yesus.
Oleh karena itu makan dan minum darah Tuhan adalah undangan untuk mengikuti dengan sempurna cara hidup Yesus; cara hidup yang dengan ringkas dirangkum dalam pembasuhan kaki dan yang dibuktikan nyata-nyata di atas kayu salib. Makan dan minum daging dan darah adalah undangan untuk siap menjadi seperti itu: menjadi orang yang siap memberi waktu, perhatian, pengertian, cinta dan seluruh dirinya bagi mereka yang membutuhkan. Mungkin itu istri anda yang cepat marah tapi sebenarnya ingin dimengerti; anak anda yang terlalu sering anda tinggalkan karena pekerjaan; tetangga-tetangga anda yang selalu sibuk sendiri tapi sebenarnya butuh dukungan dan dorongan anda; bahkan mungkin itu paroki anda yang meski selalu setiap minggu liturginya membosankan tetapi justru sedang memanggil anda untuk berpartisipasi memeriahkannya.
Hari raya tubuh dan darah Kristus mesti kita syukuri bersama dengan memperbaharui komitmen babtis kita untuk menjadi tubuh Kristus yang dibagi-bagikan dan darah-Nya yang dituangkan untuk semakin banyak orang yang butuh cinta dan pengertian. Keaslian dan kekhasan iman Kristiani –yang tidak dimiliki kepercayaan manapun- adalah semangat hidup ekaristis seperti ini. Saya berdoa bagi semua teman-teman dan adik-adik yang merayakan Komuni Pertama hari ini. Saya peluk anda semua dalam doa dan cinta. Hari ini kita tahu bahwa tidak ada yang lebih berharga selain memberi, dan rasanya perjalanan hidup dan cinta kita di dunia terasa hambar jika tanpa ekaristi, bagai seliter air di tahun 2001 itu.

Jangan membohongi ibumu

Suatu hari John mengundang ibunya makan malam di apartemennya bersama dengan teman se-apartemennya.

Sewaktu makan, ibunya selalu memperhatikan betapa cantiknya teman se - apartemen John ini.

Sang ibu sudah lama memendam kecurigaan adanya hubungan istimewa antara John dan teman se-apartemennya dan oleh sebab itu menambah keingintahuan sang ibu tentang hubungan anaknya itu.

Hingga malam hari, sang ibu memperhatikan bagaimana kedua insan itu berinteraksi.... sang ibu mulai ber-tanya2 dalam hatinya ada apa dibalik hubungan John dan temannya itu.

Membaca pikiran sang ibu, John berkata," Saya tahu apa yang ada dalam pikiran ibu, tetapi saya jamin, Julie dan saya hanyalah TEMAN BIASA saja."

Satu minggu kemudian , Julie mengatakan pada John, "Sejak ibumu datang makan malam, saya tidak dapat lagi menemukan sendok perak kuah itu. Kau tidak akan mengira jika Ibumu yang membawanya bukan ?."

John berkata,"Aku meragukan hal itu, tetapi untuk memastikannya aku akan menulis suratpadanya."

Lalu John menulis suratnya sebagai berikut

Ibu yang tercinta,

Saya tidak mengatakan ibu "mengambil" sendok kuah dari apartemenku, dan saya juga tidak mengatakan ibu

"tidak mengambil" sendok kuah itu. Tetapi faktanya adalah bahwa sendok kuah itu raib sejak ibu datang makan malam disini.

Beberapa hari kemudian John menerima surat dari ibunya yang berbunyi :

Puteraku sayang.

Ibu tidak mengatakan kau "tidur" dengan Julie, dan ibu juga tidak mengatakan kau "tidak tidur" dengannya.

Tetapi faktanya adalah... bila ia tidur ditempat tidurnya sendiri,ia akan menemukan sendok kuah itu disana.

Ibumu tercinta.

Lessons for today ------ "Jangan membohongi ibumu"

Sabtu, 24 Mei 2008

Sulit Memuji

Ayat bacaan: Kidung Agung 1:15
================================
"Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu."

Ada tipe orang yang sangat sulit mengucapkan kata2 pujian. Tipe seperti ini biasanya mengandalkan bentuk apresiasi lewat perbuatan mereka. Ada juga yang mewarisi sifat seperti ini secara turun temurun, atau tidak pernah melihat contoh bentuk hubungan yang penuh dengan kata2 pujian dalam keluarganya. Ada juga yang berkata bahwa mereka bukan termasuk tipe romantis.

Memang ada banyak bentuk menunjukkan cinta kasih kepada pasangan, kepada anak atau pada sesama. Dan semua bentuk itu jika dilakukan dengan tulus adalah hal yang patut dihargai. Tapi manusia pun membutuhkan bentuk perwujudan kasih dan pujian atau penghargaan dalam bentuk perkataan. Seringkali justru kita sangat mudah mengkritik atau memarahi jika orang lain melakukan kesalahan, tapi sangat sulit memuji jika mereka melakukan perbuatan yang baik. Saya mendengar banyak sekali contoh penyesalan dari orang2 disekitar saya mengenai penyesalan mereka terlambat menyatakan kasih dan pujian kepada seseorang. Ayah saya pernah berkata, seharusnya dia lebih banyak menyatakan kasih sayangnya secara langsung ketika kakek saya masih hidup. Widyawati merasa sangat menyesal ketika tidak menjawab perkataan "I love you ma.." dari almarhum Sophan Sophian beberapa saat sebelum beliau meninggal. Ketika terjadi serangan 9-11 di Amerika, begitu banyak orang yang sadar bahwa mereka harus menyatakan bentuk2 perkataan cinta dan kasih sayang kepada keluarga dan teman2 mereka sebelum semuanya terlambat. Begitu juga ketika terjadi musibah bom Bali. Ada anak yang mati2an berbuat segala sesuatu hanya mengharapkan bentuk pujian dari ayahnya, sekalipun dia berasal dari keluarga yang serba kecukupan. Ada banyak contoh keluarga yang berantakan atau sangat dingin karena dalam keluarga tersebut tidak ada kehangatan kasih yang keluar dari perkataan.

Tuhan pun menginginkan kita mempersembahkan korban syukur lewat ucapan bibir yang memuliakan namaNya. (Ibr 13:15) Lihatlah, bahwa meskipun Tuhan selalu menguji hati manusia, bentuk ucapan dari bibir kita tetaplah menjadi sebuah persembahan korban syukur yang Dia inginkan. Kalaupun anda tidak terbiasa menyatakan kasih dan pujian dalam bentuk perkataan, apakah karena gengsi, atau memang tidak terbiasa sejak kecil mendapatkan hal tersebut, mulailah belajar dari sekarang. Sebelum semuanya terlambat.


Jika seseorang berbuat baik, jika anda mencintai dan mengasihi seseorang, sampaikanlah pujian lewat bibir anda.

Sulit Memuji

Ayat bacaan: Kidung Agung 1:15
================================
"Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu."

Ada tipe orang yang sangat sulit mengucapkan kata2 pujian. Tipe seperti ini biasanya mengandalkan bentuk apresiasi lewat perbuatan mereka. Ada juga yang mewarisi sifat seperti ini secara turun temurun, atau tidak pernah melihat contoh bentuk hubungan yang penuh dengan kata2 pujian dalam keluarganya. Ada juga yang berkata bahwa mereka bukan termasuk tipe romantis.

Memang ada banyak bentuk menunjukkan cinta kasih kepada pasangan, kepada anak atau pada sesama. Dan semua bentuk itu jika dilakukan dengan tulus adalah hal yang patut dihargai. Tapi manusia pun membutuhkan bentuk perwujudan kasih dan pujian atau penghargaan dalam bentuk perkataan. Seringkali justru kita sangat mudah mengkritik atau memarahi jika orang lain melakukan kesalahan, tapi sangat sulit memuji jika mereka melakukan perbuatan yang baik. Saya mendengar banyak sekali contoh penyesalan dari orang2 disekitar saya mengenai penyesalan mereka terlambat menyatakan kasih dan pujian kepada seseorang. Ayah saya pernah berkata, seharusnya dia lebih banyak menyatakan kasih sayangnya secara langsung ketika kakek saya masih hidup. Widyawati merasa sangat menyesal ketika tidak menjawab perkataan "I love you ma.." dari almarhum Sophan Sophian beberapa saat sebelum beliau meninggal. Ketika terjadi serangan 9-11 di Amerika, begitu banyak orang yang sadar bahwa mereka harus menyatakan bentuk2 perkataan cinta dan kasih sayang kepada keluarga dan teman2 mereka sebelum semuanya terlambat. Begitu juga ketika terjadi musibah bom Bali. Ada anak yang mati2an berbuat segala sesuatu hanya mengharapkan bentuk pujian dari ayahnya, sekalipun dia berasal dari keluarga yang serba kecukupan. Ada banyak contoh keluarga yang berantakan atau sangat dingin karena dalam keluarga tersebut tidak ada kehangatan kasih yang keluar dari perkataan.

Tuhan pun menginginkan kita mempersembahkan korban syukur lewat ucapan bibir yang memuliakan namaNya. (Ibr 13:15) Lihatlah, bahwa meskipun Tuhan selalu menguji hati manusia, bentuk ucapan dari bibir kita tetaplah menjadi sebuah persembahan korban syukur yang Dia inginkan. Kalaupun anda tidak terbiasa menyatakan kasih dan pujian dalam bentuk perkataan, apakah karena gengsi, atau memang tidak terbiasa sejak kecil mendapatkan hal tersebut, mulailah belajar dari sekarang. Sebelum semuanya terlambat.


Jika seseorang berbuat baik, jika anda mencintai dan mengasihi seseorang, sampaikanlah pujian lewat bibir anda.

Jumat, 23 Mei 2008

Tetaplah Tenang

Ayat bacaan: Mazmur 62:6
========================
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku"

Akhirnya BBM naik juga. Saya melihat di TV antrian kendaraan yang hendak mengisi bensin begitu panjang, terjadi hampir di setiap kota malam ini. Sayapun membayangkan bagaimana situasi dalam beberapa hari ini. Semoga saja demo2 yang terjadi tidak sampai berubah menjadi bentuk anarkis yang merugikan kita sendiri. Saya membayangkan, bagaimana sulitnya hidup dalam bulan2 kedepan. Harga2 akan beranjak naik, bahkan sebagian besar sudah mulai naik sebulan belakangan ini. Hidup makin sulit? boleh2 saja.Tapi jangan sampai kita menambah sulit lagi hidup ini lewat kekhawatiran yang berkepanjangan, apalagi jika sampai panik. Kekhawatiran yang berlebihan bisa menimbulkan stres bahkan penyakit, atau menjadikan kita mudah marah, yang pada akhirnya merugikan kita sendiri lebih lagi.

Masalah, kesulitan, kesesakan tidak akan berhenti terjadi dalam hidup kita. Semua orang pasti berharap hidupnya bisa semulus jalan tol, tapi kenyataannya, bahkan di jalan tol pun kadang anda tidak lagi bisa mendapatkan jalan mulus bebas hambatan. Sangat mudah bagi manusia untuk menyerah dalam situasi sulit, tapi Tuhan tidak menginginkan itu. Dia ingin kita semua berpegang kuat pada Nya, percaya pada Nya dan tidak cepat putus asa saat menghadapi pencobaan. Saya yakin, situasi seperti ini diijinkan Tuhan untuk terjadi supaya anak-anakNya semakin mengandalkan Dia di dalam segala aspek hidup kita. Karena kadang manusia baru akan mencari Tuhan ketika ia terdesak atau dilanda masalah. Mari buktikan bahwa kita setia kepada dalam segala situasi, baik maupun buruk.

Allah adalah seluruh sumber harapan. Kita bisa tenang karena ada Tuhan yang selalu mengerti dan peduli. Jangan takut jika pada hari2 ini angin sepoi2 sudah sulit dijumpai, dan berubah menjadi badai. Tetaplah kuat dalam Tuhan, dan percayalah bahwa bersama Tuhan kita akan mampu menanggung perkara apapun. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada Nya-lah harapanku.


Ingatlah, diatas segala persoalan, anda punya Bapa yang sangat mengerti dan peduli.

Tetaplah Tenang

Ayat bacaan: Mazmur 62:6
========================
"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku"

Akhirnya BBM naik juga. Saya melihat di TV antrian kendaraan yang hendak mengisi bensin begitu panjang, terjadi hampir di setiap kota malam ini. Sayapun membayangkan bagaimana situasi dalam beberapa hari ini. Semoga saja demo2 yang terjadi tidak sampai berubah menjadi bentuk anarkis yang merugikan kita sendiri. Saya membayangkan, bagaimana sulitnya hidup dalam bulan2 kedepan. Harga2 akan beranjak naik, bahkan sebagian besar sudah mulai naik sebulan belakangan ini. Hidup makin sulit? boleh2 saja.Tapi jangan sampai kita menambah sulit lagi hidup ini lewat kekhawatiran yang berkepanjangan, apalagi jika sampai panik. Kekhawatiran yang berlebihan bisa menimbulkan stres bahkan penyakit, atau menjadikan kita mudah marah, yang pada akhirnya merugikan kita sendiri lebih lagi.

Masalah, kesulitan, kesesakan tidak akan berhenti terjadi dalam hidup kita. Semua orang pasti berharap hidupnya bisa semulus jalan tol, tapi kenyataannya, bahkan di jalan tol pun kadang anda tidak lagi bisa mendapatkan jalan mulus bebas hambatan. Sangat mudah bagi manusia untuk menyerah dalam situasi sulit, tapi Tuhan tidak menginginkan itu. Dia ingin kita semua berpegang kuat pada Nya, percaya pada Nya dan tidak cepat putus asa saat menghadapi pencobaan. Saya yakin, situasi seperti ini diijinkan Tuhan untuk terjadi supaya anak-anakNya semakin mengandalkan Dia di dalam segala aspek hidup kita. Karena kadang manusia baru akan mencari Tuhan ketika ia terdesak atau dilanda masalah. Mari buktikan bahwa kita setia kepada dalam segala situasi, baik maupun buruk.

Allah adalah seluruh sumber harapan. Kita bisa tenang karena ada Tuhan yang selalu mengerti dan peduli. Jangan takut jika pada hari2 ini angin sepoi2 sudah sulit dijumpai, dan berubah menjadi badai. Tetaplah kuat dalam Tuhan, dan percayalah bahwa bersama Tuhan kita akan mampu menanggung perkara apapun. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada Nya-lah harapanku.


Ingatlah, diatas segala persoalan, anda punya Bapa yang sangat mengerti dan peduli.

Kisah 1000 Hari Sabtu

Shared by Fr. Rick of Kingston , NY

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.
Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.
Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.
"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".
Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".
Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung- hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".
"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".
"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .
"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".
"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".
"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan
lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan".
"Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum.
"Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."


SPEND YOUR WEEKEND WISELY AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL
AND MAY YOU HAVE MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.

Kamis, 22 Mei 2008

Senyum dan Sukacita

Ayat bacaan: 2 Kor 7:4
==================

"...Dalam segala penderitaan kami aku sangat terhibur dan sukacitaku melimpah-limpah."

Tadi siang salah satu mahasiswa bimbingan saya menghadapi sidang. Dalam presentasinya dia kelihatan super gugup sampai2 mukanya pucat. Setelah sidang selesai, saya bertanya pada dia, apa yang menyebabkan dia sampai begitu gugupnya. Dan katanya, ada satu dosen penguji yang senyumnya bikin down. Loh, bikin down gimana? katanya senyum yang terasa mengintimidasi, sehingga dia kehilangan kepercayaan diri. Saya berpikir, bahkan sebuah senyum pun bisa membuat orang kehilangan percaya diri instan. Benar juga ya.. senyum itu bisa muncul dalam berbagai bentuk, sifat dan alasan, juga dapat memberi pengaruh yang berbeda2. Ada senyum yang menenangkan, ada yang menyenangkan, ada yang penuh kasih.. tapi ada juga yang kecut,terasa pura2, sinis, senyum menyeringai, kejam dan lain2. Iseng, saya pun menanyakan lagi pada bimbingan saya itu, "tapi saya kan senyum2 juga selama sidang? berarti mengintimidasi juga dong? Dia menjawab, "beda pak... senyum bapak sebaliknya, selalu bikin tenang." Puji Tuhan... artinya senyum yang selama ini keluar dari rasa sukacita di hidup saya tidak diartikan berbeda di dunia.

Senyum yang berasal dari sukacita... Sukacita adalah salah satu buah Roh (Gal. 5:22),
anugerah Kristus (Yoh. 15:11), dan salah satu elemen dalam Kerajaan Allah (Rm. 14:17). Bentuk sukacita ini sulit didefenisikan secara manusia, karena prosesnya memang berasal dari Tuhan. Sukacita tidak akan terpengaruh oleh kondisi kehidupan, karena rasa sukacita ini memancar keluar dari dalam. Maka, seseorang yang bersukacita akan dapat tersenyum dalam badai, angin ribut, atau gelombang hidup sekalipun. Lihatlah rasul Paulus yang kaya dalam penderitaan, biar bagaimanapun ia tetap mengakui bahwa ia mempunyai sukacita melimpah.

Saya teringat salah satu cerita dari kotbah salah seorang pendeta di gereja saya. Ada seorang pengusaha yang sedang berlibur ke kota lain. Pada hari minggu dia bermaksud mencari gereja terdekat dari hotelnya, dan ketika dia melihat seorang polisi, dia pun meminta informasi dimana dia dapat beribadah. Polisi itu berkata, ada banyak gereja disekitar hotel, tapi menganjurkan satu gereja yang letaknya justru paling jauh dari lokasi. Maka si pengusaha bertanya, mengapa polisi itu memilih gereja yang jauh itu? Sang polisi berkata, "saya memang bukan Kristen, tapi saya selalu melihat orang2 yang keluar dari gereja itu sepertinya orang2 yang paling bahagia. Mereka selalu tersenyum gembira. Mungkin gereja seperti ini yang anda cari."

Betapa indahnya senyum yang keluar dari ungkapan rasa sukacita. Di saat-saat penuh kesulitan, ketidakstabilan dan semakin beratnya perjuangan hidup, tentu dunia sangat membutuhkan banyak bantuan. Dan sadarkah anda, jika dengan sebuah senyum tulus yang berasal dari sukacita kita akan dapat meringankan beban orang banyak? This world needs us, and while we're thinking what's best to give, why don't we just smile first?


Senyuman yang berawal dari sukacita bersumber dari Roh Kudus yang tinggal dalam setiap orang percaya.

Arsip Blog

Kumpulan Khotbah Stephen Tong

Khotbah Kristen Pendeta Bigman Sirait

Ayat Alkitab Setiap Hari